Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INDIVIDU

RANGKUMAN 4 KHALIFAH PADA KHULAFAUR RASYIDIN

UNTUK MEMENUHI TUGAS SEJARAH KEBUYAAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU: PROF H. ABBAS PULUNGAN, MA

DISUSUN

MIFTA MAIRANI NOOR (0301192087)

PAI-3 (II)

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Tuhan yang maha kuasa
yang telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik mungkin. Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan Allah SWT. Kepada junjungan
Nabi Muhammad saw, semoga kita senantiasa menjadi umatnya yang setia yang dapat
mengamalkan dan mewarisi setiap ajarannya. Aamiin

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyajikan sebuah
makalah yang berjudul “RANGKUMAN 4 KHALIFAH PADA KHULAFAUR RASYIDIN”.
Namun, penulis yakin bahwa kelemahan dan keterbatasan dapat terjadi dalam makalah ini. Oleh
karenanya, kritik yang sehat dan membangun, serta saran dan masukan yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari pembaca terutama dosen pembimbing : PROF H. ABBAS PULUNGAN,
MA untuk kesempurnaan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan apresiasi dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.

MEDAN, 17 JUNI 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I.............................................................................................................................................

PENDAHULUAN............................................................................................................................

BAB II...........................................................................................................................................

PEMBAHASAN...........................................................................................................................

A. ABU BAKAR ASH SHIDDIQ.............................................................................................


B. UMAR BIN KHATTAB........................................................................................................
C. UTSMAN BIN AFFAN........................................................................................................
D. ALI BIN ABI THALIB.........................................................................................................

BAB III...........................................................................................................................................

PENUTUP.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah pendidikan islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita abaikan
begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah terjadi pada zaman
sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana pemerintah pada zaman sebelum nabi
sampai pada khulafaur rasyidin. Kaum muslim mulai di pimpin oleh seorang khalifah semenjak
wafatnya nabi untuk menggantikan kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin
negara.

Khulafaurrasyidin ialah para sahabat-sahabat terdekat nabi Muhammad SAW. Kata


khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa
itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu disebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin
dalam arti orang yang mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan
siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-
batasnya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.

Adapun kata rasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai
arti pemimpin yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang
berkualitas tinggi dan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

KHALIFAH KHULAFAUR RASYIDIN

A. ABU BAKAR ASH SHIDDIQ


Abu Bakar ash-Shiddiq adalah merupakan sahabat Nabi yang paling awal
memeluk Islam. Ia dikenal sebagai khalifa pertama yang meneruskan perjuangan Nabi
Muhammad SAW dalam memimpin ummat islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW beliau menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M.
Dan merupakan satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau
khalifah yang diberi petunjuk. Silsilah kekeluargaan, nama lengkap Abu Bakar adalah
‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah
bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada
kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair
salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya
sama-sama dari kabilah Bani Taim.
Semasa hidupnya, Nabi Muhammad. tidak pernah menitipkan pesan dan
menunjuk siapa kelak yang akan menjadi pengganti dan penerus atas kepemimpinan-nya,
sehingga sepeninggal beliau terjadilah beberapa perselisihan ketika proses pengangkatan
Khalifah khusus nya antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kaum Anshar
menawarkan Saad bin Ubadah sebagai Khalifah dari golongan mereka, dan Abu Bakar
Ash-Shiddiq menawarkan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah. Abu Bakar menegaskan
bahwa kaum Muhajirin telah di istimewakan oleh Allah Swt karena pada permulaan
Islam mereka telah mengakui Muhammad sebagai Nabi dan tetap bersamanya dalam
situasi apapun, sehingga pantaslah Khalifah muncul dari kaum Muhajirin.
Umar bin Khattab menolak usulan dari Abu Bakar. Umar mengatakan bahwa Abu
Bakar yang pantas menjadi Khalifah dari kaum Muhajirin. Setelah melalui musyawarah,
disepakati bahwa Abu Bakar yang pantas menjadi Khalifah. Adapun kesepakatan tersebut
karena Abu Bakar adalah :
a. Orang pertama orang yang mengakui peristiwa Isra’ Mikraj.
b. Orang yang menemani Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah.
c. Orang yang sangat gigih dalam melindungi orang yang memeluk agama Islam dan
d. Imam shalat sebagai penggati Nabi Muhammad ketika sedang sakit.

Setelah sepakat, Umar bin Khattab menjabat tangan Abu Bakar dan menyatakan
baiatnya kepada Abu Bakar. Lalu diiukti oleh Sa’ad bin Ubadah. Dan Umat Islam
seluruhnya. Abu Bakar menamai dirinya sebagai Khalifatur Rasul atau sebagai pengganti
Muhammad.

Semasa kepemimpinannya yang singkat, beliau memprioritaskan penyelesaian


problem dalam negeri. Beberapa kelompok berusaha melepaskan diri dari jamaah Islam.
mereka menggangkap setelah Muhammad meninggal maka berakhir pula kekuasaan
Islam terhadap mereka. Selain itu beberapa orang mengaku sebagai nabi pengganti
Muhammad. Juga ada yang menolak membayar zakat. Terhadap ketiga pembelot
tersebut, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi mereka. Pusat kekuasaan bersifat
sentralistik. Segala keputusan ada di tangan Khalifah Abu Bakar. Walaupun begitu, dia
selalu mengadakan musyawarah dengan para Sahabatnya sebelum memutuskan sesuatu.
Seperti keputusan untuk memerangi orang yang tidak membayar zakat. Terjadi
musyawarah dengan Umar bin Khattab. Dan alasan Abu Bakar bahwa tidak ada yang
memisahkan antara shalat dan zakat al-Qur’an. Dia beralasan bahwa Nabi Muhammad
tidak pernah mencontohkannya, shalat dan zakat adalah kesatuan rukun Islam yang tidak
boleh dipisahkan.

Abu Bakar menunjuk langsung Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan
mempertimbangkan situasi politik yang ada. Beliau khawatir kalau pengangkatan melalui
proses pemilihan seperti pada masanya akan memperkeruh situasi politik. Selain itu agar
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat.

B. UMAR BIN KHATTAB


Umar bin Khattab (bahasa Arab: ‫ ;عمر بن الخطاب‬sekitar 584 – 3 November 644)
adalah khalifah kedua yang berkuasa pada tahun 634 sampai 644. Dia juga digolongkan
sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin. Umar merupakan salah satu sahabat utama Nabi
Muhammad dan juga merupakan ayah dari Hafshah, istri Nabi Muhammad. Dalam sudut
pandang Sunni, Umar termasuk salah satu pemimpin yang hebat dan suri teladan dalam
masalah keislaman dan beberapa hadits menyebutkan dirinya sebagai sahabat Nabi paling
utama setelah Abu Bakar. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad
yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Namun di sisi lain, Umar cenderung dipandang negatif dalam perspektif Syi'ah.
Pada masa kepemimpinannya, kekhalifahan menjadi salah satu kekuatan besar
baru di wilayah Timur Tengah. Selain menaklukan Kekaisaran Sasaniyah yang sudah
melemah hanya dalam kurun waktu dua tahun (642–644), 'Umar berhasil mengambil alih
kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur. Perluasan wilayah ini
juga diikuti berbagai pembaharuan. Dalam bidang pemerintahan dan politik, departemen
khusus dibentuk sebagai tempat masyarakat dapat mengadu mengenai para pejabat dan
negara. Pembentukan Baitul Mal menjadi salah satu pembaharuan 'Umar dalam bidang
ekonomi. Segala capaiannya menjadikan 'Umar sebagai salah satu khalifah paling
berpengaruh sepanjang sejarah.
Sebelum meninggal, Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya kepada para Sahabatnya
tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Beliau menanyakan hal itu
kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Asid bin Hudhair Al-Anshary, Sa'id
bin Zaid serta sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya
mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian disetujui oleh kaum muslim dengan
serempak. Ketika Abu Bakar sakit, beliau memanggil Utsman bin Affan untuk menulis
wasiat yang berisi tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Tujuannya agar ketika sepeninggal beliau tidak ada kemungkinan perselisihan di
kalangan umat Islam untuk masalah Khalifah. Keputusan Abu Bakar tersebut diterima
oleh Umat Islam, sehingga mereka secara beramai-ramai membaiat Umar sebagai
Khalifah. Dengan demikian keputusan tersebut bukan keputusan Abu Bakar sendiri
namun persetujuan seluruh umat Muslim. Pada masa Umar dirinya mendapat gelar dari
kaum muslimin yang awalnya Khalifatur Rasul atau pengganti Rasul ditambah sebagai
Amirul Mu'minin atau pemimpin orang-orang beriman. Hal ini dilakukan kaum Muslimin
karena dinilai gelar Khalifatur Rasul terlalu panjang dan lebih pantas sebagai Amirul
Mu'minin. Umar menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun.
Umar memprioritaskan perluasan Islam. perluasan Islam mencapai sepertiga
dunia. Islam bisa tersebar sampai ke daratan Eropa. Gaya kepemimpinannya membawa
Islam menjadi kekuatan yang diperhitungankan. Posisi Islam menyamai kekuatan besar
yaitu Romawi dan Persia. Umar bin Khattab menerapkan sistem administrasi
pemerintahan yang diadopsi dari Persia. Administrasi pemerintahan mengatur delapan
wilayah provinsi yaitu Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina, dan
Mesir. Beberapa Departemen didirikan untuk mengatur gaji dan pajak tanah sehingga
berdiri Baitul Mal. Dalam merapikan sistem admnistrasi, dia menerapkan kalender
Hijriah. Penanggalan berdasarkan hijrah Muhammad ke Madinah dan bulan Muharam
sebagai awal bulan kalender Hijriyah

C. UTSMAN BIN AFFAN


Utsman bin Affan (bahasa Arab: ‫عثمان بن عفان‬, 579 – 17 Juni 656 M/12 Dzulhijjah
35 H) adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656 dan merupakan
Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Sama seperti dua pendahulunya,
Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi Muhammad. Pernikahannya berturut-
turut dengan dua putri Nabi Muhammad membuatnya mendapat julukan Dzun Nurrain
(pemilik dua cahaya).
Terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera, Utsman dikenal sebagai pribadi
yang lembut dan murah hati. Sumbangsihnya yang paling menonjol dan sangat melekat
padanya adalah kedermawanan dalam memberikan harta. Utsman pernah membeli sumur
seorang Yahudi dengan harga sangat mahal saat kemarau dan mempersilakan penduduk
mengambil air dari sana dengan cuma-cuma. Saat Perang Tabuk meletus, Utsman turut
serta menyumbangkan ratusan unta dan kuda selain uang sejumlah ribuan dirham.
Sepeninggal Umar, Utsman menggantikannya sebagai khalifah pada saat usianya
sudah menginjak sekitar 64 atau 65 tahun, menjadikannya sebagai salah satu khalifah
tertua saat berkuasa. Berbeda dengan Umar yang memusatkan segala urusan negara
dalam kendali kuat khalifah, Utsman cenderung memberikan hak otonomi yang lebih
longgar pada bawahannya. Hal ini menjadikan perluasan wilayah kekhalifahan dapat
dilangsungkan secara lebih mandiri, sehingga dapat mencapai wilayah yang lebih jauh.
Pada masanya, kekhalifahan sudah mencapai Khorasan Raya (kawasan Asia Tengah) di
batas timur. Di masanya, masyarakat Muslim dan non-Muslim menjadi lebih makmur
dalam masalah ekonomi dan menikmati kebebasan yang lebih besar di bidang politik.
Terlepas dari segala capaian dan sumbangsih yang telah dilakukan, Utsman
dikritik keras atas beberapa kebijakannya, yang utama terkait keluarga besarnya yang
dipandang lebih dikedepankan untuk menempati berbagai kedudukan penting.
Kelonggaran yang diberikan Utsman juga menjadi jalan bagi pihak oposisi untuk
melakukan demonstrasi besar hingga berujung pada upaya pemberontakan dan
pengepungan kediamannya pada tahun 656. Meski demikian, Utsman yang tidak mau
menjadi penyebab perang saudara menolak bantuan militer dari sanak saudaranya atau
pihak lain, menjadikannya terbunuh pada akhir pengepungan.
Ketika Umar sakit keras karena tertikam oleh Abu Lu'lu'ah al-Majusi seorang
budak asal persia, dia membentuk tim formatur yang terdiri dari Utsman bin Affan, Ali
Bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan
Saad bin Abi Waqqas. Tugas tim formatur memilih salah seorang diantara mereka
sebagai penggantinya. Abdurrahman bin Auf dipercaya menjadi ketua tim formatur.
Setelah Umar bin Khattab wafat, tim formatur mengadakan rapat. Empat orang anggota
mengundurkan diri menjadi calon Khalifah sehingga tinggal dua orang yaitu Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Proses pemilihan menghadapi kesulitan, karena
berdasarkan pendapat umum bahwa masyarakat menginginkan Utsman bin Affan
menjadi Khalifah. Sedangkan diantara calon penggati Umar bin Khattab terjadi
perbedaan pendapat. Dimana Abdurrahman bin Auf cenderung mendukung Utsman bin
Affan. Sa’ad bin Abi Waqqas ke Ali Bin Abi Thalib. Hasil kesepakatan dan persetujuan
umat Islam, maka diangkatlah Utsman bin Affan sebagai penggati Umar bin Khattab. Dia
diangkat diusia ke 70 tahun dan menjadi Khalifah selama 12 tahun.
Model kepemimpinan Umar bin Khattab dilanjutkan oleh Utsman bin Affan. Dia
mengembang Islam ke beberapa daerah yang belum tercapai pada masa Umar bin
Khattab. Perbedaan karakter Utsman dengan Umar bin Khattab menimbulkan model
kepemimpinan yang berbeda. Karakter Utsman yang lembut berbeda dengan karakter
Umar yang tegas dan keras. Hal ini menimbulkan kekecewaan umat Islam. Disamping itu
Utsman bin Affan diangkat usia 70 tahun. Sehingga dia memimpin umat Islam sedikit
lemah. Kebijakan yang paling disorot adalah kebijakannya pada pengangkatan kerabat
keluarganya menduduki jabatan penting. Seperti gubernur-gubernur di daerah kekuasaan
Islam berasal dari kerabat dekat. Selain perluasan Islam, Utsman memperhatikan
pembangunan dalam kota seperti membangun bendungan pencegah banjir, jalan-jalan,
jembatan, masjid, dan perluasan masjid Nabawi. Dia memperluas daya tampung masjid
Nabawi yang dibangun pada zaman Muhammad. Pada masalah suksesi kepemimpinan,
Usman bin Affan tidak meninggalkan pesan. Dia meninggal terbunuh dalam peristiwa
berdarah ketika sedang membaca al Qur'an. Hal itulah yang memperburuk situasi politik
setelah meninggalnya Usman bin Affan di usia 83 tahun.

D. ALI BIN ABI THALIB


Alī bin Abī Thālib (Arab: ‫علي بن أﺑﻲ طالب‬, Persia: ‫( )علی پسر ابو طالب‬lahir sekitar 13
Rajab 23 SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi) adalah khalifah
keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk golongan pemeluk
Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi. Secara silsilah, 'Ali adalah sepupu dari
Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai
menantu Nabi Muhammad.
Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, 'Ali telah terlibat dalam berbagai peran
besar sejak masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat
utama Nabi yang lain. 'Ali mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk, pengusung
panji, juga berperan sebagai sekretaris dan pembawa pesan Nabi. 'Ali juga ditunjuk
sebagai pemimpin pasukan pada Perang Khaibar.
Sepeninggal Nabi Muhammad, 'Ali diangkat sebagai khalifah atau pemimpin
umat Islam setelah Abu Bakar, 'Umar, dan 'Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, 'Ali
bersama tiga pendahulunya digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin.[4] Di sisi lain,
kelompok Syi'ah memandang bahwa 'Ali yang harusnya mewarisi kepemimpinan umat
Islam begitu mangkatnya Nabi Muhammad atas tafsiran mereka dalam peristiwa Ghadir
Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya dipandang tidak sah. Masa
kekuasaan 'Ali merupakan salah satu periode tersulit dalam sejarah Islam karena saat
itulah terjadi perang saudara pertama dalam tubuh umat Muslim yang berawal dari
terbunuhnya 'Utsman bin 'Affan, khalifah ketiga. Terlepas dari perbedaan pendapat
mengenai status 'Ali dan hak kepemimpinannya atas umat Islam, Sunni dan Syi'ah
sepakat mengenai pribadinya yang saleh dan adil.
Setelah Utsman bin Affan meninggal, umat Islam yang tinggal di Madinah
bingung siapa yang akan menggantikan Utsman bin Affan. Kemudian ada usulan untuk
mengangkat Ali bin Abi Thalib menjadi pengganti Utsman bin Affan. Usulan tersebut
disetujui oleh mayoritas Umat Islam, kecuali mereka yang pro Muawiyah bin Abi
Sufyan. Pada awalnya, Ali bin abi Thalib menolak tawaran usulan tersebut dan tidak mau
menerima jabatan Khalifah. Dia melihat situasinya kurang tepat karena banyak terjadi
kerusuhan dimana-mana.
Menurutnya situasi ini harus diatasi dan dibereskan terlebih dahulu sebelum
membicarakan masalah kepemimpinan. Namun desakan sangat kuat, akhirnya Ali bin
Abi Thalib menerima tawaran jabatan Khalifah tepat pada tanggal 23 Juni 656 M. Ali bin
Abi Thalib menghadapi beberapa kelompok yang menuntut pengusutan terhadap
pembunuhan Usman bin Affan dan menghukum pelakunya.
Dia menghadapi situasi yang berbeda dengan zaman Abu Bakar dan Umar.
Dimana umat Islam pada masa Abu Bakar dan Umar masih bersatu, mereka memiliki
banyak tugas yang harus dituntaskan seperti perluasan wilayah Islam. selain itu
kehidupan sosialnya masih sangat sederhana dan belum banyak terpengaruh oleh
kekayaan dan kedudukan. Sedangkan zaman Ali bin Abu Thalib wilayahnya luas dan
besar, serta perjuangannya sudah terpengaruh oleh motivasi duniawi. Ali menghadapi
kelompok penentang sangat kuat ketika memberlakukan kebijakannya pada pemecatan
pejabat-pejabat. Hal ini yang dianggap penyebab munculnya pemberontakan. Beliau
menghadapi juga perlawanan dari Zubair bin Awwam dan Aisyah karena dianggap tidak
menghukum pelaku pembunuhan Utsman bin Affan. Pertentangan keduanya
mengakibatkan Perang Jamal atau perang unta karena Aisyah menunggang unta dalam
peperangan. Pertentangan Ali dengan Muawiyah mengakibatkan Perang Siffin.
Perang tersebut diakhiri dengan tahkim/arbitrase di Daumatul Jandal pada tahun
34 H. Akibat peristiwa itu, muncul tiga golongan di kalangan umat Islam, yaitu Khawarij,
Murji'ah, dan Syiah. Ketiganya golongan yang sangat kuat dan mewarnai perkembangan
pemikiran dalam Islam.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
perkembangan peradaban Islam pada masa khulafaurrasyidin mengalami
kemajuan yang pesat, hal tersebut ditandai dengan pembanguan di berbagai bidang.
Misalnya: perluasan wilayah kekuasaan, pertahanan militer, pembangunan armada
angkatan laut, pembentukan lembaga baitul mal, pembangunan sarana ibadah,
pembukuan al qur’an, pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
ummat islam betul-betul masih berpegang kepada tali agama Allah yang lurus.
Dalam artian ajaran islam dijadikan sebagai dasar negara. Apa yang diperintahkan oleh
agama diyakini sebagai kebenaran mutlak dan mereka tidak ragu terhadap ajaran islam
itu sendiri. Amirul mukminin sebagai pelopor secara langsung daripada penegakkan
syariat islam itu. Ajaran Islam menjadi ruh dari pada perjuangan mereka.

B. SARAN
Demikian lah makalah ini saya susun, saya berharap kepada pembaca untuk
memberikan saran kepada kami, agar kami bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya bagi si pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Rein Taagepera (1979), "Size and Duration of Empires: Growth-Decline Curves, 600 B.C. to
600 A.D.", Social Science History, Vol. 3, 115-138

The life of the commander of the faithful Ali b. Abu Talib, shaykh mufid in kitab al-irshad

ibn Sa'd, Muhammad (1995). Kitab at-Tabaqat al-Kabir [The Book of the Major Classes]. VIII
The Women of Madina. Diterjemahkan oleh Bewley, Aisha. London: Ta-Ha Publishers. ISBN
978-1-897940-24-2.

Anda mungkin juga menyukai