Anda di halaman 1dari 18

DALIL TENTANG GERAKAN DAN BACAAN SHALAT

DALIL GERAKAN SHOLAT SESUAI ALQURAN DAN SUNNAH

st. Achmad Rofi’i, Lc.M.Mpd


Sholat adalah amal perbuatan manusia yang pertama kali akan dihisab di hari Kiamat. Hal ini adalah
sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 864, dishohiihkan oleh
Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Abu Hurairoh ‫ رضي هللا عنه‬dimana beliau berkata
bahwa Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

‫ع ْبدِي أَت َ َّم َها أ َ ْم‬


َ ِ‫ص ََلة‬
َ ‫ظ ُروا فِي‬ُ ‫ع َّز ِل َم ََلئِ َكتِ ِه َوه َُو أ َ ْعلَ ُم ا ْن‬ َّ ‫اس بِ ِه يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة مِ ْن أ َ ْع َما ِل ِه ْم ال‬
َ ‫ص ََلة ُ قَا َل يَقُو ُل َربُّنَا َج َّل َو‬ ُ َّ‫سبُ الن‬ َ ‫إِ َّن أ َ َّو َل َما يُ َحا‬
َ َ َ
َ ‫ع فَإِ ْن َكانَ لهُ تَط ُّوعٌ قَا َل أتِ ُّموا ِلعَ ْبدِي فَ ِري‬
ُ‫ضتَه‬ َ ُ
ٍ ‫ش ْيئًا قَا َل ا ْنظ ُروا ه َْل ِلعَ ْبدِي مِ ْن تَط ُّو‬ َ ‫ص مِ ْن َها‬ ً
َ َ‫ت لهُ ت َا َّمة َوإِ ْن َكانَ ا ْنتَق‬ َ ً
ْ َ‫َت ت َا َّمة ُكتِب‬
ْ ‫ص َها فَإِ ْن كَان‬ َ َ‫نَق‬
‫علَى ذَاكُ ْم‬ َ ‫ط ُّو ِع ِه ث ُ َّم تُؤْ َخذُ ْاْل َ ْع َما ُل‬
َ َ ‫مِ ْن ت‬

Artinya:
“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat
adalah sholatnya. Robb kita ‘Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikat-Nya -sedangkan Dia
lebih mengetahui-, “Perhatikan sholat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?”
Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat
kekurangan maka Allooh berfirman, “Perhatikan lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan sholat
sunnah?”

Jikalau terdapat sholat sunnahnya, Allooh berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada
sholat wajib hamba-Ku itu dengan sholat sunnahnya.”
Kemudian semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.”
Tentang sholat ini, kaum Muslimin diperintahkan untuk menegakkan sholat fardhu itu 5X sehari,
namun tidak sedikit diantara kaum Muslimin yang belum mengetahui tata cara sholat yang sesuai
tuntunan Rosuul-nya ‫ ;صلى هللا عليه وسلم‬padahal Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬telah bersabda,
sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 631, dari Shohabat bernama Maalik
bin Al Huwairits ‫ رضي هللا عنه‬ketika beliau bersama rombongan 20 orang menginap 20 hari di Madinah
untuk mempelajari tentang Islam dan selanjutnya agar diajarkan kepada kaumnya, lalu disela-sela
itu Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda :

َ ُ ‫صلُّوا َك َما َرأ َيت ُ ُم ْونِي أ‬


‫صلِي‬ َ ‫َو‬

Artinya:
“Dan sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.”
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin mengikuti gerakan-gerakan sholat sebagaimana yang
dituntunkan Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬, karena itu adalah amalannya yang pertama kali akan
dihisab di hari Kiamat.
Berikut ini akan diuraikan tentang Gerakan-Gerakan Sholat beserta dalil-dalilnya dari Al Quran dan
As Sunnah; dimana hal ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan, sama saja.

1. SHOLAT DENGAN BERDIRI / DUDUK / BERBARING :


Apabila seseorang hendak memulai sholat, maka ia berdiri menghadap Kiblat atau kearah Kiblat,
sebagaimana Allooh ‫ سبحانه وتعالى‬berfirman dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 238-239 :

‫علَّ َم ُكم َّما لَ ْم‬ َ ‫إن خِ ْفت ُ ْم فَ ِر َجاالً أ َ ْو ُر ْكبَانا ً فَإِذَا أَمِ نت ُ ْم فَا ْذ ُك ُرواْ ه‬
َ ‫ّللا َك َما‬ ْ َ‫﴾ ف‬٢٣٨﴿ َ‫لِل قَا ِنتِين‬ َ ‫صَلَ ِة ْال ُو ْس‬
ِ ‫طى َوقُو ُمواْ ِ ه‬ ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ت وال‬ َ ْ‫ظوا‬
َّ ‫علَى ال‬ ُ ‫َحا ِف‬
٢٣٩﴿ َ‫﴾ت َ ُكونُواْ ت َ ْعلَ ُمون‬
Artinya:
(238) “Peliharalah segala sholat-(mu), dan (peliharalah) sholat wusthoo. Berdirilah karena Allooh
(dalam sholatmu) dengan khusyu`.
(239) Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka sholatlah sambil berjalan atau berkendaraan.
Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allooh (sholatlah), sebagaimana Allooh telah
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”

Apabila ia tidak sanggup untuk berdiri akibat suatu udzur (antara lain sakit, dan sebagainya) maka ia
dapat sholat dengan duduk ataupun berbaring, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al
Imaam Al Bukhoory no: 1117, dari Shohabat ‘Imron bin Hushoin ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:

”‫ب‬
ٍ ‫تستطع ؛ فعلى جن‬
ْ ‫ فإن لم‬، ً ‫تستطع ؛ فقاعدا‬
ْ ْ ، ً ‫صل قائما‬
‫فإن لم‬ ‫ِه‬ ” : ‫سلَّ َم ؟ فقال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ فسألت رسو َل هللا‬،‫“ كانت بي بَ َواسير‬

Artinya:
“Aku menderita wasir, maka aku bertanya pada Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬, kemudian beliau ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬menjawab, “Sholatlah engkau dengan berdiri. Jika kamu tidak mampu maka duduklah. Dan
jika kamu tidak mampu maka berbaringlah.”

2. MENGHADAP KIBLAT :
Jika seorang Muslim berada di kawasan atau belahan dunia dimana dia tidak memungkinkan untuk
melihat Ka’bah, maka hendaknya dia mengetahui persisarah Kiblat, dimana dia harus mengarahkan
sholatnya kearah Kiblat tersebut, sebagaimana dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 115 berikut ini:

‫علِي ٌم‬
َ ‫ّللا َوا ِس ٌع‬ ِ َّ ُ‫لِل ْال َم ْش ِرقُ َو ْال َم ْغ ِربُ فَأ َ ْينَ َما ت ُ َولُّوا فَث َ َّم َوجْ ه‬
َ َّ ‫ّللا ِإ َّن‬ ِ َّ ِ ‫َو‬

Artinya:
“Dan kepunyaan Allooh-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah
Allooh. Sesungguhnya Allooh Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini ditafsirkan oleh Imaam Mujaahid ‫رحمه هللا‬, beliau berkata, “Dimanapun kalian berada,
hadapkanlah wajah kalian pada Kiblat Allooh ‫سبحانه وتعالى‬. Karena kalian memiliki Kiblat yang kalian
berkiblat padanya, yaitu Ka’bah.” (Tafsir Imaam Ibnu Katsir Jilid I halaman 391)
Akan tetapi jika seorang Muslim sedang berada dihadapan Ka’bah, maka dia wajib menghadapkan
tubuh dan wajahnya ke Ka’bah, sebagaimana Allooh ‫ سبحانه وتعالى‬berfirman dalam QS. Al Baqoroh (2)
ayat 144 berikut ini:

ْ‫َط َرهُ َوإِ َّن الَّذِينَ أ ُ ْوتُوا‬


ْ ‫ْث َما ُكنت ُ ْم فَ َولُّواْ ُو ُج ِو َهكُ ْم ش‬
ُ ‫َط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام َو َحي‬
ْ ‫ضاهَا فَ َو ِهل َوجْ َهكَ ش‬َ ‫س َماء فَلَنُ َو ِلهيَنَّكَ قِ ْبلَةً ت َْر‬ َ ُّ‫قَ ْد ن ََرى تَقَل‬
َّ ‫ب َوجْ ِهكَ فِي ال‬
ُ
١٤٤﴿ َ‫ع َّما يَ ْع َملون‬ ْ َ
‫َاب لَيَ ْعلَ ُمونَ أنهُ ال َحق مِ ن َّربِه ِه ْم َو َما ه‬
َ ‫ّللاُ بِغَاف ٍِل‬ ُّ َّ َ ‫﴾ ْال ِكت‬

Artinya:
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan
di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Robb-nya; dan Allooh sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.”
Juga sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 6251 dan Imaam Muslim no: 397,
dari Shohabat Abu Hurairoh ‫رضي هللا عنه‬, bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

‫صَلَةِ فَأ َ ْسبِ ِغ ْال ُوضُو َء ث ُ َّم ا ْست َ ْقبِ ِل ْال ِق ْبلَةَ فَ َكبِ ْهر‬
َّ ‫إِذَا قُ ْمتَ إِلَى ال‬
Artinya:
“Jika kamu berdiri sholat, maka sempurnakanlah wudhu kemudian menghadaplah ke Kiblat,
kemudian bertakbirlah.”

3. TAKBIIROTUL IHROM :
3.1. Membarengkan niat sholat dalam hati bersamaan (berdekatan dengan) gerakan Takbirotul
Ihrom
.
A) NIAT SHOLAT KARENA ALLOOH, DIDALAM HATI:
Adapun berkaitan dengan masalah Niat Sholat, maka sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Al
Bukhoory no: 1, dari Shohabat ‘Umar bin Khoththoob ‫رضي هللا عنه‬, bahwa Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬
bersabda:

ٍ ‫ َو ِإنَّ َما ِل ُك ِهل ْام ِر‬،ِ‫ِإنَّ َما اْل َ ْع َما ُل بِالنِهيَّات‬


‫ئ َما ن ََوى‬

Artinya:
“Sesungguhnya seluruh amalan itu (hendaknya) dibarengi oleh niat dan sesungguhnya setiap orang
berhak mendapat dari apa yang diniatkannya.”
Artinya setiap orang yang hendak sholat, usahakan membarengkan niat sholatnya dengan awal
sholatnya; dalam hal ini Takbiirotul Ihroom.
Dan tidak perlu melafadzkan “Usholli….” melalui mulutnya, akan tetapi niat tersebut cukup
digerakkan dan disengajakan oleh hatinya bahwa dia akan sholat.

B) MENGANGKAT KEDUA TANGAN:


Mengangkat kedua tangan saat Takbiirotul Ihroom dijelaskan dalam Hadits Riwayat Imaam Abu
Daawud no: 753 dan Imaam At Turmudzy no: 240, dari Shohabat Abu Hurairoh ‫رضي هللا عنه‬,
dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany:

َّ ‫سلَّ َم ِإذَا َد َخ َل فِى ال‬


‫صَلَ ِة َرفَ َع يَ َد ْي ِه َمدًّا‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َكانَ َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫ّللا‬

Artinya:
“Bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬jika memasuki sholat, maka beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat
kedua tangannya sembari menjulurkannya.”
3.2. Adapun posisi tangan saat Takbiirotul Ihrom, bisa dengan 2 pilihan cara:

C) MENGANGKAT KEDUA TANGAN HINGGA UJUNG JARI SEJAJAR BAHU:


Adapun posisi kedua tangan tersebut sejajar dengan bahu adalah dijelaskan dalam Hadits Riwayat
Imaam Abu Daawud no: 722, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar ‫رضي هللا عنه‬, dishohiihkan oleh
Syaikh Nashiruddin Al Albaany:

‫ص ََلةِ َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى ت َ ُكونَ َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه‬ َ َ‫سلَّ َم إِذَا ق‬


َّ ‫ام إِلَى ال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َكانَ َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫ّللا‬

Artinya:
“Adalah Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬jika berdiri sholat, beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya.”
Juga beliau ‫ رضي هللا عنه‬berkata,

ُّ ‫ِى َم ْن ِكبَ ْي ِه َوقَ ْب َل أ َ ْن يَ ْر َك َع َوإِذَا َرفَ َع مِنَ ا‬


ِ ‫لر ُك‬
َ‫وع َوالَ يَ ْرفَعُ ُه َما بَيْن‬ َّ ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم إِذَا ا ْفتَت َ َح ال‬
َ ‫صَلَة َ َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحاذ‬ ُ ‫َرأَيْتُ َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
‫السَّجْ َدتَي ِْن‬

Artinya:
“Aku melihat Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila membuka sholat, maka beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, dan ketika akan ruku,’ dan
ketika bangun dari ruku’. Tetapi tidak mengangkat kedua tangannya diantara dua sujud.”
(Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 390, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar ‫)رضي هللا عنه‬

D) MENGANGKAT KEDUA TANGAN HINGGA UJUNG JARI SEJAJAR KEDUA DAUN TELINGA:
Akan tetapi terdapat Hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Al Jaruud dalam Kitab “Al Muntaqo” no: 202,
dari Waa’il bin Hujr ‫رضي هللا عنه‬. Bahwa beliau berkata:

‫س َج َد‬ َ ‫أذنيهوذَك ََر ْال َح ِد‬


َ َ‫ ف‬، ‫يث‬ َ ‫ْلنظرن الى صَلة رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال فلما افتتح الصَلة كبر ورفع يديه فرأيت إبهاميه قريبا من‬
َّ ‫علَى مِ ثْ ِل مِ ْق َد ِار ِه َما حِ ينَ ا ْفتَت َ َح ال‬
َ ‫صَلَة‬ َ ْ‫ض َع َرأ‬
َ ‫سهُ بَيْنَ يَ َد ْي ِه‬ َ ‫فَ َو‬

Artinya:
“Sungguh aku melihat Sholat Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬dimana ketika beliau ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬membuka sholat, beliau‫ صلى هللا عليه وسلم‬bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sehingga aku
lihat kedua ibu jarinya dekat dengan kedua telinganya.”

Dan juga sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 18869, dari Shohabat Waa’il bin
Hujr ‫رضي هللا عنه‬, dishohiihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uuth, bahwa beliau ‫ رضي هللا عنه‬melihat:

‫رأيت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يرفع يديه حين افتتح الصَلة حتى حاذت إبهامه شحمة أذنيه‬

Artinya:
“Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat kedua tangannya ketika membuka sholatsehingga kedua
ibu jarinya sejajar dengan daun kedua telinganya.”
Jadi ada 2 pilihan bagi posisi mengangkat tangan tersebut, boleh sejajar dengan bahu, dan boleh
pula sejajar dengan kedua daun telinga.
3.3. Posisi jari-jemari tangan tidak rapat dan tidak terlalu renggang (biasa saja).
3.4. Hadapkan telapak tangan kearah Kiblat.
3.5. Posisi tangan setelah Takbiirotul Ihroom :

A) MELETAKKAN TANGAN KANAN DIATAS TANGAN KIRI, DIATAS DADA


Setelah Takbir “Alloohu Akbar” usai, letakkanlah tangan kanan diatas tangan kiri, diatas dada.
Hal ini sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Ibnu Hudzaimah no: 479, dari Shohabat Waa’il
bin Hujr ‫رضي هللا عنه‬, berikut ini:

‫صليت مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ووضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره‬

Artinya:
“Aku sholat bersama Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬dan beliau meletakkan tangan kanannya
diatas tangan kirinya DIATAS DADANYA.”

B) 3 POSISI PELETAKAN TANGAN KANAN DIATAS TANGAN KIRI


Hal ini dilakukan dengan 3 pilihan cara, sesuai dengan kondisi kepadatan jama’ah sholat,
sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 727 dan Imaam Ahmad no: 18890,
dari Shohabat Waa’il bin Hujr ‫ رضي هللا عنه‬berikut ini:

‫ثم وضع يده اليمنى على كفه اليسرى والرسغ والساعد‬

Artinya:
“… Kemudian beliau (Rosuulullooh ‫ )صلى هللا عليه وسلم‬meletakkan tangan kanannyadiatas punggung
telapak tangan kirinya dan atau pada pergelangan tangan kirinya dan atau pada punggung tangan
kirinya…”
Bahkan terdapat dalam riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 740 dari Sahl bin Sa’ad‫ رضي هللا عنه‬bahwa
beliau ‫ رضي هللا عنه‬berkata,

َّ ‫علَى ذ َِرا ِع ِه ْاليُس َْرى فِي ال‬


ِ‫صَلَة‬ َ ‫الر ُج ُل ْاليَ َد ْالي ُْمنَى‬ َ َ‫اس يُؤْ َم ُرونَ أ َ ْن ي‬
َّ ‫ض َع‬ ُ َّ‫َكانَ الن‬

Artinya:
“Adalah orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya diatas siku tangan kirinya
dalam sholat…”
Adapun meletakkan kedua tangan dibawah dada (di pusar / di pinggang sebelah kiri), maka semua
itu adalah Haditsnya LEMAH.
B-1. Posisi telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri, saat sholat sendirian atau kondisi
jamaah sholat longgar.
B-2. Posisi telapak tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri, saat kondisi jamaah
sholat agak padat.
B-3. Posisi telapak tangan kanan menggenggam punggung tangan kiri, saat kondisi jamaah sholat
padat.
3.6. Tujukan pandangan mata kearah tempat sujud. Dan dilarang pandangan mata bergentayangan
keatas – kebawah – kekiri dan kekanan.

ARAH MATA SAAT SHOLAT :


Imaam Muhammad bin Siriin ‫ رحمه هللا‬berkata, “Para Shohabat mengangkat pandangan mereka ke
langit dalam sholat. Akan tetapi ketika ayat ini (QS Al Mu’minuun (23) ayat 1-2) turun, maka mereka
menundukkan pandangan mereka ke tempat sujud mereka.” (Tafsiir Imaam Ibnu Katsiir Jilid 5
halaman 461)
Berikut ini adalah firman Allooh ‫ سبحانه وتعالى‬dalam QS. Al Mu’minuun (23) ayat 1-2 tersebut :

َ ‫﴾ الَّذِينَ هُ ْم فِي‬١﴿ َ‫﴾قَ ْد أ َ ْفلَ َح ْال ُمؤْ مِ نُون‬


٢﴿ َ‫ص ََلتِ ِه ْم خَا ِشعُون‬

Artinya:
(1) “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(2) (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam sholatnya.”
Dan sebagaimana terdapat keterangan dari ‘Aa’isyah ‫ رضي هللا عنها‬bahwa sebagaimana diriwayatkan
oleh Imaam Al Haakim dalam Kitab “Al Mustadrok” no: 1761 dan kata beliau keterangan itu
disebutnya sebagai Hadits yang Shohiih, memenuhi syarat Imaam Al Bukhoory dan Al Imaam
Muslim, hanya saja mereka tidak mengeluarkannya; juga diriwayatkan oleh Al Imaam Al Baihaqy
dalam “As Sunnan Al Kubro” no: 9726, dan syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam “Sifat Sholat Nabi”
Jilid 1 halaman 232 menyetujui penshohiihan keduanya. Bahwa ‘Aa’isyah ‫ رضي هللا عنها‬mengagumi
seorang Muslim ketika masuk Ka’bah mengangkat pandangannya kearah atap Ka’bah, berdoa
sebagai bentuk pengagungan terhadap Allooh ‫سبحانه وتعالى‬, lalu ketika itu Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬
masuk, sedangkan Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬tidak meninggalkan pandangannya dari tempat
sujudnya sehingga dia keluar dari Ka’bah.
Syaikh Al ‘Utsaimiin ‫ رحمه هللا‬menjelaskan dalam Syarah beliau terhadap Kitab Zaadul Mustaqni’Jilid 3
halaman 15, bahwa mengarahkan pandangan kearah tempat sujud adalah menjadi sikap
kebanyakan ahlul ‘Ilmu.
Demikian pula Syaikh Nashiruddin Al Albaany ‫ رحمه هللا‬dalam Kitab “Sifat Sholat Nabi” Jilid 1 halaman
233 mengatakan bahwa pendapat inilah yang benar dari madzab Hanafi; yaitu bahwa beliau
menganjurkan agar seseorang yang sholat mengarahkan pandangannya ke tempat sujudnya,
karena yang demikian itu adalah lebih dekat kepada khusyu’ dan itulah yang benar.
4. RUKUU’ :
Adapun ketika rukuu’, maka ikutilah tuntunan gerakan tangan dan tubuh sebagaimana berikut ini:
A) GERAKAN TANGAN KETIKA RUKUU’
Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua bahu, ketika bertakbir untuk rukuu’ dan
ketika bangun dari rukuu’ adalah dijelaskan di dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 735
dan Imaam An Nasaa’I no: 1059, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar ‫رضي هللا عنه‬, bahwa:

ِ ‫الر ُك‬
‫وع َرفَعَ ُه َما‬ َ ْ‫وع َوإِذَا َرفَ َع َرأ‬
ُّ ‫سهُ مِ ْن‬ ِ ‫ِلر ُك‬ َّ ‫سلَّ َم َكانَ يَ ْرفَ ُع يَ َد ْي ِه َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه إِذَا ا ْفتَت َ َح ال‬
ُّ ‫ص ََلة َ َوإِذَا َكب ََّر ل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ّللا‬
Artinya:

“Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya
ketika memulai sholat dan ketika bertakbir untuk rukuu’ dan ketika beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bangun dari
rukuu’.”

B) LETAK TANGAN DISAAT RUKUU’


Posisi jari-jari tangan setelahnya adalah berada di lutut (bukan di paha, dan bukan di betis)
Meletakkan kedua tangan tersebut diatas lutut tersebut adalah sesuai dengan Hadits Riwayat
Imaam Abu Daawud no: 747, dan dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari ‘Abdullooh
bin ‘Umar ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:

‫صدَقَ أَخِ ى قَ ْد ُكنَّا نَ ْفعَ ُل‬َ ‫س ْعدًا فَقَا َل‬ َ َ‫طبَّقَ يَ َد ْي ِه بَيْنَ ُر ْكبَت َ ْي ِه قَا َل فَبَلَ َغ َذ ِلك‬
َ ‫صَلَة َ فَ َكب ََّر َو َرفَ َع يَ َد ْي ِه فَلَ َّما َر َك َع‬ ُ ‫علَّ َمنَا َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
َّ ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم ال‬ َ
‫الر ْكبَتَي ِْن‬
ُّ ‫علَى‬ َ َ‫اك‬‫س‬ ‫م‬ ‫اإل‬
َ ْ ِ ‫ِى‬ ‫ن‬‫ع‬ْ ‫ي‬ ‫ا‬
َ ََِ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ر‬ْ ِ‫م‬ُ ‫أ‬ ‫م‬
َّ ُ ‫ث‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫ه‬
َ

Artinya:
“Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengajari kami sholat, lalu beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bertakbir dan
mengangkat kedua tangannya, dan ketika rukuu’ beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬meletakkan kedua tangannya
diatas lututnya.”

Dimana yang demikian itu dibenarkan oleh Sa’ad ‫رضي هللا عنه‬, dengan mengatakan, “Kami
mengerjakan ini, kemudian kami diperintahkan dengan ini, yaitu memegang kedua lutut.”

C) KEADAAN TUBUH PADA SAAT RUKUU’


– Punggung harus rata
– Kepala tidak mendongak keatas dan tidak menunduk kebawah, melainkan harus lurus.
Hal ini adalah dijelaskan dalam dalil-dalil berikut ini:
Gerakan tubuh ketika rukuu’ adalah sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 1138,
dari ‘Aa’isyah ‫رضي هللا عنها‬, bahwa beliau ‫ رضي هللا عنها‬berkata:

‫سهُ َولَ ْم‬ َ ْ‫ص َرأ‬ ْ ِ‫ب ْالعَالَمِ ينَ ( َو َكانَ إِذَا َر َك َع لَ ْم يُ ْشخ‬ ْ ‫ب‬
ِ َّ ِ ‫)ال َح ْم ُد‬
ِ ‫لِل َر ه‬ ِ َ ‫ير َو ْالق َِرا َءة‬
ِ ِ‫صَلَة َ بِالت َّ ْكب‬
َّ ‫ يَ ْست َ ْفتِ ُح ال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫َكانَ َر‬
ْ ْ‫ص ه ِو ْبهُ َو ِلك َْن بَيْنَ ذَلِكَ َو َكانَ إِذَا َرفَ َع َرأ‬
‫سا‬ ً ‫ى َجا ِل‬ َ ‫سهُ مِ نَ السَّجْ َدةِ لَ ْم يَ ْس ُج ْد َحتَّى يَ ْست َ ِو‬ َ ‫ى قَائِ ًما َو َكانَ إِذَا َرفَ َع َرأ‬ َ ‫وع لَ ْم يَ ْس ُج ْد َحتَّى يَ ْست َ ِو‬
ِ ُ
‫ك‬ ‫الر‬
ُّ َ‫ن‬ ِ‫م‬ ُ ‫ه‬‫س‬َ َ ُ‫ي‬
‫ش‬ َ ‫ان َويَ ْن َهى أ َ ْن يَ ْفت َِر‬ ِ ‫ط‬ َّ ‫ع ْقبَ ِة ال‬
َ ‫ش ْي‬ ُ ‫ع ْن‬َ ‫صبُ ِرجْ لَهُ ْالي ُْمنَى َوكَانَ يَ ْن َهى‬ ِ ‫ش ِرجْ لَهُ ْاليُس َْرى َويَ ْن‬ ُ ‫َو َكانَ يَقُو ُل فِى كُ ِهل َر ْكعَتَي ِْن التَّحِ يَّةَ َو َكانَ يَ ْف ِر‬
‫صَلَة َ بِالت َّ ْسل ِِيم‬ َّ ‫سب ُِع َو َكانَ يَ ْختِ ُم ال‬ َ ‫ع ْي ِه ا ْفت َِر‬
َّ ‫اش ال‬ َ ‫الر ُج ُل ذ َِرا‬ َّ

Artinya:
“Adalah Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬membuka sholat dengan Takbir dan membuka bacaan dengan
“Alhamdulillaahirrobbil ‘aalamiin”. Dan jika beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬rukuu’, beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬tidak
menengadahkan kepalanya keatas, akan tetapi tidak juga menundukkannya, tetapi diantara
keduanya (rata). Dan jika beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬bangun dari rukuu’, beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬tidak
langsung bersujud sehingga berdiri tegak terlebih dahulu. Dan apabila beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬
mengangkat kepalanya dari sujud, belum sujud lagi sehingga duduk dengan lurus. Dan beliau ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬pada setiap dua rokaat membaca Tahhiyyat dimana beliau menghamparkan kaki kirinya dan
menegakkan kaki kanannya. Dan beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬melarang dari duduk syaithoon. Dan
melarang seseorang menghamparkan kedua sikunya sebagaiman terkaman binatang buas. Dan
beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬menutup sholatnya dengan Salam.”
Dan beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬meratakan punggungnya pada saat rukuu’. Hal ini sebagaimana terdapat
Hadits diriwayatkan oleh Imaam Ibnu Maajah no: 872, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al
Albaany dari Waabishoh bin Ma’bad ‫رضي هللا عنه‬, bahwa beliau berkata:

‫ فكان إذا ركع سوى ظهره حتى لو صب عليه الماء الستقر‬. ‫رأيت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يصلي‬

Artinya:
“Aku melihat Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬sholat, beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬meratakan punggungnya
sehingga kalau ditumpahkan air niscaya air tersebut tidak tumpah.”

D) LAMANYA RUKUU’
Sedangkan lamanya seseorang rukuu’ adalah dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim
no: 1085, dari Baroo’ bin ‘Aazib ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:

َ ‫سجْ َدتَهُ فَ َج ْل‬


‫ستَهُ َما‬ َ ‫سجْ َدتَهُ فَ َج ْل‬
َ َ‫ستَهُ بَيْنَ السَّجْ َدتَي ِْن ف‬ َ َ‫صَلَة َ َم َع ُم َح َّم ٍد صلى هللا عليه وسلم فَ َو َجدْتُ قِيَا َمهُ فَ َر ْكعَت َهُ فَا ْعتِ َدالَه ُ بَ ْع َد ُر ُكو ِع ِه ف‬ َّ ‫َر َم ْقتُ ال‬
ِ ‫بَيْنَ الت َّ ْسل ِِيم َواالِ ْن‬
ِ‫ص َرافِ قَ ِريبًا مِ نَ الس ََّواء‬

Artinya:
“Aku sholat bersama Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬lalu aku dapati berdirinya, rukuu’nya, i’tidaal-nya
setelah rukuu’, dan sujudnya, dan duduknya diantara dua sujud, dan sujudnya dan duduknya
diantara Salam dan berpaling; adalah mendekati sama (lamanya).”

5. I’TIDAAL :
Jika kita selesai melaksanakan rukuu’ sebagaimana penjelasan diatas, maka gerakan berikutnya
adalah I’tidaal; yaitu gerakan yang dilakukan antara rukuu’ dan sujud. Dimana kita bangun dari
rukuu’, kemudian berdiri tegak lurus sejenak, kemudian berikutnya sujud.
Hal ini sebagaimana kita dapati Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬melaksanakan dan mencontohkannya
sebagai berikut:

5.1. PERINTAH UNTUK BERDIRI TEGAK LURUS SAAT I’TIDAAL


Meluruskan seluruh sendi tubuh, terutama punggung ke tempat semula, sehingga kita berada dalam
posisi berdiri tegak. Hal ini ditegaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Ahmad no: 10812, dan
Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth meng-Hasankannya. Bahkan Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam
Kitab “Shohiih At Targhiib wat Tarhiib” no: 531 mengatakan Hadits ini Shohiih Lighoirihi, dari
Shohabat Abu Hurairoh ‫رضي هللا عنه‬, bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:
‫ال ينظر هللا إلى صَلة رجل ال يقيم صلبه بين ركوعه وسجوده‬
Artinya:
“Allooh tidak akan memandang pada sholat seseorang yang tidak menegakkan tulang rusuknya
antara rukuu’-nya dan sujud-nya.”
5.2. POSISI BADAN TEGAK LURUS SAAT I’TIDAAL
Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 498 dari ‘Aa’isyah ‫ رضي هللا عنها‬bahwa:
َ ‫وع لَ ْم يَ ْس ُج ْد َحتَّى يَ ْست َ ِو‬
‫ى قَائِ ًما‬ ِ ‫الر ُك‬
ُّ َ‫سهُ مِ ن‬ َ ْ‫َو َكانَ إِذَا َرفَ َع َرأ‬
Artinya:
“Adalah Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila mengangkat kepalanya dari rukuu’, tidak bersujud
sehingga berposisi berdiri tegak lurus.”
Bahkan lebih jelas lagi adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Imaam Al Bukhoory
dalamShohiih-nya no: 828, dimana para Shohabat menggambarkan bahwa:
ُ ‫ار َمكَانَه‬ ٍ َ‫سهُ ا ْست ََوى َحتَّى يَعُو َد كُ ُّل فَق‬ َ ْ‫ظ ْه َرهُ فَإِذَا َرفَ َع َرأ‬
َ ‫ص َر‬َ ‫َوإِذَا َر َك َع أ َ ْم َكنَ يَ َد ْي ِه مِ ْن ُر ْكبَت َ ْي ِه ث ُ َّم َه‬
Artinya:
“Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila rukuu’ maka kedua tangan beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬menggenggam
kedua lutut, kemudian meluruskan punggungnya dan apabila mengangkat kepalanya dari rukuu’
beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬berdiri tegak sehingga setiap sendi kembali ke tempat semula.”
5.3. THUMA’NINAH DALAM I’TIDAAL
Thuma’ninah artinya berhenti sejenak (sejenak itu adalah lama waktunya sekedar seorang
mengucapkan satu kali tasbih), antara satu gerakan ke gerakan yang lainnya.
Dimana thuma’ninah ini dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 6667 dan Al
Imaam Muslim no: 397, dari Shohabat Abu Hurairoh ‫رضي هللا عنه‬, bahwa Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬
bersabda:
‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َ ْعت َ ِد َل قَائِ ًما ث ُ َّم ا ْس ُج ْد َحتَّى ت َْط َمئ َِّن‬
ْ ‫ارك َْع َحتَّى ت َْط َمئ َِّن َرا ِكعًا ث ُ َّم‬
ْ ‫ث ُ َّم‬
Artinya:
“Kemudian rukuu’-lah kamu sehingga thuma’ninah dalam keadaan rukuu’; kemudian bangkitlah
kamu dari rukuu’ sehingga kamu I’tidaal dalam keadaan berdiri thuma’ninah, kemudian sujudlah
sehingga kamu sujud dalam keadaan thuma’ninah.”
5.4. POSISI TANGAN SAAT I’TIDAAL
Tentang posisi tangan pada saat I’tidaal yang tepat adalah kembali meletakkan tangan kanan diatas
tangan kiri diatas dada (dengan 3 pilihan posisi sebagaimana telah dijelaskan diatas dalam masalah
posisi tangan setelah takbiirotul ihroom).
a) Posisi telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri, saat sholat sendirian atau kondisi jamaah
sholat longgar.
b) Posisi telapak tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri, saat kondisi jamaah sholat
agak padat.
c) Posisi telapak tangan kanan menggenggam punggung tangan kiri, saat kondisi jamaah sholat
padat.
Adapun yang menjadi dalil terhadap hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Al Imaam Al
Bukhoory dalam Shohiih-nya no: 740, dari salah seorang Shohabat bernama Sahl bin Sa’ad ‫رضي هللا‬
‫عنه‬, beliau berkata:
ِ‫صَلَة‬ َّ ‫علَى ذ َِرا ِع ِه ْاليُس َْرى فِي ال‬ َ ‫الر ُج ُل ْاليَ َد ْالي ُْمنَى‬
َّ ‫ض َع‬َ َ‫اس يُؤْ َم ُرونَ أ َ ْن ي‬ ُ َّ‫َكانَ الن‬
Artinya:
“Adalah orang-orang (para Shohabat) diperintahkan (– tentunya oleh Rosuulullooh‫– صلى هللا عليه وسلم‬
pen.) agar seseorang meletakkan tangan kanannya diatas siku kirinya dalam sholat.”
Hal ini tidak aneh, karena posisi tangan dalam sholat adalah asal muasalnya seperti ini,
sebagaimana telah terdahulu penjelasannya. Ketika kita merubah posisi tangan kita, itu adalah
disebabkan adanya dalil yang menyebabkan kita mengikuti tuntunannya, seperti saat rukuu’ dimana
kedua tangan kita itu di lutut; dan ketika sujud maka kedua tangan kita itu menapak ke tanah; dan
ketika duduk antara dua sujud; juga tasyahhud maka tangan kita itu diatas paha.
Semua posisi tangan kita itu adalah pada posisi tangan sebagaimana yang dijelaskan oleh
Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬, maka ketika tidak ada penjelasan dimana letak posisi tangan kita disaat
I’tidaal, otomatis tangan kita itu adalah kembali ke posisi semula, karena kita sadari bersama bahwa
saat ini kita sedang sholat. Sedangkan posisi tangan pada saat sholat adalah tangan kanan diatas
tangan kiri diatas dada. Yang demikian itu lah yang menjadi jawaban Syaikh Al ‘Utsaimin ‫رحمه هللا‬
dalam “Koleksi Fatwa dan Risalah”-nya no: 450.
6. SUJUD :
6.1. URUTAN GERAK MENUJU SUJUD
A) MENGANGKAT KEDUA TANGAN, SEBAGAIMANA GERAKAN TAKBIIROTUL IHROOM
Kemudian apabila seorang Muslim hendak bergerak menuju sujud maka ia mengangkat kedua
tangan terlebih dahulu sebagaimana gerakan takbiirotul ihroom yang dijelaskan dalam Hadits
Riwayat Imaam Muslim no: 390, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar ‫ رضي هللا عنه‬berikut ini bahwa
beliau berkata:
ُّ َ‫ِى َم ْن ِكبَ ْي ِه َوقَ ْب َل أ َ ْن يَ ْر َك َع َو ِإذَا َرفَ َع مِن‬
ِ ‫الر ُك‬
‫وع َوالَ يَ ْرفَعُ ُه َما بَيْنَ السَّجْ َدتَي ِْن‬ َّ ‫ِإذَا ا ْفتَت َ َح ال‬
َ ‫صَلَة َ َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحاذ‬
Artinya:
“Aku melihat Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila membuka sholat, maka beliaumengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, dan ketika akan ruku,’ dan ketika bangun dari
ruku’. Tetapi tidak mengangkat kedua tangannya diantara dua sujud.”
B) BERGERAK TURUN MENUJU SUJUD
Dan mengucapkan “Alloohu Akbar” ketika ia turun menuju sujud, sebagaimana dijelaskan dalam
Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 803 dan Al Imaam Muslim no: 392, dari Shohabat Abu
Hurairoh ‫ رضي هللا عنه‬bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬:
‫اجدًا‬ ِ ‫س‬ َ ‫ّللاُ أ َ ْكبَ ُر حِ ينَ يَ ْه ِوي‬ َّ ‫ث ُ َّم يَقُو ُل‬
Artinya:
“Mengatakan “Alloohu Akbar” ketika turun menuju Sujud.”
C) MELETAKKAN TANGAN TERLEBIH DAHULU SEBELUM LUTUT
Ketika hendak sujud maka letakkanlah tangan terlebih dahulu sebelum lutut, sebagaimana dalam
Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 840, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany,
dari Shohabat Abu Hurairoh ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:
‫ض ْع يَ َد ْي ِه قَ ْب َل ُر ْكبَت َ ْي ِه‬َ َ‫ِير َو ْلي‬ُ ‫س َج َد أ َ َح ُد ُك ْم فََلَ يَب ُْر ْك َك َما يَب ُْركُ ْالبَع‬ َ ‫ِإذَا‬
Artinya:
“Jika seorang dari kalian sujud maka janganlah kalian turun merunduk sebagaimana apa yang
dilakukan oleh onta, akan tetapi letakkanlah kedua tangan sebelum kedua lutut.”
Adapun Hadits yang menyatakan hendaknya kedua lutut terlebih dahulu daripada kedua tangannya,
maka Hadits itu tergolong Hadits yang lemah (dho’iif), sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imaam
Abu Daawud no: 838, Al Imaam At Turmudzy no: 268 dan Al Imaam Ibnu Maajah no: 882 dan Al
Imaam An Nasaa’i no: 1089, sebagaimana hal ini telah dinyatakan ke-dho’iif-annya oleh Syaikh
Nashiruddin Al Albaany. Yaitu melalui Waa’il bin Hujr ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:
‫ض َرفَ َع يَ َد ْي ِه قَ ْب َل ُر ْكبَت َ ْي ِه‬ َ ‫ض َع ُر ْكبَت َ ْي ِه قَ ْب َل يَ َد ْي ِه َو ِإذَا نَ َه‬ َ ‫س َج َد َو‬َ ‫ى صلى هللا عليه وسلم ِإذَا‬ َّ ‫َرأَيْتُ النَّ ِب‬
Artinya:
“Aku melihat Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila beliau sujud, maka beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬meletakkan kedua
lututnya sebelum kedua tangannya. Dan apabila bangun, maka beliau‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat
kedua tangannya sebelum kedua lututnya.”
Walaupun demikian, Ibnu Taimiyyah ‫ رحمه هللا‬dalam Kitab “Majmu Al Fatawa” Jilid 22 halaman 449,
berkata: “Adapun sholat dengan kedua cara ini (mendahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut
atau kedua lutut sebelum kedua tangan – pen.) adalah dibolehkan sesuai dengan apa yang
disepakati para ‘Ulama, yaitu jika orang yang sholat mau, maka dia boleh meletakkan kedua
lututnya sebelum kedua tangannya. Dan jika dia mau maka dia boleh meletakkan kedua tangannya
kemudian kedua lututnya. Dan sholatnya sah dalam kedua keadaan ini, sesuai dengan kesepakatan
para ‘Ulama.”
Sikap ini juga menjadi sikap yang diambil oleh Syaik ‘Abdul Aziiz bin Baaz dan Syaikh ‘Utsaimiin
‫رحمهما هللا‬.
D) IMAAM TERLEBIH DAHULU, BARU MA’MUM
Sebagai suatu catatan yang harus diperhatikan terutama ketika seseorang berposisi sebagai
makmum adalah membiarkan Imaam sujud terlebih dahulu baru kemudian setelah itu makmum
turun untuk sujud.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 690 dan Al Imaam
Muslim no: 474, dari riwayat Al Baroo’ bin Al ‘Aazib ‫رضي هللا عنه‬, bahwa:
ُ ‫س ُجودًا بَ ْع َده‬ ُ ‫اجدًا ث ُ َّم نَقَ ُع‬ ِ ‫س‬ َ ‫ي صلى هللا عليه وسلم‬ َ ‫ّللاُ ِل َم ْن َحمِ َدهُ لَ ْم يَحْ ِن أ َ َح ٌد مِ نَّا‬
ُّ ِ‫ظ ْه َرهُ َحتَّى يَقَ َع النَّب‬ َ ‫إِذَا قَا َل‬
َّ ‫سمِ َع‬
Artinya:
“Apabila beliau (Nabi) ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengatakan “Sami Alloohu liman hamidah” maka tidak
seorangpun dari kami mencondongkan punggungnya sehingga Nabi‫ صلى هللا عليه وسلم‬sujud terlebih
dahulu, baru kemudian kami bersujud setelahnya.”
E) POSISI TUBUH SAAT SUJUD
– Dahi bersamaan satu paket dengan ujung hidung, ditempelkan ke tempat sujud
– Telapak kaki belakang merapat dan tegak lurus

– Paha lurus, tidak berhimpit dengan betis ataupun perut


– Posisi tangan merenggang, jika memungkinkan. Tangan merenggang dari dada, telapak tangan
sejajar seperti posisi jari-jemari saat sedang TakbiIrotul Ihroom. Dan jari jemari tidaklah merapat,
dan tidak pula sangat merenggang.
Posisi tubuh saat sujud tersebut adalah sebagaimana dalil-dalil berikut ini:
E-1) DIATAS 7 (TUJUH) ANGGOTA BADAN
Hal ini adalah dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 815 dan Al Imaam Muslim
no: 490, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Abbas ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:
ُ ‫شعَ َره‬ َ َ‫ َوال‬، ُ‫ف ث َ ْوبَه‬ َّ ‫ َوالَ يَ ُك‬، ‫ظ ٍم‬ ُ ‫س ْبعَ ِة أ َ ْع‬
َ ‫علَى‬َ ‫ي صلى هللا عليه وسلم أ َ ْن يَ ْس ُج َد‬ ُّ ِ‫أُمِ َر النَّب‬
Artinya:
“Bahwa Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬diperintahkan untuk sujud diatas 7 (tujuh) tulang dan tidak menyingkap
bajunya dan rambutnya.”
E-2) KEPALA DIANTARA KEDUA TELAPAK TANGANNYA
Ketika sujud maka hendaknya seorang Muslim meletakkan kepala diantara kedua telapak
tangannya, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 401 dari Shohabat Wa’il bin
Hujr ‫رضي هللا عنه‬, dimana dijelaskan bahwa:
‫س َج َد بَيْنَ َكفَّ ْي ِه‬ َ ‫س َج َد‬ َ ‫فَلَ َّما‬
Artinya:
“Ketika beliau (Nabi) ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersujud, beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersujud diantara kedua telapak
tangannya.”
E-3) MERENGGANGKAN JARI DAN LENGAN
Adapun keadaan kedua tangan saat sujud dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory
no: 390 dan Al Imaam Muslim no: 495, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Maalik bin Buhainah ‫رضي هللا عنه‬,
bahwa:
‫ط ْي ِه‬ َ ‫اض ِإ ْب‬ُ َ‫صلَّى فَ َّر َج بَيْنَ يَ َد ْي ِه َحتَّى يَ ْبد َُو َبي‬ َ ‫ي صلى هللا عليه وسلم َكانَ ِإذَا‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
Artinya:
“Nabi‫صلى هللا عليه وسلم‬jika sholat, merenggangkan kedua tangannya hingga nampak putih ketiaknya.”
E-4) TEGAP DAN TIDAK MALAS
Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 822 dan Imaam Muslim no: 493, dari
Shohabat Anas bin Maalik ‫رضي هللا عنه‬, bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:
‫ب‬ِ ‫ط ْالك َْل‬ َ ‫سا‬ َ ‫ع ْي ِه ا ْن ِب‬ ْ ‫س‬
َ ‫ط أ َ َح ُد ُك ْم ذ َِرا‬ ُ ‫ َوالَ يَ ْب‬، ‫س ُجو ِد‬ُّ ‫ا ْعت َ ِدلُوا فِي ال‬
Artinya:
“Luruslah kalian dalam sujud dan jangan lah seorang dari kalian menghamparkan kedua sikunya
seperti anjing.”
Kemudian dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 494, dari Al Baroo’ bin Al Azib ‫رضي هللا عنه‬,
beliau berkata, bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:
‫إذا سجدت فضع كفيك وارفع مرفقيك‬
Artinya:
“Jika kamu sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkat kedua sikumu.”
Juga dalam Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’i dalam As Sunnan Al Kubro no: 688 melalui
Shohabat Abu Humaid As Saa’idy ‫رضي هللا عنه‬, berkata:
‫كان النبي صلى هللا عليه و سلم إذا هوى إلى اْلرض ساجدا جافى عضديه عن أبطيه وفتح أصابع رجليه‬
Artinya:
“Adalah Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬jika turun ke tanah menuju sujud maka beliau merenggangkan kedua
lengan tangannya dari dua ketiaknya. Dan membuka jari kedua kakinya.”
E-5) KEDUA TUMIT RAPAT
Hal ini dijelaskan melalui apa yang terjadi pada ‘Aa’isyah ‫رضي هللا عنها‬, sebagaimana diriwayatkan
oleh Al Imaam Muslim dalam Shohiih-nya no: 486, dimana ketika beliau ‫ رضي هللا عنها‬terbangun di
malam hari lalu mencari Rosuulullooh ‫( صلى هللا عليه وسلم‬dalam keadaan gelap), maka ‘Aa’isyah ‫رضي هللا‬
‫ عنها‬berkata:
‫َان‬
ِ ‫صوبَت‬ ُ ‫ط ِن قَ َد َم ْي ِه َوه َُو فِى ْال َمس ِْج ِد َوهُ َما َم ْن‬ ْ َ‫علَى ب‬ َ ‫ت يَدِى‬ ْ َ‫فَ َوقَع‬
Artinya:
“Maka tanganku tiba-tiba menyentuh pada kedua telapak kaki Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬. Beliau
‫ صلى هللا عليه وسلم‬sedang di masjid, dan kedua telapak kaki beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬itu tegak berdiri (dalam
keadaan rapat).”
Hal serupa dikuatkan oleh riwayat lain sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imaam Hakim dalam Kitab
Al Mustadrok no: 832, dimana beliau mengatakan, “Hadits ini Shohiih memenuhi syarat Shohiih
Imaam Al Bukhoory dan Al Imaam Muslim, tetapi keduanya tidak mengeluarkannya dengan redaksi
ini; dan saya tidak tahu seorangpun yang menyebutkan penggabungan kedua tumit dalam sujud,
selain dalam Hadits ini.”
Juga Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imaam Ibnu Huzaimah dalam Shohiih-nya no: 654, dan Syaikh
Al A’dzomy mengatakan Sanadnya Shohiih.
Bahwa ‘Aa’isyah ‫ رضي هللا عنها‬berkata:
َ‫صابِ ِع ِه ْال ِق ْبلَة‬َ َ ‫ط َرافِ أ‬ ْ َ ‫ ُم ْست َ ْقبَِلً بِأ‬، ‫ع ِقبَ ْي ِه‬
َ ‫صا‬ ًّ ‫اجدًا َرا‬ ِ ‫س‬ َ ‫سلَّ َم َو َكانَ َمعِي‬
َ ُ‫علَى ف َِراشِي فَ َو َج ْدتُه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫هللا‬ ُ ‫فَقَدْتُ َر‬
ِ ‫سو َل‬
Artinya:
“Suatu malam aku kehilangan Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬, padahal semula beliau ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬seranjang denganku. Tiba-tiba aku temui beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬dalam keadaan sujud, merapatkan
kedua tumit kakinya, menghadapkan jari-jemari kakinya kearah Kiblat.”
7. DUDUK ANTARA 2 SUJUD
Apabila seorang yang sholat selesai melakukan sujud yang pertama, kemudian bangun dan
menjelang sujud yang kedua, dalam setiap rakaat ; tentunya melakukan posisi Duduk. Dimana
posisi duduk ini disebut Duduk antara 2 Sujud.
Dan Duduk antara 2 Sujud ini hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
– Pandangan mata ke tempat sujud
– Duduk diatas telapak kaki kiri.
– Telapak kaki kanan tegak lurus dengan ujung jari mengarah kearah Kiblat.
– Telapak tangan kanan diatas paha kanan dan telapak tangan kiri berada diatas paha kiri.
Imaam Ibnul Qoyyim ‫ رحمه هللا‬berkata dalam Kitab “Zaadul Ma’ad” Jilid I halaman 230: “Kemudian
Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat kepalanya (dari sujud) sembari bertakbir tanpa
mengangkat kedua tangannya, dan beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬melalukan itu sebelum mengangkat kedua
tangannya, kemudian duduk dengan menghamparkan kaki kiri, lalu mendudukinya dan menegakkan
kaki kanannya.”
Dan sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Al ‘Utsaimin, yang terdapat didalam “Koleksi Fatwa
dan Risalah” beliau Jilid XIII halaman 144, beliau berkata: “Yang saya tahu tidak ada dalil yang
menunjukkan adanya perbedaan antara Duduk Tasyahhud dengan Duduk antara Dua Sujud.”
8. DUDUK ISTIRAHAT
Adapun jika kita bangun dari rakaat ganjil, maka disunnahkan untuk melakukan Duduk Istirahat
sejenak sebelum bangun. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al
Bukhoory no: 823, dari Shohabat Maalik bin Al Huwairits ‫رضي هللا عنه‬, bahwa Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬:
‫ي قَا ِعدًا‬ َ ‫ض َحتَّى يَ ْست َ ِو‬ ْ ‫صَلَتِ ِه لَ ْم يَ ْن َه‬ َ ‫فَإِذَا َكانَ فِي ِوتْ ٍر مِ ْن‬
Artinya:
“Apabila dalam Sholat rakaat ganjil, maka beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬tidak langsung bangun sehingga
beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬duduk lurus (duduk istirahat) terlebih dahulu.”
Juga dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 824, masih melalui Maalik bin Al Huwairits
‫رضي هللا عنه‬:
َ َ‫ض ث َّم ق‬
‫ام‬ ِ ‫علَى اْل َ ْر‬ َ ‫س َوا ْعت َ َم َد‬ َ َ‫ع ِن السَّجْ َدةِ الثَّانِيَ ِة َجل‬َ ، ُ‫سه‬ َ ْ‫َوإِذَا َرفَ َع َرأ‬
Artinya:
“Dan apabila mengangkat kepalanya dari sujud kedua, maka beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬duduk (duduk
istirahat) dan bertumpu pada bumi, kemudian bangun.”
9. TASYAHHUD
Adapun tentang Tasyahhud adalah sebagaimana dijelaskan berikut ini:
A) POSISI DUDUK SAAT TASYAHHUD
Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’i no: 889, dishohiihkan oleh Syaikh
Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Wa’il bin Hujr ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:
‫قلت ْلنظرن إلى صَلة رسول هللا صلى هللا عليه و سلم كيف يصلي فنظرت إليه فقام فكبر ورفع يديه حتى حاذتا بأذنيه ثم وضع يده اليمنى على‬
‫كفه اليسرى والرسغ والساعد فلما أراد أن يركع رفع يديه مثلها قال ووضع يديه على ركبتيه ثم لما رفع رأسه رفع يديه مثلها ثم سجد فجعل‬
‫كفيه بحذاء أذنيه ثم قعد وافترش رجله اليسرى ووضع كفه اليسرى على فخذه وركبته اليسرى وجعل حد مرفقه اْليمن على فخذه اليمنى ثم‬
‫قبض اثنتين من أصابعه وحلق حلقة ثم رفع إصبعه فرأيته يحركها يدعو بها‬
Artinya:
“Sungguh aku melihat pada sholat Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bagaimana beliau ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬sholat lalu beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬berdiri, kemudian bertakbir, kemudian mengangkat kedua
tangannya sehingga sejajar dengan kedua telinganya, kemudian meletakkan tangan kanannya
diatas telapak tangan kirinya dan pergelangan dan punggung lengan bawah tangan kirinya. Dan
ketika hendak rukuu’ beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat kedua tangannya seperti itu, kemudian
meletakkan kedua tangannya diatas kedua lututnya, kemudian ketika beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬
mengangkat kepalanya dari rukuu’ melakukan hal yang sama, kemudian beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬sujud
lalu mensejajarkan kedua telapak tangannya dengan telinganya, kemudianduduk dan ber-iftirosy
(menghamparkan kaki kirinya) dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas pahanya dan lututnya
yang kiri, dan menjadikan siku tangan kanannya diatas paha kanannya, kemudian menggenggam
dua dari jarinya dan membentuk lingkaran, kemudian mengangkat jarinya. Aku lihat menggerak-
gerakkannya saat berdoa.”
B) DUDUK IFTIROSY SAAT TASYAHHUD AWAL
Dalam Tasyahhud Awal hendaknya seorang yang sedang sholat memposisikan dirinya dalam sikap
Iftirosy, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 498, dari ‘Aa’isyah ‫رضي هللا عنها‬,
bahwa:
‫صبُ ِرجْ لَهُ ْالي ُْمنَى‬
ِ ‫ش ِرجْ لَهُ ْاليُس َْرى َويَ ْن‬
ُ ‫َو َكانَ يَ ْف ِر‬
Artinya:
“Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya.”
Duduk Iftirosy tersebut dapat digambarkan sebagaimana berikut ini :
– Duduk diatas telapak kaki kiri
– Telapak kaki kanan tegak lurus dengan ujung jari mengarah kearah Kiblat.

C) DUDUK TAWARRUK SAAT TASYAHHUD AKHIR


Dalam Tasyahud Akhir ini, seorang yang sedang sholat hendaknya memposisikan dirinya dalam
sikap Tawarruk, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 579, dari Shohabat
‘Abdullooh bin Az Zubair ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:
‫علَى‬ َ ‫ض َع يَ َدهُ ْاليُس َْرى‬
َ ‫ش قَ َد َمهُ ْالي ُْمنَى َو َو‬ َ ‫صَلَةِ َجعَ َل قَ َد َمهُ ْاليُس َْرى بَيْنَ فَخِ ِذ ِه َو‬
َ ‫ساقِ ِه َوفَ َر‬ َّ ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم إِذَا قَعَ َد فِى ال‬ ُ ‫َكانَ َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
‫صبَ ِع ِه‬
ْ ِ‫َار بِإ‬ َ ْ َ
َ ‫على فخِ ِذ ِه الي ُْمنَى َوأش‬ َ ْ
َ ‫ض َع يَ َدهُ الي ُْمنَى‬ ْ ْ
َ ‫ُركبَتِ ِه اليُس َْرى َو َو‬
Artinya:
“Bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila duduk dalam sholat (Tasyahhud Akhir), beliau ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬mengedepankan kaki kirinya (mengeluarkan kaki kirinya) diantara pahanya dan betisnya,
dan menghamparkan kaki kanannya dan meletakkan tangan kirinya diatas lutur kirinya. Dan
meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya, sembari memberi isyarat dengan telunjuknya.”
Duduk Tawarruk tersebut dapat digambarkan sebagaimana berikut ini :
– Duduk diatas lantai (sajadah).
– Telapak kaki kanan tegak lurus dengan ujung jari mengarah kearah Kiblat.
– Ujung kaki kiri diposisikan dibawah betis kaki kanan. Nampak ujung-ujung jarinya.
D) PANDANGAN MATA SAAT TASYAHHUD
Sedangkan pandangan mata saat duduk Tasyahhud tersebut adalah diarahkan ke jari telunjuk
tangan kanan, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’i no: 1160,
dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Wa’il bin Hujr ‫رضي هللا عنه‬, bahwa
beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬:
‫وضع يده اليمنى على فخذه اليمنى وأشار بأصبعه التي تلي اإلبهام في القبلة ورمى ببصره إليها‬
Artinya:
“Meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dan memberi isyarat dengan telunjuknya
kearah Kiblat sembari mengarahkan pandangannya padanya (pada telunjuk tangannya).”
Juga dalam Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’I no: 1275 dan Al Imaam Abu Daawud no: 990,
dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Az Zubair ‫رضي هللا عنه‬,
beliau berkata:
ُ‫َارتَه‬ َ َ‫سبَّابَ ِة الَ يُ َجا ِو ُز ب‬
َ ‫ص ُرهُ ِإش‬ َ ‫ َوأَش‬، ‫علَى فَخِ ِذ ِه ْاليُس َْرى‬
َّ ‫َار بِال‬ َ ‫ض َع َكفَّهُ ْاليُس َْرى‬ َ َّ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم َكانَ ِإذَا قَعَ َد فِي الت‬
َ ‫ش ُّه ِد َو‬ ِ ‫سو َل‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
Artinya:
“Bahwa Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila duduk dalam Tasyahud maka beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬
meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya dan memberi isyarat dengan telunjuknya dan
pandangannya tidak melewati isyarat telunjuknya.”
E) POSISI PELETAKAN TANGAN SAAT TASYAHHUD
Sedangkan posisi peletakan tangan saat Tasyahhud tersebut adalah sebagaimana dijelaskan dalam
Hadits Riwayat Al Imaam At Turmudzy no: 294, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany,
dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar ‫رضي هللا عنه‬:
‫أن النبي صلى هللا عليه و سلم كان إذا جلس في الصَلة وضع يده اليمنى على ركبته ورفع إصبعه التي تلي اإلبهام اليمنى يدعو بها ويده‬
‫اليسرى على ركبته باسطها عليه‬
Artinya:
“Bahwa Nabi ‫صلى هللا عليه وسلم‬apabila duduk dalam sholat, beliau‫صلى هللا عليه وسلم‬meletakkan tangan
kanannya diatas lututnya dan mengangkat telunjuknya yang kanan ketika berdo’a dan
menghamparkan tangan kirinya diatas lututnya.”
E-1) Posisi peletakan tangan saat Tasyahhud Awal dapat digambarkan sebagaimana berikut ini:
– Telapak tangan kiri diatas lutut kiri.
– Telapak tangan kanan sembari menunjuk kearah Kiblat. Dengan menempelkan ujung ibu jari ke
ujung jari tengah. Atau seperti orang menunjuk.
– Pandangan mata tertuju pada ujung jari telunjuk.

E-2) Sedangkan posisi peletakan tangan saat Tasyahhud Akhir dapat digambarkan sebagaimana
berikut ini:
– Telapak tangan kiri diatas lutut kiri.
– Telapak tangan kanan sembari menunjuk kearah Kiblat. Dengan menempelkan ujung ibu jari ke
ujung jari tengah. Atau seperti orang menunjuk.

– Pandangan mata tertuju pada ujung jari telunjuk.


F) KEADAAN JARI-JEMARI TANGAN KANAN SAAT TASYAHHUD
Adapun keadaan jari jemari tangan kanan saat tasyahhud tersebut adalah membentuk angka 53,
sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Ahmad no: 6153, menurut Syaikh Syu’aib
Al Arnaa’uth sanadnya Shohiih memenuhi syarat Al Imaam Muslim, para perowinya terpercaya,
termasuk para perowi Al Imaam Al Bukhoory dan Al Imaam Muslim kecuali Hammad bin Salamah,
beliau termasuk perowi Shohiih Muslim; dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar ‫ رضي هللا عنه‬:
‫أن النبي صلى هللا عليه و سلم كان إذا قعد يتشهد وضع يده اليسرى على ركبته اليسرى ووضع يده اليمنى على ركبته اليمنى وعقد ثَلثا‬
‫وخمسين ودعا‬
Artinya:
“Bahwa Nabi ‫صلى هللا عليه وسلم‬apabila duduk bertasyahhud beliau meletakkan tangan kirinya diatas
lutut kirinya dan meletakkan tangan kanannya diatas lutut kanannya dan membentuk angka 53
kemudian berdoa.”
Atau menggenggamkan seluruh jemari tangan kanan dan menunjuk dengan telunjuknya, dan
meletakkannya diatas paha kanannya; lalu meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya.
Sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 580, dari
‘Abdullooh bin ‘Umar ‫رضي هللا عنه‬, dimana didalam riwayat itu dijelaskan bahwa:
َ ‫صا ِبعَهُ ُكلَّ َها َوأَش‬
‫َار‬ َ َ‫ض أ‬ َ َ‫علَى فَخِ ِذ ِه ْالي ُْمنَى َوقَب‬ َ ‫ض َع َكفَّهُ ْالي ُْمنَى‬ َ ‫صَلَ ِة َو‬ َ َ‫صنَ ُع قَا َل َكانَ ِإذَا َجل‬
َّ ‫س فِى ال‬ ْ َ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم ي‬ ُ ‫َكانَ َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
‫علَى فَخِ ِذ ِه ْاليُس َْرى‬ َ ‫ى‬ ‫ْر‬
َ ‫س‬ ُ ‫ي‬ ْ
‫ال‬ ُ ‫ه‬َّ ‫ف‬‫ك‬َ ‫ع‬ ‫ض‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ام‬‫ه‬
َ َ َ َ َ َ ِ‫ب‬
ْ ‫اإل‬ ‫ِى‬ ‫ل‬َ ‫ت‬ ‫ِى‬ ‫ت‬َّ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫ص‬ ‫إ‬
ِ َِ ْ ِِ ‫ب‬
Artinya:
“Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬apabila duduk dalam sholat maka beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬meletakkan
telapak tangan kanannya diatas paha kanannya dengan menggenggam seluruh jarinya dan
menunjuk dengan telunjuknya, dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya.”
10. LAMANYA GERAKAN SHOLAT :
Gerakan sholat tersebut dilaksanakan dalam waktu yang mendekati sama lamanya. Hal ini adalah
sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Al Imaam Al Bukhoory no: 801 dan Al Imaam Muslim no: 471,
dari Shohabat Al Baroo’ bin Azib ‫رضي هللا عنه‬, beliau berkata:
‫الر ُكوعِ َوبَيْنَ السَّجْ َدتَي ِْن قَ ِريبًا مِ نَ الس ََّواء‬ ُّ َ‫سهُ مِ ن‬ َ ْ‫ َوإِذَا َرفَ َع َرأ‬، ُ‫س ُجو ُده‬ ُ ‫ي صلى هللا عليه وسلم َو‬ ‫َكانَ ُر ُكوعُ النَّبِ ِه‬
Artinya:
“Adalah rukuu’ dan sujudnya Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬itu dan ketika beliau ‫صلى هللا عليه وسلم‬mengangkat
kepalanya dari rukuu’ dan duduk antara dua sujud; lamanya adalah mendekati sama.”
Juga sebagaimana dalam Hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Al Imaam Muslim no: 397,
melalui salah seorang Shohabat yakni Abu Hurairoh ‫رضي هللا عنه‬, bahwa:
‫ار ِج ْع‬ ْ « ‫سَلَ َم قَا َل‬ َّ ‫ ال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم فَ َر َّد َر‬ ِ َّ ‫ول‬
ِ ‫س‬ ُ ‫علَى َر‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ َ‫صلَّى ث ُ َّم َجا َء ف‬َ َ‫َد َخ َل ْال َمس ِْج َد فَ َد َخ َل َر ُج ٌل ف‬
‫صلى هللا عليه‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫علَ ْي ِه فَقَا َل َر‬ َّ
َ ‫سل َم‬ َ َ‫ ف‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ ُ
‫صلى ث َّم َجا َء إِلَى النَّ ِب ِ ه‬ َّ َ َ‫صلى َك َما َكان‬ َّ َ َ‫الر ُج ُل ف‬
َّ ‫ فَ َر َج َع‬.» ‫ص ِهل‬ َ ُ ‫ص ِهل فَإِنَّكَ لَ ْم ت‬
َ َ‫ف‬
‫غي َْر‬ َ ُ‫ق َما أُحْ ِسن‬ ِ ‫الر ُج ُل َوالَّذِى بَعَثَكَ بِ ْال َح ه‬ َّ ‫ت فَقَا َل‬ ٍ ‫ث َم َّرا‬َ َ‫ َحتَّى فَعَ َل ذَلِكَ ثََل‬.» ‫ص ِهل‬ َ ُ ‫ص ِهل فَإِنَّكَ لَ ْم ت‬َ َ‫ار ِج ْع ف‬ ْ « ‫ ث ُ َّم قَا َل‬.» ‫سَلَ ُم‬ َّ ‫علَيْكَ ال‬ َ ‫ « َو‬-‫وسلم‬
ْ ‫ارك َْع َحتَّى ت َْط َمئ َِّن َرا ِكعًا ث ُ َّم‬
‫ارفَ ْع َحتَّى ت َ ْعت َ ِد َل قَائِ ًما ث ُ َّم ا ْس ُج ْد‬ ِ ‫صَلَةِ فَ َكبِ ْهر ث ُ َّم ا ْق َرأْ َما تَيَس ََّر َمعَكَ مِ نَ ْالقُ ْر‬
ْ ‫آن ث ُ َّم‬ َّ ‫ قَا َل « إِذَا قُ ْمتَ إِلَى ال‬.‫ع ِله ْمنِى‬ َ ‫َهذَا‬
‫ه‬
‫صَلَتِكَ ُك ِل َها‬ َ ‫سا ث ُ َّم ا ْفعَ ْل ذَلِكَ فِى‬ ْ
ً ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َط َمئ َِّن َجا ِل‬ ْ ‫اجدًا ث ُ َّم‬
ِ ‫س‬ ْ
َ ‫َحتَّى ت َط َمئ َِّن‬
Artinya:
“Ada seseorang masuk kedalam Masjid kemudian sholat, kemudian datang kepada Rosuulullooh
‫ صلى هللا عليه وسلم‬memberi salam, kemudian Rosuulullooh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬menjawab salamnya sembari
berkata, “Ulanglah sholatmu, sesungguhnya kamu belum sholat.”
Maka kembalilah orang tersebut mengulang sholatnya, sebagaimana dia sholat pertama kali.
Kemudian ia datang kembali kepada Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬dan memberi salam. Rosuulullooh ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬pun menjawab salamnya, kemudian mengatakan, “Ulanglah sholatmu, sebab kamu belum
sholat.”
Diulangnya lagi perbuatan itu hingga tiga kali, sehingga orang itu mengatakan, “Demi Yang
mengutusmu dengan kebenaran, sungguh aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka
ajarilah aku.”
Maka bersabdalah Rosuulullooh ‫صلى هللا عليه وسلم‬, “Jika kamu berdiri untuk sholat, maka bertakbirlah.
Kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur’an.
Kemudian rukuu’-lah kamu sehingga kamu rukuu’ dalam keadaan thuma’ninah.
Kemudian bangunlah kamu dari rukuu’-mu sehingga kamu ber-I’tidaal dalam keadaan thuma’ninah.
Kemudian sujudlah kamu sehingga kamu bersujud dalam keadaan thuma’ninah.
Kemudian bangkitlah kamu dari sujud, sehingga kamu duduk dalam keadaan thuma’ninah.
Dan lakukanlah yang demikian itu dalam seluruh sholatmu.”
11. SALAM
Adapun ketika Salam, hendaknya seseorang memalingkan kepalanya ke kanan hingga putih pipinya
terlihat, kemudian memalingkan kepalanya ke kiri hingga putih pipinya terlihat oleh orang
dibelakangnya.
Hal tersebut adalah sebagaimana dijelaskan dalam dalil berikut ini:
Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’i dalam As Sunnan Al Kubro no: 1248, dan dishohiihkan oleh
Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Shohiih Sunnan An Nasaa’i no: 1324, dari Shohabat
‘Abdullooh bin ‘Umar ‫رضي هللا عنه‬:
‫اض َخ ِ هد ِه مِ ْن‬ُ َ‫اض َخ ِ هد ِه مِ ْن هَاهُنَا َوبَي‬ ُ َ‫هللا َحتَّى ي َُرى بَي‬ ِ ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬ َ ‫سَلَ ُم‬ ِ ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬
َّ ‫ ال‬، ‫هللا‬ َ ‫سَلَ ُم‬ َّ ‫ ال‬: ‫ار ِه‬ِ ‫س‬َ َ‫ع ْن ي‬َ ‫ع ْن يَمِ ينِ ِه َو‬َ ‫س ِله ُم‬
َ ُ‫أَنَّهُ َكانَ ي‬
ُ‫هَاهنَا‬
Artinya:
“Bahwa Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersalam ke kanan dan ke kiri dengan mengatakan “Assalamu’alaikum
Warohmatullooh”, “Assalamu’alaikum Warohmatullooh” sehingga terlihat putih pipinya dari sini dan
putih pipinya dari sini.”

DOA ISTIFTAH atau IFTITAH


Pertama :

ُ‫يل‬ ِ َ‫للاُِبه ْك َرُة ًُ َوأ‬


ً ‫ص‬ ُ َُُ‫س ْب َحان‬ ُّ ِ ُ‫ُ َو ْال َح ْم ُده‬،‫يرا‬
ً ِ‫لِلُِ َكث‬
‫ُ َو ه‬،‫يرا‬ ً ‫للاهُأ َ ْكبَ هُرُ َك ِب‬
ُ
“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)

Kedua :
ُ

ُ‫ضُ َح ِنيفًا‬َُ ‫تُ َو ْاْل َ ْر‬ ُِ ‫س َم َوا‬ ّ ‫ط َُرُال‬ َ َ‫يُ ِللّذِيُف‬ َُ ‫َللاُِأ َ ْكبَ هُرُ َو ّج ْهتهُُ َو ْج ِه‬
ُّ
ُ‫اي‬َُ َ‫س ِكيُ َو َم ْحي‬ ‫ص َلتِيُ َونه ه‬ َ ُ‫ن‬ ُّ ‫ُ ِإ‬، َ‫هم ْس ِل ًماُ َو َماُأَنَاُ ِمنَُُ ْال هم ْش ِر ِكين‬
ُ‫كُأ ه ِم ْرتهُُ َوأَنَاُأَ ّو ه‬
ُ‫ل‬ َُ ‫يكُلَ ُههُ َو ِبذَ ِل‬َُ ‫لُش َِر‬ ُ َ َُُ‫بُ ْالعَالَ ِمين‬ ُّ ِ ُ‫َو َم َماتِي‬
ُِ ‫لِلُِ َر‬
َُ ‫َكُ َو ِب َح ْمد‬
‫ِك‬ َُ ‫س ْب َحان‬ ‫تُ ه‬ َُ ‫لُأ َ ْن‬ُ ّ ‫لُ ِإلَ ُهَُ ِإ‬ ُ‫تُ ْال َم ِل ه‬
ُ َ ُ‫ك‬ َُ ‫ُاللّ هه ُّمُأَ ْن‬، َ‫ْال هم ْس ِل ِمين‬
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim
yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak
ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak
disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143).

Ketiga :

ُِ ‫قُ َو ْال َم ْغ ِر‬


ُ‫ب‬ ُِ ‫تُبَيْنَُُ ْال َم ْش ِر‬
َُ ‫ع ْد‬ َ ‫اىُ َك َماُبَا‬ َُ َ‫طاي‬ َ ‫اللّ هه ُّمُبَا ِع ُْدُبَ ْي ِنىُ َوبَيْنَُُ َخ‬
ُ،ُ‫َس‬ ُ ِ ‫ضُ ِمنَُُالدّن‬ ُ‫بُاْل َ ْبيَ ه‬ ُ‫طايَاُ َُك َماُيهنَقّىُالث ّ ْو ه‬ َ ‫ُاللّ هه ُّمُن َِق ِنىُ ِمنَُُ ْال َخ‬،
‫جُ َو ْالبَ َر ُِد‬
ُِ ‫اءُ َوالث ّ ْل‬
ُِ ‫اىُ ِب ْال َم‬
َُ َ‫طاي‬ ُْ ‫اللّ هه ُّمُا ْغس‬
َ ‫ِلُ َخ‬
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan
antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih
disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”
(HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)

Kempat :

ُ‫ار ًكاُ ِفي ِه‬ َ ُ‫يرا‬


َ َ‫ط ِيبًاُ همب‬ ُّ ِ ُ‫ْال َح ْم ُده‬
ً ‫لِلُِ َح ْمدًاُ َك ِث‬
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh
keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang lelaki
yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba untuk
mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”
HR. Abu Daud NO. 871, At-Tirmizi no. 262, An-Nasai no. 998, Ibnu Majah no. 878

DOA/BACAAN RUKU' dan SUJUD

Pertama :

Dari Huzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu anhu-, “Bahwa dia pernah shalat bersama
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka ketika ruku’ beliau membaca:

‫ي ْالعَ ِظ ِيم‬
َ ِ‫س ْب َحانَ َرب‬
ُ
“(Maha suci Rabbku yang Maha Agung),”

dan ketika sujud beliau membaca:

‫ي ْاْل َ ْعلَى‬
َ ِ‫س ْب َحانَ َرب‬
ُ
“(Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi).”

Bacalah Paling Sedikit 3 (Tiga) Kali

Kedua :
Dari Aisyah -radhiallahu anha- dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca
do’a dalam ruku’ dan sujud-nya dengan bacaan:

ُ
‫س ْب َحانَكَُُاللّ هه ُّمُ َربّنَاُ َوبِ َح ْمدِكَُُاللّ هه ُّمُا ْغ ِف ُْرُ ِلي‬
‫ه‬
ُ
(Maha suci Engkau wahai Rabb kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).” (HR.
Al-Bukhari no. 794 dan Muslim no. 484)

DO'A I'TIDAL (Bangkit dari Ruku')

Pertama :

Dari Ibnu Abu Aufa, ia mengatakan,” Rasulullah saw. apabila mengangkat punggungnya dari
ruku’, beliau mengucapkan“

‫نُ َح ِمدَُهه‬ ُْ ‫للاهُ ِل َم‬


ُ ُ‫س ِم َُع‬ َ ُ

ُ ِ ‫تُ َو ِم ْل َءُهُُاْْل َ ْر‬


ُُ‫ضُ َو ِم ْل َءُه‬ ّ ‫كُ ْال َح ْم ُدهُ ِم ْل َءُهُُال‬
ُِ ‫س َم َاوا‬ َُ َ‫اَللّ هه ُّمُ َربّنَاُل‬
)ُ‫شيْئُُبَ ْع ُدهُ(رواهُمسلم‬ َ ُ‫ن‬ ُْ ‫تُ ِم‬ َُ ْ‫َماُ ِشئ‬
"Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa
yang Engkau kehendaki setelah itu" (HR. Muslim)
DO'A DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

Pertama :

dari Ibnu abbas-radiayallahu anhu- bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam diantara dua
sujud membaca :
ُ

‫ار هز ْق ِني‬
ْ ‫ُ َو‬،ُ‫ُ َوا ْه ِدنِي‬،ُ‫اجبه ْرنِي‬ ْ ‫ُ َو‬،ُ‫اللّ هه ُّمُا ْغ ِف ُْرُ ِلي‬
ْ ‫ُ َو‬،ُ‫ار َح ْمنِي‬
“Ya Allah ampunilah aku, sayangilah aku, tutupilah kekuranganku, anugrahkan kepadaku
hidayah dan berikanlah rezki kepadaku.” (HR Tirmidzi)

Kedua :

Dari Ibnu Abbas-radhiyallahu anhu-, ia berkata: “Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengangkat kepalanya dari sujud beliau mengucapkan:

‫ار هز ْقنِيُ َوا ْه ِدنِي‬


ْ ‫ارُفَ ْعنِيُ َو‬
ْ ‫اجبه ْرنِيُ َو‬ ْ ‫بُا ْغ ِف ُْرُ ِليُ َو‬
ْ ‫ار َح ْمنِيُ َو‬ ُِ ‫َر‬
"Ya Rabbku, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah
derajatku, berilah aku rizki dan berilah aku petunjuk".(HR. Baihaqi)

Ketiga :

Dari Hudzaifah -radhiyallahu anhu- bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa


sallam mengucapkan saat duduk diantara dua sujud:

‫بُا ْغ ِف ُْرُ ِلي‬


ُِ ‫ُ َر‬،‫بُا ْغ ِف ُْرُ ِلي‬
ُِ ‫َر‬
“Ya Rabb ampunilah dosaku, Ya Rabb ampunilah dosaku” (HR. Ibnu Majah)

BACAAN SAAT DUDUK TAHIYYAT

Bacaan Tasyahhud
Imam Syafi'i Rohimahullah lebih menyukai bacaan tasyahhud ini, Hadits dari Ibnu Abbas :

ُ‫ْكُأَيُّ َها‬
َُ ‫علَي‬َ ُُ‫س ََلم‬ َّ ُُ‫صلَ َوات‬
ِ َّ ِ ُُ‫الط ِيبَات‬
َّ ‫ُال‬.‫ّلِل‬ َّ ‫ار َكاتُُال‬ َ َ‫الت َّ ِحيَّاتُُ ْالمب‬
َُِّ ُ‫علَىُ ِعبَا ُِد‬
ُ‫ّللا‬ َ ‫علَ ْينَاُ َو‬َ ُُ‫س ََلم‬ َّ ‫ُال‬،‫ّللاُ َوبَ َر َكاته‬ َُِّ ُُ‫يُ َو َر ْح َمة‬ُُّ ‫النَّ ِب‬
ِ‫ّللا‬
َُّ ُُ‫نُم َح َّمدًاُ َرسول‬ َُّ َ‫ّللاُ َوأ َ ْش َهدُُأ‬
َُّ ُ‫ل‬َُّ ‫لُ ِإلَ ُهَُ ِإ‬ ُْ َ ‫صا ِل ِحينَُُأَ ْش َهدُُأ‬
َُ ُ‫ن‬ َّ ‫ال‬
"Segala penghormatan, keberkahan, kesejahteraan dan kebaikan bagi Allah. Semoga keselamatan, rahmat dan
barakah Allah senantiasa dilimpahkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Semoga juga dilimpahkan kepada kami
dan kepada semua hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Allah, dan aku
bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.” (HR. Muslim,Abu Dawud dan As-Syafi’i)

Kemudian bacalah sholawat :

ُِ ‫كُ َعلَىُم َح َّمدُُ َو َعلَىُآ‬


ُ‫ل‬ ُْ ‫ار‬
ِ َ‫ُ َوب‬،‫ِيم‬ ُِ ‫ُ َو َعلَىُآ‬،‫ِيم‬
َ ‫لُ ِإب َْراه‬ َ ‫صلَّيْتَُُ َعلَىُ ِإب َْراه‬
َ ُ‫ُ َك َما‬،‫لُم َح َّمد‬ ُِ ‫لُ َعلَىُم َح َّمدُُ َو َعلَىُآ‬
ُِ ‫ص‬ َ ُ‫للَّه َُّم‬ ‫ا‬
ُ‫ِيمُفِيُ ْال ُعَالَ ِمينَُُإِنَّكَُُ َح ِميدُُ َم ِجيد‬ ُِ ‫ُ َو َعلَىُآ‬،‫ِيم‬
َُ ‫لُإِب َْراه‬ َ ‫ار ْكتَُُ َعلَىُإِب َْراه‬
َ َ‫ُ َك َماُب‬،‫م َح َّمد‬
Ya Allah, limpahkan kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Kau melimpahkan
kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad seperti
Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim dalam seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Luhur, dan salam seperti yang telah diajarkan pada kalian.” (HR. Ibnu Hibban dan At-Tirmidzi)

Atau Sholawat berikut :


Dari Ka’ab bin Ujrah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan shalawat,

ِ َ‫ُاللَّه َُّمُب‬،‫ُإِنَّكَُُ َح ِميدُُ َم ِجيد‬،‫ِيم‬


ُْ ‫ار‬
ُ‫ك‬ َ ‫لُ ِإب َْراه‬ َ ‫صلَّيْتَُُ َعلَىُ ِإب َْراه‬
ُِ ‫ُ َو َعلَىُآ‬،‫ِيم‬ ُِ ‫لُ َعلَىُم َح َّمدُُ َو َعلَىُآ‬
َ ُ‫ُ َك َما‬،‫لُم َح َّمد‬ َ ُ‫اللَّه َُّم‬
ُِ ‫ص‬
.ُ‫ُ َو َعلَىُآ ُِلُإِب َْراه َُِيمُإِنَّكَُُ َح ِميدُُ َم ِجيد‬،‫ُ َك َماُبَ َار ْكتَُُ َعلَىُإُِْب َراه َِيم‬،‫َعلَىُم َح َّمدُُ َو َعلَىُآ ُِلُم َح َّمد‬
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dianjurkan Membaca Do'a

ُِ ‫ع َذا‬
ُْ ‫ ُ َو ِم‬،‫ب ُ َج َهنَّ َم‬
ُ‫ن‬ َ ُ‫ن‬ ُْ ‫ ُ َو ِم‬،‫ب ُ ْالقَب ِْر‬ ُِ ‫ع َذا‬
َ ُ‫ن‬ ُْ ‫ك ُ ِم‬ ُْ ِ‫اَللَّه َُّم ُ ِإن‬
َُ ‫ي ُأَع ْوذُ ُ ِب‬
ُِ ‫َرُفِتْنَ ُِةُ ْال َم ِسي‬
ُِ ‫ْحُال َّد َّجا‬
‫ل‬ ُِ ‫نُش‬ُْ ‫ُ َو ِم‬،ِ‫فِتْنَ ُِةُ ْال َم ْحيَاُ َو ْال َم َمات‬
ُ
“Ya Allah, Sesungguhnya aku ber-lindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan
dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”(HR.Bukhori,Muslim)

ُُ‫اللَّه َُّم ُا ْغ ِف ُْر ُلِي ُ َما ُقَ َُّد ْمتُ ُ َو َما ُأَ َّخ ْرتُ ُ َو َما ُُأَسْﺮَ ْرتُ ُ َو َما ُأَ ْعلَ ْنت‬
ُُ‫ت ُ ْالـم َؤ َّخر‬َُ ‫ت ُ ْالـمقَ ِدمُ ُ َُو ُأَ ْن‬
َُ ‫ت ُأ َ ْعلَمُ ُ ِب ُِه ُ ِمنِي ُأ َ ْن‬
َُ ‫َو َما ُُأ َسْﺮَ ْفتُ ُ َو َما ُأ َ ْن‬
َُ ‫لُأ َ ْن‬
‫ت‬ َُّ ‫لُ ِإلَ ُهَُ ِإ‬
َُ
"Ya Allâh, ampunilah segala dosaku pada masa lalu dan yang akan datang, yang aku lakukan dengan sembunyi-
sembunyi dan yang aku lakukan dengan terang-terangan, serta segala yang telah aku lakukan dengan berlebihan.
Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang terkemudian, Tidak ada
tuhan kecuali Engkau" (HR. Muslim dan Abu Awanah)

Anda mungkin juga menyukai