Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERADILAN MASA BANI ABBASIYAH


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Pengantar Peradilan Islam

Dosen pengampu : Milda Handayani A,M.H

Oleh:

Daris

Hamdan Rohimat

Siva Yuliani

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Peradilan masa Bani Abbasiyah ”untuk
masyarakat.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini

    Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kalimat ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

   

Tasikmalaya,19 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A.    Latar Belakang.......................................................................................................4
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A.  Masa Dinasti Abbasiyah...........................................................................................5
B.   Peradilan Pada Masa Bani Abbasiyah.....................................................................5
1.      Peradilan Pada Masa Abbasiyah Pertama..........................................................6
2.      Peradilan Pada Masa Bani Abbasiyah Kedua....................................................7
C.    Para Hakim Terkenal pada Masa Abbasiyah..............................................................8
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A.   Kesimpulan.............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Pada masa Dinasti Abbasiyah umat Islam mengalami perkembangan dalam
berbagai bidang. Dinasti ini mengalami masa kejayaan intelektual, seperti halnya
dinasti lain dalam sejarah Islam, tidak lama setelah dinasti itu berdiri.
Kekhalifahan Baghdad mencapai masa kejayaannya antara khalifah ketiga, al-
Mahdi (775-785 M), dan kesembilan, al-Wathiq (842-847 M), lebih khusus lagi
pada masa Harun al-Rasyid (786-809 M) dan al-Makmun (813-833 M), anaknya
terutama, karena dua khalifah yang hebat itulah Dinasti Abbasiyah memiliki kesan
dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti hebat dalam sejarah Islam dan
diidentikkan dengan istilah “the golden age of Islam” Tanpa meniadakan tatanan
yang telah ditinggalkan oleh Dinasti Umayyah, baik dalam ilmu pengetahuan dan
pemerintahan, Abbasiyah mampu mengembangkan dan memanfaatkan lembaga
yang sudah pernah ada pada masa umayyah.
Kemajuan lain yang tak kala penting adalah dalam bidang peradilan dimana
pada masa Abbasiyah system administrasi peradilan pada masa ini sudah tersusun
dengan rapi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lembaga lembaga peradilan
yang terbentuk,. Pada masa ini. Makalah ini akan mencoba memaparkan lebih
jauh sejarah peradilan di masa Dinasti Abbasiyah.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Masa Dinasti Abbasiyah?


2.      Bagaimana Peradilan pada masa Bani Abbasiyah pertama dan kedua?
3.      Siapa Saja Hakim yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah?

C. Tujuan Makalah

1.Untuk mengetahui bagaimana dinasti Abbasiyah.


2.Untuk mengetahui bagaimana peradilan pada masa Bani Abbasiyah pertama dan
kedua.
3.Untuk mengetahui Hakim yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Masa Dinasti Abbasiyah


Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, kendali Kekuasaan Islam di pegang
oleh Dinasti Abbasiyah. Fase ini di tandaidengan perkembangan Ilmu
pengetahuan. Dalam sejarah islam fase ini di kenal sebagai zaman keemasan.
Pemerintahan Abbasiyah berlangsung selama 524 tahun (132-656 H/750-
1261 M). Masa Daulah Bani Abbasiyah berpusat di Baghdad selama lima
setengah abad dengan 37 khalifah. Abu Abbas ash Shaffah adalah khalifah
pertama dan Abu Ahmad Abdullah al Musta’shim sebagai khalifah terakhir.
Tempo waktu yang begitu lama ini menyebabkan para pengkaji, khususnya
ahli sejarah, berbeda-beda dalam membagi pemerintahan Bani Abbasiyah. Untuk
penyesuaian dengan pembahasan, penulis membaginya menjadi dua periode, yaitu
pada masa Abbasiyah pertama dan masa Abbasiyah kedua (munculnya para
mujtahid dan munculya ruh taklid).
Dengan merujuk pada dua periode ini akan di lihat bagaimana perkembangan
hukum islam dan pelaksanaannya pada masa Abbasiyah.

B.   Peradilan Pada Masa Bani Abbasiyah


Pada masa Bani Abbasiyah hukum Islam mengalami perkembangan yang
begitu hebat. Perkembangan ini di sebabkan oleh: pertama, banyaknya mawali
yang masuk Islam. Pada masa Bani Umayyah, Islam telah berhasil menguasai
pusat-pusat peradaban Yunani. Harun ar-Rasyid menjadi khalifah pada tahun 787
M, sebelumnya ia belajar diPersia sehingga ia cinta dan gemar pada ilmu
pengetahuan dan filsafat. Pada masanyalah berbagai kemajuan di capai dan di
mulai pula penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab serta
berkembangnya organisasi peradilan. Kedua, umat Islam berupaya melestarikan
Alquran dengan dua cara, yaitu di catat dan di hafal.
Kecemerlangan dan keemasan hukum islam ini berlangsung lebih kurang dua
abad (178 tahun). Tahun 310 H kegiatan Ijtihad mulai menurun, terutama setelah
Ibnu Jharir ath Thabari (W 310) meninggal dunia. Sebagian ulama memamndang
cukup untuk merujuk pendapat imam mazhabnya tanpa perlu melakukan Ijtihad
kembali. Pada tahun ini umat Islam mulai di ninabobokan oleh ruh ke taklidan,
fase ini lah sebagai masa kemunduran.
Keberadaan peradilan pada masa ini sesungguhnya meneruskan tradisi dan
kebijakan hukum yang telah dijalankan oleh dinasti sebelumnya yakni masa
kekuasaan Ummayah, seperti tetap dilestarikannya badan hukum Nazar al-
Mazalim dan Lembaga Hisbah. Sebagaimana Umayah yang melebarkan

5
kekuasaannya ke berbagai penjuru kawasan, Abbasiyah juga memperluas
kekuasaannya dan sekaligus membentuk pemerintah daerah di berbagai tempat.

1.      Peradilan Pada Masa Abbasiyah Pertama


Pada zaman Abbasiyah pertama yang menjadi sumber hukum adalah Al
quran dan As sunnah dan pada masa Abbasiya pertama lembaga peradilan di
kenal dalam organisasi kehakiman dengan empat lembaga, yaitu sebagai berikut.
a.       Iwan Qadhi al-Qudhat (Ibu Kota)
b.      Qudhah al Aqali (Provinsi)
c.       Qudhat al Amsar, yaitu al qadha dan al Hisbah (Kota dan Kabupaten)
d.      As Sulthah al Qadhaiyah (Ibu kota dan kota-kota).
Apabila di identikan dengan Indonsia pada zaman Abbasiyah sudah ada
Mahkamah Agung dan Jaksa Agung serta peradilan-peradlian di tingkat provinsi
dan kota/kabupaten. Artinya setiap wilayah sudah memiliki peradilan.
Adapun badan peradilan pada zaman Abbasiyah ada tiga macam, yaitu
sebagai berikut:
a.       Al Qadha, hakimnya bergelar al-Qadhi. Bertugas mengurus perkara-perkara yang
berhubungan dengan agama pada umumnya.
b.      Al Hisbah, hakimnya bergelar muhtasib, bertugas menyelesaikan perkara-perkara
yang berhubungan dengan masalah-masalah umum dan dan tindak pidana yang
memerlukan pengurusan segera.
c.       An Nadhar fi al Mazhalim, hakimnya bergelar Shahibul atau Qadhi al Mazhalim,
bertugas menyelesaikan perkara-perkara banding dari dua badan pengadilan di
atas.
Pengangkatan qadhi di lakukan oleh khalifah, misalnya, Abi Laila adalah
qadhi yang di angkat oleh khalifah al Mansur. Namun pada masa Harun ar
Rasyid, khalifah hanya mengangkat sesorang yang di anggap cakap dan mampu
sebagai qadhi sekaligus qadhi al qudhah, yang selanjutnya berwenang
mengangkat qadhi pada peradilan kota dan provinsi. Orang yang pertama
mendapat kesempatan sebagai qadhi al qudha adalah Abu Yusuf, muridnya Imam
Abu Hanifah.
Ini menunjukan bahwa system pengangkatan dilakukan oleh khalifah baik
qadhi al qudha di pusat maupun di daerah. Wewenang tersebut ada delapan, yaitu
sebagai berikut:
a.       Mengangkat qadhi.
b.      Memecat qadhi.
c.       Menyelesaikan qadhi yang mengundurkan diri.
d.      Mengawasi hal ihwal qadhi.
e.       Meneliti putusan-putusan qadhi dan meninjau kembali putusan-putusan tersebut.
f.       Mengawasi tingkah laku qadhi di tengah-tengah masyarakat.
g.      Mengawasi administratif dan pengawasan terhadap fatwa.

6
h.      Membatalkan suatu putusan hakim

2.      Peradilan Pada Masa Bani Abbasiyah Kedua


Pada masa ini orgasnisai peradilan, khususnya qadhi al qudha, sudah
mengalami perubahan. Qadhi al qudha tidak hanya di pusat pemerintahan
(Baghdad), tetapi juga di daerah-daerah. Hal ini terjadi karena banyak daerah yang
memisahkan diri dari pusat pemerintaha, Baghdad. Istilah qadhi al qudha tidak
sama di tiap negeri di Andalusia di sebut Qadhi al Jama’ah.
Hakim-hakim  pada masa ini memutus perkara menurut ima-imam mazhab
secara taklid (hakim muqallid). Karenanya terdapat perbedaan hukum dengan
mazhab hakim. Dalam pengangkatan hakim, para hakim di haruskan membayar
sejumlah uang kepada pemerintah pada tiap tahunnya Pengaruh eksekutif sangat
tinggi pada masa ini sehingga wewenang peradilan di rasakan semakin menyempit
dan terbatas pada masalah kekeluargaan saja.
a.      Ide Pembuatan Undang-Undang Umum
Ide ini di centuskan oleh Ibnu Muqaffa (w.144 H), beliau mengirim surat
kepada Khalifah Abu Ja’far al Mansur, memohon agar di buat satu UU yang di
ambil dari Al quran dan as Sunnah untuk seluruh rakyat, dan bagi yang
perkaratidak ada ketentan nashnya maka di ambil dari pendapat yang memenuhi
tuntutan keadilan dan kemashlahatan umat. Hal ini di tanggapioleh khalifah dan
meminta agar Imam Malik menolak dan berkata, “Sesungguhnya setiap umat
memilki ikatan ulama-ulama salaf dan mazhab-mazhab”.
Pada tahun 163 H, khalifah sekali lagi mengajukannya kepada Imam Malik.
Namun tetap di tolak dan berkata “Sesungguhnya sahabat Nabi berbeda dalam
furu’ dan berserakan di berbagai negeri dan masing-masing dari mereka adalah
benar”
`
b.      Hakim Muqallid
Pada masa ini hakim tidak lagi berijtihad. Ini berarti menyalahi syarat bahwaa
hakim harus seorang mujtahid. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat,
ulama-ulama Hanafiyah menetapkan bahwa hakimboleh memutuskan perkara
dengan pendapat yang Dho’if dari mazhab yang di anutnya. Golongan Malikiyah
mengatakan bahwa seorang muqallid harus berpegang kepada pendapat imam
yang di ikutinya. Ia tidak boleh menggunakan ijtihadnyakarena hal ini bisa di
capai oleh orang-orang yang berepengetahuan cukup.
Urutan di atas menunjukan bahwa hakim di utamakan seorang mujtahid, bila
tidak ada atau sedikit din peroleh maka boleh seorang muqallid dengan syarat
dalam memutuskan perkara mempunyai peganga, baik itu mazhab ataupun
undang-undang yang berlaku

7
C.    Para Hakim Terkenal pada Masa Abbasiyah
Beberapa qadhi yang terkenal pada masa Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1.      Abu Yusuf, Ya’qub bin Ibrahim (Lahir tahun 131 H/731 M)- WAFAT Tahun 182
H/789 M) beliau adalah qadhi al qudha’ Harub al Rasyid.
2.      Yahya bin Aksam (Lahir tahun 159 H/755 M- wafat tahun 242 H/857 M) Beliau
adalah seorang Qadhi al Qudha’ al Makmun.
3.      Ahmad bin Abu Daud (Lahir tahun 160 H/777 m- Wafat tahun 240 H/854 M)
beliau adalah qadhi’ al Mu’tashim.
4.      Sahnunal Maliki (Lahir tahun 160 H/777 M-Wafat tahun 240 H/854 M) beliau
adalah Qadhi Maghrib.
5.      Al ‘Izz bin Abd. As Salam (Lahir tahun 578 H/1181 M- wafat tahun 660 H/1282
M) beliau adalah qadhi Mesir.
6.      Ibnu Khillikan (Lahir tahun 625 H/1211 M- wafat tahun 660 H/1282 M) beliau
adalah Qadhi Damaskus.
7.      Ibnu Daqiqi ‘Ied (Lahir tahun 625 H/1228 M- wafat tahun 702 H/1302 M) beliau
adalah qadhi Mesir dan Sha’id.

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.      Pemerintahan Abbasiyah berlangsung selama 524 tahun (132-656 H/750-1261
M). Masa Daulah Bani Abbasiyah berpusat di Baghdad selama lima setengah
abad dengan 37 khalifah. Abu Abbas ash Shaffah adalah khalifah pertama dan
Abu Ahmad Abdullah al Musta’shim sebagai khalifah terakhir.

8
2.      Pada zaman Abbasiyah pertama yang menjadi sumber hukum adalah Al quran
dan As sunnah dan pada masa Abbasiya pertama lembaga peradilan di kenal
dalam organisasi kehakiman dengan empat lembaga, yaitu sebagai berikut.
a.     Iwan Qadhi al-Qudhat (Ibu Kota)
b.    Qudhah al Aqali (Provinsi)
c.     Qudhat al Amsar, yaitu al qadha dan al Hisbah (Kota dan Kabupaten)
d.    As Sulthah al Qadhaiyah (Ibu kota dan kota-kota).
Pada masa ini orgasnisai peradilan, khususnya qadhi al qudha, sudah
mengalami perubahan. Qadhi al qudha tidak hanya di pusat pemerintahan
(Baghdad), tetapi juga di daerah-daerah. Hal ini terjadi karena banyak daerah yang
memisahkan diri dari pusat pemerintaha, Baghdad. Istilah qadhi al qudha tidak
sama di tiap negeri di Andalusia di sebut Qadhi al Jama’ah.
3.            Beberpa Hakim yang terkenal adalah: Abu Yusuf, Ya’qub bin Ibrahim, Yahya
bin Aksam, Ahmad bin Abu Daud, Sahnunal Maliki, Al ‘Izz bin Abd. As Salam,
Ibnu Khillikan, Ibnu Daqiqi ‘Ied.

DAFTAR PUSTAKA

A.  Hasjmy. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam,. Jakarta:Bulan Bintang.


Hasbi As Shiddiqi. 1997. Peradilan dan Hukum Acara Islam,. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
Jaih Mubarok. 2007. Sejarah dan Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda karya.
Koto Alaiddin. 2011. Sejarah Peradilan Islam. Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai