Anda di halaman 1dari 24

PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN PADA

MASA ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ DAN


UMAR BIN KHATTAB

Makalah Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :
Dr. H. Syaeful Bahri., S.Ag., MM., CHCM.

Disusun oleh :
Kelompok 2
Arifah Nailah (221420058)
Ayivani Maharani (221420079)
Kelas : PBS Semester 1C

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tentunya tanpa pertolongan-Nya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.

Pemakalah mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga pemakalahdapat menyelesaikan penulisan
makalah sebagai tugas diskusi dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan judul “Periode
Khulafaur Rasyidin Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab”.

Pemakalah tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih memiliki banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, pemakalah
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini supaya lebih baik lagi.
Pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam proses penulisan
makalah ini.

Demikian, kami berharap semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat. Terima kasih.

Senin, 3 Oktober 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3


A. Pengertian Khulafaur Rasyidin ......................................................................... 3
B. Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M) ................................................................ 3
1. Terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah ................................. 4
2. Tipe kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq .................................. 6
3. Kontribusi Khalifah Abu Bakar dalam Peradaban Islam ................................ 6
C. Umar bin Khattab (634-644 M) ....................................................................... 10
1. Terpilihnya Umar bin Khattab Menjadi Khalifah ......................................... 11
2. Tipe Kepemimpinan Umar bin Khattab ........................................................ 13
3. Kontribusi Khalifah Umar bin Khattab Dalam Peradaban Islam .................. 15

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 19


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh
siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai
pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah”
artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam)
dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.
Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam
dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn
Abi Thalib.

Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan Islam
sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam Islam
kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas
“ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka termasuk
pelaksana hukum.

Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan kilafah pada masa Abu Bakar dan Umar
bin Khattab yang dimulai sejak pengangkatanya sampai kontribusi-kontribusi yang telah
diberikanya untuk islam dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Khulafaur Rasyidin?

2. Bagaimana pembentukan kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab?

3. Bagaimana tipe kepemimpinan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab?
4. Apa saja kontribusi-kontribusi Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab dalam
peradaban Islam?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan definisi Khulafaur Rasyidin

2. Menjelaskan pembentukan kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab

3. Menjelaskan tipe kepemimpinan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab

4. Menjelaskan kontribusi-kontribusi Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab dalam

peradaban Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin

Pasca Nabi Muhammad SAW. wafat, status sebagai Rasulullah. tidak dapat diganti oleh
siapapun, akan tetapi kedudukan Rasulullah SAW. sebagai pemimpin kaum muslimin harus
tergantikan, sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa pengganti tersebut dinamakan
"Khulafaur Rasyidin," yang terdiri dari dua kata, "al-khulafa" bentuk jama" dari "khalifah"
yang berarti "pengganti," dan "ar-Rasyidin" ialah berarti "benar, halus, arif, pintar, dan
bijaksana"

Jika digabungkan Khulafaur Rasyidin ialah berarti para (pemimpin) pengganti Rasulullah
SAW. yang arif dan bijaksana. Akan tetapi perlu diketahui bahwa jabatan sebagai khalifah
disini bukanlah jabatan warisan turun menurun sebagaimana yang dilakukan oleh para raja
Romawi dan Persia, namun dipilih secara demokratis. Pada masa khulafaur rasyidin terhitung
selama 30 tahun, yang terdiri dari empat khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

B. Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M)

Nama lengkap Abu Bakar yaitu Abdullah bin Usman bin 'Amir bin 'Amru bin Ka'ab bin
Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy al-Tamimi. Dan
dikenal dengan Abd al-Ka'bah di masa Jahiliyah. Nasabnya dengan Rasulullah SAW bertemu
pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti
Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Ayahnya diberi kuniyab (sebutan panggilan)
Abu Quhafah. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.

Dia dilahirkan di Makkah dua tahun setelah tahun gajah, berarti beliau lebih muda dua
tahun dari Rasulullah SAW. Dia terkenal sebagai seorang berprilaku terpuji, tidak pernah
minum khamr dan selalu menjaga kehormatan diri. Beliau digelari dengan ash Shiddiq dan al

3
Atigą. Gelar "al Atiq" ini dilekatkan kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan
tersentuh api neraka.

Sedangkan gelar ad-Shiddiq disandangnya dikarenakan banyak melakukan kebenaran


dan merupakan orang yang pertama kali yang meyakini kebenaran Rasulullah dan ajaran
Allah yang dibawa oleh beliau. Pada masa jahiliyah beliau membenci minuman klar, beliau
tergolong orang kaya raya. Abu bakar pada masa mudanya adalah seorang saudagar kaya, dia
yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa dan setelah menjadi seorang
muslim dia lebih memusatkan diri dalam kegiatan dakwah Islamiyah bersama Rasulullah.

1. Terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah


Ketika berita wafatnya Rasulullah menyebar. Masalah yang pertama dihadapi yaitu
masalah politik. Sejumlah tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di Balai Tsaqifah bani
Sa'idah, Madinah. Mereka bermusyawarah untuk memilih siapa yang ditunjuk menjadi
kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi perdebatan yang sangat alot karena masing-
masing kelompok. Di antara dua kelompok tersebut menganggap bahwa kelompoknya
yang paling pantas menggantikan Nabi sebagai khalifah. Orang-orang Muhajirin
mengatakan bahwa mereka yang paling berhak menjadi khalifah karena mereka lah yang
mula-mula masuk Islam dan Nabi berasal dari kalangan mereka.

Sementara orang-orang Anshar menyebutkan mereka pula yang paling berhak


karena mereka lah yang telah membantu dan melindungi Nabi dari serangan kaum
Quraisy pad yahirah ke Madinah. Abu Bakar mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat
oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari kaurn Anshar, tetapi orang Anshar menolak usul
itu, mereka mengusulkan agar diangkat dua orang pemimpin dari dua kelompok itu. Abu
Bakar tidak menerima usul itu dengan alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu
Bakar mengingatkan kaum Anshar terhadap hadits Nabi yang mengatakan "Pemimpin itu
dari orang Quraisy".

Oleh sebab itu, beliau mengusulkan agar Umar bin Khathab diangkat menjadi
khalifah. Usul itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada,
beliaulah yang paling pantas menjadi khalifah Akhirnya, Abu Bakar terpilih sebagai
pemimpin atas usul Umar bin Khathab, ketika itu juga usia Abu Bakar 61 tahun. Rupanya,
semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam.
Sehingga masing-masing pihak menerima dan membai'atnya sebagai pemimpin umat

4
Islam pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya disebut "Khalifah
saja.

Di mana Umar dan Abu ubaidah bangkit menuju Abu Bakar lalu membaiatnya
sebagai Khalifah Setelah terlebih dahulu Basyir bin Sa'd membaiatnya. Kemudian kaum
Muhajirin dan kaum Anshar berturut-turut membaiatnya. Baiat as-Saqifah ini dinamakan
Baiat al-Kashshah, karena baiat tersebut hanya dilakukan sekelompok kecil kaum
muslimin, yakni hanya mereka yang hadir di as-Saqifah.

Sebenarnya pencalonan Abu Bakar itu mendapat perlawanan hebat dari kaum
Anshar maupun Ali bin Abi Thalib serta pengikutnya. Kelompok Ali ini adalah benih
kelompok Syi'ah. Mereka berpendapat bahwa Ali-lah yang lebih berhak menduduki
jabatan Khalifah. Alasan mereka bahwa Ali adalah kemenakan sekaligus mantu
Rasulullah. Selain itu, didasarkan riwayat yang dikenal dengan hadits Ghadir Kham,
bahwa Rasulullah pernah meriwayatkannya. Mereka mengajukan sejumlah riwayat
tentang keutamaan Ali.

Dikatakan bahwa "Aku merupakan kota ilmu pengetahuan sedangkan 'Ali


pintunya". Atau "Aku dan 'Ali ibarat Musa dan Harun" (Saqifah, 1989: 109-110). Ajaran
Syi'ah yang terkenal, yang menyatakan bahwa Rasulullah menunjuk Ali bin Abi Talib
sebagai penggantinya ketika berada di Ghadir Khum tidak perlu dipertimbangkan secara
serius. Peristiwa semacam itu secara inheren tidak mungkin terjadi mengingat adanya
tradisi di kalangan bangsa Arab untuk tidak menyerahkan tanggung jawab besar kepada
orang orang muda dan yang tidak diketahui dengan pasti kemampuannya.

Perlu dicatat bahwa Ali bin Abi Thalib tidak hadir dalam pertemuan itu karena sibuk
mengurusi pemakaman Nabi Muhammad SAW. Dan ia tidak segera memberikan
bai'atnya kepada Abu Bakar kecuali 6 bulan kemudian, setelah istrinya Fatimah, puteri
Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Tetapi bagaimana pun juga Abu Bakar adalah
orang yang paling tepat menggantikan Nabi Muhammad SAW. Mengingat prestasinya
dalam tiga hal yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya. Pertama, sebagai orang yang
pertama masuk Islam dari kalangan dewasa. Kedua, menemani Nabi sewaktu hijrah ke
Yatsrib. Ketiga, satu-satunya orang yang ditunjuk oleh Nabi menjadi imam shalat ketika
beliau sakit.

5
2. Tipe kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Tipe kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq adalah TEGAS dan
BIJAKSANA. Semasa kepemimpinannya yang singkat, beliau memprioritaskan
penyelesaian problem dalam negeri. Beberapa kelompok berusaha melepaskan diri dari
jamaah islam. Mereka menganggap setelah Nabi Muhammad SAW wafat maka berakhir
pula kekuasaan islam terhadap mereka. Selain itu beberapa orang mengaku sebagai nabi
pengganti rosul. Juga ada yang menolak membayar zakat. Terhadap ketiga pembelot
tersebut, Abu bakar memutuskan untuk memerangi mereka.

Pusat kekuasaan bersifat sentral. Segala keputusan berada ditangan Abu Bakar.
Walaupun begitu, beliau selalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya
sebelum memutuskan sesuatu. Seperti keputusan untuk memerangi orang yang tidak
membayar zakat. Terjadi musyawarah bersama Umar bin Khattab. Dan alasan Abu Bakar
bahwa tidak ada yang memisahkan antara shalat dan zakat.

Disisi lain beliau menerima alasan para Sabahat pada masalah penulisan Al-Qur'an.
Beliau berasalan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkannya. Tapi
setelah mendengar pendapat para sahabat bahwa penulisan itu untuk kemaslahatan umat,
beliau menerimanya.

3. Kontribusi Khalifah Abu Bakar dalam Peradaban Islam


Dalam masa pemerintah yang singkat tersebut Abu Bakar As-Shiddiq menempuh
berbagai kebijakan-kebijakan dalam rangka menjaga keutuhan kaum muslimin, karena
pasca wafatnya Rasulullah SAW. dan terpilihnya Abu Bakar As-Shdidiq menjadi
khalifah, hampir seluruh daerah kekuasaan kaum muslimin mengalami pergolakan,
seperti: adanya usaha-usaha untuk memisahkan diri dari agama dan negara Islam yang
diakibatkan oleh gerakan pemurtadan yang dilancarkan oleh para nabi palsu diantaranya
adalah Muzailamah Al-Kadzdzab yang punya pengaruh atas wilayah Yamamah, Al
Aswad Al- Insi Al-Kadzdzab yang punya pengaruh di Yaman, Thulaihah bin Khuwailid
Al-Asadi yang punya pengaruh di wilayah Nejd.

6
Orang-orang yang mengaku sebagai nabi tersebut sangat membahayakan keadaan
dan keutuhan kaum muslimin. Selain nabi palsu terjadi pula penentangan beberapa suku
atas zakat yang harus mereka keluarkan. Selain itu, bangsa Romawi dan Persia
mengancam wilayah perbatasan kaum muslimin.Secara garis besar adapun kontribusi
Abu Bakar Ash-Shiddiq terhadap perkembangan Islam sebagai berikut:

1) Memberangkatkan Pasukan Usamah bin Zaid ke Kawasan Syam

Ketika Nabi Muhammad SAW. masih hidup bahkan sebelum beliau sakit, beliau telah
merencanakan mengirim pasukan ke wilayah utara khususnya ke kawasan Syam.
Persoalannya adalah kabilah-kabilah di kawasan tersebut adalah sekutu bangsa Romawi
dimana kabilah-kabilah tersebut dengan Romawi sewaktu-waktu dapat menyerang kaum
muslimin. Itulah sebabnya sehingga daerah setempat harus ditaklukkan untuk menjaga
keutuhan wilayah Islam.

Sebelum memberangkatkan pasukan tersebut Abu Bakar As-Shiddiq memberikan


pesan dan mengingatkan etika perang dalam Islam bahwa: janganlah berkhianat, jangan
menyembunyikan harta rampasan perang sebelum dibagikan, jangan ingkar janji, jangan
memutilasi tubuh musuh, jangan membunuh anak kecil, orang tua dan wanita, jangan
merusak pohon kurma dan jangan pula menebangnya, jangan sembelih binatang kecuali
untuk dimakan, jangan mengganggu orang yang berada dalam tempat ibadah mereka.

Berangkatlah pasukan tersebut dengan memegang teguh amanat Abu Bakar As-
Shiddiq setelah dua bula melakukan ekspedisi di kawasan Syam maka pasukan tersebut
kembali lagi ke Madinah dengan membawa keberhasilan menggertak pasukan Romawi
sehingga Kaisar Romawi Heraclius berkata: sungguh tidak bisa dibenarkan karena
kematian beberapa teman mereka menyerbu tanah kita.

2) Mengembalikan Kaum Muslimin pada ajaran Islam yang benar dan


memberantas para nabi palsu

Ketika Nabi Muhammad SAW. wafat dan Abu Bakar resmi menjadi khalifah maka
banyak kabilah-kabilah Arab yang tidak mau membayar zakat kepada khlaifah Abu Bakar
di Madinah. Keengganan mereka didasarkan karena mereka beranggapan bahwa
pembayaran itu sebagai upeti yang tidak berlaku lagi sesudah Rasulullah SAW. wafat.

7
Demikian yang terjadi pada bangsa Arab setelah Rasulullah wafat, lalu kemudian apa
yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin untuk menyelesaikannya?

Oleh karena untuk memerangi mereka tidak mudah setelah Abu Bakar Al-Shiddiq
melaksanakan perintah mengirimkan Usamah, sebab jumlah kaum Muslimin sangat
sedikit untuk mempertahankan Madinah. Apakah mereka akan membiarkan para
pembangkan untuk tidak membayar zakat. Tepat pada bulan Jumadil Akhir 11 H. Abu
Bakar Al-Shiddiq mengerahkan seluruh penduduk Madinah dan para perbatasan untuk
menyerbu orang-orang Arab yang murtad sekitar Madinah. Tatkala pasukan Abu Bakar
Al-Shiddiq bertemu dengan musuh yang berasal dari Bani Abs, Bani Murrah, Dzubyan
dan yang turut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang bantuan dari Thulaihah
bersama keponakannya yang bernama Hibal.

Ketika dua pasukan ini bertemu, musuh membuat akal yang licik dengan
menggunakan alat untuk menakuti unta, alat itu berupa kantong kulit tempat menyimpan
air yang telah mereka tiup dan mereka ikatkan dengan tali lalu mereka menendang-
nendangnya dengan kaki didepan unta hingga mengeluarkan gemuruh dan bising. Dan
unta kaum Muslimin berlarian tanpa bisa dikendalikan.

Setelah kejadian ini musuh beranggapan kalau kaum Muslimin sudah lemah. Malam
itu Abu Bakar Al-Shiddiq dalam keadaan siaga sambil memberi pengarahan dan motivasi
kepada kaum Muslimin. Di akhir malam Abu Bakar Al-Shiddiq keluar membawa seluruh
pasukannya untuk menyerang musuh, di sayap kanan pasukan di pimpin oleh Al-Nu’man
Bin Muqarrim, di sayap kiri berdiri saudaranya Abdullah Bin Muqarrim, dan di garis
tengah pasukan di pimpin oleh Suaid Bin Muqarrim. Kedua pasukan ini bertemu ketika
fajar mulai terbit, tetapi musuh tidak sadar akan kedatangan pasukan dari kaum Muslimin,
sehingga pedang-pedang dari pihak kaum Muslimin menghabisi mereka.

Kaum Muslimin mendapatkan kemenangan sebelum matahari terbit, musuh pun


kalah dan kabur. Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq pun mengikuti dan mengejar mereka
hingga sampai ke Dzil Qishshah. Di sana, Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq menempatkan
An Nu’man Bin Al-Muqarrim bersama sejumlah Pasukan, sementara Abu Bakar Al-
Shiddiq kembali ke Madinah. Dengan melihat hal tersebut Bani Dzubyan dan Abs
langsung memanfaatkan kesempatan itu dan menyerang pasukan Al Nu’man Bin
Muqarrim beserta pasukannya, kemudian berhasil mengalahkan mereka serta membunuh

8
banyak di antara mereka. Kaum Muslimin merasa sangat terpukul akan kejadian yang
menimpanya dan Abu Bakar Al-Shiddiq berjanji akan membalas semua kejadian tersebut
dan berjanji akan membunuh setiap kabilah dalam jumlah yang lebih banyak lagi dari
jumlah kaum Muslimin.

Akhirnya, hasil dari pertempuran itu kaum Muslimin kembali membayar zakat
setelah kemenangan yang didapatkann di Dzil Qishshah. Pada malam harinya dari setiap
kabilah mulai berdatangan ke Madinah. Yang pertama kali yang membayar zakat yakni
Safwan dan Zabriqan, pemimpin-pemimpin Banu Tamim, Adi Bin Hatim Al-Ta’i dari
kabilah Tayyi’, maka kota Madinah pun di penuhi harta zakat. Selain itu, Abu Bakar juga
memerangi memerangi orang yang mengaku sebagai nabi. Muzailamah Al-Kadzdzab
adalah orang yang mengaku sebagai nabi, ia berasal dari Bani Hanifah di Yamamah. Ia
mempunyai banyak pengikut yang meyakini ia sebagai seorang nabi. Ia memiliki pasukan
lebih dari empat puluh ribu serdadu.

Untuk menghadapi hal tersebut maka, Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq mengirimkan
pasukan dibawah pimpinan Khalid bin Walid. Maka, terjadilah perang dahsyat antara
kaum muslimin dengan kaum murtad tersebut yang dikenal dengan Perang Yamamah.
Kaum muslimin berhasil mengalahkan musuhnya bahkan, berhasil membunuh sang nabi
palsu tersebut sehingga berhasil memadamkan gerakan nabi palsu dan kaum murtad.
Namun, dalam perang tersebut banyak dari penghafal Alqur’an yang gugur sebagai
syuhada.

3) Mengumpulkan Alqur’an Dalam Satu Mushaf

Pada perang Yamamah yang terjadi pada tahun ke dua belas Hijriah terdapat tujuh
puluh penghafal Alqur’an dari sahabat yang gugur sebagai syuhada. Maka dari itu, Umar
bin Khattab sangat khawatir kalau peperangan di tempat tempat lainnya akan membunuh
banyak lagi penghafal. Sehingga Umar bin Khattab mengusulkan kepada Khalifah Abu
Bakar As-Shiddiq untuk mengumpulkan Alqur’an karena dikhawatirkan akan
musnah.Pada awalnya Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq menolak usulan tersebut dengan
alasan tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Namun terus dibujuk oleh Umar bin
Khattab hingga Allah SWT membuka hati sang khalifah untuk menerima usulan Umar
bin Khattab tersebut. Khalifah Abu Bakar membentuk panitia pengumpulan Alqur’an
yang diketuai oleh Zait bin Tsabit sang juru tulis wahyu Rasulullah SAW. Zait binTsabit

9
memulai mengerjakan tugas berat tersebut dengan bersandar pada hafalan para penghafal
dan catatan para penulis. Kemudian lembaran tersebut disimpan oleh Khalifah Abu Bakar
sampai ia wafat pada tahun ke tiga belas Hijriah.

4) Mengirim Pasukan ke Irak dan Syam

Untuk menyebarkan Ajaran Islam dan menjaga keutuhan wilayah kaum muslimin
maka khalifah Abu Bakar As-Shiddiq mengirimkan pasukan ke wilayah luar Arab. Ia
mengirim pasukan dibawah pimpinan Khalid bin Walid ke Irak dan dapat menguasai
Hirah pada tahun 637 M juga mengirim pasukan ke Syam dibawah pimpinan tiga
jenderalnya yaitu: Amr bin Ash, YAzin bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah.
Kebijakan tersebut ditempuh oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq setelah berhasil
mengamankan wilayah di dalam negerinya.

C. Umar bin Khattab (634-644 M)

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin
Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga
adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah
kelahiran Rasulullah saw.
Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai
Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin). Umar dilahirkan di kota Mekkah dari
suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu.
Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti
Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang
berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena
fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Riwayat Masuknya Umar pada Agama Islam.
“ Ya Allah, agungkanlah Islam dengan salah satu dari dua lelaki ini : Umar bin Khattab
atau Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”. Itulah sepenggal doa Rosulullah pada suatu ketika.

10
Pada saat Islam muncul yaitu pada saat Rosulullah mengumumkan misi kenabianya,
Umar adalah salah seorang penentang Rosulullah yang paling gigih. Dia menganggap
bahwa Islam adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan agama nenek moyang
mereka. Sehingga dia sangat memusuhi Nabi Muhammad. Dengan berbagai cara Umar
menentang ajaran yang dibawa oleh Rossulullah.
Suatu ketika Umar megatakan kepada orang-orang bahwa dia akan membunuh
Rosulullah, kemudian dia keluar dari rumahnya dengan membawa pedang yang terhunus
tajam dan akan menuju ke kediaman Rosulullah, tiba di tengah jalan dia bertemu adik
kandungnya Fatimah sedang duduk dibawah pohon sambil membawa mushaf dan
membaca sebagian dari ayat Al-qur’an (surat At-Thaha).
Dia bertanya kepada adiknya “apa yang telah kamu baca”, dengan sangat ketakutan
fatimah menjawab “ayat-ayat Al-quran” kemudian Umar memintanya dan
berkata ”sesungguhnya engkaulah yang lebih pantas aku bunuh terlebih dahulu, ”jika
kebenaran ada diantara kita apa yang akan engkau lakukan” sahut fatimah, ”berikan kertas
itu padaku”, setelah umar membacanya, setelah dia mengetahui ayat yang ia baca sangat
berkaitan pada dirinya. Hatinya pun luluh, hatinya bergetar karena mendengar syair yang
begitu indah, kemudian dia berlari ke rumah Rosulullah dan menyatakan dia telah masuk
Islam.
Dia masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian dan dia tercatat
sebagai orang yang ke 40 yang masuk Islam. Umar wafat pada hari rabu tanggal 25
dzulhijjah 23H / 644 M. Dia dibunuh oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah
atau Feroz pada saat beliau menjadi imam shalat subuh. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Feroz terhadap Umar karena merasa sakit hati atas
kekalahan Persia yang pada saat itu merupakan negara adidaya.

1. Terpilihnya Umar bin Khattab Menjadi Khalifah


Umar bin Khattab r.a diangkat dan dipilih sendiri oleh Abu Bakar r.a untuk
menggantikannya dalam ke-khalifahan. Oleh Abdul Wahhab an-Nujjar, cara
pengangkatan seperti ini disebut dengan thariqul ahad, yakni seorang pemimpin yang
memilih sendiri panggantinya setelah mendengar pendapat yang lainnya, barulah
kemudian dibaiat secara umum.

11
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, sang khalifah dipanggil dengan sebutan
khalifah Rasulullah. Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab r.a,
mereka disebut dengan Amirulmu’minin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh rakyat
kepada beliau. Salah satu sebab penggantian ini hanyalah makna bahasa, karena bila
Abu Bakar r.a dipanggil dengan khalifah Rasulullah (pengganti Rasulullah), otomatis
penggantinya berarti khalifah khalifah Rasulullah (pengganti penggantinya
Rasulullah), dan begitulah selanjutnya, setidaknya begitulah menurut Haikal.
Selain itu karena wilayah kekuasaan Islam telah meluas, hingga ke daerah-daerah
yang bukan daerah Arab, yang tentu saja memerlukan sistem pemerintahan yang
terperinci, sementara ia tidak mendapatkan sistem pemerintahan terperinci dalam
Alquran al-Karim dan sunnah nabi, karena itu ia menolak untuk dipanggil sebagai
khalifatullah dan khalifah Rasulullah.
Terdapat perbedaan dalam proses pengangkatan Abu Bakar dan Umar, bila Abu
Bakar dipilih oleh beberapa wakil kalangan elit masyarakat, Umar dipilih dan ditunjuk
langsung oleh Abu Bakar untuk menggantikannya. Ada beberapa faktor yang mungkin
sangat berpengaruh terhadap penunjukan langsung ini:
1. Kemungkinan besar Abu Bakar khawatir akan terjadi perpecahan dalam tubuh
ummat Islam bila pemilihan diserahkan kepada masyarakat seperti yang hampir terjadi
pada dirinya.
2. Bagaimanapun juga, Umar adalah suksessor Abu Bakar dalam pemilihan menjadi
Khalifah.
3. Sementara beberapa pendapat lain mengatakan bahwa ke-khawatiran Abu Bakar
akan terpilihnya Ali bin Abi Thalib memotivasi dirinya untuk memilih langsung
penggantinya.

12
2. Tipe Kepemimpinan Umar bin Khattab
Kepemimpinan Umar bin Khattab menjadi salah satu gaya kepemimpinan yang patut
dijadikan teladan. Menjadi pemimpin memang bukan hal mudah. Pasalnya dalam Islam
seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki jiwa pemimpin saja, melainkan juga harus
memiliki kekuatan iman dan takwa. Sehingga pemimpin dapat tampil sebagai contoh baik
sebagai abdi rakyat dan bukan penindas rakyat.
Seorang pemimpin akan mengahadapi berbagai tekanan dari berbagai kepentingan,
tidak terkecuali rasa cinta akan jabatan yang dimiliki. Bila tidak kuat dan iman, rasa cinta
pada jabatan bisa jadi lebih kuat dibanding rasa tanggung jawab akan amanah yang
diemban. Dari sini pun kemudian muncul istilah pencitraan oleh mereka yang sangat ingin
mendapatkan kursi jabatan.
Seorang pemimpin yang tidak sibuk dengan rekayasa pencitraan demi mendapat
jabatan atau dipuji oleh rakyatnya. Akan tetapi, sosok Umar bin Khattab benar-benar
hadir memberi solusi nyata pada setiap permasalahan yang dihadapi rakyatnya. Adapun
5 tipe kepemimpinan Umar bin Khattab:
1) Musyawarah
Gaya kepemimpinan pertama Umar bin Khattab yang patut ditiru yaitu senang
bermusyawarah. Dalam musyawarah itu pun Umar bin Khattab tidak pernah
menempatkan dirinya pada posisi penguasa, melainkan hanya manusia biasa dengan
kedudukan sama seperti anggota musyawarah lain.
Bahkan Umar senantiasa menanamkan rasa bahwa anggota musyawarah yang lain
merupakan guru yang akan menunjukkan jalan kebaikan melalui pendapat-pendapat
yang diutarakan guna memperjelas kebenaran.Umar pun yakin cara tersebut dapat
menyelamatkannya dari pertanggungjawaban hisab di akhirat kelak.

2) Kekayaan Negara Untuk Melayani Rakyat


Pada jaman kepemimpinan Umar bin Khattab, kekayaan negara seutuhnya
digunakan untuk melayani rakyat. Pada waktu itu sesuai dengan kebutuhan, Umar
membangun benteng dan tembok besar guna melindungi umat muslim. Kota-kota juga
dikembangkan untuk mensejahterakan rakyat. Umar sama sekali tidak pernah berpikir

13
mengambil keuntungan untuk kesenangan pribadi atau keluarganya. Malah bisa
dibilang kehidupan Umar cukup zuhud dan tidak terlena dengan kenikmatan dan
kemewahan.

3) Menjunjung Tinggi Kebebasan


Umar didapati pernah berkata pada dirinya sendiri untuk tidak memperbudak
manusia karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam kondisi bebas merdeka.
Menurut Umar setiap orang memiliki kebebasan. Umar sama sekali tidak takut akan
kebebasan bangsanya karena arti kebebasan menurutnya cukup sederhana dan bersifat
universal. Bagi umar kebebasan yaitu kebebasan kebenaran yang berarti ada di atas
semua peraturan. Kebenaran yang dimaksud itu sendiri adalah Islam dan bukan
kebebasan atas dasar logika liberalis.

4) Siap Mendengar dan Menerima Kritik


Seorang pemimpin juga harus siap mendengar dan menerima kritik. Hal ini pun
termasuk dalam salah satu gaya kepemimpinan Umar bin Khattab. Pernah suatu saat
Umar terlibat dalam percakapan dengan seorang rakyatnya. Rakyat tersebut sangat
bersikukuh atas pendapatnya pribadi sampai-sampai orang tersebut berulang kali
mengatakan “takutlah engkau kepada Allah” yang ditujukan kepada Umar. Melihat
hal tersebut salah satu sahabat Umar membentak balik rakyat tadi. Melihat tindakan
sahabatnya, Umar malah berendah hati dan mengucapkan “ Biarkan dia, sungguh tak
ada kebaikan di dalam diri kalian bila tidak mengatakannya, dan tak ada kebaikan di
dalam diri kita bila tidak mendengarkannya.”

5) Terjun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat


Umar bin Khattab sangat populer sebagai seorang pemimpin yang tidak sungkan
untuk terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya. Di saat orang lain tidur lelap,
Umar pun melakukan patroli guna memastikan kondisi rakyatnya. Umar senantiasa
khawatir bilamana ada rakyatnya yang tidak bisa tidur karena kelaparan. Benar saja,
Suatu waktu pernah Umar menemukan seorang ibu yang anak-ankanya menangis
akibat kelaparan. Sementara sang ibu tidak memiliki bahan makanan untuk dimasak.

14
Maka Umar pun menuju Baitul Maal dan membawakan gandum untuk keluarga
tersebut.

Seperti itulah gaya kepemimpinan Umar bin Khattab yang semestinya ditiru oleh para
pemimpin negeri ini. Bekerja dengan dasar iman dan takwa guna menjamin
kesejahteraan rakyatnya.

3. Kontribusi Khalifah Umar bin Khattab Dalam Peradaban Islam


Nabi Muhammad telah meletakkan dasar agama Islam, sehingga ide-idenya
dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin. Di antara keempat khalifah tersebut, ternyata Umar
memiliki kedudukan yang istimewa, dengan tanpa menafikan peran khalifah yang lain.
Keistimewaan Umar terletak pada kemampuannya berpikir kreatif dan kebrilianannya
dalam memahami syariat Islam. Kreativitas Umar mulai tampak ketika ia
menghawatirkan keutuhan Alquran karena banyak huffaz yang mati syahid. Untuk itu, ia
mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk membukukan Alquran yang pada waktu
itu masih merupakan catatan- catatan lepas dan hafalan-hafalan pribadi para sahabat.
Walaupun sekarang bernama “Mushaf Usmani”, tetapi gagasan awalnya berasal dari
Umar, merupakan warisan intelektual Islam yang paling berharga.
Umar memberikan sumbangan yang besar dalam membangun Peradaban Islam.
Ketika sudah menjadi kepala negara, ia mengubah nama kepala negara yang semula
bergelar Khalifah al-Rasul menjadi Amîr al-Mu’minîn. Ia juga melanjutkan perluasan
wilayah (futûhat), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Islam meliputi Syiria,
Mesir, Palestina, Irak, dan sebagian wilayah Persia. Meskipun berbeda bahasa dan
agama, namun wilayah-wilayah itu disatukan di bawah kekuasaan Islam dengan
ibukotanya Madinah. Hingga terjadilah asimilasi dalam bidang darah, bahasa, adat
istiadat, alam pikiran, politik, paham keagamaaan, dan bidang- bidang lain.
Untuk menghadapi masalah baru yang belum ada pada masa rasulullah dan Abu Bakar,
maka Umar berijtihad untuk menetapkan hukum terhadap masalah-masalah yang baru
dan memperbarui organisasi negara, meliputi:
1. Organisasi Politik terdiri:
a. Al-Khilâfât, Kepala negara. Dalam memilih kepala negara berlaku sistem bai`ah.
Pada masa kini mungkin sama dengan demokrasi.

15
b. Al-Wizârât, sama dengan Menteri pada zaman sekarang.
c. Al-Kitâbât, selevel Sekretaris Negara.

2. Administrasi Negara
Sesuai dengan kebutuhan, Umar menyusun administrasi negara menjadi:
a. Diwan-diwan (Departemen-departemen)
1) Diwan al-Jundî (Diwan al-Harbî) yaitu badan pertahanan Negara. Suatu
badan yang mengurusi tentara. Disusunlah angkatan Bersenjata Khusus,
Asrama, latihan militer, kepangkatan, gaji, persenjataan, dan lain-lain. Mulai
juga dibangun Angkatan laut oleh Muawiyah gubernur Syam dan `Ala bin
Hadhrami gubernur Bahrain.
2) Diwan al-Kharaj (Diwan al-Mâly) yaitu bait al-mâl yang mengurusi
keuangan negara, pemasukan dan pengeluaran anggaran belanja negara.
selain al-Kharaj sumber pemasukan negara Islam adalah:
1) Al-Usyur yaitu 10% dari perdagangan dan kapal-kapal orang asing yag datang
ke
negara Islam; bea cukai.
2) Al-Zakah yaitu zakat harta 2,5% dari harta yang sampai nasab.
3) Al-Jizyah pajak ahli dzimmah, yaitu orang bukan Islam yang bertempat tinggal
di negara Islam.
4) Al-Fal dan Ghanima adalah uang tebusan dari orang musyrik yang kalah perang
dan harta rampasan perang.
Adapun pembagian ghannimah pada masa Umar yakni:
(a) Shafi yaitu harta rampasan yang dipilih oleh kepala Negara, harta ini tidak
boleh dibagi-bagikan.
(b)Seperlima dari shafi dibagikan, seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil
(c) Empat perlima dibagikan kepada tentara yang ikut berperang.
3) Diwan al-Qudrat selevel Departemen Kehakiman. Umar mengangkat hakim-
hakim khusus untuk wilayah dan menetapkan persyaratannya.

b. Al-Imarah `Ala al-Buldan yaitu administrasi pemerintahan dalam negeri.

16
1) Negara dibagi menjadi beberapa Propinsi yang dipimpin oleh Gubernur (Amil).
2) Al-Barid yaitu Perhubungan dengan memakai Kuda Pos.
3) Al-Syurthah yaitu Polisi penjaga keamanan negara.
4) Menyelenggarakan Hisbah, yang bertugas sebagai pengawas Pasar, mengontrol
timbangan dan takaran, menjaga tata tertib, kesusilaan, dan sebagainya.

c. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan


Kelanjutan dari meluasnya kekuasaan Islam ada dua gerakan perpindahan manusia,
dari Arab ke luar daerah Arab dan orang ‘Ajam datang ke daerah Arab. Proses
Asimilisai ini membawa dampak positif dan negatif. Orang Ajam yang pernah
mewarisi kebudayaan lebih tinggi yang kemudian masuk Islam dan berbahasa dengan
bahasa Arab serta berkeyakinan dengan keimanan Islam, mendorong Umar untuk
memerintahkan membuat tata bahasa Arab dan penafsiran Alquran agar mereka
terhindar dari kesalahan dalam membaca dan menafsirkan Alquran dan hadis.
Untuk kepentingan mengajar di luar Jazirah Arab, dikirim guru-guru yang terdiri
dari para sahabat yang ahli ilmu. Usaha tersebut tidak terlalu lama, karena Umar
terbunuh oleh orang yang sakit hati kepadanya. Namun Umar diakui oleh para sarjana
Muslim dan bukan Muslim bahwa ia adalah orang kedua sesudah Nabi yang paling
menentukan jalannya kebudayaan Islam.

d. Penetapan Kalender Islam


Khalifah Umar r.a adalah seorang administrator ulung. Bukti dan kenyataan dari hal
tersebut adalah semenjak ia memegang tampuk kekuasaannya. Pekerjaan pertama
yang dilakukan oleh khalifah Umar r.a adalah menetapkan penanggalan atau kalender
Hijriyah. Alasannya, surat-surat administrasi yang disampaikan padanya oleh para
pegawai pemerintahan dan para panglima perangnya, hanya mencantumkan tanggal
dan bulan saja, tanpa tahun. Hal ini disebabkan umat Islam belum memiliki kalender
khusus milik mereka sendiri.
Melihat hal itu, Umar r.a merasa prihatin dan meminta para sahabat Nabi Saw., agar
menetapkan kalender bagi kaum Muslimin. Umar r.a mengusulkan agar menjadikan
peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw., dari Makkah ke Madinah sebagai awal
permulaan kalender Islam. Alasannya, hijrah Nabi Muhammad Saw., merupakan

17
pondasi awal bagi pembentukan negara Islam yang mencakup jazirah Arab di bawah
naungan panji-panji Islam, kemudian meluas hingga mencakup Mesir, Irak dan
sebagian besar negeri Persia.
Jadi, dapat dikatakan bahwa menetapkan penanggalan atau kalender Hijriyah
dengan menjadikan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw., dari Makkah ke
Madinah sebagai awal permulaan kalender Islam merupakan bagian dari penataan
administrasi negara pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan
oleh kaum riddat yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban dan
keamanan diseluruh semenanjung Arabia. Selanjutkan membebaskan lembah
Mesopotamia yang didiami suku-suku Arab. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar
bagi kepentingan agama Islam adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah-
naskah setiap ayat-ayat Al-Qur’an dari simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis
(sekretaris) yang pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya, dan
menyimpan keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW, yakni Siti Hafshah.

Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang
agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah
Abu Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu
yang paling singkat bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah
penerusnya.

Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu bakar, Umar menjadi
khalifah yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar. Periode kekhalifahan Umar tidak
diragukan lagi merupakan “Abad Emas” Islam dalam segala zaman. Khalifah Umar bin
Khattab mengikuti langkah-langkah Rasulullah dengan segenap kemampuannya,
terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar seorang pemimpin biasa, tetapi seorang
pemimpin pemerintahan yang professional.

Pada masa pemerintahan beliau, banyak wilayah-wilayah yang telah ditaklukan Islam,
misalnya dikawasan barat, Islam berhasil menaklukan Damaskus, wilayah pantai Syam,
Mesir, Libya. Sedangkan dikawasan sebelah timur, Islam telah menaklukan Madain,
Jalawla’, Nahawand dan ke berbagai wilayah Persia. Selain itu juga beliau berhasil dalam
hal pemerintahan negara, ilmu keislaman, system pertahanan dan lain sebagainya.

19
Gagasan Umar mengenai prinsip peradilan dapat dijadikan dasar untuk menjadikan Umar
sebagai “Bapak Peradilan”. Khalifah Umar telah memerintah selama 10 tahun lebih 6
bulan, dan hari kematiannya sangat tragis, Abu Lu’luah secara tiba-tiba menyerangnya
dengan tikaman pisau tajam ke arah Umar yang sedang melaksanakan shalat subuh.

B. Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisadipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber, Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, J. (2020). Kontribusi Peradaban Islam di Masa khalafaurrasyidin: Pembentukan


Masyarakat Politik Islam. Madania: Jurnal Kajian Keislaman, 17(1), 75-84.

Zainudin, E. (2015). PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN. 03, 50-
58.

Rini. (2018). STUDI KOMPARATIF GAYA KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


DAN UMAR BIN KHATTAB. 12-38.

https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-khalifah-abu-bakar-dan-umar-
bin-khattab/

http://digilib.uinsby.ac.id/2433/5/Bab%202.pdf

https://dadanby.blogspot.com/2020/08/model-model-kepemimpinan khulafaur.html?m=1

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/index

21

Anda mungkin juga menyukai