Anda di halaman 1dari 14

KHULAFA AL-RASYIDIN

(Abu Bakar, Aliran Sesat, dan Gerakan Terorisme)

Dosen pengampu:
Dr. Adnan, M.Ag.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Oleh:
Marsya Ayu A. Sunandar
NIM. 233062006

JURUSAN ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sejarah Peradaban
Islam”. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi berupa dukungan dalam penyusunan makalah ini.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pegetahuan dan pengalaman menulis.
Maka dari itu saya mengharapkan kerja sama kepada seluruh pihak agar makalah ini
bisa diterima dengan baik dan bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Gorontalo, 20 oktober 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Kekhalifaan Abu Bakar Ash-shiddiq...................................................2

B. Aliran Sesat Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq.............................................4

C. Gerakan Terorisme Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq ................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abu Bakar As-Shiddiq adalah anak Abu Quhafah, khalifah pertama dari
rangkaian al-Khulafa’ al-Rasyidin, yang memerintah pada 632-634 M (11-13 H). Dia
termasuk orang terkemuka Quraisy pertama yang menerima ajaran Nabi Muhammad.
Khalifah pertama ini dikenal dalam sejarah, dengan banyak nama dan panggilan
(gelar). Nama aslinya adalah Abdullah Ibn `Uthman (gelar Abu Quhfah) ibn Amir ibn
Ka`ab ibn Sa`ad ibn Taim ibn Murrah al-Taimy. Pada masa jahiliah ia bernama
Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Rasulullah dengan nama Abdullah. Nama
panggilannya adalah Abu Bakar, karena sejak awal sekali ia masuk Islam. Gelarnya
adalah As-Siddiq, karena ia amat segera membenarkan Rasulullah dalam berbagai
peristiwa, terutama peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Abu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah, beliau


menggantikan Rasul sebagai pemimpin umat Islam bukan sebagai pengganti
keRasulannya. Abu bakar adalah seorang sahabat yang sangat dekat dengan
Rasulullah, sehingga semua yang disampaikan Rasulullah selalu dapat diterima oleh
Abu Bakar secara tegas dan mantap tanpa keraguan. Abu Bakar juga selalu menemani
Rasulullah dalam berdakwah dan membantu segala keperluan dalam
berdakwah.Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar mempunyai tanggung jawab besar
dalam menyelamatkan Islam sepeninggal Rasulullah. Yang mana sepeninggal
Rasulullah banyak umat yang melenceng dari ajaran yang telah diajarkan Rasulullah
sebelumnya. Abu bakar juga meneruskan perjuangan Rasulullah dalam menegakkan
panji-panji Islam. 1

1
Rahmatullah, M. (2014). Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq. Jurnal Khatulistiwa, 4(2).
Afivah kaune. (2018), khalifah abu bakar ash shiddiq, Makassar, 4.

iv
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Kekhalifaan Abu Bakar Ash-Shiddiq?

2. Apa aliran sesat yang terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq?

3. Bagaimana gerakan Terorisme pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq?

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kekhalifaan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Setelah wafatnya Rasullulah Saw Tahun 10 H (632 M). Yang di bicarakan


adalah salah seorang yang akan menjadi khalifah ( pengganti Rasulullah Saw).
Permasalahan khalifah (politik) muncul dan berkembang setelah wafatnya Rasulullah
Saw. Dikarenakan Nabi Muhammad Saw belum pernah secara langsung menentukan
siapa yang menggantikan beliau sebagai kepala pemerintah. Permasalahan penting
yang muncul menjadi tanda tanya masyarakat Madinah saat itu adalah siapa yang
akan mengepalai negara yang baru lahir itu. Para sahabat menyadari bahwa
kelangsungan hidup negara islam yang baru terwujud itu sangat membutuhkan
pemimpin yang akan meneruskan semangat Rasulullah menyebarkan islam dan
mempersatukan beserta melindungi kelompok muslim yang telah menyebar ke semua
pelosok jazirah Arab.

Nama asli Abu Bakar Ash Shiddiq adalah Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin
Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah al-Taimy. Di zaman kebodohan dia bernama
Abdul- Ka'bah dan kemudian digantikan oleh seorang Nabi bernama Abdullah.
Julukannya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq karena ia masuk Islam pada usia dini. la
juga menyandang gelar Ash-Siddiq karena tergesa-gesa melegitimasi Nabi dalam
berbagai peristiwa, terutama Isra dan Miraj. Abu bakar Ash-Shiddiq adalah seseorang
dengan pembawaan tenang dan bijaksana, perasaannya yang lembut, sehingga cepat
larut dalam kesedihan, bahkan cendrung bersifat lemah. Didalam dirinya yang lemah
lembut tersebut tersimpan semangat dan tak kenal kata mengalah, meski hanya
sejengkal langkah. Sifat keagungan juga dimiliki Abu Bakar dimana terlihat beliau
selalu merendah dihadapan Rasulullah Saw. Abu bakar Ash-Shiddiq salah satu orang
yang membela Rasulullah Saw pada saat Rasullah mendapat penganiayaan dan

vi
ejekan dari kaum Quraisy. Abu Bakar juga orang yang mempercayai peristiwa Isra’
dan mi'raj Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar juga yang menemani perjalanan (hijrah)
Rasullulah dan menghalau rencana jahat kaum Yahudi Yatsrib.

Terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq melalui proses musyawarah yang alot


antara kelompok Muhajirin dan Ansar. Silaturahmi Tsaqifah Bani Sa'adah menjadi
saksi perdebatan teman-teman lama tentang sistem politik yang akan diterapkan.
Diskusi ini dipicu oleh sistem politik Nabi sebagai pengemban otoritas keagamaan
tidak jelas. Sebuah persaingan kelompok sosial antara Muhajirin dan Ansar yang
merasa memiliki hak yang sama untuk kepemimpinan Muslim. Berakhirnya drama
politik di Tsaqifah Bani Sa'adah adalah pengakuan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai
Khalifah oleh mayoritas umat Islam saat itu. Alasan memilih Abu Bakar adalah
senioritas, loyalitas dan kompetensi. Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk dalam
kelompok Sabiqun Al-Awarun, telah bersumpah setia kepada Nabi, dan memiliki
kapasitas intelektual yang tinggi untuk Islam. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar
Ash-Shiddiq, berbagai macam gejolak mulai terjadi di kalangan umat Islam berupa
fitnah dari orang-orang murtad, para nabi, dan orang-orang yang enggan membayar
zakat. Berdasarkan keadaan tersebut, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq mengambil
langkah tegas untuk menjamin keimanan dan kehidupan umat Islam yang stabil
dengan memerangi pemberontak dan subversif yang kemudian dikenal dengan Perang
Lidda. Situasi umat kembali stabil, namun sejumlah besar umat Islam meninggal, di
antaranya sahabat Nabi dan juga penghafal Al-Qur'an.

Dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw. dan diangkatnya Abu Bakar Ash-
Shiddiq sebagai Khalifah, suku-suku Arab tidak mau tunduk kepada penguasa pusat
di Madinah. Oleh karena itu, ada kelompok yang ingin kembali ke agama asalnya
atau murtad, tidak mau membayar zakat, bahkan ada yang menggugat sistem zakat
yang mereka anggap sebagai upeti atau pajak. Mereka semua tersebar di seluruh
wilayah Arab, tetapi hanya di wilayah Madinah, Mekkah dan Taif mereka taat pada
ajaran Islam. Selain itu, beberapa kelompok mengeklaim bahwa pemimpin mereka

vii
adalah Nabi baru, penerus Nabi Muhammad Saw. yang telah meninggal. Grup ini
juga memiliki banyak pengikut dan pendukung, Kekal dan kontribusinya terhadap
pelestarian dan kemurnian Islam, satu-satunya upaya Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah
tekadnya untuk menyalin Al-Quran dan menyusunnya ke dalam Mushaf, Upaya ini
dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengingat sebagian besar penghafal Al-Qur'an
tewas di berbagai medan pertempuran melawan orang-orang murtad.2

Kepemimpinan Abu Bakar tidak berlangsung lama. Beliau hanya melalui masa
sebagai Khalifah selama dua tahun tiga bulan sepuluh hari. Beliau wafat pada malam
selasa tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah dalam usia enam puluh tiga tahun
setelah mengalami sakit selama lima belas hari, seperti diriwayatkan oleh Al-Waqidi
berdasarkan kisah yang disampaikan oleh Aisyah Radiyallahu Anhuma. Menjelang
ajalnya, menurut riwayat Ibn Asakir, Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya aku telah
mewasiatkan sesuatu tentang penggantiku, apakah kalian rela dengan apa yang aku
lakukan? Orang-orang itu berkata, "Kami rela wahai Khalifah." Ali kemudian berdiri
dan berkata, "Kami tidak rela, kecuali yang engkau tentukan menjadi penggantimu
adalah Umar!" Abu Bakar berkata, "Ya, dia memang Umar." Dengan demikian,
Khalifah Abu Bakar wafat dengan meninggalkan wasiat pengangkatan Umar sebagai
penggantinya.3

B. Aliran Sesat Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Aliran yang dianggap sesat telah muncul sejak awal perkembangan syiar Islam.
Sejak masa sahabat Nabi Muhammad Saw, fenomena pendangkalan akidah sudah
muncul ke permukaan. Beberapa waktu sesudah wafatnya Rasulullah Saw,
pemberontakan pecah di Jazirah Arab. Kelompok anti-Khalifah Abu Bakar ash-
Shiddiq ini dipimpin oleh Musailamah Al-Kadzab. Tidak cukup dengan
membangkang pemimpin umat (Amirul Mu`minin), ia bahkan mengeklaim diri

2
Sari, T. N., & Pratama, Y. (2022). Kemajuan Islam Masa Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
Sebagai Khalifah Pertama. Danadyaksa Historica, 2(2), 151-157.
3
Musyaddad, A. (2018). Kebijakan Fiskal Di Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Al-
Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, 4(2), 212-277.

viii
sebagai utusan Allah. Sang Nabi palsu menyebarkan ajaran sesatnya diseluruh
Negeri. Perangainya ini amat berbeda ketika dahulu dirinya mulai memeluk Islam,
yakni saat Nabi Saw masih berada di tengah umat.

Menurut berbagai sumber sejarah, Musailamah awalnya adalah seorang Muslim


yang baik. Bicaranya lembut. Gaya tuturnya mampu menarik simpati banyak orang.
Bahkan, perilakunya terbilang baik. Pernah dirinya ikut berkontribusi dalam
pembangunan masjid di sebuah desa. Ternyata, penampilan Musailamah dihadapan
publik selama ini hanyalah kamuflase. Dalam hatinya, ia menunggu-nunggu
momen untuk menguasai orang-orang Arab sebanyak mungkin. Sejak Rasulullah Saw
wafat, ia pun membuka kedoknya. Musailamah merasa, kaum Muslimin akan mudah
dipecah belah begitu beliau tiada. Sang Nabi palsu tidak sendirian dalam
mengacaukan ukhuwah Islamiyah pasca wafatnya Rasulullah Saw. Sejumlah tokoh
turut menolak kepemimpinan sang Khalifah, Abu Bakar. Setidaknya, ada tiga orang
sosok yang murtad dari Islam begitu mengetahui kabar sakitnya Rasulullah Saw.
Selain Musailamah, ada juga sosok bernama Aswad Al-Ansy dan Thulaihah Al-
Asady. Masing-masing berasal dari Yaman dan perkampungan Bani Asad.

Ketiga orang sesat ini mengaku dirinya sebagai Nabi yang diutus tuhan kepada
kaumnya. Malahan, secara serampangan mereka menyebut bahwa Nabi Muhammad
Saw diutus kepada Quraiys, bukan seluruh manusia. Sungguh kebohongan yang
berlipat-lipat ganda. Perangai Musailamah Al-Kadzab bila diistilahkan pada masa
kini adalah sifat penyebar hoaks. Lelaki itu berasal dari Yamamah. Lahir dengan
nama Maslamah bin Habib, ia termasuk keturunan Bani Hanifah, salah satu suku
terbesar di Arab tengah. Pada masa dewasanya, tokoh ini turut membangun
Yamamah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad Saw ke Madinah. Begitu Islam
diterima dan tersebar luas diseluruh Jazirah Arab, Musailamah ikut-ikutan
menyatakan diri sebagai Muslim. Ia juga turut membangun sebuah masjid di
Yamamah dan Yaman. Maka dari itu, kaum Muslimin lokal menghormatinya.

ix
Pada saat yang sama, Musailamah juga mempelajari sihir. Namun, ia
mengklaim sihirnya itu sebagai jalan mencapai mukjizat. Melalui kemampuan ilmu
hitam itu, ia pun menggaet kekaguman orang-orang yang lemah iman. Mereka pun
menelan mentah-mentah kebohongannya yakni status "Nabi." Musailamah mengaku,
memperoleh wahyu dari Allah Swt. Bahkan, disebutkannya pula bahwa dirinya
"berbagi wahyu" dengan Rasulullah SAW. Ia juga menyusun ayat-ayat yang
dinyatakan sebagai tandingan ayat Al-Quran. Sebagian besar ayat-ayat palsu buatan
Musailamah memuji keunggulan sukunya, Bani Hanifah, atas Bani Quraisy.
Walaupun demikian, tentunya ayat-ayat itu sangat jelek dan sangat tidak sebanding
dengan Kalamullah.

Tidak hanya itu, Musailamah juga pernah menyebut dirinya sebagai Rahman,
dan menyatakan dirinya memiliki sifat ketuhanan. Setelah itu, beberapa orang
menerimanya sebagai Nabi bersama dengan Nabi Muhammad SAW. Perlahan-lahan
pengaruh dan wewenang Musailamah meningkat terhadap orang-orang dari sukunya,
khususnya Bani Hanifah yang berada di lingkungannya. Setelah itu Musailamah
berusaha untuk merevisi syariat Islam. Dengan kesesatan berpikirnya, Musailamah
berusaha menghapuskan kewajiban untuk melaksanakan shalat serta memberikan
kebebasan bagi umatnya untuk melakukan seks bebas dan mengonsumsi alkohol.
Hingga Nabi Muhammad Saw wafat 8 Juni 632 M, ajaran sesat Musailamah Al-
Kadzab terus berkembang. Bahkan Musailamah menyerukan akan memerangi
Madinah, yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Khulafaur Rasyidin.

Musailamah dan pengikutnya semakin membuat muak pemimpin Islam di


Madinah yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar. Hingga akhirnya, Khalifah Abu
Bakar mengutus panglima perang yang termasyhur dalam sejarah Islam, yaitu Khalid
bin Walid. Sahabat yang memiliki julukan “Pedang Allah” ini diutus untuk
menumpas Musailamah dan pengikutnya. Khalid bin Walid kemudian menuju ke
Yamamah. Disanalah terjadinya pertempuran yang dikenal sebagai Perang Yamamah.

x
Dalam perang ini lah Musailamah al-Kadzab tewas. Ia dibunuh oleh mantan budak
bernama Wahsyi bin Harb.4

C. Gerakan Terorisme Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Tercatat dalam sejarah, bahwa pemberontakan pertama kali dalam Islam


dilakukan oleh Dzul Khuwaishirah yaitu cikal bakal Khawarij yang kemudian
menurunkan generasi yang berpemikiran sesat seperti dia. Demikian juga tercatat
pada perkembangan berikutnya, tidak ada satu pun pemberontakan kecuali pelakunya
adalah Khawarij dan Syi’ah Rafidhah, atau orang-orang yang teracuni pemikiran dua
aliran sesat tersebut. Mereka terus mengotori barisan ummat Islam ini dengan tampil
sebagai teroris di tubuh ummat. Terjadi aksi teror dan pemberontakan yang mereka
lakukan sepanjang sejarah Islam pada masa kekhalifaan terutama pada masa
kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq.5

Pada masa beliau muncul gerakan separatis yang dimotori oleh beberapa
kalangan kabilah Arab. Mereka menyatakan murtad dari Islam. Mereka berkata:
“Masa kenabian berakhir dengan wafatnya Muhammad. Maka kita tidak mentaati
siapa pun selama-lamanya setelah wafatnya Muhammad!!” Dan lainnya lagi
menyatakan menolak untuk membayar zakat. Pemberontakan dan gerakan murtad ini
merupakan ancaman langsung terhadap eksistensi Islam, sehingga membuat Islam
benar-benar dalam kondisi genting. Kemudian Allah selamatkan agama ini dengan
mengokohkan dan memantapkan hati Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk tampil
memerangi dan menumpaskan gerakan separatis dan aksi murtad tersebut. Tindakan
Abu Bakar ini didukung oleh seluruh Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam6. Imam ‘Ali Ibnul Madini berkata: “Sesungguhnya Allah menjaga agama ini
dengan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu pada saat terjadi Riddah dan dengan Imam
Ahmad Rahimahullah pada hari Mihnah.”7

4
https://www.republika.id/posts/36110/musailamah-orang-sesat-di-zaman-sahabat
5
https://almanhaj.or.id/6165-sejarah-awal-mula-pemberontakan-dalam-islam.html
6
al-Bidaayah wan Nihaayah (VI/315-335) oleh al-Hafizh Ibnu Katsir
7
Siyar A’lamin Nubalaa’ (XI/196).

xi
xii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para sahabat menyadari bahwa kelangsungan hidup negara Islam yang baru
terwujud itu sangat membutuhkan pemimpin yang akan meneruskan semangat
Rasullulah menyebarkan Islam dan mempersatukan beserta melindungi kelompok
muslim yang telah menyebar ke semua plosok jazirah Arab.

Seorang Khalifah yang diberdayakan untuk menjalankan fungsi pemimpin dan


administrator daerah bukanlah orang yang diangkat tanpa alasan yang mendasar, dan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat menyandang gelar Khalifah
tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq mengambil
langkah tegas untuk menjamin keimanan dan kehidupan umat Islam yang stabil
dengan memerangi pemberontak dan subversif.

Keberhasilan kepemimpinan yang dicapai oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq yakni


dengan mendorong kaum Muslimin memerangi orang-orang yang ingin
menghancurkan Islam seperti halnya orang-orang murtad, orang-orang yang enggan
membayar zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Oleh karena
itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari
kehancuran.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

A, Musyaddad (2018). Kebijakan Fiskal Di Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-


Shiddiq. Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, 4(2), 212-277.

https://almanhaj.or.id/6165-sejarah-awal-mula-pemberontakan-dalam-islam.html

https://www.republika.id/posts/36110/musailamah-orang-sesat-di-zaman-sahabat

Kaune Afivah. (2018), khalifah abu bakar ash shiddiq, Makassar, 4.

M, Rahmatullah. (2014). Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq. Jurnal


Khatulistiwa, 4(2).

Nihaayah Al-Bidaayah wan (VI/315-335) oleh al-Hafizh Ibnu Katsir

Nubalaa’ Siyar A’lamin (XI/196).

T. N., Sari & Pratama, Y. (2022). Kemajuan Islam Masa Khalifah Abu Bakar Ash
Shiddiq Sebagai Khalifah Pertama. Danadyaksa Historica, 2(2), 151-157.

xiv

Anda mungkin juga menyukai