Kematian seorang manusia adalah berpisahnya ruh dari jasadnya, saat seseorang sudah
ditinggalkan oleh ruhnya, maka habis sudah masa hidupnya di dunia ini. Islam telah
mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti mengalami kematian. Allah
ح َ ت ۗ َو إ ِ ن َّ َم ا ت ُ َو ف َّ ْو َن أ ُ ُج
َ ور كُ ْم ي َ ْو َم الْ قِ ي َ ا َم ِة ۖ ف َ َم ْن ُز ْح ِز ِ كُ ُّل ن َ فْ ٍس ذ َا ئ ِ ق َ ة ُ الْ َم ْو
Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
Tanpa kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah mati, dan tidak akan
Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap saudaranya muslim yang meninggal dunia.
Kewajiban yang harus segera dilaksanakan adalah mengurus jenazahnya dan mengurus harta
peninggalannya. Kewajiban ini bersifat kolektif karena itu dimasukkan sebagai suatu jenis
ibadah yang hukumnya fardu kifayah, artinya kewajiban bagi seluruh umat muslim, tetapi
apabila sudah dilaksanakan oleh beberapa orang yang melaksanakannya, maka gugurlah
kewajiban itu bagi seluruh umat muslim. Kewajiban-kewajiban terhadap orang yang
Berdasarkan dengan beberapa motivasi tersebut di atas, maka penulis lebih condong
mengambil pendapat yang membolehkan menggali kuburan dan membongkar mayat, untuk
menjalankan perintah agama dan tidak menyulitkan orang hidup. Maka berikut ini. Dapat
ب َوَّلَ ُح َّجةَ فِ ْي ِه َول ِك ْن ُج ِع َل الدَّ ْف ُن علَ ْي ِهَ ,وهذَ َاوا ِْن َكانَ قَ ْو َل َ
ص َحا ِ ْش ْال َميِ ِ
ت ِلغُ ْس ِل ِه َوت َ ْك ِف ْينِ ِه َوال َّ
صالَةِ َ اَنَّهُ يَ َحب ُْو ُزنَب ُ
Artinya:
menyembahyanginya. Dan haln ini termasuk pendapat sahabatku yang tidak ada dalilnya.
Akan tetapi, bila dijadikan penguburan itu sebagai suatu penetapan (agama), sebagaimana
غي ِْر ْال ِق ْبلَ ِة اِلَ ْي َهاَ ,وت َ ْغ ِس ْي ِل َم ْن دُفِنَ بِغَي ِْر َ
غ ْس ٍل, ص ِحيْحٍ ِمثْ ُل ا ِْخ َراجِ َما ٍل ت ُ ِركَ فِى ْالقَب ِْرَ ,وت َْو ِج ْي ِه َم ْن دُفِنَ اِلى َ
َ
;Artinya
“barang siapa yang dikuburkan tanpa disembahyangi lebih dahulu, (maka mayatnya) boleh
dibongkar dari kuburannya. Bila belum termakan oleh tanah, lalu disembahyanginya,
kemudian dikuburkan kembali. Dan apabila termakan oleh tanah, maka haram menggali
kuburannya dan membongkar mayatnya menurut pendapat golongan Hanafi, pengikut Syafi’iy
dan riwayat dari Imam Ahmad. Serta boleh disembahyangi ketika mayat itu masih berada di
kuburan. Riwayat dari Imam Ahmad mengatakan; bahwa boleh membongkar lalu
disembahyangi. Maka ketiga Ulama Madzhab (di atas) membolehkan membongkar mayat, lalu
menyembahyanginya karena ada maksud yang baik, misalnya mengeluarkan benda berharga
yang tertinggal di dalam kuburan, menghadapkan wajahnya ke kiblat bagi mayat yang tidak
dihadapkan ke arah tersebut, memandikannya bagi mayat yang belum pernah dimandikan
serta memperbaiki kafannya. Kecuali kalau dikhawatirkan (mayat itu) akan rusak (terputus-
putus), maka boleh saja tidak membongkarnya. Dan Imam Ahmad berkata; apabila tukang
penggali kubur itu melupakan paculnya (cangkulnya) dalam lubang kuburan, maka boleh
menggali kembali kuburan itu. Lalu berkata lagi; bahwa sesuatu yang jatuh dalam lubang
kuburan, misalnya kapak atau uang dirham (maka kuburan itu) boleh digali kembali
Meskipun dalam keterangan Asy-Syaukaany dan Sayyid Saabiq tidak menerangkan kebolehan
menggali kuburan dan membongkar mayat, dengan motivasi agar keluarganya dapat
mengetahuinya dan sebagai kepentingan penegakan hukum, maka penulis tetap memahaminya
bahwa hal tersebut dibolehkan dalam Islam, karena pertimbangan hajat. Karena itu, dibolehkan
melakukan sesuatu, yang sebenarnya sejak semula dilarang oleh Islam. Hal ini sesuai dengan
َّ َت ا َ ْوخَا
ًًصة َ ِا َ ْل َحا َجةُ ت َ ْن ِز ُل َم ْن ِزلَةَ الض َُّر ْو َرة.
ْ عا َّمةً َكان
Artinya:
Artinya:
“tiada haram (bila) bersama dengan darurat, dan tiada makruh (bila) bersama dengan hajat”.
REFERENSI
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 6 Tahun 2009 Tentang OTOPSI JENAZAH
https://al-badar.net/pengertian-hukum-menggali-kuburan-dan-membongkar-mayat/