Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN (632 – 661 M )


Di tulis untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah

” Sejarah Peradaban Islam”

Dosen Pengampuh : Dr. Muh Alifuddin M.Ag

Disusun Oleh :

MUHAMMAD IQBAL 17020102005

ARDIANSYAH 17020102025

ZAHIRAH 17020102025

HUKUM EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KENDARI

2018

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji syukur saya


panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sejarah Pearadaban Islam yang
berjudul “ Periode Khulafaur Rasyidin”
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, penulisan
makalah ini bertujuan untuk memahami sejarah peradaban islam pada masa khulafaur
Rasydin.
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk penulis. Kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk
memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga
makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik
dan bermanfaat. Aamiin.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Barakallahu fiikum.

Kendari, 22 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................
D. Metode Penulisan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

BAB III ANALISIS ............................................................................................................

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

iii
ABSTRAK

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia dilahirkan didunia ini untuk menjadi pemimpin
atau kholifah fil ‘ardhi sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah Ayat 30 yang
berbunyi :

“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?"Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.".

Banyak terjadi kerancuan-kerancuan ketika pemerintahan sudah tidak berada dibawah


kendali Rasulullah.Dalam hal ini terdapat empat khalifah yg menggantikan Nabi dalam
memimpin Umat Islam dengan selalu berpegang pada al Qur’an dan Sunnah.pada periode ini,
masih mencerminkan pola- pola yang digagas dan dipraktekkan oleh Rasululah dalam menata
dan mengurusi umat Islam

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ditunjukan untuk merumuskan permasalahan yang akan
dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya

2. MasaAbu Bakar (632-634)

3. Umar bin khatab (634-644)

4. Utsman bin Affan (644-656)

1
5. Ali bin Abi Thalib (656-661)

6. Tipe Kepemimpinan Khalifah

7. Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya
pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah,
sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan peradaban islam pada masa ke 4 khulafau rasyidin yaitu : Abu
Bakar, Umar Bin Khathab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib

2. Memahami tipe kepemimpinan khulafau rasyidin

3. Mengenal kontribusi khalifah dalam peradaban islam

D. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan,metode yang di gunakan dalam
penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode tinjauan dari beberapa sumber
yaitu dari buk- buku maupun informasi yang terdapat dalam internet yang berkaitan dengan
pembahasan makalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya

Sebelum jenazah Nabi dimakamkan, telah muncul di kalangan masyarakat masalah siapa
yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin Negara atau biasa di sebut Khalifah
(Pengganti Nabi). Kasak-kusuk itu kemudian memaksa kaum Anshar lebih awal
memprakarsai suatu pertemuan di balai pertemuan Bani Sa’idahMadinah. Pertemuan itu
secara spontan diadakan, dan pertama muncul wacana pengangkatan salah seorang sahabat
Anshar yang bernama Saad bin Ubadah sebagai khalifah. Mendengar hal tersebut, segeralah
Umar mendatangi kediaman untuk meminta Abu Bakar yang masih berada di dalam rumah
duka itu, untuk di ajak ikut dalam pertemuan di balai. Semula Abu Bakar menolak ajakan
tersebut,tetapi setelah mendapatkan penjelasan tentang keadaan yang membutuhkannya
terlibat, maka iapun akhirnya menerima untuk hadir. Ditengah-tengah perjalanan Umar dan
Abu Bakar bertemu dengan salah seorang muhajirin, Abu Ubaidah bin Jarah lalu ia turut
bergabung.

Sesampainya di balai, telah terjadi perdebatan sengit antara kaum Anshar dan Kaum
Muhajirin. Hampir tidak dapat menguasai diri, Umar ingin angkat bicara, tetapi Abu Bakar
mencegahnya, lalu Abu Bakar deng an nada tenang mulai berbicara. Beliau memberikan
pertimbangan tentang bagaimana kriteria pengganti nabi, lalu mengajukan dua tokoh quraisy,
Umar bin Khatab dan Ubaidah bin Jarrah, untuk dipilih salah satunya. Orang-orang Anshar
sangat terkesan dengan penjelasan Abu Bakar dan tampak berharap kepadanya, namun segera
Umar berdiri dan mengajukan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi. sebab,menurutnya Abu
Bakar orang kepercayaan Nabi. Jika beliau uzur sebagai imam shalat,maka Abu Bakarlah
yang diminta unruk menggantikannya. Atas dasar itu, hadirin tidak keberatan menerima Abu
Bakar sebagai Khalifah. Umar segera membaiat Abu Bakar dan menyatakan kesetiannya,
kemudian diikuti oleh Abu Ubaidah, serta para sahabat-sahabat. Dimulai dari sahabat Anshar
kemudian sahabat Muhajirin, setelah itu acara pembaitan secara umum dilakukan di masjid
Nabawi.

Meskipun keempat tokoh khulafah’ al-Rasyidin ini mempunyai watak yang berbeda-
beda,tetapi semangat dan corak kepemimpinannya tetap konsisten mendasarkan apa yang
pernah dicontohkan oleh nabi Muhammad.Dalam hubungan dengan system
pemerintahan,mereka sama-sama mendasarkan diri pada prinsip-prinsip islam.

3
Didalam mengambil keputusan penting menyangkut kepentingan publik,mereka mengadakan
musyawarah dengan para tokoh sahabat yang lain.misalnya,dalam masalah
kemasyarakatan,sengketa,dan pengadilan terhadap pelanggaran hokum, para khalifah dalam
kapasitasnya sebagai hakim,selalu meminta pendapat dan nasehat sahabat-sahabat
senior.Sebagai contoh, semasa Abu Bakar penasehat terdekatnya adalah Umar,Utsman, Ali
dan sahabat-sahabat senior lainnya.

Jabatan Khalifah adalah amanah dari Allah,karenanya Khalifah dan pemerintahan hendaklah
bersifat terbuka dan tidk bersifat absolut.Terbuka dalam arti bahwa khalifah boleh di kritik
oleh rakyat atas kebijakan-kebijakan yang di lakukan.Sedang bersifat tidak absolut ialah
bahwa pemerintahan yang di pimpinnya tidak boleh berlaku semena-mena terhdap rakyat ia
harus mengayomi.

Prinsip baiat,adalah pernyataan akan adanya pengakuan dn janji setia dari rakyat untuk
mengikuti khalifah terpilih.Baiat dilakukan setelah adanya semacam transaksinsosial antara
pihak khalifah dan pihak rakyat.khalifah berjanji akan menegakkan apa yang dating dari allah
dn rasulnya,serta akan mensejahterakan rakyat.Demikian pula pihak Rakyat akan mendukung
dan setia terhadap Khalifah,selama Khalifah berada di jalur yang benar.

Teknik pemilihan antara Khalifah yang satu dengan khalifah yang lain memamng tidak ada
yang sama.Abu Bakar terpilih dengan cara musyawarah terbuka. Umar bn Khattab dipilih
melalui wasiat atau tunjukan oleh pendahulunya yang sebelumnya di konsultasikan kepada
sebagian sahabat senior.Usma bin Affan dipilih melalui pemilihan dalam satu pertemuan
terbukan oleh dewan formatur.Dan Ali bin Abi Thalib di angkat melalui pemilihan dan
pertemuan terbuka,tetapi dalam suasana kacau di masa sebagian sahabat tidak mengakuinya.
Namun demikian, terdapat unsur keamanannya,yaitu sistem pemilihannya tidklah dengan
penunjukkan langsung kepada putera mahkota sebagaimana cara seperti ini bisa di
pergunakan dalam system monarki absolut di Romawi,Persia,maupun di kerajaan-kerajaan
islam setelah khulafa’al-Rasyidin sejak awal Muawiyah menjadi khalifah pertama di Bani
umayyah pada 661M.1

1
http://ferigramesa.blogspot.co.id/2013/06/sejarah-terbentuknya-khalifah-dalam.html,pada tanggal 10 maret
pukul 11:58

4
1. Periode Abu Bakar As Shiddiq (632-634)

Abu Bakar As Shiddiq dilhirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirka dilingkungan suku yang
sangat berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tkoh besar. Ayahnya bernama
Utsman (Abu Quhafah), berasal dari suku Quraisy,sedangkan ibunya bernama Ummu al
Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab.

Proses pengangkatan Abu bakar yaitu dengan secara musyawarah. Abu Bakar menawarkan
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah (keduanya dari kalangan Muhajirin) dan
mempersilahkan dari kalangan Ansar unuk membaiat salah satu dari mereka. Akan tetapi
keduanya menolak dan berkata : “engkau (Abu Bakar) adalah Muhajirin yang paling
utama,engkau yang menemani Rasulullah saat di Gua Tsur, dan menggntikan Rasulullah
menjadi imam sholat ketika Rasulullah berhalangan. Abu Bakar akhirnya diangkat menjadi
khalifah setelah melalui musyawarah di Saqifah Bani Sa’idah”.

Problematika ketika kepemimpinan Abu Bakar As-shidiq:

1. Penyelesaian Kaum Riddat dan Nabi Palsu

Menyadari hal itu kholifah Abu Bakar tidak tinggal diam, beliau berusaha untuk
memadamkan gerakan kaum riddah dan nabi palsu. Dengan sikap Kholifah Abu Bakar
membentuk sebelas pasukan dan menyerahkan Al-liwa,(panji pasukan) kepada masing-
masing pasukan. Untuk menumpas hal tersebut Ia membentuk sebelas pasukan masing-
masing dipimpin oleh panglima perang yang tangguh seperti Khalid bin Walid,Amr bin Ash,
Ikrimah bin Abu Jahal, dan Surabil bin Basanah. Dalam waktu singkat.Seluruh kekacauan
dan pemberontakan.yang terjadi dalam Negeri dapat ditumpas dengan sukses.

2. Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan hal ini disebabkan adanya an-ggapan bahwa
setelah Nabi Muhammad SAW. Wafat, maka segala perjanjian Nabi menjadi terputus.
Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua: yatiu

a. Mereka yang menganggap Nabi dan pengikutnya, termasuk didalamnya orang yang
meninggalakan sholat, zakat dan kembali mmelakukan kebiasaan jahliah.

b. Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat dan
mengeluarkannya.

Realitas ketika kepemimpinan Abu Bakar As-shidiq:

5
2. Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar

Adapun sistem politik islam pada masa Abu Bakar bersifat “sentral” jadi kekuasaan
legeslatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah, meskipun sedemikian dalam
memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah.
Karena sistem musyawarah yang dijalankan Abu Bakar dalam pemerintahannya, itu makin
memperkuat persatuan itu

3. Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum Romawi
sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika Beliu masih hidup.

4. Amanat Baitul Mal,Para sahabat Nabi, beranggap bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah
dan masyarakat kaum muslimin. Karena itu mereka tidak mengijingkan pemasukan sesuatu
kedalamnya dan pengeluaran pada sesuatu darinya.

5. Kekuasaan Undang-Undang,Abu Bakar tdak pernah menempatkan diri beliau di atas


undang-undang. Beliau juga tidak pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang
lebih tinggi dari undang-undang.2

Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai
indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632
M), dilakukan musyawarah dikalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di
Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat
islam atau khalifah islam.

Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan
gawat.Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai
pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang
pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah
Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi

2
http://yasirkunjai.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sejarah-peradaban-islam-periode.html,pada tanggal 10
maret pukul 20.49

6
dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam
telah berakhir.3

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa
sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah
Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam.Mereka menganggap bahwa
perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, dengan
sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat.Karena itu mereka
menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat
membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan
apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Al-Walid adalah
panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.4

A. Periode Umar bin khatab (634-644)

Umar bin Khatab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail bin Abd
Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah
khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.5

Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang
paling menonjol kerena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya
yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta
yang diakui kebenarannya oleh para sejarahwan.Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Isalm belum tentu
bisa berkembang seperti zaman sekarang. Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai
pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang
luar biasa pada rakyatnya.6

3
https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-khalifah-abu-bakar-dan-umar-bin-
khattab/,pada tanggal 10 maret pukul 21.04
4
https://panjinasrullah.wordpress.com/2012/10/06/resume-abu-bakar-ash-shiddiq-dan-umar-bin-
khattab/,pada tanggal 10 maret pukul 21.13
5
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam,jakarta: Depaq, 1993,jilid ke III. Hal 1256
6
http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id/2014/05/islam-periode-khalifah-umar-bin-khattab.html,pada tanggal 10
maret pukul 21.30

7
D. Periode Utsman Bin Affan

Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn
Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di
Taif7 dan merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy. Ia mendapatkan
kehormatan menikahi dua orang putri Rasulullah SAW, yaitu Ruqayyah dan Ummi Kultsum
sehingga diberi julukan Dzu al-Nurain.

Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia
juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan
dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama Thalhah bin
Ubaidilah, selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai
seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua
peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan Utsman untuk
menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit keras.

Sebagai seorang hartawan yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi
kejayaan Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun
hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam.

 Proses Pengangkatan
Menjelang wafatnya Umar bin Khattab, beliau menunjuk 6 orang sahabatnya untuk
dicalonkan sebagai pengganti. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair
bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah 8.
Alasan Umar menunjuk keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu Bakar
dalam menunjuk penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk membiarkan para
sahabat memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan membentuk tim formatur
untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya.9

7
M Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007, hal.89.
8
Drs H. Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 209, hal.54.

9
M Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007,
hal.88.

8
Karena kelompok tersebut beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah terjadinya
suara yang sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin Umar, putra Umar bin
Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak berhak untuk dipilih sebagai
khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Utsman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Ia
dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun 23 H dan dilantik pada awal Muharram 24 H.

 Masa Pemerintahan

Utsman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia
merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, pada masa
pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan merupakan khalifah yang
paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai
khalifah. Pada masanya, Islam telah berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan,
Azerbizan dan Armenia. Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya
semangat dakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang
santun dan adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah
tersebut.
Selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah
pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih
berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai
daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk
membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut.
Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut.
Dari segi ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan
pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar.
Namun, pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena terlalu banyak
mengambil uang dari baitul maal untuk diberikan kepada kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan
dari pemberian uang tersebut karena Utsman ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu,
disamping dari segi baitul maal, Utsman juga meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan
untuk menggunakan lahan-lahan yang tak terpakai sebagai lahan pertanian.
Dari segi pajak, Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan
yang telah ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak
tidak berjalan baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar

9
ekonomi dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti perbaikan
jalan-jalan dan sebagainya.
Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan
dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam.10
Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah
tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran
antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang
dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini
merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga
melakukan penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid
Nabawi.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan
kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an
menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan
banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin
bervarias.i11 Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk
menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin
Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan
Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin
bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam
tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah
merupakan masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak
konflik, seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara. Tuduhan
pemborosan uang Negara karena Utsman dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal
untuk diberikan kepada kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap
mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya. Padahal, tuduhan ini terbukti tidak
benar karena tidak semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski

10
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009, hal.59.

11
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009, hal.58.

10
kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-
segan untuk menghukum dan memecatnya.
Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan
bahwa Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu
golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan
Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya
menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang
berdemonstrasi di depan rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi
penggantinya untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut.

E. Periode Ali Bin Abi Thalib


Selama perkembangan agama islam, ada banyak tokoh dan sahabat Rasulullah yang
ikut berperan dalam menyebarkan agama islam dan menegakkan agama Allah SWT di dunia
ini (baca dunia menurut islam dan sejarah agama islam). Beberapa tokoh yang sangat
berpengaruh pada masa itu diantaranya adalah para khulafaur rasyidin. Siapa yang tidak
kenal dengan tokoh muslim yang satu in? Ya, nama Ali Bin Abi Thalib pastinya dikenal oleh
setiap umat islam didunia ini karena beliau adalah salah satu khalifah dijaman Nabi
Muhammad SAW dan menjabat setelah beliau dan ketiga khalifah sebelumnya wafat. Ali bin
Abi Thalib adalah salah satu sahabat Rasul yang berpengaruh bagi islam. Untuk mengetahui
dengan lebih jelasnya, mari kita simak sejarah hidup Ali bin Abi Thalib berikut ini. (baca
kisah teladan Nabi Muhammad SAW dan kisah abu Bakar Ash Shiddiq).
 Kelahiran dan Masa Kecil

Ali Bin Abi Thalib masih berkerabat dekat dengan Rasulullah SAW. Beliau adalah
sepupu Nabi Muhammad SAW atau putra dari pamannya Abu Thalib. Ali bin abi Thalib lahir
dikota Mekah tepatnya didaerah yang disebut sebagai Hijaz pada tanggal 13 rajab (baca
keutamaan puasa rajab). Beliau lahir dari seorang ibu yang bernama Fatimah Binti Asad.
Beberapa kalangan ulama berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lahir pada tahun ke 10
sebelum Nabi Muhammad SAW memulai kenabiannya atau pada sekitar tahun 599 atau 600
Masehi . Pada saat lahir, sebenarnya Ali bin Abi Thalib bernama Haydar bin Abu Thalib
yang artinya singa dari keluarga Abu Thalib, namun Rasulullah SAW tidak begitu menyukai
nama tersebut dan beliau SAW memanggilnya dengan nama Ali yang memiliki arti “yang
tinggi derajatnya disisi Allah”.
 Masuk Islamnya Ali bin Abi Thalib

11
Karena Nabi Muhammad SAW tidak memiliki putra atau anak laki-laki pada saat itu,
maka paman nabi, Abu Thalib menyerahkan Ali bin Abi Thalib pada beliau SAW dan
istrinya Khadijah RA untuk diasuh saat usianya 6 tahun (baca istri-istri nabi muhammad
SAW dan cara mendidik anak dalam islam). Akhirnya Rasul mengasuh Ali bin Abi Thalib
hingga ia dewasa dan Rasul mengajarkannya banyak hal. Ali bin Abi Thalib juga merupakan
orang pertama yang masuk islam sebelum sahabat-sahabat lainnya. Ia mengakui kenabian
Muhammad SAW saat usianya masih kecil atau sekitar 10 tahun. Meskipun masih kecil, Ali
sudah mengenal islam dengan baik dan beberapa kalangan ulama menyebutnya sebagai orang
kedua yang masuk islam setelah Khadijah RA. (baca juga keutamaan Aisyah istri Rasulullah
SAW )

 Masa Remaja dan Dewasa

Masa remaja Ali bin Abi Thalib dihabiskan bersama Rasulullah dan menimba ilmu
dalam islam. Sejak Ali bin Abi Thalib masih muda, ia banyak melakukan hal-hal bersama
Rasulullah termasuk mengikuti perang untuk membela agama islam (baca hukum menuntut
ilmu dan ilmu pendidikan islam). Ketika Ali bin Abi Thalib beranjak dewasa ia dinikahkan
dengan puteri Rasulullah SAW, Fatimah dan kemudian mereka memiliki empat orang anak
dari pernikahannya yakni Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kultsum.

Sebelum menerima Ali bin Abi Thalib sebagai menantunya, Rasul pernah menolak
lamaran sahabat yang dikenal kaya dan memiliki jabatan kala itu yakni sahabat Abu Bakar
Ash shiddiq dan juga Umar Bin Khatab. Saat itu Rasul menolak pinangan kedua sahabat
tersebut karena malaikat Jibril datang kepada Muhammad SAW dan mengabarkan bahwa Ali
lah yang akan menikah dengan Fatimah Az zahra putrinya. Menurut pendapat ulama, Ali
menikahi Fatimah saat usianya 18 tahun dan fatimah berusia 14 atau 15 tahun (Wallahu
A’lam Bisshawab) dan mereka menikah setelah peristiwa perang Badar terjadi. (baca hukum
pernikahan dalam islam dan persiapan pernikahan dalam islam).

 Keberanian Ali Bin Abi Thalib

Selain dikenal akan kebaikan sifat dan pribadinya, Ali juga dikenal pemberani.
Dikisahkan ketika Rasul akan pergi berhijrah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq, Ali bin Abi
Thalib menggantikan beliau SAW untuk tidur diranjangnya padahal saat itu kaum kafir
Quraisy berniat untuk mencelakai Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, banyak
peperangan yang telah diikuti oleh Ali bin Abi Thalib bersama Rasulullah SAW diantaranya

12
adalah perang badar, perang khandak, perang khaibar dan peperangan lainnya kecuali perang
Tabuk karena saat terjadinya perang Tabuk, Ali sedang menggantikan posisi Rasulullah SAW
untuk menjaga kota Madinah Al Munawarah dari serangan musuh. Kita juga mengetahui
bahwa Ali bin Abi Thalib berhasil mengahancurkan benteng khaibar pada perang khaibar dan
juga membunuh musuh termasuk Amar bin Abdi Wud pada perang khandak.

 Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib

Setelah Rasullulah SAW wafat maka kepemimpinan umat islam dipegang oleh
Khulafair Rasyidin. Setelah peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, masyarakat
Arab kemudian meminta dan membaiat Ali bin Abi Thalib untuk menjadi pemimpin bagi
mereka namun ada beberapa kalangan yang tidak menyukai hal tersebut termasuk keluarga
Utsman bin Affan dan kerabatnya karena jika Ali memimpin maka mereka tidak lagi bisa
hidup senang dan nyaman sebagaimana saat kepemimpinan Utsman bin Affan yang
cenderung mudah dan lunak. Kepemimpinan Ali adalah layaknya kepemimpinan Umar bin
Khatab yang keras dan disiplin. Ada beberapa hal yang dilakukan Ali saat masa
pemerintahannya yang berlangsung selama lima tahun yakni dari tahun 656 – 661 M, antara
lain

 Menghapus nepotisme yang kala itu banyak terjadi dalam lingkungan pemerintahan.
 Mengganti pejabat atau gubernur yang berkuasa kala kepemimpinan Utsman bin
Affan dan menunjuk pejabat baru untuk menggantikannya.
 Menarik kembali semua tanah yang telah dihibahkan oleh Utsman bin Affan kepada
para keluarganya.
 Memperkuat pengaruh islam didaerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh khalifah
sebelumnya antara lain di kawasan Persia dan afrika Utara. (baca perkembangan islam
dan sejarah islam di Arab Saudi)

Pada masa kekhalifan Ali bin Abi Thalib juga terjadi kerusuhan dan perang saudara
antar umat muslim. Saat itu disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib berperang melawan Aisyah
RA yang dihasut oleh beberapa orang diantaranya Abdullah bin Zubair dan Thalhah. Perang
tersebut dikenal sebagai perang jamal. Selain itu perang lainnya yang terjadi pada masa Ali
bin Abi Thalib adalah perang Shiffin dimana Ali berperang dengan Muawiyah bin Abu
Sufyan.

13
 Wafatnya Ali Bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib wafat saat usianya menginjak 63 tahun dan diketahui bahwa beliau
meninggal karena dibunuh oleh Abdurrahman Bin Muljam yang merupakan anggota dari
Khawarijmi atau kaum pembangkang pada tanggal 19 ramadhan, dan akhirnya Ali bin Abi
Thalib RA menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan pada tahun ke 40
hijriyah.

Ali Bin Abi Thalib adalah sahabat Rasul yang memiliki kedudukan di sisi Allah SWT,
sebagai seorang muslim tentunya kita harus mengetahui sejarahnya dan meniru kebaikan
akhlak dan budipekertinya.

Tipe Kepemimpinan Khalifah dan Kontribusi dalam Peradaban Islam

Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafā’ dari Khalifah yang mempunyai makna
pemimpin. Sedangkan ar-rāsyidīn mengandung makna mendapatkan petunjuk. Dari
peengertian di atas, Khulafaur Rasyidin memiliki arti para pemimpin yang mendapatkan
petunjuk.
Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad
wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat
dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan
Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan
berdasarkan keputusan bersama umat Islam.

A. Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin


1. Abu Bakar As-Siddiq r.a
a. Mengenal Abu Bakar As-Shiddiq r.a
Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah AT-Tamimi. Lahir pada 572 M di
Mekah. Pada masa jahilliah, Abu Bakar bernama Abdul Kakbah. Setelah masuk Islam Nabi
Muhammad saw mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang
sering memanggilnya Abu Bakar. nama ini diberikan karena beliau adalah sahabat yang
paling awal memeluk Islam. Sementara Nabi memeberikan gelar As-Siddiq, dikarenakan dia

14
adalah orang yang membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi saw, ketika banyak penduduk
Mekah mengingkarinya.
b. Terpilihnya Abu Bakar As-Siddiq r.a
Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin dihadapkan suatu problem yang berat,
karena sebelum wafat Nabi saw tidak meninggalkan pesan apapun secara langsung siapa
yang akan menggantikannya sebagai pemimpin umat. bahkan, pengurusan jenazah Nabi
Muhammad saw sempat tertunda. Ditengah kekosongan pemimpin tersebut para sahabat
berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah yang dipimpin oleh sahabat Nabi yaitu Saad bin
Ubaidillah, tokoh termuka dari suku Khazraj.
Pada waktu itu, Saad bin Ubadah mengajukan bahwa yang dapat menggantikan Nabi saw,
sebagai pemimpin umat yaitu kaum ansor, alasannya karena kaum Ansorlah yang banyak
menolong Nabi saw, dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir
Quraisy tentu setuju. Namun, kaum muhajirin yang diwakili Abu Bakar memeberikan usulan
dengan tegas bahwa yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah saw dari kaum
Muhajirin, alasanya Abu Bakar adalah kaum muhajirin yang pertama kali memeluk agama
Islam di Mekah dan berjuang selama 13 tahun mempertahankan Islam dari gangguan dan
penindasan kaum Quraisy dari Mekah.
Abu Bakar mengusulkan agar mereka memilih salah satu di antara dua orang kaum
Muhajirin yang dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Namun sebelum kaum Ansar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru
menolaknya. Kedunya justru balik menunjuk dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan
tegas Umar mengayunkan tangannya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat Abu Bakar dan
membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah dan diikuti
kaum Ansar lainnya.
Baiat Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat Muslim di Madinah dan isi dalam
pembaiatannya tersebut; “saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian
sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku benar bantulah
saya, kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya
selama saya taat kepada Allah SWT, dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah
Allah SWT, dan Rasul-Nya maka gugurlah ketaatanmu kepada saya”
c. Kebijakan dan Strategi Abu Bakar r.a
1) Memerangi Kaum Murtad
Di awal masa pemerintahan Abu Bakar As-Siddiq, banyak muncul berbagai macam
permasalahan yang dapat mengganggu stabilitas pemerintahan Islam. Namun dalam
15
praktiknya, Abu Bakar As-Siddiq selalu berpesan untuk tetap mengadakan pendekatan
kepada masyarakat dengan cara damai, sehingga tidak terjadi perlawanan yang lebih besar.
Tidak semua kaum murtad menolak pendekatan secara damai dari umat Islam. Tetapi, tidak
sedikit pula yang terang-terangan menolak justru mereka mengajak perang.
Dalam usahanya memerangi kaum murtad, kaum muslimin terlibat dalam sebuah
peperangan, yaitu perang Yamamah. Perang tersebut dapat dimenangkan kaum Muslimin,
sehingga umat Islam berhasil memperoleh kembali kesatuan dari seluruh Jazirah Arab.
Serangkaian perang yang dilakukan kaum muslimin dalam memerangi kaum murtas disebut
Perang Riddah.
2) Memberantas Nabi Palsu
Sebagian kaum murtad ada yang menerima ajakan damai dan kembali tunduk kepada
hukum Islam. Namun muncul pula orsng-orang yang mengakui dirinya sebagai Nabi. Mereka
adalah nabi-nabi palsu yang berusaha menghancurkan Islam. nabi-nabi palsu tersebut antara
lain; Aswad al-Ansi, Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi, Malik bin Nuwairah dan
Musailamah al-Kazzab.
3) Kodifikasi Al-Qur’an
Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq telah dimulai usaha untuk mengumpulkan
mushaf Al-Qur’an. Pada awalnya, ayat-ayat Al-Qur’an masih dituliskan pada benda-benda
yang berserakan seperti kulit, kayu, dan pelepah daun kurma. Atas nasehat Umar bin Khattab
kepada Abu Bakar as-Siddiq mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut untuk dijadikan
satu dalam bentuk sebuah kitab. Zaid bin Sabit sebagai pemimpin pengumpulan ayat-ayat Al-
Qur’an yang masih berserakan tersebut. Hasil dari pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang
sudah selesai menjadi mushaf, kemudian disimpan oleh Khalifah Abu Bakar as-Siddiq.
Setelah Khalifah Abu Bakar as-Siddiq meninggal, mushaf tersebut disimpan oleh putri dari
Umar bin Khattab dan juga salah satu istri Nabi Muhammad saw.
4) Perluasan Dakwah Islam
Khalifah Abu Bakar As-Siddiq mulai mendakwahkan ajaran Islam dalam melakukan
perluasan wilayah penyebaran ajaran agama Islam yang lebih luas lagi, tiga hal yang menjadi
pegangan utama para ulama saat memasuki wilayah baru diantaranya:
1) Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta hartanya akan mendapat perlindungan.
2) Boleh tidak memeluk ajaran agama Islam, tetapi harus membayar jizyah maka jiwa dan
hartanya akan dilindungi.
3) Jika melakukan perlawanan terhadap umat Islam maka akan diperangi.

16
Wilayah-wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Persia dan Kerajaan
Bizantium menjadi daerah-daerah yang menjadi sasaran penyebaran ajaran agama Islam.
Atas dasar itu, Khalifah Abu Bakar as-Siddiq mempunyai keinginan untuk menguasai
wilayah tersebut, dengan cara memerintahkan dua panglimanya yang bernama Khalid bin
Walid dan Musanna bin Harisah. Pada waktu berlangsungnya perang melawan tentara
Romawi Timur datang berita tentang wafatnya Abu Bakar (13 H / 634 M). Selanjutnya yang
menggantikan kedudukan Abu Bakar untuk memimpin umat Islam adalah Umar bin Khattab.

2. Umar bin Khattab r.a


a. Mengenal Umar bin Khattab r.a
Umar bin Khattab adalah putra dari Nufail al-Quraisy dari suku Bani Adi, salah satu
kabilah Suku Quraisy. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar bin Khattab dilahirkan. Ia
dibesarkan layaknya anak-anak lainnya. Pada masa jahilliyah, Umar akrab dengan minuman
keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam membela agama nenek
moyangnya.
b. Terpilihnya Umar bin Khattab r.a
Pada tahun 634 M, ketika rombongan kaum Muslimin sedang berdakwah menuju Syam,
Abu Bakar jatuh sakit. Pada saat Abu Bakar merasa dekat dengan ajalnya, ia menunjuk Umar
bin Khattab untuk menggantikannya dan disetujui oleh sahabat-sahabat dari Muhajirin dan
Ansar. Pada tahun 634 M, kaum muslimin membaiat Umar bin Khattab sebagai Khalifah.
c. Kebijakan dan Strategi Umar bin Khattab r.a
1) Pengembangan Wilayah Dakwah Islam
Ketika pemerintahan Umar bin Khattab, umat Islam melaksanakan perluasan wilayah
kekuasaan Islam secara besar-besaran. Perluasan secara besar-besaran ini lebih dikenal dalam
sejarah Islam dengan sebutan Futuhal al-Islamiyah. Wilayah Islam pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Khattab semakin banyak dan luas, serta wilayah-wilayah di Eropa timur.
Karena wilayah kekuasaan Islam semakin luas, maka untuk memudahkan pengawasan
jalannya pemerintahan, Khalifah Umar bin Khattab membagi wilayah kekuasaan Islam
menjadi beberapa wilayah provinsi dengan dipimpin seorang Gubernur.
2) Menata Administrasi dan Keuangan Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, dibentuklah suatu lembaga yang
diberi nama “Baitul Mal” serta “Dewan Perang”. Baitul Mal mengelola masalah yang
berkenaan dengan keuangan negara, mengelola keluar masuknya keuangan mulai dari

17
provinsi-provinsi sampai tingkat pusat, dengan pengawasan yang sangat ketat dan hati-hati.
Sedangkan, Dewan Perang mengurusi masalah pencatatan administrasi militer.
Keuangan yang ada di Baitul Mal dapat digunakan untuk memberikan pembayaran
gaji kepada para pegawai pemerintahan serta gaji untuk tentara, yang pembayarannya harus
disesuaikan dengan pangkat dan kedudukannya. Keuangan yang ada di Baitul Mal tidak
hanya untuk membayar gaji para pegawai, tetapi juga untuk memberikan santunan kepada
rakyat miskin.
3) Mengeluarkan Undang-undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khattab adalah menertibkan pemerintahan
dengan mengeluarkan undang-undang. Beliau mengeluarkan kebijakan-kebijakan peraturan
perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual-beli, mengatur kebersihan jalan,
dan lain-lain.
4) Membagi Wilayah Pemerintahan
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dilakukan pembagian wilayah
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai
pemimpin pemerintah pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur yang
membantu tugas pemerintahan.
5) Membentuk Dewan
Khalifah Umar bin Khattab juga membentuk beberapa dewan, di antaranya dewan
perbendaharaan negara dan dewan militer. Khalifah juga membentuk utusan kehakiman,
dimana hakim yang terkenal pada waktu itu adalah Ali bin Abi Tholib dan Minadz bin Jabal.
6) Penetapan Kalender Hijriyah
Khalifah Umar bin Khattab mempunyai pendapat sendiri untuk penetapan dimulainya
kalender Islam, yaitu saat Nabi Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah, sebab dari hijrah
itulah umat Islam mengawali kemenangannya (sebagai titik balik kemenangan umat Islam).

3. Utsman bin Affan r.a


a. Mengenal Utsman bin Affan r.a
Utsman bin Affan adalah seorang saudagar yang berhasil sehingga beliau banyak
mempunyai harta yang berasal dari Mekah. Hartanya banyak yang digunakan untuk
mendukung dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan ajaran agama
Islam. Umat Islam memberikan julukan kepada Khalifah Usman bin Affan dengan sebutan
Zun Nurain yang memiliki maksud memeiliki dua cahaya.

18
Julukan tersebut diberikan kepada Usman bin Affan setelah beliau menikahi putri kedua
dan ketiga Rasulullah saw. yaitu Ruqayah dan Ummu Kulsum. Usman bin Affan menjadi
Khalifah menggantikan Umar bin Khattab, yaitu pada tahun 23 H. Usman bin Affan terpilih
menjadi Khalifah atas pembicaraan enam anggota dewan yang dibentuk oleh Umar bin
Khattab. Usman bin Affan ketika dipilih sebagai Khalifah berusia 70 tahun. Beliau
memimpin umat Islam selama 12 tahun.
b. Terpilihnya Utsman bin Affan r.a
Khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia karena ditikan oleh Abu Lu’lu’ saat menjadi
imam shalat subuh. Sebelum wafat Khalifah Umar membentuk dewan yang beranggotakan
enam orang sahabat yang dianggap saat itu paling tinggi tingkatannya. Khalifah Umar
mengadakan musyawarah di rumah Abdurrahman bin Auf, akhirnya mayoritas suara memilih
Utsman bin Affan sebagai khalifah pengganti Umar bin Khattab. Utsman bin Affan dibaiat
menjadi khalifah pada hari ketiga setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab.
c. Kebijakan dan Strategi Utsman bin Affan r.a
1) Pembukuan Mushaf Al-Qur’an
Usman bin Affan membentuk sebuah panitia yang akan menyusun Al-Qur’an.
Kepanitiaan yang akan menyusun Al-Qur’an tersebut dipimpin oleh Zaid bin Sabit, serta
beranggotakan Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas dari panitia tersebut
adalah menyalin kembali ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah kitab yang dinamakan
“mushaf”. Atas kebijakan dari panitia, mushaf diperbanyak menjadi lima mushaf. Satu
mushaf berada di kota Madinah, sedangkan yang empat lainnya dikirim ke berbagai wilayah-
wilayah lain, yaitu ke Mekah, Suriah, Basra dan Kufah.mushaf yang tetap tinggal di Madinah
dinamakan “Mushaf al-Imam” atau Mushaf Usmani.
2) Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang merupakan masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah saw.
mulai di renovasi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahan
Usman bin Affan dilakukan perluasan masjid. Selain diperbaiki secara fisik atau
bangunannya, masjid tersebut juga direnovasi masalah bentuk serta corak dari masjid tersebut
sehingga kelihatan lebih bagus dan indah.
3) Pembentukan Angkatan Laut
Pada waktu pemerintahan Usman bin Affan, kekuasaan Islam sudah sangat luas hingga ke
Afrika, Siprus, sampai Konstantinopel. Agar wilayah-wilayah tersebut tetap dalam penjagaan
serta pengawasan tentara Islam, maka Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai Gubernur Suriah

19
mengajukan usulan untuk membentuk angkatan laut. Oleh Khalifah Usman bin Affan
tersebut mendapat respons positif. Islam datang ke Indonesia juga melalui jalur laut.
4) Perluasan Dakwah Islam
Perluasan wilayah kekuasaan Islam yang dilakukan umat Islam pada masa pemerintahan
Usman bin Affan sudah sangat luas, perluasan wilayah telah sampai ke wilayah Azerbaijan
yang dipimpin oleh Said bin As dan Huzaifah bin Yaman. Sedangkan wilayah lain yang
berhasil dikuasai oleh pasukan umat Islam adalah wilayah Armenia yang dipimpin oleh
Salam bin Rabi’ah al-Bahiy.
4. Ali bin Abi Thalib r.a
a. Mengenal Ali bin Abi Tholib r.a
Ali bin Abi Tholib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di kota Mekah sekitar tahun
600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika
lahir ibunya memberi nama Hidar yang artinya singa. Namun, ayahnya lebih suka memberi
nama Ali yang artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah kakak Abdullah, ayah Nabi
Muhammad saw. Jadi Ali dan Nabi Muhammad saw, adalah saudara sepupu.
b. Terpilihnya Ali bin Abi Tholib r.a
Pada akhir masa kepemimpinan Khalifah Utsman, terjadi fitnah besar di kalangan kaum
Muslimin. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah
bin Saba’. Fitnah tersebut berhasil menghasut beberapa pihak untuk memberontak dan
mengatur pelengseran Khalifah Utsman bin Affan. Suatu ketika para pemberontak berhasil
menyerbu rumah Khalifah Utsman bin Affan dan membunuhnya.
Setelah Khalifah Utsman meninggal, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Tholib untuk
menjadi khalifah. Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang menolak usulan tersebut,
diantarannya Muawiyyah bin Abi Sufyan. Akhirnya, Ali bin Abi Tholib tetap diangkat
menjadi khalifah meskipun ada berberapa kalangan yang tidak bersedia mengakuinya.
c. Kebijakan dan Strategi Ali bin Abi Tholib r.a
1) Mengganti pejabat pemerintahan yang kurang cakap
Khalifah Ali bin Abi Talib banyak mengganti para pejabat yang kurang cakap dalam
bekerja. Ali bin Abi Talib menginginkan bentuk sebuah pemerintahan yang efektif serta
efisien.
2) Membenahi keuangan negara (Baitul Mal)
Para pejabat yang digantikan oleh Khalifah Ali bin Abi Talib ternyata banyak
mendapatkan harta kekayaannya dengan cara yang tidak benar menurut agama. Oleh
Khalifah Ali bin Abi Talib, harta-harta yang diperoleh para pejabat pemerintahan yang
20
digantikannya tersebut disita, kemudian diserahkan kepada Baitul Mal untuk dikelola dengan
sebaik-baiknya.
3) Memajukan ilmu bahasa
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, mulai dikembangkan ilmu nahwu, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang tata bahasa Arab. Dengan pembelajaran ilmu nahwu tentunya
banyak manfaatnya, diantaranya orang-orang non-Arab dapat mempelajari Al-Qur’an dan
hadis dengan baik dan benar, karena kedua sumber hukum Islam tersebut menggunakan
bahasa Arab.
4) Memajukan pembangunan
Fokus pembangunan yang pertama kali dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Talib adalah
membangun Kota Kufah. Banyak ahli sejarah yang mengatakan bahwa kepemimpinan
Khulafaur Rasyidin adalah kepemimpinan yang paling mendekati tipe kepemimpinan
Rasulullah saw. dalam memimpin umat Islam dan pemerintahan Islam.

21
BAB III

KESIMPULAN

22
ANALISIS DATA

23

Anda mungkin juga menyukai