Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PUASA

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Fiqih

Dosen Pengampu: Dr. Qomarul Huda, M.Ag.

Disusun oleh

Kelompok 8:

1. Aulia Mirza Ardhita (1860401222074)


2. Eirine Dyah Ayu Safira (1860401222054)
3. Kiki Melinda (1860401222072)
4. Syahrul Irawan (1860401222095)

PS1B
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2022/2023
PUASA

A. PENDAHULUAN
Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan
dilaksanakan oleh seluruh umat muslim. Islam menyebutkan jika rukun islam
ada lima, yaitu pertama mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan
sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.
Saum atau shiyam menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala
sesuatu, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak
bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan
diri dari sesuatu yang membatalkannya,satu hari lamanya mulai terbit fajar
sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Ibadah puasa dilakukan untuk memenuhi ibadah kepada Allah SWT
serta kewajiban yang harus dilaksanakan umat muslim. Hal ini dibuktikan
dengan masuknya ibadah puasa ke dalam urutan rukun islam nomor 3.
Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami akan menjelaskan lebih rinci
tentang puasa dalam agama Islam dalam makalah ini. Dengan membahas
pengertian puasa, dasar hukum puasa itu bagaimana, rukun puasa, syarat wajib
dan sah puasa, cara menentukan awal bulan ramadhan, dan macam-macam
puasa.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Puasa
“Saumu” (puasa), menurut Bahasa Arab adalah “menahan diri dari
segala sesuatu”. seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan
berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Puasa menurut syara’ ialah “menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya dari mulai terbut fajar hingga terbenam matahari, karena
perintah Allah semata-mata, dengan disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Firman Allah Swt.:1

1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm. 220

2
‫ض مِ نَ ٱ ْل َخيْطِ ٱ ْْلَس َْو ِد مِ نَ ٱ ْلفَجْ ِر‬ ۟ ‫وا َوٱ ْش َرب‬
ُ ‫ُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ٱ ْل َخ ْي‬
ُ َ‫ط ٱ ْْل َ ْبي‬ ۟ ُ‫َو ُكل‬

Artinya: “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari


benang hitam, yaitu fajar”. (Al-Baqarah: 187)

Sabda Rasulullah Saw.:

‫س‬ َّ ‫ت ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ُ ‫سلَّ َم َيقُ ْو ُل ِإذَا أ َ ْق َب َل اللَّ ْي ُل َواَدْ َب َرالنَّ َه‬
ِ ‫ار َوغَا َب‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َّ ‫سمِ ْعتُ النَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َ ‫ع َم َر قَا َل‬
ُ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ

‫صائِ ُم‬ َ ‫فَقَدْأ َ ْف‬


َّ ‫ط َرال‬

Artinya: Dari Ibnu Umar berkata, “Saya telah mendengar Nabi besar Saw.
Bersabda, Apabila malam datang, siang lenyap, dan matahari telah
terbenam, maka sesungguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang
yang puasa.”2

2. Dasar Hukum Puasa


Ketentuan yang mewajibkan puasa terdapat dalam firman Allah Swt. Pada
Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 183-185:

‫ اَيَّا ًما‬١٨٣ َ‫علَى الَّذ ِۡينَ مِ ۡن قَ ۡب ِل ُک ۡم لَ َعلَّ ُك ۡم تَتَّقُ ۡون‬ ِ ‫علَ ۡي ُک ُم‬
َ ‫الصيَا ُم َک َما ُكت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫يٰٓـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ا َمنُ ۡوا ُكت‬
َ ‫ِب‬
َ ‫علَى الَّذ ِۡينَ يُطِ ۡيقُ ۡونَه فِ ۡد َية‬
‫ط َعا ُم‬ َ ‫سفَر فَ ِعدَّة ِم ۡن اَيَّام اُخ ََرؕ َو‬
َ ‫ع لى‬ َ ‫َّمعۡ د ُۡودت َف َم ۡن َكانَ مِ ۡن ُك ۡم َّم ِر ۡيضًا اَ ۡو‬
َ‫ضان‬ َ ‫ شَهۡ ُر َر َم‬١٨٤ َ‫ص ۡو ُم ۡوا خ َۡير لَّـ ُک ۡم ا ِۡن ُك ۡنت ُ ۡم ت َعۡ لَ ُم ۡون‬ ُ َ‫ع خ َۡي ًرا فَ ُه َو خ َۡير لَّهؕ  َوا َ ۡن ت‬ َ َ ‫مِ سۡ ك ِۡين فَ َم ۡن ت‬
َ ‫ط َّو‬
ُ ‫شهۡ َر فَ ۡليَـ‬
‫ص ۡمهُؕ  َو َم ۡن‬ َّ ‫ش ِهدَ مِ ۡن ُك ُم ال‬ ِ َ‫اس َو بَيِنت ِمنَ ۡال ُهدى َو ۡالفُ ۡرق‬
َ ‫ان فَ َم ۡن‬ ِ َّ‫ِى ا ُ ۡن ِز َل ف ِۡي ِه ۡالقُ ۡرا ُن هُدًى لِلن‬
ٰٓ ۡ ‫الَّذ‬
‫ّللاُ بِ ُک ُم ۡاليُسۡ َر َو َل ي ُِر ۡيدُ بِ ُک ُم ۡالعُسۡ َر َو ِلت ُ ۡکمِ لُوا‬
ٰ ُ‫سفَر فَ ِعدَّة ِم ۡن اَيَّام اُخ ََر ي ُِر ۡيد‬
َ ‫ع لى‬َ ‫کَانَ َم ِر ۡيضًا ا َ ۡو‬
١٨٥ َ‫على َما هَدٮ ُك ۡم َو َل َعلَّ ُک ۡم ت َۡش ُك ُر ۡون‬ َ ٰ ‫ۡال ِعدَّة َ َو ِلتُک َِب ُروا‬
َ ‫ّللا‬

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat men
jalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fid-yah, (yaitu):

2
Moh. Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1978), hlm 322-323

3
memberi makan seorang miskin. Maka barangsiapa yang dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ra madlan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permu laan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pem beda (antara yang hak dan yang
bathil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa ia berpuasa pada
bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kelonggaran bagimu, dan tidak menghendaki kesempitan
bagimu. Dan hendak lah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur." (S.Al-Baqarah, ayat 183-184-185)

3. Rukun Puasa
Rukun puasa ada 2, yaitu:
a. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.
Niat dalam hati bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa.
Sabda Rasulullah saw.:

ُ‫ام لَه‬ ِ َ‫ام قَ ْب َل ْالفَ ْج ِر فَال‬


َ ‫ص َي‬ ِ ‫َم ْن لَ ْم يُجْمِ ِع‬
َ ‫الص َي‬

Artinya: “Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya


sebelum fajar terbit, maka tiada puasa baginya”. (Riwayat lima orang
ahli hadis)

Kecuali puasa sunat, boleh berniat pada siang hari ,asal sebelum zawal
(matahari condong kebawah).3

3
Ibid., hlm 328-329

4
‫ه َْل ِع ْندَ ُك ْم مِ ْن‬: ‫سلَّ َم ذَاتَ يَ ْوم فَقَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ ِ ٰ ‫س ْو ُل‬ َّ َ‫عل‬
ُ ‫ى َر‬ َ ‫دَ َخ َل‬: ‫ت‬ْ َ‫شةَ قَال‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
: ‫ِى لَنَا َحيْس فَقَا َل‬ َ ‫ّللا ا ُ ْهد‬
ِ ٰ ‫س ْو َل‬
ُ ‫ار‬َ َ‫ي‬: ‫ فَقُ ْلنَا‬،‫صائِم ث ُ َّم اَتَانَا يَ ْو ًما أخ ََر‬
َ ‫ فَإِنِى إِذًا‬: ‫ش ْيء ؟ فَقُ ْلن ََال فَقَا َل‬
َ
‫رواه الجماعة ال الخارى‬. ‫صائِ ًما فَأ َ َك َل‬ ْ َ‫أَ ِر ْينِ ْي ِه فَلَقَدْ ا‬
َ ُ‫صبَ ْحت‬

Artinya: Dari Aisyah. Ia berkata, "Pada suatu hari Rasulullah Saw.


datang (ke rumah saya). Beliau bertanya, Adakah makanan pada mu?'
Saya menjawab, Tidak ada apa-apa.' Beliau lalu berkata, 'Kalau begitu
baiklah, sekarang saya puasa. Kemudian pada hari lain beliau datang
pula. Lalu kami berkata, "Ya Rasulullah, kita telah diberi hadiah kue
Haisun Beliau berkata, Mana kue itu? Sebenarnya saya dari pagi
puasa. Lalu beliau makan kue itu." (Riwayat jamaah ahli hadis,kecuali
bukhari)
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari.4

4. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa


a. Syarat Wajib
1) Berakal. orang yang gila tidak wajib berpuasa. Seseorang dalam
kondisi gila, jika tidak berpuasa maka tidak ada tuntutan untuk
menggantikan puasa yang telah ditinggalkannya walaupun Ketika
ia telah sembuh selama masih hidup.
2) Balig (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Bagi
mereka yang belum masuk ke dalam usia baligh seperti anak kecil
tidak wajib untuk melakukan ibadah puasa.
Sabda Rasulullah Saw.:

‫صبِي ِ َحتٰى‬ َ ‫ع ِن ْال َمجْ نُ ْو ِن َحتٰى يَ ِفيْقَ َو‬


َّ ‫ع ِن ال‬ َ ‫ع ِن النَّائ ِِم َحتٰى يَ ْست َ ْي ِق‬
َ ‫ظ َو‬ َ ‫ث‬ َ ‫ُرفِ َع ْالقَلَ ُم‬
ِ ‫ع ْن ث َ َال‬
‫رواه أبوداود والنسائي‬. ‫يَ ْبلُ َغ‬

Artinya: “Tiga orang terlepas dari hukum: orang yang sedang tidur
hingga ia bangun, orang gila sampai ia sembuh, kanak-kanak
sampai ia baligh.” (Riwayat Abu Daud dan Nasai)

4
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm. 227-228

5
3) Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua
atau sakit, tidak wajib puasa.
Firman Allah Swt.:

‫ّللاُ ِب ُک ُم ۡاليُسۡ َر َو َل ي ُِر ۡيدُ ِب ُک ُم‬


ٰ ُ‫سفَر فَ ِعدَّة ِم ۡن اَيَّام اُخ ََر ي ُِر ۡيد‬ َ ‫َو َم ۡن کَانَ َم ِر ۡيضًا ا َ ۡو‬
َ ‫ع لى‬
‫ۡالعُسۡ َر‬

Artinya: “Barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia


berbuka), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kelonggaran bagimu, dan tidak
menghendaki kesempitan bagimu.” (Al-Baqarah:185)

b. Syarat Sah
1) Islam. Orang yang bukan islam tidak sah puasa
2) Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang buruk)
3) Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis
melahirkan). Orang yang haid ataupun nifas itu tidak sah berpuasa,
tetapi keduanya wajib mengqada (membayar) puasa yang
tertinggal itu secukupnya.
4) Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa
pada dua hari raya dan hari tasyriq (tanggal 11-12-13 bulan haji). 5

5. Cara Menentukan Awal Bulan Ramadhan


a. Rukyatul Hilal adalah proses pengamatan ketampakan hilal saat
Matahari terbenam menjelang awal bulan pada kalender Hijriah.
Aktivitas mengamati visibilitas hilal dilakukan dengan mata telanjang
atau alat bantu optik seperti teleskop. (Melihat bulan Ramadhan
setelah terbenam matahari pada tanggal 29 akhir Sya’ban.
b. Penetapan Hakim Syar’I akan awal bulan Ramadhan berdasarkan
keterangan saksi, sekurang-kurangnya seorang laki-laki, bahwa ia
melihat bulan.

5
Ibid., hlm 228

6
c. Penetapan awal bulan Ramadhan dengan perhitungan ahli hisab
(perhitungan):
1) Apabila bulan tidak terlihat, maka Bulan Sya’ban disempurnakan
tiga puluh hari.
2) keterangan orang yang dapat dipercaya kebenarannya oleh
penerima berita, bahwa ia melihat bulan Ramadhan walaupun ia
perempuan, orang fasik atau anak-anak.
d. Dengan hisab sebagaimana firman allah Swt.:

َ‫اب َما َخلَق‬


َ ‫س‬َ ِ‫السنِيْنَ َو ْالح‬
ِ َ ‫عد َد‬ ِ ‫ضيَ ۤا ًء َّو ْالقَ َم َر نُ ْو ًرا َّوقَد ََّره َمن‬
َ ‫َاز َل ِلت َ ْعلَ ُم ْوا‬ ِ ‫س‬ ْ ‫ه َُو الَّ ِذ‬
َّ ‫ي َج َع َل ال‬
َ ‫ش ْم‬
ِ ‫َص ُل ْالي‬
َ‫ت ِلقَ ْوم يَّ ْعلَ ُم ْون‬ ِ ‫ّللاُ ذلِكَ ا َِّل ِب ْال َح‬
ِ ‫ق يُف‬ ٰ

Artinya: “Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan


bercahaya serta diaturnya tempat perjalanan, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan hitungan (nisabnya). Tuhan tidak menjadikan
semuanya itu kecuali dengan pasti. Tuhan menerangkan segalanya
(tandaan) dengan ayat-ayat-Nya bagi semua orang yang
berpengetahuan.” (Q.S. Yunus:5)6

6. Macam-macam Puasa
a. Puasa Wajib
Puasa wajib merupakan puasa yang harus dilaksanakan oleh semua
umat Islam. Apabila umat Islam melakukannya maka mereka akan
mendapatkan pahala. Sebaliknya, apabila tidak melaksanakannya maka
akan mendapat dosa.
Dikutip dari kitab Al-Fiqhul Islamy wa Adillatuhu oleh Wahbah Az-
Zuhaili, ada 4 puasa yang wajib dilakukan bagi setiap muslim.
Diantaranya yaitu:
1) Puasa Ramadhan
Puasa Ramadan merupakan puasa yang wajib dilakukan oleh umat
Muslim yang sudah dewasa atau baligh pada bulan Ramadhan.

6
Moh. Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,1978), hlm 322-323

7
Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan bagi umat Muslim tercantum
dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut.

‫علَى ٱلَّذِينَ مِ ن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُونَ يَٰٓأَيُّ َها ٱ َّل‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ‫ٱلصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ِب‬ ۟ ُ‫ذِينَ َءا َمن‬
َ ‫وا ُكت‬
َ ‫ِب‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah;183).

2) Puasa Nazar
Puasa Nazar adalah puasa yang dikerjakan untuk memenuhi janji.
Nazar artinya janji. Hukum dari puasa Nazar adalah wajib apabila janji
tersebut sudah terpenuhi. Misalnya, ada seseorang yang mengalami
sakit cukup parah. Kemudian dia berdoa kepada Allah SWT memohon
kesembuhan dan janji akan berpuasa selama tiga hari jika sembuh.
Ketika dia sudah sembuh dan sehat, maka wajib memenuhi nazarnya
dengan berpuasa.

3) Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa denda. Puasa kifarat dilakukan untuk
menggantikan atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya
tidak melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa
yang telah dilakukan. Di antara contoh kemaksiatan tersebut antara
lain membunuh karena kesalahan, membatalkan sumpahh,
membatalkan puasa Ramadhan karena melakukan hubungan suami
istri pada siang hari, dan zihar (menganggap istri seperti ibunya).
4) Puasa Qadha Ramadhan
Qadha berarti mengganti kekurangan hari dalam puasa wajib di
bulan Ramadan ketika seseorang tidak bisa melakukannya dengan
sempurna karena ada halangan atau uzur yang diperbolehkan oleh
syara seperti sakit dan bepergian.7

7
Ibid., hlm 326

8
b. Puasa Sunah
Puasa sunnah menurut ajaran Islam merupakan salah satu bagian
ibadah sunnah yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih
sayang Allah SWT. Menurut ajaran Islam puasa sunnah merupakan
salah satu ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.
Diantaranya adalah:
1) Puasa Senin Kamis
Puasa Senin Kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW
memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari Senin dan
Kamis. Hari Senin merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari
Kamis adalah hari pertama kali Alquran diturunkan. Puasa Senin
dan Kamis juga melatih tubuh untuk lebih disiplin.
2) Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan
Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari
kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara tidak berurutan.
3) Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari
tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah atau pada hari pertama
pelaksanaan ibadah haji. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata
tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada
hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam
untuk persiapan arafah dan menuju Mina.
4) Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah jenis puasa sunah yang sangat
dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji. Sedangkan
bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk
puasa pada hari Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa sunah ini
memiliki keutamaan dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan
satu tahun yang akan datang. 8

8
Ibid., hlm. 327-328

9
5) Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-
seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk
meneladani puasanya Nabi Daud As.
6) Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah puasa sunah yang sangat dianjurkan
dalam agam Islam. Puasa Asyura dilakukan pada setiap tanggal 10
Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang
artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram. Bulan
Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak
puasa, boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir.
7) Puasa Ayyamul Bidh
Ayyamul bidh artinya hari putih karena pada malam-malam
tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang
putih. Puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan pada hari ke-13, 14, dan
15 dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam.
8) Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)
Bulan Sya’ban juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada
bulan Sya’ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala
sebanyak-banyaknya.
9) Puasa Awal Dzulhijjah
Puasa di awal bulan Dzulhijjah adalah puasa sunah.
Biasanya puasa sunah ini dilakukan pada tanggal 1-7 Dzulhijjah
setiap tahunnya. Ada pula yang mengerjakannya hingga sepuluh
hari berturut-turut. Keutamaan berpuasa di awal bulan Dzulhijjah
adalah mendapatkan pahala berlimpah dari Allah Swt., dicintai
Allah Swt. dan dijauhkan dari siksa api neraka selama tujuh puluh
tahun.9
10) Puasa Makruh
Ada tiga puasa yang hukumnya makruh, yaitu puasa khusus
hari Jumat, puasa khusus hari Sabtu, dan puasa khusus hari Ahad

9
Ibid., hlm. 329-330

10
(Minggu). Puasa yang dilakukan khusus pada hari Jumat
hukumnya makruh. Kecuali puasa tersebut merupakan kelanjutan
dari puasa pada hari sebelumnya atau puasa sunah yang bertepatan
pada hari Jumat. Contohnya puasa Arafah yang jatuh pada hari
Jumat atau puasa ayyamul bidh dan lain sebagainya.
Sementara puasa khusus hari Sabtu dan Ahad juga
dimakruhkan, kecuali puasa tersebut merupakan kelanjutan dari
hari sebelumnya atau puasa sunah yang bertepatan dengan hari
Sabtu dan Minggu. Sebagaimana ketentuan pada puasa khusus hari
Jumat. Menurut hadits Ahmad, An-Nasa'i dalam Al Kubra, Al
Hakim dalam Al-Mustadrak, dan Ibnu Khuzaimah dalam
Shahihnya, dikatakan bahwa hari Sabtu dan Ahad adalah dua hari
raya kaum musyrikin,

11) Puasa Haram


Berikut adalah puasa-puasa yang haram.
a. Puasa pada hari Tasyrik
Hari Tasyrik merupakan tiga hari setelah hari raya Idul
Adha, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Puasa pada ketiga
hari tersebut termasuk yang diharamkan. Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum," (HR.
Muslim).
b. Puasa pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
Allah SWT melarang umatnya untuk berpuasa pada Hari
Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Hal tersebut tercantum dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Dari Abu Sa'id Al
Khudri ra, berkata: "Bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha." (HR. Muslim)10

10
Ibid., hlm. 331-333

11
c. Puasa selamanya
Puasa selamanya atau puasa Dahr diharamkan karena
berpotensi membahayakan kesehatan orang yang melakukannya.
Rasulullah SAW juga menyatakan keharaman puasa ini dalam
sebuah hadis. “Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap hari
tanpa henti. Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa
henti. Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti.”
(HR. Muslim no. 1159, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).
d. Puasa pada hari Syak
Hari syak berarti hari yang diragukan, yakni pada tanggal
30 Syaban. Saat itu sudah dimulai penentuan puasa Ramadhan.
Puasa pada hari tersebut termasuk haram karena dikhawatirkan
mendahului puasa Ramadhan. Namun puasa pada hari syak
diperbolehkan bagi orang yang mengqadha puasa ramadhan tahun
sebelumnya atau memang sudah terbiasa berpuasa.
e. Puasa saat haid dan nifas
Wanita yang sedang Haid dan Nifas tidak diperbolehkan
untuk berpuasa. Apabila tetap melakukan puasa maka puasanya
tidak sah.
f. Puasa pada hari Jumat
Puasa pada hari Jumat termasuk haram. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Janganlah salah
seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali jika ia
berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim). 11
g. Puasa pada hari Sabtu
Puasa pada hari Sabtu termasuk haram dalam Islam karena
menyerupai ibadah dalam agama Yahudi. Boleh berpuasa pada
hari Sabtu asalkan untuk puasa wajib atau bertepatan dengan puasa
Sunah tertentu.12

11
Ibid., hlm. 334-335
12
Ibid., hlm. 334

12
C. ANALISIS
Puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam.
Dengan menahan diri dari makan, minum, serta godaan yang membatalkan
puasa yang dilakukan dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Puasa memiliki sifat yang dapat dikatakan wajib dan sunah, yang artinya
untuk wajib jika kita melaksanakan mendapatkan pahala, jika tidak
melaksanakan akan mendapat dosa. Sedangkan sunah artinya jika
dikerjakan maka akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan
tidak apa-apa. Adapun yang sifatnya haram dan makruh yang artinya
untuk puasa haram yaitu waktu saat umat islam dilarang puasa, sedangkan
puasa makruh yaitu hukum dimana jika suatu perbuatan ditinggalkan maka
akan mendapatkan pahala, namun jika dilakukan tidak akan mendapatkan
hukuman atau siksaan dari Allah.

D. KESIMPULAN

Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa puasa secara
bahasa artinya adalah menahan diri, sedangkan secara istilah artinya
beribadah kepada Allah SWT dengan menahan diri dari makan, minum,
perbuatan buruk, dan pembatal puasa lainnya, dari mulai terbit fajar hingga
terbenamnya matahari. Puasa harus dilakukan dengan niat dalam hati, niat
menjalankan puasa ikhlas tanpa paksaan, tidak ragu-ragu dan mampu
menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari. Adapun syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk
melaksanakan puasa yaitu orang yang berakal, orang yang sudah balig,
kuat berpuasa, islam, mumayiz, suci dari darah haid dan nifas.

Puasa ada beberapa macamnya yakni antara lain puasa wajib, puasa
sunah dan puasa haram. Puasa mengajarkan kita untuk lebih bersyukur
terhadap segala hal yangtelah kita miliki pada saat ini. Mengajarkan kita
untuk mampu membantu orang-orang fakir dan miskin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rifa’I, Moh. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra

Rasjid, Sulaiman. 2012. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo

14

Anda mungkin juga menyukai