SEM/PRODI:
III/PAI-4
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
MEDAN
2020
A. PENDAHULUAN
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamiin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah
SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu
yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT. dengan pendidikan yang baik. Tapi kenyataan dalam
hidup ini, banyak orang menggunakan akal dan kepintarannya untuk maksiat. Banyak
orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan
orang yang tidak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya Ilmu dunia
dan akhirat. Untuk mencegah hal ini, maka diperlukannya pendidikan akhlak, selain
mempelajari suatu ilmu, maka sebagai penuntut ilmu kita juga harus melaksanakan dan
mengamalkannya sebagai pembiasaan. Dalam hal ini kita dapat melihat menuntut ilmu
haruslah diawali dengan niat yang baik pula. karena dengan niat yang baik hasil yang di
dapat juga akan baik. Ilmu bukanlah hanya mengisi kekosongan otak tetapi juga mengisi
kekosongan hati.
Niat merupakan pondasi awal untuk melakukan segala sesuatu yang akan kita
kerjakan, jika pondasinya saja sudah kuat, maka keinginannya akan sulit untuk rubuh.
Dengan niat, kita juga akan lebih bersemangat dalam menggapai apa yang kita inginkan.
Ilmu dapat kita temukan dimana saja tidak hanya di lembaga pendidikan atau sekolah
saja, tetapi ilmu dapat kita temukan di lingkungan pergaulan, masyarakat dan masih
banyak lagi. Jadi ketika niat kita tulus dalam menuntut ilmu, maka Allah akan senantiasa
memberi kemudahan. Selain niat menuntut ilmu harus diiringi dengan ikhlas dan sabar
karena ilmu tidak datang begitu saja pada diri, melainkan kitalah yang harus mencari
ilmu.
Untuk itu di dalam makalah ini penulis akan menjabarkan tentang apa itu niat, fungsi-
fungsi niat, amal perbuatan tergantung pada niat, apa itu ilmu serta kewajiban menuntut
ilmu. Di dalam makalah ini penulis juga menyertakan hadist tentang keutamaan menuntut
ilmu beserta sanad dan matannya dan penjelasan tentang hadist yang dimaksud.
صْن َق ِة ِ
َ )كتَ َابْي ِه َما اللَّ َذيْ ِن مُهَا أ
ِ َُص ُّح الْ ُكت
َ ب الْ ُم
Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu
dan orang tersebut adalah niat yang rusak. Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila
niat itu salah dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak
sebesar salah salah dan rusaknya niat.
Adapun yang dimaksud oleh Nasir ad-Din Tsur dengan ilmu yang wajib
dituntut di sini ialah ilmu hal (‘ilm al hal). Yaitu ilmu yang dibutuhkan dalam
setiap keadaan yang bermanfaat dalam memperoleh harta. Sebagaimana dikatakan
pula bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu hal dan amal yang paling utama
adalah menjaga harta8.
4
Ibid., h.45
5
Salminati, Filsafat, h.79
6
Nasir ad-Din at-Tusi,Kitab Adab al-Muta’allimin, diedit oleh Yahya al-Khassab (Kairo: t.p.,1975) ,h.273
7
Q.S al-Mujadilah/58:11
8
At-Tusi,Kitab Adab,h.273.
Ilmu merupakan suatu sifat pemberian Allah Swt., yang diberikan khusus
kepada umat manusia. Sedangkan sifat-sifat selain ilmu, sama-sama dimiliki oleh
manusia maupun hewan,seperti sifat pemberani, kuat, kasih sayang dan
sebagainya. Dengan ilmu pengetahuan, Allah Swt.,menampakkan kelebihan
derajat nabi Adam a.s. terhadap para malaikat dan Allah Swt., memerintahkan
para malaikat untuk bersujud kepada nabi Adam a.s.
Seorang penuntut ilmu hendaklah memilih ilmu yang terbaik dan sesuai
dengan dirinya dan dibutuhkan dalam urusan-urusan agamanya 9. Hal ini sesuai
dengan penjelasan az-Zarmuji dalam Ta’lim al-Muta’allim,agar para penuntut
ilmu yang paling baik dan sesuai dengan dirinya. Di sini unsur subjektif penuntut
ilmu itu sendiri menjadi pertimbangan penting. Para ahli psikologi mengakui
adanya perbedaan individual dalam diri manusia. Perbedaan individual adalah
cara dimana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Diantara
perbedaan-perbedaan itu adalah dalam faktor inteligensi, yaitu keahlian
memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari
pengalaman hidup sehari-hari10.
َّاس إِلَْي ِه َف ُهو يِف ِ ِ ِ ِ ُّ ي بِِه ِ ِ ِ َصلَّى اللَهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال َم ْن طَل
َ ْ َالس َف َهاءَ أ َْوليُبَاه َي بِه الْ ُعلَ َماءَ أ َْولي
َ ص ِر
ِ ف ُو ُج ْو َه الن َ ب الْعْل َم ليُ َما ر
َ َ ِّ َع ْن النَّيِب
النَّ ِر
C. KESIMPULAN
Di dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, dalam mencari ilmu
niat adalah hal pertama yang harus diterapkan. Setiap hal atau pun amal akan berbuah
sesuai dengan niat seseorang, bahkan dalam beridah sekalipun sah tidaknya suatu ibadah
tergantung pada niatnya.
Niat tidaklah terucap dari bibir saja tetapi keinginan hati untuk melaksanakan segala
sesuatu, niat yang baik maka akan berbuah baik, niat yang buruk akan berbuah yang
buruk juga.
Dalam menuntut ilmu hendaklah si penuntut ilmu memilih ilmu yang paling
dibutuhkannya dan dapat memuliakan dirinya di mata Allah ( ilmu akhirat ) bukan hanya
di mata manusia saja ( ilmu dunia ). Maka dari itu diperlukan keseimbangan antar
keduanya.
D. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin hambal, Abu ‘Abd Allah, Musnad Ahmad bin Hambal. Beirut: al-
Maktabab al-Islami,1978
AL-Almawi,’Abd al-Basit bin Musa bin Muhammad,al-Mu’id fi Adab al-Mufid wa
al-Mustafid. Dieidt oleh ‘Abd al-Amr Syams ad-Din Beirut: Dar Iqra’,1986
Anis,Ibarhim et al.,al-Mu’jam al-Wasit. Kairo: Dar al-Ma’arif.1972.