ني إِاَّل ِ ِٰ ِ ۖ ﴾ وقَ ۡد أَض لُّواْ َكث٢٣﴿ وق ونَ ۡسرا هِل
َ ِري ا َواَل تَ ِزد ٱلظَّلم
ً َ َ ً َ َ ُوث َو َيع ً َوقَ الُواْ اَل تَ َذ ُر َّن ءَا تَ ُك مۡ َواَل تَ َذ ُر َّن َو ًّدا َواَل ُس َو
َ ُاعا َواَل َيغ
﴾٢٤﴿ ض ٰلَاًل َ
“Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa´, yaghuts, ya
´uq dan nasr’. Dan setelahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan”. [QS. Nuh: 23-24]
فبعث اهلل النبيني مبشرين ومنذرين، فاختلفوا. كلهم على شريعة من احلق،كان بني نوح وآدم عشرة قرون
1
Antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Mereka semua berada di atas syariat yang benar. Kemudian
mereka saling berselisih. Kemudian Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi gambar gembira dan
kabar peringatan. (HR. At-Thabari dalam Tafsirnya no. 4048).
Ghuluw tidaklah terlahir secara tiba-tiba, dan tidak juga baru terjadi, tetapi ghuluw adalah penyakit lama
dari zaman Nabi Nuh ‘Alaihis Salām. Maka kaum Nabi Nuh ‘Alaihis Salām melampaui batas sebelum
datang kepada mereka dahulu orang-orang shalih, lalu kaum Nabi Nuh melampaui batas di dalam
kecintaan pada orang-orang shalih, hingga mereka menyembah orang-orang shalih di sisi Allah hingga
pada derajat uluhiyyah, kemudian kaum Nabi Nuh membuat patung untuk mengenang orang-orang shalih
tersebut, sampai muncul kebid’ahan mereka dan menjadi budaya jahiliyah Arab di masa Nabi Nuh. Lalu
di zaman Nabi-nabi setelah Nabi Nuh Alaihis Salām bertambahlah kebid’ahan mereka sampai menjadi
kesyirikan yang semakin parah, bahkan melebihi kesyirikan di zaman Nabi Nuh Alaihis Salām, dan
begitu seterusnya sebelum datangnya risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam hingga
menyebar ke seluruh dunia dan seluruh orang ‘Ajam (selain Arab). [Mukhtashar Shahih Tafsir Ibnu
Katsir, hal 620-621, Syaikh Mushtafa Al-‘Adawi hafizhahullah]
Dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari Rahimahullāh dengan sanadnya sampai kepada Ibnu ‘Abbas
Radhiyallāhu ‘Anhuma, beliau berkata dalam menafsirkan surat Nuh ayat 23-24 di atas:
2
Ibnul Qayyim berkata: “Banyak para ulama salaf megatakan: “Setelah mereka itu meninggal, banyak
orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membuat patung-
patung, setelah beberapa waktu akhirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan oleh anak
keturunan mereka yang jauh dari ilmu". [Al-Jadīd fī Syarh Kitābi at-Tauhīd, hal 175]
ۚ ين َك َفُروا ِمن َقْب ُل ِ َّ ِ ت النَّصارى الْم ِسيح ابن اللَّ ِه ۖ َٰذلِك َقوهُل م بِأَ ْفو ِاه ِهم ۖ ي
ِ َت الْيهود عزير ابن اللَّ ِه وقَال
ِ
َ ضاهئُو َن َق ْو َل الذ
َُ ْ َ ُ ْ َ ُْ ُ َ َ َ َ ُ ْ ٌ ْ َُ ُ ُ َ ََوقَال
قَاَتلَ ُه ُم اللَّهُ ۚ أَىَّنٰ يُ ْؤفَ ُكو َن
“Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’. Dan orang-orang Nashrani berkata: ‘Al-
Masih itu putera Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir terdahulu, dilaknati Allah-lah mereka. Bagaimana mereka sampai
berpaling?". [QS. At-Taubah: 30]
Adapun penyebab sikap ghuluw orang-orang Yahudi terhadap 'Uzair adalah karena mereka melihat dari
mukjizat-mukjizat yang terjadi pada 'Uzair seperti penulisan kitab Taurat dengan hafalannya setelah
Taurat dihapus dari dada-dada orang-orang Yahudi, serta keadaan 'Uzair yang hidup kembali setelah
wafat seratus tahun lamanya. Lalu setelah akal mereka sempit untuk membedakan perbuatan dan
kekuasaan Allah dengan kemampuan manusia yang terbatas, maka mereka menyandarkan hal tersebut
kepada 'Uzair dan mereka menyatakan bahwa 'Uzair adalah anak Allah sebagaimana Ibnu Abbas
menyatakan: "Sesungguhnya mereka (orang-orang Yahudi) menyatakan demikian ('Uzair anak Allah)
karena mereka tatkala mengamalkan suatu amal yang tidak benar, Allah menghapus Taurat dari dada-
dada mereka. 'Uzair pun berdoa kepada Allah. Tatkala itu kembalilah Taurat yang sudah dihapus dari
dada-dada mereka turun dari langit dan masuk ke dalam batin 'Uzair. Kemudian 'Uzair menyuruh
kaumnya seraya berkata: ‘Allah telah memberi Taurat kepadaku’. Maka serta merta mereka mereka
menyatakan: ‘Tidaklah Taurat itu diberikan kecuali karena dia anak Allah." Sedangkan di dalam riwayat
lain beliau berkata: ‘Bakhtanshar ketika menguasai Bani Israil telah menghancurkan Baitul Maqdis dan
membunuh orang-orang yang membaca Taurat. Waktu itu 'Uzair masih kecil sehingga dia dibiarkan
(tidak dibunuh). Dan tatkala 'Uzair wafat di Babil seratus tahun lamanya kemudian Allah
membangkitkan serta mengutusnya kepada Bani Israil, beliau berkata: ‘Saya adalah 'Uzair’. Mereka pun
tidak mempercayainya seraya menjawab: ‘Nenek moyang kami mengatakan bahwa 'Uzair telah wafat di
Babil, dan jika engkau benar-benar adalah 'Uzair, diktekanlah Taurat kepada kami. Maka 'Uzair pun
menuliskannya. Melihat hal itu mereka menyatakan: ‘Inilah adalah anak Allah”. [Zadul Masi'ir Fii 'Ilmi
At-Tafsir, oleh Ibnul Jauzi juz 3 hal 423-424]
Demikianlah asal usul orang-orang Yahudi menamakan 'Uzair sebagai anak Allah daripada Nabi Allah.
3
Ghuluw pada Bani Isrāil Nashrani yaitu perkataan orang-orang Nashrani bahwa Isa anak Allah atau
sebagai Allah, ada dua sebab. Yang pertama karena Isa lahir tanpa bapak. Dan kedua karena dia mampu
menyembuhkan orang buta dan bisu serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah. [Kitab
Mahabbatu ar-Rasul hal. 155].
Yang menyatakan demikian bukanlah al-Hawariyyun (shahabat-shahabat Nabi Isa) sendiri, melainkan
orang- orang yang ghuluw dari kalangan Nashrani setelah wafat beliau. Setelah selang beberapa waktu
mereka menjadi musyrik dikarenakan perkataan mereka itu. Allah telah membantah serta menerangkan
sangkaan mereka yang tanpa dalil tersebut, yang menyebabkan mereka kafir. Allah berfirman:
“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam”.
[QS. al-Maidah: 72]
ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ٍ ُ ِلََق ْد َك َفر الَّ ِذين قَالُوا إِ َّن اهللَ ثَال
اب َ ث ثَالَثَة َو َما م ْن إلَه إالَّ إلَهٌ َواح ٌد َوإ ْن مَلْ َيْنَت ُهوا َع َّما َي ُقولُو َن لَيَ َم َّس َّن الذ
ٌ ين َك َفُروا مْن ُه ْم َع َذ َ َ
يم ِ
ٌ أَل
“Sungguh telah kafir orang yang menyatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga," padahal
sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti
dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih”. [QS. al-Maidah: 73]
Siksaan yang pedih di akhirat merupakan balasan orang-orang yang menyatakan bahwa Isa adalah putra
Allah atau Isa adalah Allah. Dan mereka termasuk orang-orang kafir dan akan kekal di neraka. Mereka
tidak mengetahui bahwa Isa adalah hanyalah seorang Rasul, dan dia hanyalah orang biasa yang
dimuliakan dengan beberapa kekhususan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
ُّ ت ِم ْن َقْبلِ ِه
٧٥ : ﴿املائدة...الر ُس ُل َوأ ُُّمهُ ِصدِّي َقةٌ َكانَا يَأْ ُكالَ ِن الطَّ َع َام ٌ يح ابْ ُن َم ْرمَيَ إِالَّ َر ُس
ْ َول قَ ْد َخل
ِ
ُ َما الْ َمس
“Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya
para Rasul, dan Ibunya seorang yang benar, keduanya biasa memakan makanan". [QS. al-Maidah: 75]
Demikianlah umat-umat terdahulu terjebak ke dalam jurang dosa yang sangat dalam yaitu kesyirikan
disebabkan sikap ghuluw mereka kepada orang-orang shalih.
4
Saba'iyah (pengikut Abdullah bin Saba', seorang Yahudi) terhadap Ali bin Abi Thalib sehingga mereka
menyatakan bahwa Ali adalah Tuhan dan memiliki sifat ketuhanan. Kelompok ini lebih dikenal dengan
sebutan Syi'ah Rafidlah yang pertama kali membuka pintu ghuluw terhadap Ali bin Abi Thalib dan
kepada anak cucu beliau radhiallahu 'anhu.
C. Faidah-faidah Hadits
1. Ayat di atas menjelaskan bahwa syirik telah ada sejak dahulu pada umat-umat sebelumnya.
2. Bahwasanya nama-nama berhala yang lima tersebut adalah di antara sembahan-sembahan kaum
Nabi Nuh ‘Alaihis Salām.
3. Ayat di atas juga menjelaskan bahwa para pengikut kebatilan saling menopang dan saling
membantu di atas kebatilan mereka.
4. Boleh mendoakan keburukan menimpa orang-orang kafir secara umum.