Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

“Masa Abu Bakar As-Shiddiq”

Disusun Oleh :

Kelompok II

Yuni Harti (2020302011)

Laila Kurnia Sari (2020302021)

Alfina Apriani (2020302022)

Widya Pitaloka (2020302024)

Fiki Mahendra Umbar Wijaya (2020302028)

Dosen Pengampu :

Nuraini, M. Hum

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang maha esa atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Solawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Pemimpin para nabi dan panutan bagi umat Islam di
dunia yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-bernderang seperti saat ini, serta
pengemban risalah mulia yang selalu mengikuti metode dan langkah beliau yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedoman sekaligus sumber hukum. Penyusun sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah
penyusun harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga amal kebaikan dan aktivitas
yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan hidayah-Nya. Aamiin

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Palembang, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...2

A. Khulafaur Rasyidin……………………………………………………………………..2
B. Biografi Abu Bakar As-Shiddiq………………………………………………………..2
C. Proses Pengangkatan dan Masa Pemerintahan…………………………………………4
D. Kemajuan dalam Pemerintahan Abu Bakar…………………………………………….8

BAB III PENUTUP…….…………………………………………………………………10

A. Kesimpulan…………………………………………….. ……………………………..10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rentang waktu penyebaran agama Islam pada masa Rasul sampai ke masa
Khulafa’ Ar-Rasyidin menyisakan banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Perjuangan Rasul menyiarkan agama Islam dengan cara diam-diam serta terang-terangan
pada masyarakat Arab yang mengakibatkan banyaknya cemoohan pada diri beliau, kemudian
hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Madinah, sampai wafatnya Rasul yang kemudian
dilanjutkan oleh para sahabat yang empat, yakni Abu Bakar, Umar, Utsman, serta Ali yang
terlihat banyak hal yang dapat kita ambil nilai-nilai positif darinya.

Di antaranya adalah nilai positif dari aspek pendidikan Islam yang diajarkan beliau.
Begitu luasnya nilai-nilai itu, sehingga membutuhkan penafsiran kita dari sejarah yang ada
untuk menggali nilai-nilai pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam makalah ini sedikit banyak
menggali nilai-nilai pendidikan Islam pada masa Khulafa’ Ar-Rasyidin, khususnya pada
masa Abu Bakar As-Shiddiq Radiallahu Anhu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimanakah biografi Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq?
3. Bagaimanakah proses pengangkatan dan masa pemerintahan Abu Bakar?
4. Bagaimanakah kemajuan pada masa Abu Bakar?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafa’ dan ar-rasyidin. Kata khulafa’ berasal
dari kata khalifah yang berarti pengganti, sedangkan ar-rasyid artinya mendapat petinjuk.
Jadi, Khulafaur Rasyidin menurut bahasa adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti,
memimpin, dan penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SAW. Menurut istilah,
Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin umat dan kepala negara yang telah mendapat petunjuk
dari Allah untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Khulafaur rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umatnya sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia
wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat yang dekat dengan Nabi Muhammad yang
tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya saat masa
kerasulan Nabi Muhammad SAW., empat khalifah tersebut bkan dipilih berdasarkan
keturunannya, melainkan berdasarkan consensus bersama Umat Islam. Empat Khalifah yang
dimaksud adalah Abu Bakar As-Shiddiq (632 M-634 M), Umar bin Khattab (634 M-644 M),
Utsman bin Affan (644 M-655 M), dan Ali bin Abi Thalib (655 M-661 M).1

Tidak lama Khulafaur Rasyidin menjadi penerus Nabi yaitu hanya 31 tahun, dimulai
tahun 632 M dan berakhir tahun 661 M. Namun, 31 tahun itu sangat menentukan bagi
keberadaan Islam. Masa itu adalah masa konsolidasi dan pemantapan dasar-dasar Islam dan
peradabannya. Khulafaur Rasyidin yang berhasil menyelamatkan aqidah Islam kaum Muslim
dari pembangkangan kaum Murtad dan para Nabi palsu.2

B. Biografi Abu Bakar As-Shiddiq

Nama lengkap Abu Bakar As-Shiddiq adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab
At-Tamimi Al-Qurasyi. Sebelum masuk Islam, ia bernama Abdul Ka’bah, lalu Rasulullah
menamainya dengan nama Abdullah dan sering dipanggil dengan sebutan Abu Bakar. Ia lahir
di Makkah 2 tahun beberapa bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia berkulit

1
www.masuk-islam.com
2
Wahid Achmadi,dkk., Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : Insani Madani, 2008)
putih, kurus, matanya cekung, badannya bungkuk, rambutnya lebat dan suka menyemir
rambutnya dengan bahan pewarna Al-Hinna dan Khatam.

Abu Bakar digelari As-Shiddiq (membenarkan) karena ia membenarkan peristiwa isra’.


Nabi pernah mengatakan “Sesungguhnya tidak ada seorangpun di antara manusia yang
sanggup berkorban dengan diri dan hartanya karena aku selain Abu Bakar bin Abi Qhuafah.
Sekiranya aku ingin mengambil seorang kekasih, aku akan mengambil Abu Bakar sebagai
kekasihku. Akan tetapi persaudaraan Islam lebih utama. Hendaklah kalian menutup semua
pintu yang ada di masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” (HR. Bukhari)

Ia juga diberi gelar Al-Atiq (yang dibebaskan) karena Rasulullah pernah mengatakan
kepadanya “Anda adalah orang yang dibebaskan oleh Allah dari api neraka”. Selain itu, ia
mempunyai gelar Al-Awwah Al-Munib (tunduk dan kembali), julukan ini diungkapkan oleh
Ali bin Abi Thalib R.a. ketika ia berkhotbah “Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang yang
hatinya tertunduk dan kembali. Sesungguhnya Umar adalah orang yang dinasehati Allah
sehingga ia menasehatinya”. Menurut Ibrahim Al-Nakha’I, Abu Bakar dijuluki Al-Awwah
karena kelembutan dan kasih sayangnya.3

Abu Bakar adalah laki-laki pertama yang beriman kepada Rasulullah. Tentang
keislamannya Rasulullah SAW., berkata “Tidak kuajak seorangpun masuk Islam melainkan
ia ragu dan bimbang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu dan bimbang ketika ku sampaikan
kepadanya”. (HR. Ibnu Ishaq). Abu Bakar juga merupakan salah satu di antara sepuluh
sahabat yang memperoleh jaminan masuk surge. Ia pernah memerdekakan tujuh orang budak
dan mereka semua pernah disiksa karena memperjuangkan Islam, merea adalah Bilal, Amir
bin Fuhairah, Zuhairah, Zunairah, Nahdiyah dan putrinya, Jariyah binti Mu’ammil, dan
Ummu Ubais. Abu Bakar merupakan teman setia Rasulullah dalam perjalanan hijrah dan
yang menemani beliau ketika berada di Gua Tsur. Ia tidak pernah absen mengikuti semua
peperangan bersama Rasulullah.

Abu Bakar As-Shiddiq dikenal sebagai sahabat yang paling mengetahui Al-Qur’an.
Selain itu, ia juga paling mengetahui sunnah Rasulullah SAW., ia sering menjadi rujukan
para sahabat lain mengenai sunnah Nabi SAW., ia hafal banyak hadits Rasulullah dan dapat
menyebutkannya ketika dibutuhkan. Dialah yang paling cakap dalam hal ini di antara para
sahabat lainnya. Ditambah lagi ia merupakan sahabat yang paling cerdas dan pintar. Jika Abu
Bakar diketahui hanya meriwayatkan beberapa hadits, itu karena ia hidup hanya sebentar
3
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Jakarta : Zaman, 2009)
setelah Nabi wafat. Seandainya ia hidup lebih lama, tentu akan sangat banyak hadits Nabi
yang diriwayatkan darinya. Abu Bakar juga merupakan sahabat yang paling menguasai tafsir
Al-Qur’an, istinbath hukum darinya, dan memahami hikmah-hikmah yang terkandung di
dalamnya.

Abu Bakar meninggal pada tahun 12 H dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi
saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Rasulullah di kamar Aisyiah,
sebelum meninggal ia menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah umtuk
menggantikannya.4

C. Proses Pengangkatan dan Masa Pemerintahan


1. Proses Pengangkatan

Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin dihadapkan suatu problem yang berat,
karena Nabi sebelum meninggal ridak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan
menggantikan Nabi sebagai pemimpin umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan
umat Islam dalam kebingungan. Hal ini karena mereka sama sekali tidak siap kehilangan
beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.

Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan Anshar yang berkumpul di


tempat seorang sahabat, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan
musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar tersebut dipimpin oleh
seorang sahabat dekat Rasulullah SAW., yaitu Sa’ad bin ‘Ubadah (tokoh terkemuka suku
Khazraj). Pada saat Sa’ad bin ‘Ubadah mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa
yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah, ia menyatakan bahwa
kaum Ansharlah yang pantas memimpin kaum muslimin. Pada saat berargumen bahwa
golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirindari kerajaan
dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy. Tentu gagasan itu disetujui oleh para
sahabat dari golongan Anshar.

Pada saat beberapa tokoh Muhajirin mengetahui pertemuan orang-orang Anshar


tersebut, mereka langsung menuju ke rumah sahabat dari golongan Anshar tersebut, dan
kaum Anshar tersebut hampir bersepakat untuk mengangkat dan membai’at Sa’ad bin
‘Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat kaum Muhajirin datang maka mereka juga
diajak untuk mengangkat dan membai’at Sa’ad bin ‘Ubadah. Namun, kaum Muhajirin
4
Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007)
yang diwakili oleh Abu Bakar menolaknya dengan tegas membai’at Sa’ad bin ‘Ubadah,
Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan Khalifah sebaiknya
diserahkan kepada kaum Muhajirin. Dengan usulan tersebut, golongan Anshar tidak dapat
membantah usulannya. Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka
sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Makkah mengajak masuk Islam, bukanlah di
antara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut.

Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di antara Umar bin Khattab dan Abu
Ubaidah bin Jarrah. Tetapi Umar bin Khattab menolaknya, melainkan Umar bin Khattab
mengayunkan tangannya ke tangan Abu Bakar yang segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan
akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membai’at Abu Bakar.5

2. Masa Pemerintahan

Kepergian Rasulullah meninggalkan pekerjaan rumah sangat berat bagi siapapun yang
menjadi pemimpin setelahnya. Ketika Nabi Muhammad SAW. Wafat, Islam telah
menyebar ke seantero jazirah arabiah. Terutama setelah peristiwa futu Makkah, berbagai
suku dan kabilah berbondong-bondong menyatakan keislaman dan mengakui Nabi sebagai
pemimpin mereka. Keadaan seperti itulah yang dihadapi Abu Bakar r.a. ketika ia diangkat
dibai’at sebagai khalifah umat Islam. Menghadapi situasi-situasi sosial politik Abu Bakar
r.a. memastikan seluruh perhatiannya untuk menciptakan stabilitas umatnya
mengembalikan aqidah sebagian mereka yang telah murka, serta memaksa mereka yang
tidak mau membayar zakat. Perhatian Abu Bakar terpusat pada tugas untuk membersihkan
Islam dari para pembangkang dan orang-orang yang murtad. Selama kepemimpinannya
yang singkat, Khalifah Abu Bakar masih sempat menjalankan kebijakan luar negeri,
seperti penaklukan daerah-daerah baru dan menahan musuh-musuh luar. 6 Pada masa
Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah itu bersifat sentral yang berarti
bahwa kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, Khalifah Abu Bakar juga melaksanakan hukum.
Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW., Abu Bakar selalu mengajak
sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.7

5
Wahid Achmadi, dkk. Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : Insani Madani, 2008)
6
Musthafa Murad. Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Jakarta : Zaman, 2009)
7
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Rajagrafindo, 2003)
Secara umum kebijakan internal Abu Bakar tidak jauh berbeda dari kebijakan yang
dijalankan oleh Nabi Muhammad karena orang-orang yang menentang Abu Bakar
merupakan orang yang menentang Nabi Muhammad. Kebijakan internal yang diterapkan
oleh Abu Bakar yang bertujuan untuk menjaga keutuhan dan kesejahteraan umat Islam
sebagai berikut :

a) Ia menetapkan bahwa gaji khalifah diambil dari baitul mal.


b) Menetapkan jalan musyawarah sebagai pemutus perkara dan mengangkat dewan
syura atau di masa sekarang disebut dengan dewan legislatif (Umar bin Khattab).
c) Abu Bakar membentuk dewan syariah sebagai embrio bagi lembaga peradilan Islan
yang bertugas untuk memutuskan berbagai perkara yang dihadapi umat Islam.
d) Abu Bakar mengutus beberapa sahabat untuk menjadi wakil khalifah di beberapa
wilayah yang dikuasai Negara Islam, dan wilayah-wilayah taklukan lainnya.
Mereka bertugas memelihara keamanan dan kestabilan wilayah, menyebarkan
agama Islam, berjihad di jalan Allah, mengajari kaum muslim tentang agama
Islam, memelihara kesetiaan kepada khalifah, mendirikan shalat, menegakkan
hukum Islam, dan melaksanakan syariat Allah. Berikut ini beberapa wilayah di
bawah Negara Islam dan orang yang dipercaya menjadi wakil khalifah di wilayah
itu adalah :
1) Itab ibn Asid sebagai gubernur Makkah.
2) Utsman ibn Abi Al-Ash sebagai gubernur Taif.
3) Al-Muhajir ibn Abi Umayyah sebagai gubernur Shana’a.
4) Ya’la ibn Umayyah sebagai gubernur Khaulan.
5) Abu Musa Al-Asy’ari sebagai gubernur Zabid dan Rafa.
6) Abdullah ibn Nur sebagai gubernur Jarasy.
7) Muaz ibn Jabal sebagai gubernur Yaman.
8) Jarir ibn Abdillah sebagai gubernur Najran.
9) Al-Ala ibn Al-Khadrami sebagai gubernur Bahrain.
10) Hudzaifah Al-Ghalfani sebagai gubernur Oman.
11) Sulaith ibn Qais sebagai gubernur Yamamah.8

Sementara itu, terdapat permasalahan yang dihadapi oleh Abu Bakar, yaitu :

a) Perang melawan Kaum Murtad

8
Musthafa Murad. Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Jakarta : Zaman, 2009)
Orang-orang Arab yang murtad dan memisahkan diri dari jama’ah kaum muslim
menjadi persoalan penting yang dihadapi Abu Bakar karena mereka telah
memunculkan kekacauan dan keraguan di hati kaum muslim lainnya. Jika mereka
dibiarkan maka lama kelamaan kaum muslim akan semakin terpecah. Karena itulah
Abu Bakar menyiapkan pasukannya untuk menyerang orang-orang yang enggan
kembali dalam pelukan Islam. Ia menasehati pasukan-pasukannya agar mewaspadai
setiap tipu daya yang disiapkan musuh-musuh Islam.

Untuk menghadapi para pembangkang, orang-orang murtad, dan musuh-musuh


Islam lainnya, Abu Bakar menyusun strategi sebagai berikut :

1) Mengharuskan semua penduduk Madinah untuk lebih berdiam di masjid


sampai mereka benar-benar mempersiapkan dan mempertahankan diri jika
musuh menyerang Madinah.
2) Mengatur para penjaga perbatasan Madinah dan mewajibkan untuk tetap
berada di pos-posnya masing-masing.
3) Setiap pos penjagaan ditanggung jawabi oleh para sahabat besar termasuk Ali
bin Abi Thalib, Zubair bin Al-Awwan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abu
Waqqas, Abdurrahman bin Auf, dan Abdullah bin Mas’ud.9
b) Perang Ummu Zamal dan perang Fajja’ah

Sekelompok besar pengikut Thulaih dari bani Ghutafah berkumpul dan


menemui Ummu Zamal pada hari perang Bazakhah. Nama lengkap wanita itu adalah
Salma binti Malik bin Hudzaifah. Ia termasuk wanita bangsawan Arab seperti ibunya,
Ummu Qurfah. Ia menyerupai ibunya dari sisi kebangsawanan karena memiliki
banyak anak. Ia mulia karena keistimewaan suku dan keluarganya. Ketika mereka
berkumpul dan menemui Ummu Zamal, ia mengobarkan semangat mereka untuk
berperang melawan Khalid bin Walid. Mereka mengikutinya dengan semangat
menuju medan perang. Ia juga mengajak kabilah lainnya seperti bani Sulaim, Thayyi,
Hawwazin, dan bani Asad. Ia dapat mengumpulkan pasukan yang cukup banyak dan
ia memimpin langsung pasukannya. Ketika mendengar kedatangan pasukan, Khalid
bin Walid, mereka bersiap-siap memeranginya. Ia berperang gagah, berani, seraya
menunggang unta milik ibunya yang dikatakan mengenainya, “Siapa yang dapat
menyentuh untanya, ia akan mendapatkan seratus ekor unta betina”. Ucapan itu

9
Ibid
menyejukkan ketinggian derajatnyadan kecakapannya menunggang unta. Namun,
Khalid terlalu kuat untuk wanita itu. Ia menghancurkan pasukan ummu zamal dan
berhasil membunuhnya.

Selain Ummu Zamal, ada sosok lain yang ikut merecoki dan mengusik
kedamaian umat Islam. Dikisahkan bahwa Abu Bakar sedang berada di Baqi,
Madinah Al-Munawarah, seorang laki-laki yang menurut Ibn Ishaq bernama Iyas ibn
Abdullah ibn Abdul Yalail ibn Amirah ibn Khaffaf dari bani Sulaim, menemui Abu
Bakar. Ia menghadap kepada Abu Bakar dan menyatakan keislamannya. Untuk
membuktikan kesetiaannya, Abu Bakar memintanya menyediakan pasukan untuk
membantunya memerangi kaum murtad. Ia bersedia dan membawa pasukan yang
dimaksud. Namun, dalam perjalanan mereka membinasakan siapa saja yang mereka
temui, baik yang muslim maupun yang murtad, lalu merampas harta benda mereka.
Ketika Abu Bakar mendengar kabar tentang mereka, ia segera mengirim pasukan
untuk menumpasnya. Mereka dapat menumpas para pengacau itu dan menawan Iyas,
yang kemudian dikirimkan ke Madinah, tepatnya ke Baqi. Ia digiring dengan tangan
dan kaki terbelenggu untuk menghadapi hukuman yang berat dari khalifah.10

D. Kemajuan dalam Pemerintahan Abu Bakar

Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan,
beliau tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah SAW., untuk mengirim pasukan ke
daerah Syiria di bawah pimpinan Usama bin Zaid. Beliau berpendapat, bahwa itu rencana
Rasulullah dan demi memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan Persia dan
Bizantium. Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu adalah sangat strategis dan
membawa dampak yang sangat positif dan sukses. Selanjutnya melakukan ekspansi ke daerah
Irak dan Suriah. Ekspansi ke Irak dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid. Sedangkan ke
Suriah dipimpin oleh Amri bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasan. Pasukan
Khalid dapat menguasai Al-Hirrah pada tahun 634 M. Akan tetapi tentara Islam yang menuju
Suriah, kecuali pasukan Amru bin Ash mengalami kesulitan karena pihak lawan yaitu tentara
Bizantium memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dan perlengkapan perangnya jauh lebih
sempurna.

Untuk membantu pasukan Islam di Suriah, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin
Walid segera meninggalkan Irak menuju Suriah, dan kepadanya diserahkan tugas memimpin
10
Ibid
seluruh pasukan. Khalid mematuhi instruksi Abu Bakar. Mereka berhasil memenangkan
pertempuran, tapi sayangnya kemenangan itu tidak sempat disaksikan oleh Abu Bakar karena
ketika pertempuran itu sedang berkecamuk beliau jatuh sakit dan tak lama kemudian beliau
meninggal dunia. Selain usaha perluasan wilayah Islam, beliau juga berjasa dalam
pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang selama ini berserakan di berbagai tempat. Usaha ini
dilakukan atas saran Umar bin Khattab. Pada mulanya beliau agak berat melakukan tugas ini
karena belum pernah dilakukan oleh Nabi. Akan tetapi Umar banyak mengemukakan alas an.
Di antara alasannya adalah bahwa banyak sahabat penghafal Qur’an gugur di medan perang
dan dikhawatirkan akan habis seluruhnya. Pada akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Untuk
selanjutnya ia menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. Abu
Bakar sebagai seorang sahabat Nabi yang berupaya meneladani beliau berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk itu ia membentuk lembaga Bait al-
Mal, semacam kas negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu
Ubaidah sahabat Nabi yang digelari Amin Al-‘Ummah (Kepercayaan Ummat).

Pada masa Abu Bakar, kegiatan Bait al-Mal masih tetap seperti pada masa Nabi
Muhammad SAW. Pada tahap awal Abu Bakar menjadi khalifah, ia memberikan 10 dirham
kepada setiap orang. Lalu pada tahap kedua, ia memberikan 20 dirham untuk perorangan
(Ensiklopedia Islam, 1994: 222). Fungsi Bait al-Mal ini adalah untuk mengelola pemasukkan
dan pengeluaran negara secara bertanggung jawab guna terpeliharanya kepentingan umum.
Bait al-Mal adalah amanat Allah dan masyarakat kaum muslimin. Karena itu, beliau tidak
mengizinkan pemasukan atau pengeluarannya berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan
oleh syariat (Al-Maududi, T. Th: 116). Selain mendirikan Baitul Mal ia juga mendirikan
lembaga peradilan yang ketuanya diserahkan kepada Umar bin Khattab.11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

https://www.google.com/search?
11

q=peristiwa+penting+zaman+Abu+Bakr+pdf+jurnal&ie=utf8&oe=utf-8
Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafa’ dan ar-rasyidin. Kata khulafa’ berasal
dari kata khalifah yang berarti pengganti, sedangkan kata ar-rasyid artinya mendapat
petunjuk. Jadi, khulafaur rasyidin menurut bahasa adalah orang yang ditunjuk sebagai
pengganti, pemimpin, dan penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT.,
menurut istilah, khulafaur rasyidin adalah pemimpin umat dan kepala Negara yang telah
mendapat petunjuk dari Allah SWT., untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Nama lengkap Abu Bakar As-Shiddiq adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab At-
Tamimi Al-Quraisy.

Abu Bakar As-Shiddiq dikenal sebagai sahabat yang paling mengetahui Al-Qur’an.
Selain itu ia juga paling mengetahui sunnah Rasulullah SAW. Proses pengangkatan Abu
Bakar sebelumnya masing-masing dari kaum Muhajirin dan Anshar memiliki kandidat yaitu
‘Ubaidah dan Utsman, tetapi Utsman enggan menerimanya dan mengayunkan tangannya
kepada Abu Bakar lalu diikuti dengan ‘Ubaidah. Kemajuan dalam pemerintahan Abu Bakar
adalah menetapkan gaji khalifah diambil dari Baitul Mal, menetapkan jalan musyawarah
sebagai pemutus perkara dan mengangkat dewan syura (dewan legislatif), dan membentuk
dewan syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Wahid dkk. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta : Insani Madani.
Murad, Musthafa. 2009. Kisah Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta : Zaman.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Rajagrafindo.
Syaikh Muhammad Sa’id Mursi. 2007. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.
Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
https://www.google.com/search?
q=peristiwa+penting+zaman+Abu+Bakr+pdf+jurnal&ie=utf8&oe=utf-8
www.masuk-islam.com

Anda mungkin juga menyukai