6 : ا لمائدة
Oleh :
H.E. Syibli Syarjaya
Guru Besar Hukum Islam Fak. Syari’ah UIN Banten
ِ
الص لوة فَا ْغسلُ ْوا ِ ٰ ِ ِ
ٰيٓ اَُّي َه ا الَّ ِذيْ َن ٰا َم ُن ْٓوا اذَا قُ ْمتُ ْم الَ ى َّ
س ُح ْوا بُِرءُ ْو ِس ُك ْم ام و ق ِ وجوه ُكم واَي ِدي ُكم اِلَ ى الْمر ِ
اف
َ ََ َ ْ ْ ُ ُْ َ ْ َ ْ َ
َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَ ى الْ َك ْعَب ْي ۗ ِنَواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبً ا فَاطَّ َّه ُرْو ۗا َواِ ْن
ضى اَ ْو َع ٰل ى َس َف ٍر اَ ْو َجاۤ َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّم َن ُك ْنتُم َّمر ٰ ٓ
ْ ْ
ِّس اۤ َء َفلَ ْم تَ ِج ُد ْوا َماۤ ًء َفَتيَ َّم ُم ْوا ن ال م ٰ ِ
َ الْغَاۤ ِٕى َ ْ َ ْ ُ ُ
ت س م ل و ا ط
س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَيْ ِديْ ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما يُ ِريْ ُدَ ام
ص ْ ً ًِّ َ ْ
ف ا بيَط ا د ي ِ
ع َ
ال ٰلّهُ لِيَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم ِّم ْن َح َر ٍج َّوٰل ِك ْن يُّ ِريْ ُد لِيُطَ ِّه َرُك ْم
َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَه َعلَْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرْو َن (المائدة )6 :
■ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu
hendak melaksanakan salat, maka basuhlah
wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu
sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub,
maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu
dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur. (al-
Maidah : 6)
معنى المفرداتKOSA KATA /
اذا قمتم
Pengertiannya yaitu, Apabila kamu hendak
melaksanakan shalat, لصالة اذا أردتم ا لقيام ا لىا
sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat An-
ِاس تَ ِع ْذ بِ ا هلل
ْ ف
َ آن
َ ر ق
ل
ُ ت
ا
ْ ْ
أ
َر ق
َ اذ
َ ِ
إ َف
Nahl ayat 98. ْ َ
فَا ْغ ِسلُوا
”سل
ْ َ ”الغhuruf ghin “ ”غdibaca fathah, artinya menuangkan
ُ
air pada sesuatu untuk menghilangkan kotoran dan lain
sebagainya.
وه ُك ْم
َ ُو ُج
bentuk mufrad/tunggal dari kata “”وج ـه. batasnya
memanjang dari dahi paling atas sampai dagu
paling bawah, dan melebar dari anak telinga
sebelah kanan sampai anak telinga sebelah kiri.
Janabat adalah :
سح مو آنر ق
ُ لْا ة
َ اءر ِالصالَ ِة وق
َّ اب َِاجت
ن مِ
ز لْ تس ي ي ِ الْجنابةُ ِهي معنى َشر
ع
َ ََ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َْ َ َ َ َ َ
ب ن
ُ لج ا
ْ ل ِ َاْلمصحف و ُد ُخو َل اْلمس ِج َد إِلَى أَ ْن ي ْغت
س
ُ ُ َ َ َْ ْ َ َْ ُ
Artinya : Janabat adalah suatu istilah syara’,
yang mengharuskan seseorang untuk menjauhi
(tidak mengerjakan) shalat,membaca al-Qur’an,
memegang mushaf dan masuk ke dalam masjid,
sehingga ia mandi lebih dahulu.
janabat dapat terjadi diakibatkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Keluar sperma, sabda Rasulullah Saw.
)إِنَّ َما ال َْماءُ ِم َن ال َْم ِاء (رواه مسلم
Artinya : Sesungguhnya seseorang diwajibkan mandi, karena keluar air (air
mani/sperma) (HR Muslim).
2. Bertemunya dua alat kelamin (berhubungan seksual),
sabda Rasulullah Saw.
ِ ِ
َ إِ َذا الَْت َقى الْختَانَان َف َق ْد َو َج
ب الْغُ ْس ُل
Artinya : Apabila bertemu dua alat kelamin,maka wajiblah baginya untuk
mandi.
Dikategorikan ke dalam janabat adalah wanita-wanita yang sedang
menstruasi (haidl) dan nifas, mereka diwajibkan untuk mandi
apabila telah berhenti dari haid dan nifasnya. firman Allah Swt.
)222 : 2 (البقرة... وه َّن َحتَّى يَط ُْه ْر َن
ُ ُ َوالَ َت ْق َرب...
Hadits Rasulullah Saw. :
إِ َذا: ال لَ َها
َ َالسالَم ق ِ
ه
َّ ْ َ ُ يَل ع هَّ
ن َ
أ شٍ يب ح ي ِ
بَأ ت ِ ِ
َ ْ َ َ ََع ْن ف
ن ب ة م اط
ْ َُ
ت فَا ْغتَ ِسلِي ر بدَأ
ْ ََْ َ َ ا ذ
َ ِإو ة
َ ال الص
َّ ي ِ
ع دَف ة
ُ
َ َ َْ ض ي ْحل ا تِ َأَ ْقَبل
)صلِّي (رواه البخاري َ َو
Artinya : Dari Fatimah binti Abi Hubaisy,
bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadanya :
“Apabila haidl datang, maka tinggalkanlah
shalat dan apabila haidl telah berhenti, maka
mandilah dan kerjakanlah shalat” (HR
Bukhari).
َ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َم ْر: َق ْولُهُ َت َعالَى...
ضى
Ungkapan ayat di atas menyatakan, bahwa
kebolehan tayammum berlaku bagi orang-orang
yang sakit secara umum, baik sakit kepala, perut,
paru-paru dan lain sebagainya.
Namun penyakit tersebut dibatasi hanya bagi
penyakit yang penderitanya tidak mampu untuk
menggunakan air. Sebagaimana yang diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas dan sejumlah Tabi’in, sakit
tersebut harus benar-benar (serius) dan apabila
terkena air akan membahayakan si penderita
(لمجدور )ا لمرضا Bukan hanya asal sakit
Klasifikasi sakit
1. Suatu penyakit, yang menurut penelitian dokter,
apabila tersentuh air akan mengakibatkan
kematian atau rusaknya anggota tubuh. Dalam
kondisi seperti ini, para ulama telah sepakat
bahwa si pasien dibolehkan untuk tayammum.
2. Suatu penyakit, yang apabila tersentuh air akan
mengakibatkan bertambahnya rasa sakit atau
lambat kesembuhannya. Untuk kondisi seperti
ini, menurut Hanafiyah dan Malikiyah serta qaul
ashah dari Syafi’i, pasien diperkenankan untuk
bertayammum. Mereka berlandaskan kepada
sabda Rasulullah Saw. berikut ini :
َ َاب َر ُجالً ِمنَّا َح َج ٌر ف
ُش َّجه َ َ َص أف
َ رٍ ف
َ س
َ ي ِ َخرجنَا ف: ال
َْ َ ق
َ ِ
اهلل ِ لٍما ر ِوي َعن جابِ ِر اب ِن َعب
د ْ ْ َ ْ َ ُ َ
صةً فِي التَّيَ ُّم ِم َف َقالُوا َما ِ ِ ِ فِي رأْ ِس
َ ال َه ْل تَج ُدو َن لي ُر ْخ َ َص َحابَهُ َف َقْ َل أ َ سأ
َ ََف م ل
َ ت
َ اح
ْ م
َّ ُث ه َ
ات َفلَ َّما قَ ِد ْمنَا َعلَى النَّبِ ِّيَ س َل فَ َم ت غ
ْ اَف ِ ك ر ْخصةً وأَنْت َت ْق ِدر علَى الْم
اء َ ل
َ دُ جِ َن
َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ
ال ُّ ال َقَتلُوهُ َقَتلَ ُه ُم اللَّهُ أَالَ َسأَلُوا إِ ْذ لَ ْم َي ْعلَ ُموا فَِإنَّ َما ِش َفاءُ ال ِْع ِّي
ُ الس َؤ َ ك َف َق َ ِأُ ْخبِ َر بِ َذل
)إِنَّ َما َكا َن يَ ْك ِف ِيه أَ ْن َيَتيَ َّم َم (رواه ابو داود وابن ماجه والدار قطني
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : “Kami pernah keluar dalam sebuah
perjalanan dan salah seorang di antara kami terkena batu di kepalanya hingga
terluka parah. Kemudian di malam hari ia bermimpi dan ketika bangun untuk
mandi (junub), ia merasa takut sakitnya makin terinfeksi apabila mandi. Ia
bertanya kepada kawan-kawannya, “Apakah kalian menemukan suatu
rukhshah bagiku untuk bertayammum ?”. Mereka menjawab ; “Kami tidak
menemukan rukhshah bagimu, karena kamu bisa mendapatkan air”. Lalu
orang tersebut mandi dan penyakitnya bertambah parah sehingga ia meninggal
dunia. Ketika kami bertemu Rasul Allah Saw., dan menceriterakan kejadian
yang menimpa kawan tersebut. Kemudian beliau bersabda : “Kalian telah
membunuhnya, mengapa kalian tidak bertanya jika kalian memang tidak
mengetahuinya ?. Sesungguhnya obatnya bodoh adalah bertanya. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya bagi dia cukup bertayammum saja”. (HR Abu Daud, Ibnu
Majah dan Daruquthni).
3. Suatu penyakit, yang apabila tersentuh air, tidak
dikhawatirkan akan binasanya atau lambat
sembuhnya penyakit tersebut. Dalam kondisi
semacam ini, menurut Syafi’iyah dan Hanafiyah si
pasien tidak diperkenankan untuk bertayammum.
Sebab pasien tidak termasuk dalam kelompok orang
yang tidak mampu menggunakan air. Menurut
Malikiyah, pasien seperti itu diperkenankan untuk
bertayammum berdasarkan kepada keumuman
ayat “jika kamu sakit” ى
(ضَ ْنتُ ْم َم ْر ) َوإِْن ُك.
4. Suatu penyakit, yang hanya mengenai sebagian
anggota tubuh saja. Untuk kondisi seperti ini, para
ulama berbeda pendapat :
a. Menurut Hanafiyah, apabila anggota tubuh yang
sehat lebih banyak, maka terhadap anggota tubuh
yang terkena penyakit dilakukan tayammum,
sedangkan anggota tubuh lainnya dicuci atau
dibasuh. Tetapi apabila anggota tubuh yang sakit
lebih banyak, maka pasien diperkenankan untuk
bertayammum terhadap seluruh anggota
tubuhnya.
b. Syafi’iyah, mereka tidak mempertimbangkan
banyak atau sedikitnya anggota tubuh yang sakit,
tetapi mereka menyatakan, bahwa yang sehat
harus dicuci dan yang terkena penyakit
ditayammumi.
c. Malikiyah menyatakan,
pasien boleh bertayammum,
baik anggota tubuh yang
terkena penyakit hanya
sedikit ataupun banyak.
Karena mereka melihat
kepada keumuman nash ”َوإِْن
ضى
َ ”ك ْنتُ ْم َم ْر.
ُ
أ َْو َعلَى َس َف ٍر: َق ْولُهُ َت َعالَى
سة
َ ُمالَ َم mempunyai dua pengertian
1. (ma’na al-majazi) di mana bisa diartikan dengan
jima’ (hubungan seksual), sebagaimana pendapat
Ali Ra., Ibnu ‘Abbas dan Hasan dari kalangan
sahabat. Pendapat ini pun merupakan pendapat
yang dianut oleh kalangan Hanafiyah.
2. “ُ”م َالَم َسة
ُ dapat pula diartikan dengan sentuhan
tangan, () اَ لَّ ْم ُسبِ اْ لَيد, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ibnu Mas’ud, Umar dan Asy-
Sya’bi, juga merupakan pendapat yang dianut oleh
kalangan Syafi’iyah.
اء م وا د
ُ ِ َ َفلَم ت: َقولُهُ َتعالَى
ج
ًَ ْ َ ْ
Tidak didapatinya air dalam ungkapan ayat tersebut
di atas, yaitu tidak tersedianya air untuk berwudlu
atau mandi secara tuntas dan lengkap. Sedangkan
apabila airnya hanya mencukupi untuk sebagian
anggota wudlu/tubuh saja, maka menurut Hanafiyah
dan Malikiyah ditempuh jalan tayammum.
Sedangkan menurut Syafi’iyah dan Hanabilah,
diharuskan untuk tetap menggunakan air tersebut.
Kemudian bagi anggota tubuh yang belum
terbasuh/tercuci, maka dilanjutkan dengan
tayammum. Karena menurut mereka, kondisi
semacam itu tergolong kepada tidak ada air (اقد ف
)ا لماء.
ِ ِ
ُس ُحوا بِ ُو ُجوه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم م ْنه ِ َفَتي َّمموا
َ صعي ًدا طَيِّبًا فَ ْام
َ ُ َ