Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN FIQIH SOLAT

PONDOK RAMADHAN SMP NEGERI 9 MADIUN

Oleh :

Nurfaza Aula, M.Pd

RAMADHAN 1444 H/MARET 2023


SOLAT LIMA WAKTU, PERINTAH LANGSUNG DARI LANGIT

A. PENDAHULUAN
Perintah shalat lima waktu untuk pertama kalinya diterimadan diwajibkan
kepada umat Islam, tepatnya pada 27 Rajab Tahun kedua sebelum hijrah. Yang mana
pada saat itu Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra dan mi’raj, dimulai dari Masjidil
Haram (Makkah) ke Masjidil al-Aqsa (Palestina) dengan mengendarai Buraq bersama
malaikat Jibril naik ke langit. Saat itu Nabi SAW menerima perintah shalat lima waktu di
Sidratil Muntaha atau Baitul Ma’mur. Pada mulanya, perintah shalat wajib dilaksanakan
50 kali setiap harinya. Kemudian Rasulullah turun dan bertemu dengan Nabi Musa as,
Beliau menceritakan perihal perintah shalat tersebut. Namun Nabi Musa as menyarankan
kepada Rasul agar kembali kepada Allah untuk meminta keringanan. Setelah berkali-kali
Rasul menghadap Allah dan meminta keringanan, akhirnya ditetapkanlah shalat lima kali
dalam sehari semalam.1
Islam ditegakkan oleh lima perkara yang disebut rukun Islam, yakni membaca
dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mempunyai
kemampuan
Setelah mengakui diri seorang muslim dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat, kewajiban pertama dan utama yang harus dilaksanakan adalah shalat lima
waktu. Tanpa melakukan shalat lima waktu, berarti seseorang telah meruntuhkan
keagamaannya sendiri. Sebab, shalat adalah tiang agama. Sebagai tiang agama, maka
mengerjakan shalat merupakan tanda yang paling nyata apakah seseorang beragama
dengan baik atau justru menjadi orang yang kufur.
Shalat juga menjadi tolak ukur apakah amal seorang muslim baik atau tidak
pada saat perhitungan amal di hari kiamat nanti. Jika shalat seseorang baik, maka amal
yang dihitung sebagai amal yang baik. Sebaliknya, jika shalat seseorang buruk, maka
amal yang lain dihitung sebagai amal yang buruk.2

1
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm. 31-33
2
Akhmad Muhaimin Azzet, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jogjakarta
Darul Hikmah, 2010), hlm. 20-21
B. SOLAT LIMA WAKTU DALAM AL QUR’AN

Salat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh tiap-tiap manusia yang sudah
berikrar tunduk kepada Allah Swt. Dalam Al-Qur'an disebut: 

ِِ ِ ِٰ ِ َّ ‫ت و‬ ِ ‫الصلَ ٰو‬ ِ‫حاف‬


َ ‫الص ٰلوة الْ ُو ْس ٰطى َو ُق ْو ُم ْوا للّه ٰقنتنْي‬ َ َّ ‫ى‬َ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ا‬ ‫و‬‫ظ‬
ُ
ْ َ
Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā.75) Berdirilah karena Allah (dalam
salat) dengan khusyuk. (Al-Baqarah [2]:238)

Ayat ini sekalipun tidak menyebut secara eksplisit macam-macam salat akan tetapi para
ulama sependapat bahwa yang dimaksud ialah salat lima waktu. 

Alasan para ulama adalah (1) lafal "as-shalawat" adalah bentuk jamak yang
menunjukkan jumlah bilangan tiga ke atas, (2) lafal as-shalat al-wustha dalam bentuk
tunggal yang berarti ada lagi salat selain yang disebut dalam lafal as-shalawat; dan (3)
masih berkaitan dengan lafal as-shalawat al-wustha atau salat yang terletak di tengah
antara salat-salat lain, para ulama berpendapat bahwa kalau salat dalam sehari jumlahnya
genap maka tidak ada yang disebut salat yang di tengah. Hal itu berarti jumlah salat yang
diwajibkan bagi ummat Islam  jumlahnya ganjil, yakni 5 waktu sehari.

Selain QS. Al-Baqarah: 238 Perintah Salat lima waktu juga didapati dalam beberapa ayat
al-Quran. Pertama dalam QS. An-Nuur: 58 disebut langsung nama salat Isya' dan salat
Fajar (subuh). Allah Swt berfirman:

‫ت اَمْيَ انُ ُك ْم َوالَّ ِذيْ َن مَلْ َيْبلُغُ وا احْلُلُ َم‬ ِ ِ ِ ِ ٓ


ْ ‫ٰايَيُّ َه ا الَّذيْ َن اٰ َمُن ْوا ليَ ْس تَْأذنْ ُك ُم الَّذيْ َن َملَ َك‬
‫ْر ِة‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ‫ت ِم ْن َق‬ ٍ ۗ ‫ث َم ّٰر‬ َ ‫ِمْن ُك ْم ثَ ٰل‬
َ ‫ض عُ ْو َن ثيَ ابَ ُك ْم ِّم َن الظهي‬ َ َ‫ص ٰلوة الْ َفجْ ِر َوحنْي َ ت‬ َ ‫بْل‬
‫س َعلَْي ُك ْم َواَل َعلَْي ِه ْم ُجنَ ا ۢ ٌح‬ ‫ي‬َ‫ل‬   ‫م‬
ْ ٍ ‫ث ع و ٰر‬
ۗ ‫ت لَّ ُك‬ ٰ
‫ل‬ ‫ث‬
َ ‫ء‬
ِ ۗ ‫ا‬
ۤ ‫ش‬ ِ
‫ع‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ِ ‫عْد ص ٰل‬
‫وة‬ ِ ‫و ِم ۢ ْن ب‬
َ ْ َْ ُ َ َ َ َ
ِ ۗ ‫ك يَُبنِّي ُ ال ٰلّ هُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬ ِ ۗ ‫ب‬
‫ت‬ َ ‫ َك ٰذل‬ ‫ض‬
ٍ ۗ ‫ض ُك ْم َع ٰلى َب ْع‬
ُ ‫عْد ُه َّن طََّوا ُف ْو َن َعلَْي ُك ْم َب ْع‬
َ َ
‫َوال ٰلّهُ َعلِْي ٌم َح ِكْي ٌم‬
Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan)
yang kamu miliki dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di antara kamu meminta
izin kepada kamu tiga kali, yaitu sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)-mu di tengah hari, dan setelah salat Isya. (Itu adalah) tiga (waktu yang
biasanya) aurat (terbuka) bagi kamu.523) Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi
mereka selain dari (tiga waktu) itu. (Mereka) sering keluar masuk menemuimu. Sebagian
kamu (memang sering keluar masuk) atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat kepadamu. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (An-Nūr
[24]:58)

Kedua, dalam QS. Qaaf: 39-40 disebut waktu-waktu salat yaitu (a) sebelum terbit
matahari yakni salat Subuh (b)sebelum terbenam matahari yaitu salat Zuhur dan Asar dan
(c) pada waktu malam hari yaitu Magrib dan Isya. Firman Allah Swt.:

ِ ‫س و َقْبل الْغُرو‬
ۚ ‫ب‬ ِ ‫َّم‬
‫الش‬ ‫ع‬
ِ ‫و‬‫ل‬
ُُ‫ط‬ ‫ل‬‫ب‬‫ق‬َ ‫ك‬ ‫ب‬
ِّ ‫ر‬ ِ ‫فَاصرِب ع ٰلى ما ي ُقولُو َن وسبِّح حِب م‬
‫د‬
ُْ َ َ ْ َ
ْ َ ْ َ َْ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ ْ
Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah seraya bertahmid (memuji) Tuhanmu sebelum terbit dan terbenamnya
matahari. (Qāf [50]:39)

‫الس ُج ْو ِد‬
ُّ ‫َو ِم َن الَّْي ِل فَ َسبِّ ْحهُ َواَ ْدبَ َار‬
Bertasbihlah pula kepada-Nya pada sebagian malam hari dan setiap selesai salat. (Q āf

[50]:40)

Ketiga, di dalam  QS al-Isra' : 78 disebut perintah mendirikan salat dimulai dari waktu
tergelincirnya matahari (duluukis-syams) sampai waktu gelapnya malam (ghasyaqil-lail)
serta pada waktu yang bersamaan dengan terbitnya fajar (qur'aanal-fajr) dalam firman Allah
Swt.:

ْ ‫ْل َو ُق ْراٰ َن الْ َف ْج ۗ ِر اِ َّن ُق ْراٰ َن الْ َف‬


‫ج ِر َك ا َن‬ ِ ‫س اِىٰل َغ َس ِق الَّي‬ ِ ِ َّ ‫اَقِ ِم‬
ْ ‫الص ٰلو َة ل ُدلُْوك الش‬
ِ ‫َّم‬
‫َم ْش ُه ْو ًدا‬
Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan
pula salat) Subuh! Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isrā'
[17]:78)

Kalimat "tergelincirnya matahari hingga gelapnya malam" menjadi petunjuk perintah


salat Zuhur dan Asar. Sedangkan kalimat "gelapnya malam" sendiri menunjukkan waktu
pelaksanaan salat Maghrib dan Isya, hingga waktu bersamaan dengan terbitnya fajar
dikerjakan salat Subuh.

Keempat, di dalam QS. al-Ruum: 17-18 disebut berangkaian salat di waktu petang (hiina
tumsuun), di waktu pagi (hina tusbihuun), di waktu sore ('asyiyyan), serta di waktu luhur
(hiina tuzdhiruun). Allah Swt berfirman:

‫صبِ ُح ْو َن‬ ِ ِ ِٰ
ْ ُ‫فَ ُسْب ٰح َن اللّه حنْي َ مُتْ ُس ْو َن َوحنْي َ ت‬
Bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada pada waktu senja dan waktu pagi. (Ar-
Rūm [30]:17)

‫ض َو َع ِشيًّا َّو ِحنْي َ تُظْ ِهُر ْو َن‬ ِ ‫الس ٰم ٰو‬


ِ ‫ت َوااْل َْر‬ َّ ‫َولَهُ احْلَ ْم ُد ىِف‬
Segala puji hanya bagi-Nya di langit dan di bumi, pada waktu petang dan pada saat
kamu berada pada waktu siang.584). (Ar-Rūm [30]:18)

QS. al-Ruum 17-18 ini oleh sahabat Ibnu Abbas dijadikan petunjuk perintah salat lima waktu.
‫ أين؟‬:‫ فقيل له‬،‫ الصلوات اخلمس يف القرآن‬:‫عن ابن عباس رضي اهلل عنه قال‬
،‫ (فس بحان اهلل حني متس ون) ص الة املغ رب والعش اء‬:‫ ق ال اهلل تع اىل‬:‫فق ال‬
 . ‫ (وحني تُظهرون) الظهر‬،‫ (وعشياً) العصر‬،‫(وحني تصبحون) صالة الفجر‬

Artinya: "Diriwayatkan langsung dari Ibnu Abbas yang berkata: Salat lima waktu
terdapat di dalam al-Quran. Lalu beliau ditanya: Mana, tunjukkan! Beliau menjawab
bahwa Allah telah berfirman: Maha suci Allah pada saat kalian di waktu petang (hiina
tumsuun) mengerjakan salat Magrib dan Isya, di waktu pagi (hiina tusbihuun)
mengerjakan salat Subuh, di waktu sore ('asyiyyan) mendirikan salat Asar, serta di waktu
luhur (hiina tuzdhiruun) melakukan salat Luhur.

Kalaupun seumpama salat Isya tidak dimasukkan dalam salat yang dikerjakan di waktu
petang (hiina tamsuun), maka ia termaktub dalam QS. Hud 114: 

ِ ِ ۗ ٰ‫الس يِّا‬
َ ‫ت ٰذل‬
‫ك‬ ِ ‫يْل ۗاِ َّن احْل س ن‬
َّ َ ‫ٰت يُ ْذ ِهنْب‬ ِ َّ‫َّه ا ِر َو ُزلًَف ا ِّم َن ال‬ ِ‫الص ٰلوةَ طَ َريَف‬ َّ ‫َواَقِ ِم‬
ََ َ ‫الن‬
‫ِذ ْك ٰرى لِل ّٰذكِ ِريْ َن‬
Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu
adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Hūd [11]:114)

Al-Qur'an tidak mengumpulkan dalam satu ayat perintah salat lima waktu dengan tujuan:
(1) agar kita ingat salat kapan saja saat kita membaca Al-Qur'an. Sebab, perintah salat
hampir ada dalam potongan-potongan ayat dan surat Al-Qur'an. (2) agar kita dapat
merasakan nikmatnya salat lima waktu dan ke-khusyu'annya dengan cara terus-menurus
mengerjakannya, seperti halnya Allah Swt tak sesekali menjelaskan perintah salat dalam
ayat Al-Qur'an.
Selain itu, yang paling utama, kita mengerjakan salat lima waktu berdasarkan praktik
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Selama masa hidup beliau tidak ada
penyangkalan praktik ibadah salat lima waktu sebagai living moslem.

C. RUKUN – RUKUN SOLAT

Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan
membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka shalat pun tidak
teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.

Meninggalkan rukun shalat ada dua bentuk.

Pertama: Meninggalkannya dengan sengaja. Dalam kondisi seperti ini shalatnya batal
dan tidak sah dengan kesepakatan para ulama.

Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada tiga rincian,

1. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka wajib untuk melakukannya
kembali. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
2. Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka shalatnya batal menurut ulama-ulama
Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at
yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang.
3. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka shalatnya harus diulangi dari
awal lagi karena ia tidak memasuki shalat dengan benar.

Rukun pertama: Berdiri bagi yang mampu

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ فَِإ ْن مَل تَستَ ِطع َف َق‬، ‫ص ِّل قَاِئما‬


ٍ ‫ فَِإ ْن مَلْ تَستَ ِط ْع َف َعلَى َجْن‬، ‫اع ًدا‬
‫ب‬ ْ ْ ْ ْ ً َ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk.
Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.” (HR. Bukhari no.
1117, dari ‘Imron bin Hushain)
Rukun kedua: Takbiratul ihram

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫يم‬ِ‫الصالَِة الطُّهور وحَت ِرميها التَّ ْكبِري وحَت لِيلُها التَّسل‬


َّ ‫اح‬‫ت‬ ‫ف‬
ْ ِ
‫م‬
ُ ْ َ ْ َُ َُ ْ َُ ُ ُ َ

“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam. ” (HR. Abu Daud no. 618, Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Al Irwa’ no. 301)

Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”. Ucapan
takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.

Rukun ketiga: Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ َ‫الَ صالََة لِمن مَل ي ْقرْأ بَِفاحِت َ ِة الْ ِكت‬


‫اب‬ ََْ َْ َ
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.” (HR.
Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394, dari ‘Ubadah bin Ash Shomit)

Rukun keempat dan kelima: Ruku’ dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya
(sampai ia disuruh mengulangi shalatnya beberapa kali karena tidak memenuhi rukun),

‫مُثَّ ْار َك ْع َحىَّت تَطْ َمِئ َّن َراكِ ًعا‬


“Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.” (HR. Bukhari no. 793 dan
Muslim no. 397)

Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan berada di lutut.

Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di mana  setiap


persendian juga ikut tenang. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengatakan pada orang yang jelek shalatnya sehingga ia pun disuruh untuk mengulangi
shalatnya, beliau bersabda,

‫ض ُع َك َّفْي ِه َعلَى ُر ْكبََتْي ِه َحىَّت‬ ِ ُ‫الَ تَتِ ُّم صالَة‬


َ َ‫… مُثَّ يُ َكِّب ُر َفَي ْر َك ُع َفي‬  ‫َأحد ُك ْم َحىَّت يُ ْسبِ َغ‬
َ َ
‫اصلُهُ َوتَ ْسَت ْر ِخ َى‬
ِ ‫تَطْمِئ َّن م َف‬
َ َ

“Shalat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan


wudhu, … kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan meletakkan telapak tangan
di lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan thuma’ninah dan tenang.” (HR. Ad
Darimi no. 1329. Syaikh Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar membaca dzikir
yang wajib dalam ruku’.

Rukun keenam dan ketujuh: I’tidal setelah ruku’ dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,

‫مُثَّ ْارفَ ْع َحىَّت َت ْعتَ ِد َل قَاِئ ًما‬


“Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.” (Sudah disebutkan
takhrijnya)

Rukun kedelapan dan kesembilan: Sujud dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,
ِ ‫مُثَّ اسج ْد حىَّت تَطْمِئ َّن س‬
‫اج ًدا‬ َ َ َ ُْ
“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud.” (Sudah disebutkan takhrijnya)

Hendaklah sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan: [1,2] Telapak tangan kanan
dan kiri, [3,4] Lutut kanan dan kiri, [5,6] Ujung kaki kanan dan kiri, dan [7] Dahi
sekaligus dengan hidung.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

، ‫َأش َار بِيَ ِد ِه َعلَى َأنْ ِف ِه – َوالْيَ َديْ ِن‬


َ ‫َأس ُج َد َعلَى َسْب َع ِة َْأعظُ ٍم َعلَى اجْلَْب َه ِة – َو‬ْ ‫ت َأ ْن‬
ِ
ُ ‫ُأم ْر‬
ِ ‫والر ْكبت ِ وَأطْر‬
ِ ‫اف الْ َق َد َمنْي‬
َ َ ‫َ ُّ ََ نْي‬
“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: [1] Dahi (termasuk
juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), [2,3] telapak tangan kanan dan
kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri, dan [6,7] ujung kaki kanan dan kiri. ”

Rukun kesepuluh dan kesebelas: Duduk di antara dua sujud dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اس ُج ْد َحىَّت تَطْ َمِئ َّن‬ ِ ‫ِئ‬ ِ ‫ِئ‬


ْ َّ‫ مُث‬، ‫ مُثَّ ْارفَ ْع َحىَّت تَطْ َم َّن َجال ًسا‬، ‫اس ُج ْد َحىَّت تَطْ َم َّن َساج ًدا‬ْ َّ‫مُث‬
ِ‫س‬
‫اج ًدا‬ َ
“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan
thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika
sujud.” (Sudah disebutkan takhrijnya)

Rukun keduabelas dan ketigabelas: Tasyahud akhir dan duduk tasyahud

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫ات لِلَّ ِه‬ ِ ِ َّ ‫فَِإ َذا َقع َد َأح ُد ُكم ىِف‬
ُ َّ‫الصالَة َف ْلَي ُق ِل التَّحي‬ ْ َ َ

“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at
tahiyatu lillah …”.” (HR. Bukhari no. 831 dan Muslim no. 402, dari Ibnu Mas’ud)

Bacaan tasyahud:

، ُ‫ك َأيُّ َها النَّىِب ُّ َو َرمْح َةُ اللَّ ِه َو َبَر َكاتُه‬


َ ‫السالَ ُم َعلَْي‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬
َّ ، ‫ات‬ َّ ‫ات لِلَّ ِه َو‬
ُ ‫الصلَ َو‬
ِ
ُ َّ‫التَّحي‬
َّ ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ اللَّهُ َوَأ ْش َه ُد‬، ‫ني‬
‫َأن حُمَ َّم ًدا‬ ِ‫السالَم علَينَا وعلَى ِعب ِاد اللَّ ِه َّ حِل‬
َ ‫الصا‬ َ َ َ ْ َ ُ َّ

ُ‫َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬

“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu
wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-
hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.”
(Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal
shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah
dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya) (HR. Bukhari no. 6265 dan Muslim no. 402)

Rukun keempatbelas: Shalawat kepada Nabi setelah mengucapkan tasyahud akhir

(Point ini adalah tambahan dari Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz, ‘Abdul
‘Azhim bin Badawi Al Kholafiy, hal. 89, Dar Ibni Rojab, cetakan ketiga, tahun  1421 H)

Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya tanpa menyanjung
Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau
mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendo’akan orang tadi, lalu berkata padanya dan lainnya,

‫إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد اهلل والثناء عليه مث يصلي على النيب صلى اهلل عليه‬

‫وسلم مث يدعو بعد مبا شاء‬

“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan menyanjung
dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
berdo’a setelah itu semau kalian.” (Riwayat ini disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Fadh-lu Shalat ‘alan Nabi, hal. 86, Al Maktabah Al Islamiy, Beirut, cetakan ketiga 1977)

Bacaan shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.

ِ ‫ِ ِإ‬ ِ ‫ِإ‬ ٍ ِ ٍ
، ‫يم‬
َ ‫يم َو َعلَى آل ْبَراه‬ َ ‫صلَّْي‬
َ ‫ت َعلَى ْبَراه‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ َك َما‬، ‫ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد‬
‫ت َعلَى ِآل‬ ٍ ٍ ِ ِ َ َّ‫ِإن‬
َ ‫ َك َما بَ َار ْك‬، ‫ اللَّ ُه َّم بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى ِآل حُمَ َّمد‬، ‫ك مَح ي ٌد جَم ي ٌد‬
‫ك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد‬ ِ ‫ِإبر‬
َ َّ‫ ِإن‬، ‫يم‬ ‫اه‬
َ َْ

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala
Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala
Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali
Ibrohimm innaka hamidun majiid.” (HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari
Ka’ab bin ‘Ujroh)

Rukun kelimabelas: Salam

Dalilnya hadits yang telah disebutkan di muka,


‫يم‬ِ ‫الصالَِة الطُّهور وحَت ِرميها التَّ ْكبِري وحَت لِيلُها الت‬ ِ
ُ ‫َّسل‬
ْ َ ْ َُ َُ ْ َ ُ ُ َّ ‫اح‬
ُ َ‫م ْفت‬

“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang
menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ” (HR. Abu Daud no. 618, Tirmidzi no.
3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
sebagaimana dalam Al Irwa’ no. 301)

Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah pendapat ulama
Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.

Model salam ada empat:

1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu


‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”, salam ke kiri
“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu
‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”. (Lihat Sifat Shalat Nabi, Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 188, Maktabah Al Ma’arif)

Rukun keenambelas: Urut dalam rukun-rukun shalat yang ada

Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata “tsumma“
dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan. (Pembahasan rukun shalat ini
banyak disarikan dari penjelasan Syaikh Abu Malik dalam kitab Shahih Fiqh Sunnah
terbitan Al Maktabah At Taufiqiyah)

D. KUMPULAN BACAAN SOLAT

1. NIAT
Mengeraskan bacaan niat tidaklah wajib dan tidak pula sunnah dengan kesepakatan
seluruh ulama. Bahkan hal tersebut adalah bid’ah yang bertentangan dengan syari’at. Jika
seseorang berkeyakinan bahwa perbuatan ini adalah bagian dari ajaran syariat, maka ia
orang yang jahil, menyimpang, dan berhak mendapatkan hukuman ta’zir jika ia tetap
bersikeras dengan keyakinannya, dan tentu saja setelah diberikan pengertian dan
penjelasan. Lebih parah lagi jika perbuatannya itu mengganggu orang yang ada di
sebelahnya, atau ia mengulang-ulang bacaan niatnya. Hal ini difatwakan oleh lebih dari
seorang ulama. Di antaranya Al Qodhi Abu Ar Rabi Sulaiman Ibnu As Syafi’i, ia berkata:

،‫ ب ل مك روه‬،‫اجله ر بالنّي ة وب القراءة خل ف اإلم ام ليس من الس نّة‬


‫ ومن قال بإن اجلهر‬،‫فإن حصل به تشويش على املص لّني فحرام‬
‫حيل له وال لغريه أن يقول يف‬
ّ ‫ وال‬،‫بلفظ النيّة من السنّة فهو خمطئ‬
‫دين اهلل تعاىل بغري علم‬
“Mengeraskan bacaan niat atau mengeraskan bacaan Qur’an di belakang imam, bukan
termasuk sunnah. Bahkan makruh hukumnya. Jika membuat berisik jama’ah yang lain,
maka haram. Yang berpendapat bahwa mengeraskan niat itu hukumnya sunnah, itu
salah. Tidak halal baginya atau bagi yang lain berbicara tentang agama Allah Ta’ala
tanpa ilmu (dalil)”
Di antaranya juga, Abu Abdillah Muhammad bin Al Qasim At Tunisi Al Maliki, ia
berkata:

‫ م ع م ا يف ذل ك من‬،‫ ف اجلهر هبا بدع ة‬،‫النيّ ة من أعم ال القل وب‬


‫التشويش على الناس‬
“Niat itu termasuk amalan hati. Mengeraskannya bid’ah. Lebih lagi jika perbuatan itu
membuat berisik orang lain”

Di antaranya juga, Asy Syaikh ‘Alauddin bin ‘Athar, ia berkata:

‫ ومع‬،ً‫الصوت بالنيّة مع التشويش على املصلّني حرام إمجاعا‬ ّ ‫ورفع‬


،‫الرياء كان حرام اً من وجهني‬ّ ‫ فإن قصد به‬،‫عدمه بدعة قبيحة‬
‫ واملْن ِك ُر على َم ْن ق ال ب أن ذل ك من الس نّة‬،‫كب رية من الكب ائر‬
‫ وغري‬،‫ ونسبته إيل دين اهلل اعتقاداً كفر‬،‫ومصوبة خمطئ‬ ّ ،‫مصيب‬
.‫اعتقاد معصية‬

‫ ومل ينقل‬،‫ ومنعه وردعه‬،‫متكن ِمن زجره‬َّ ‫وجيب على كل مؤمن‬


ٍ ‫ والعن‬،- ‫هذا النقل عن رسول اهلل – صلى اهلل عليه وسلم‬
‫أحد‬
‫ وال عن أحد ممن يقتدى به من علماء اإلسالم‬،‫من أصحابه‬
“Meninggikan suara untuk membaca niat sehingga membuat berisik di antara jama’ah
hukumnya haram secara ijma’ (consensus para ulama). Jika tidak membuat berisik, ia
adalah perbuatan bid’ah yang jelek. Jika ia melakukan hal tersebut dalam rangka riya,
maka haramnya ganda. Ia juga merupakan dosa besar. Yang mengingkari bahwa
perbuatan ini adalah sunnah, ia berbuat benar. Yang membenarkan bahwa perbuatan ini
adalah sunnah, ia salah. Menisbatkan perbuatan ini pada agama Allah adalah keyakinan
yang kufur. Jika tidak sampai meyakini hal tersebut, maka termasuk maksiat. Setiap
muslim wajib dengan serius mewaspadai perbuatan ini, melarangnya dan
membantahnya. Tidak ada satupun riwayat dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
tentang hal ini, tidak pula dari satupun sahabatnya, tidak pula dari para ulama Islam
yang meneladani mereka”. (Semua nukilan di atas dapat ditemukan di Majmu’ah Ar
Rasail Al Kubra, 1/254-257)

Demikian juga, melafalkan niat secara sirr (samar) tidak wajib menurut para imam
madzhab yang empat juga para imam yang lain. Tidak ada seorang pun yang berpendapat
hal itu wajib. Baik dalam shalat, thaharah ataupun puasa. Abu Daud pernah bertanya
kepada Imam Ahmad:

‫ ال‬:‫بقول املصلّي قبل التكبري شيئاً؟ قال‬


“Apakah orang yang shalat mengucapkan sesuatu sebelum takbir? Imam Ahmad
menjawab: tidak ada” (Masa-il Al Imam Ahmad, 31)

As Suyuthi berkata,

‫ ومل يكن ذل ك من‬،‫الص الة‬


ّ ‫ الوسوس ة يف نيّ ة‬:ً‫ومن الب دع أيض ا‬
‫ ك انوا ال‬،‫فع ل الن يب – ص لى اهلل علي ه وس لم – وال أص حابة‬
‫ لقد‬:‫ وقد قال تعاىل‬.‫ينطقون بشيء من نية الصالة بسوى التكبري‬
‫كان لكم يف رسول اهلل ُأسوة حسنة‬
“Termasuk bid’ah, was-was dalam niat shalat. Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam dan para
sahabat beliau tidak pernah begitu. Mereka tidak pernah sedikitpun mengucapkan lafal
niat shalat selain takbir. Dan Allah telah berfirman:

‫لقد كان لكم يف رسول اهلل ُأسوة حسنة‬


‘Telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik‘ (QS. Al Ahzab: 21).

Imam Asy Syafi’i berkata,


‫الوسوسة يف النية الصالة و الطهارة من جهل بالشرع أو خبل‬
‫بالعقل‬
“Was-was dalam niat shalat dan thaharah itu adalah kebodohan terhadap syariat atau
kekurang-warasan dalam akal” (Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida’, 28)

2. Membaca Doa Iftitah


Macam-macam Doa Iftitah

Berikut ini macam-macam doa istiftah yang shahih, berdasarkan penelitian Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa istiftah, yang
tercantum dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

Pertama

‫ت َبنْي َ امل ْش ِر ِق‬ ‫د‬ْ ‫اع‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬


َ ، ‫اي‬ ‫اي‬‫ط‬
َ ‫خ‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫يِن‬‫ي‬‫ب‬ ‫د‬ْ ِ ‫اللَّه َّم ب‬
‫اع‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َ ‫َْ َ َنْي‬ َ ُ
‫ض ِم َن‬ ‫ي‬‫اَألب‬
ُ َْ ُ ْ ‫ب‬ ‫َّو‬‫الث‬ ‫ى‬ ‫ق‬َّ ‫ن‬
َ ‫ي‬
ُ َ َ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ ‫ا‬ ‫اي‬ ‫ط‬
َ ‫اخل‬
َ ‫ن‬
َ
ِ ‫ اللَّه َّم َن ِّقيِن‬،‫ب‬
‫م‬ ُ
ِ ‫َواملغْ ِر‬
َ
‫البَر ِد‬ ِ ‫ اللَّه َّم ا ْغ ِسل خطَاياي بِالْم‬،‫س‬
َ َ ‫و‬ ‫ج‬ ِ ‫ل‬
ْ ‫الث‬
َّ ‫و‬ ‫اء‬
َ َ َ َ َ ْ ُ ِ َ‫الدن‬ َّ

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana
pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air,
salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)

Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu. Doa
ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
Kedua

‫ َو َم ا َأنَا ِم َن‬،‫ض َحنِي ًف ا‬ ‫اَأْلر‬ ‫و‬ ِ ‫الس ماو‬


‫ات‬ َّ ‫ر‬ ‫ط‬
َ ‫ف‬
َ ‫ي‬ ِ َّ‫و َّجهت وج ِهي لِل‬
‫ذ‬
َ ْ َ ََ َ َ َْ ُ ْ َ
‫ب‬ ِّ ‫ َومَمَ ايِت لِلَّ ِه َر‬،‫اي‬ َ َ َ ‫ي‬ ْ ‫حَم‬ ‫و‬ ،‫ي‬ ِ ‫ ونُس‬، ‫ ِإ َّن ص اَل يِت‬،‫الْم ْش ِركِني‬
‫ك‬ ُ َ َ َ ُ
‫الله َّم‬ ، ‫ني‬ ِ ِ‫ك ُِأم رت وَأنَ ا ِمن الْمس ل‬
‫م‬ ِ‫ وبِ َذل‬،‫ اَل ش ِريك لَ ه‬،‫الْع الَ ِمني‬
ُ َ ُْ َ َ ُ ْ َ َ ُ َ َ َ َ
،‫ت َن ْف ِس ي‬ ‫م‬ ‫ل‬
ََ‫ظ‬ ، ‫ك‬َ ‫ْد‬ ‫ب‬‫ع‬ ‫ا‬ َ‫ن‬‫َأ‬ ‫و‬ ، ‫يِّب‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ن‬
ْ‫َأ‬ ‫ت‬ ْ‫ن‬‫َأ‬ ‫اَّل‬‫ِإ‬ ‫ه‬ ‫ل‬
َ ‫ِإ‬ ‫اَل‬ ‫ك‬ ِ‫َأنْت الْمل‬
ُ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ
‫وب ِإاَّل‬ ‫ن‬
ُ ُّ
‫ذ‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ِ ‫ ِإنَّه اَل ي ْغ‬،‫ فَ ا ْغ ِفر يِل ذُنُ ويِب مَجِ يع ا‬، ‫واعت رفْت بِ َذنْيِب‬
‫ف‬
َ ُ َ ُ ً ْ ُ َ َْ َ
ِ ِ ِ ِ
،‫ت‬ َ ْ‫َأِلح َس ن َها ِإاَّل َأن‬ ْ ‫اَأْلخاَل ق اَل َيهْدي‬ ْ ‫َأِلح َس ِن‬ ْ ‫ َواهْديِن‬،‫ت‬ َ ْ‫َأن‬
‫يْك‬
َ ‫ لََّب‬،‫ت‬ َ ْ‫ف َعيِّن َس يَِّئ َها ِإاَّل َأن‬ ُ ‫ص ِر‬ ْ َ‫ف َعيِّن َس يَِّئ َها اَل ي‬ ْ ‫اص ِر‬ ْ ‫َو‬
،‫ك‬ َ ‫ك َوِإلَْي‬ َ ِ‫ َأنَا ب‬،‫ك‬ َ ‫س ِإلَْي‬ َ ‫ي‬
َْ‫ل‬ ‫َّر‬
ُّ ‫الش‬ ‫و‬َ ، ‫ك‬َ ‫ي‬
ْ ‫د‬
َ ‫ي‬
َ ‫ك واخْلَْير ُكلُّهُ يِف‬
ُ َ َ ْ‫َو َس ْع َدي‬
ِ ‫ َأست ْغ‬،‫َتبار ْكت وَتعالَيت‬
‫ك‬ َ ‫وب ِإلَْي‬ ‫ت‬
ُ‫َأ‬ ‫و‬ ‫ك‬َ ‫ر‬
ُ َ ُ َْ َ ْ َ َ َ َ َ ‫ف‬
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai
muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya
shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb
semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya,
dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa.
Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha
Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku
sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya.
Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau.
Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya
melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya
tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala
perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu.
Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang
yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada
keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi.
Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 – 186)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu dan
shalat sunnah.

Ketiga

‫ض َحنِي ًف ا‬ ِ ‫الس مو‬ ِ َِّ‫ت َو ْج ِه َي ل‬ ِ


‫اَأْلر‬ ‫و‬
َ ْ َ َ َ َّ َ ‫ات‬ ‫ر‬ ‫ط‬
َ َ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ ُ ‫اللَّه َأ ْكَب ُر َو َّج ْه‬
‫ص اَل يِت ونُس ِكي وحَمْيَ اي ومَمَايِت‬ ‫ن‬َّ ‫ِإ‬ ، ‫ني‬ ِ‫مس لِما وم ا َأنَا ِمن الْم ْش ِرك‬
ََ َ ُ َ َ َ ُ َ ََ ً ْ ُ
،‫ني‬ ِ ِ‫ك ُِأم رت وَأنَا ََّأو ُل الْمس ل‬
‫م‬ َ
ِ‫ب الْع الَ ِمني اَل ش ِريك لَه وبِ َذل‬
َ َ ِّ ‫ر‬ ِ َّ‫لِل‬
‫ه‬
َ ُْ َ ُ ْ َُ َ َ َ
‫ك َوحِب َ ْم ِد َك‬
َ َ‫ت ُسْب َحان‬ َ ْ‫ك اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأن‬
ِ
ُ ‫ت الْ َمل‬ َ ْ‫اللَّ ُه َّم َأن‬
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai
muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya
shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb
semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada
perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha
Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan
Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu Shalatin
Nabi 1/251)

Keempat

َ ‫ني اَل َش ِر‬


،ُ‫يك لَه‬ ‫م‬ِ َ‫ب الْع ال‬ ِّ ‫ر‬ ِ َّ‫ِإ َّن صاَل يِت ونُس ِكي وحَمْياي ومَمَايِت لِل‬
‫ه‬
َ َ َ ََ َ َ ُ َ َ
‫اَأْلع َم ِال‬ ِ ِِ ِ ِ َ ِ‫وبِ َذل‬
ْ ‫َأِلح َس ِن‬ ْ ‫ اللَّ ُه َّم اهْديِن‬.‫ني‬ َ ‫ت َوَأنَا م َن الْ ُم ْس لم‬ُ ‫ك ُأم ْر‬ َ
‫ي‬
ِّ ‫س‬ ‫يِن‬ِ‫ وق‬،‫ْدي َأِلحس نِها ِإاَّل َأنْت‬ ِ ‫وَأحس ِن اَأْلخاَل ِق اَل يه‬
‫َ َ َ َئ‬ َ َْ َ ْ َْ َ
‫ت‬ ‫ن‬
ْ‫َأ‬ ‫اَّل‬‫ِإ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ِّ‫س‬ ‫ي‬ ‫ق‬ِ ‫اَأْلعم ِال وسيِّ اَأْلخاَل ِق اَل ي‬
َ ‫َئ‬
َ َ َ ْ ‫ْ َ َ َ َئ‬
“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk
Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada
perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku
amal dan akhlak yang terbaik. Tidak ada yang dapat menujukkanku kepadanya kecuali
Engkau. Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak ada yang dapat
menjauhkanku darinya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i 1/141, Ad Daruquthni 112)
Kelima

ِ
‫ُّك َواَل ِإلَهَ َغْي ُر َك‬ َ ُ‫ك اللَّ ُه َّم َوحِب َ ْمد َك َتبَ َار َك امْس‬
َ ‫ك َوَت َعاىَل َجد‬ َ َ‫ُسْب َحان‬
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu
penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau”
(HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu
Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/252)

Doa ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari ‘Aisyah, Anas bin
Malik dan Jabir  Radhiallahu’anhum. Bahkan Imam Muslim membawakan riwayat :

: ‫أن عمر بن اخلطاب كان جيهر هبؤالء الكلمات يقول‬


‫ وال إله‬. ‫ تبارك امسك وتعاىل جدك‬. ‫سبحانك اللهم وحبمدك‬
‫غريك‬
“Umar bin Khattab pernah menjahrkan doa ini (ketika shalat) : (lalu menyebut doa di
atas)” (HR. Muslim no.399)

Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama pun
banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu doa ini
cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang
kondisinya lemah, semisal anak-anak dan orang tua.

Keenam

ِ
‫ َواَل ِإلَهَ َغْيَر َك‬،‫ُّك‬ َ ُ‫ك اللَّ ُه َّم َوحِب َ ْمد َك َوَتبَ َار َك امْس‬
َ ‫ َوَت َعاىَل َجد‬،‫ك‬ َ َ‫ُسْب َحان‬
3x  ُ‫اَل ِإلَهَ ِإاَّل اللَّه‬

3x  ‫اللَّهُ َأ ْكَب ُر َكبِ ًريا‬


“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu
penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau,
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)” (HR.Abu
Daud 1/124, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)

Ketujuh

ِ ‫اهلل ب ْكرةً و‬
ِ ِ ِِ
‫َأصياًل‬ َ ‫ َوال‬،‫اهللُ َأ ْكَب ُر َكبِ ًيرا‬
َ َ ُ ‫ َو ُس ْب َحا َن‬،‫ْح ْم ُد للَّه َكث ًيرا‬
“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:

… :‫يْه َو َس لَّ َم؛ إذ ق ال رج ل من الق وم‬ ِ َ‫بينم ا حنن نص لي م ع رس ول اهلل ص لَّى اللَّه عل‬
َُ َ
‫ ” عجبت هلا! فتحت هلا أب واب‬:‫يْه َو َس لَّ َم‬ ِ َ‫ فق ال رس ول اهلل ص لَّى اللَّه عل‬.‫ف ذكره‬
َُ َ
ِ َ‫ فم ا ت ركتهن من ذ مسعت رس ول اهلل ص لَّى اللَّه عل‬:‫ ق ال ابن عم ر‬.“ ‫الس ماء‬
‫يْه َو َس لَّ َم‬ َُ َ
‫يقول ذلك‬
“Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang lelaki
yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar
pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’”.

Kedelapan

‫احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه مَحْ ًدا َكثِ ًريا طَيِّبًا ُمبَ َار ًكا فِ ِيه‬
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang
penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang
lelaki yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
‫لقد رأيت اثين عشر ملكاً يبتدروهنا ؛ أيهم يرفعها‬
“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba
untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”

Kesembilan

ِ ِ َّ ‫ْد َأنْت َقيِّم‬


‫ك‬َ َ‫ْد ل‬ ُ ‫ك احلَم‬ َ َ‫ َول‬،‫ض َو َم ْن في ِه َّن‬ ِ ‫اَألر‬
ْ ‫الس َم َوات َو‬ ُ َ ُ ‫ك احلَم‬ َ َ‫اللَّ ُه َّم ل‬
ِ ‫الس مو‬
‫ات‬ ‫ور‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫َأ‬ ‫ْد‬ ‫م‬ ‫احل‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫و‬ ، ‫ن‬ ‫ه‬ِ ‫ض و َم ْن فِي‬ ِ ‫اَألر‬‫و‬ ِ ‫الس مو‬
‫ات‬
َ َ َّ ُ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َّ ‫لْك‬ ُ ‫ُم‬
ِ َّ ‫ك‬ ِ ْ‫ْد َأن‬ ِ
‫ْد‬
ُ ‫ك احلَم‬ َ َ‫ َول‬،‫ض‬ ِ ‫اَألر‬
ْ ‫الس َم َوات َو‬ ُ ‫ت َمل‬ َ ُ ‫ك احلَم‬ َ َ‫ َول‬،‫ض َو َم ْن في ِه َّن‬ِ ‫اَألر‬
ْ ‫َو‬
،‫َّار َح ٌّق‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫و‬ ، ‫ق‬
ٌّ ‫ح‬ ُ‫ة‬ َّ
‫ن‬ ‫اجل‬ ‫و‬ ، ‫ق‬
ٌّ ‫ح‬ ‫ك‬ ‫ل‬
ُ ‫و‬ ‫ق‬َ ‫و‬ ، ‫ق‬ٌّ ‫ح‬ ‫ك‬َ ‫ا‬ ‫ق‬َ ِ‫ ول‬،‫َأنْت احل ُّق ووعد َك احل ُّق‬
ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ‫ُؤ‬ َ َ ُْ ََ َ َ
َ َ‫ اللَّ ُه َّم ل‬،‫اعةُ َح ٌّق‬
‫ك‬ َّ ‫ َو‬،‫يْه َو َس لَّ َم َح ٌّق‬ ِ َ‫ وحُم َّم ٌد ص لَّى اهلل عل‬،‫والنَّبِيُّو َن ح ٌّق‬
َ ‫الس‬ َُ َ ََ َ َ
،‫ت‬ ُ ‫اص ْم‬ َ ‫ك َخ‬ َ ِ‫ َوب‬،‫ت‬ َ َ‫ َوِإل‬،‫ت‬
ُ ‫يْك َأَنْب‬ ُ ‫يْك َت َو َّك ْل‬ َ َ‫ َو َعل‬،‫ت‬ ُ ‫ك َآمْن‬ َ ِ‫ َوب‬،‫ت‬ ُ ‫َأس لَ ْم‬ْ
ِ
،‫ت‬ ُ ‫َأعلَْن‬
ْ ‫ت َو َم ا‬ ُ ‫َأس َر ْر‬
ْ ‫ َو َم ا‬،‫ت‬ ُ ‫َأخ ْر‬
َّ ‫ت َو َم ا‬ ُ ‫َّم‬ْ ‫ فَا ْغف ْر يِل َم ا قَد‬،‫ت‬ ُ ‫ْك َح ا َك ْم‬ َ ‫َوِإلَي‬
‫ت‬َ ْ‫ الَ ِإلَهَ ِإاَّل َأن‬،‫ت املَُؤ ِّخُر‬ َ ْ‫ َوَأن‬،‫ِّم‬
ُ ‫ت املَُقد‬َ ْ‫َأن‬
“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta orang-
orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan
langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau
adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji
bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di
dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu
pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar
adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya
Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah
aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan
kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan
maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan maupun yang aku
nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Engkau” (HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99, 13/366 – 367, 13/399, Muslim 2/184)

Doa istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat
malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.

Kesepuluh

‫ ع امِل‬،‫ض‬ ِ ‫اَأْلر‬ ‫و‬ ِ ‫الس ماو‬


‫ات‬ ‫ر‬ ِ َ‫ ف‬،‫ وِإس رافِيل‬،‫ و ِمي َكاِئي ل‬،‫ب جبراِئي ل‬
‫اط‬
َ َ ْ َ ََ َ َّ َ َْ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ‫الله َّم َر‬ ُ
‫ْديِن لِ َم ا‬
ِ ‫ اه‬،‫ َأنْت حَت ُكم ب ِعب ِاد َك فِيم ا َك انُوا فِي ِه خَيْتلِ ُف و َن‬،‫الش هاد ِة‬
َ َ َ َ ‫َ ْ ُ َنْي‬ َ َ َّ ‫ب َو‬ ِ ‫الْغَْي‬
‫اط ُم ْستَ ِقي ٍم‬
ٍ ‫ك َته ِدي من تَ َشاء ِإىَل ِصر‬
َ ُ ْ َ ْ َ َّ
‫ن‬ ‫ ِإ‬،‫ك‬
َ ِ‫اختُلِف فِ ِيه ِمن احْل ِّق بِِإ ْذن‬
َ َ َ ْ
“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang
mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu
dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang
diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan
yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)

Doa istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat
malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.

Kesebelas

10x ‫اهلل اكرب‬

10x ‫احلمد هلل‬

10x ‫ال اله اال اهلل‬

10x ‫استغفر اهلل‬


10x ‫ َو ْار ُزقْيِن َو َعافِيِن‬، ‫و ْاه ِديِن‬، ِ
َ ‫الله َّم ا ْغف ْر يِل‬
ُ
ِ ‫الض ِيق يوم احْلِس‬
10x ‫اب‬ ِ َ ِ‫الله َّم ِإيِّن َأعوذُ ب‬
َ َ ْ َ ِّ ‫ك م َن‬ ُ ُ
“Allah Maha Besar” 10x

“Segala pujian bagi Allah” 10x

“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” 10x

“Aku memohon ampun kepada Allah” 10x

“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku
kesehatan” 10x

“Ya Allah, aku berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x

(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/267)

Kedua Belas

‫وت َوالْ ِكرْبِ يَ ِاء َوالْ َعظَ َم ِة‬


ِ ‫ واجْل بر‬،‫وت‬
ُ ََ َ
ِ ‫ ذُو الْملَ ُك‬، ]ً‫اللَّه َأ ْكبر [ثالثا‬
َ َُ ُ
“Allah Maha Besar” 3x

“Yang memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath
Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)

3. Membaca Al Fatikhah

‫} الرَّمْح َ ِن‬2{ ‫ني‬ ِ َ‫ب الْعال‬


‫م‬ ِّ ‫ر‬ ِ َّ‫} احْل م ُد لِل‬1{ ‫الر ِحي ـ ـ ـ ـ ِم‬
‫ه‬ َّ ‫بِ ْس ـ ـ ـ ـ ِم اللَّـ ـ ـ ـ ِـه الرَّمْح َـ ـ ـ ـ ِن‬
َ َ َ َْ
‫} ْاه ِدنَا‬5{ ‫ني‬ِ َ َّ‫اك َنعب ُد وِإي‬ ‫ِإ‬ ِ ِِ ِ َّ
ُ ‫اك نَ ْستَع‬ َ ُ ْ َ َّ‫} ي‬4{ ‫} َمالك َي ْوم الدِّي ِن‬3{ ‫الرحي ِم‬
ِ ‫ض‬
‫وب َعلَْي ِه ْم‬ ِ َّ‫} ِصرا َط ال‬6{ ‫الصرا َط الْمست ِقيم‬
ُ ‫ت َعلَْي ِه ْم َغرْيِ الْ َم ْغ‬ ‫م‬‫ع‬ ‫ن‬
ْ
َ َْ َ ‫َأ‬ ‫ين‬ ‫ذ‬ َ َ َ ْ ُ َ ِّ

َ ِّ‫َوالَالضَّآل‬
7{ ‫ني‬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1) Segala
puji  bagi Allah, Tuhan semesta alam (2) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (3) Yang
menguasai  hari pembalasan (4) Hanya Engkaulah yang kami sembah,  dan hanya
kepada Engkaulah kami meminta pertolongan (5) Tunjukilah  kami jalan yang lurus (6)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka
yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat (7)

4. Membaca Surat Pendek dalam Al Qur’an

5. Membaca Bacaan Ruku’

Macam-macam Bacaan Ruku’

Pertama

(ً‫العظي ِم (ثالثا‬
َ َ‫ُسبحا َن ريِّب‬
Subhaana robbiy al ‘azhim 3x

“Maha suci Allah yang Maha Agung” (HR. Abu Daud 874, An Nasa’i 1144, dishahihkan
Al Albani dalam Ashl Shifat Shalat Nabi, 1/268).

Kedua

‫سبحان ريب العظيم وحبمده‬


Subhaana robbiy al ‘azhimi wa bi hamdihi 3x

“Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagiMu” (HR. Abu Daud 870, Al
Bazzar 7/322, dishahihkan Al Albani dalam Shifat Shalat Nabi, 133).
Ketiga

‫والروح‬
ِ ِ
‫املالئكة‬ ‫رب‬
ُّ ‫قدوس‬ ‫سبوح‬
ٌ ٌ
“Maha Suci Allah Rabb para Malaikat dan Ar Ruuh (Jibril) (HR. Muslim 487)

6. Bacaan I’tidal

‫ك احْلَ ْم ُد‬
َ َ‫ َربَّنَا َول‬atau ‫ك احْلَ ْم ُد‬
َ َ‫َربَّنَا ل‬
Rabbanaa lakal hamdu atau Rabbanaa wa lakal hamdu (ada tambahan huruf “wa”)
(HR. Bukhari dan Ahmad)

َ َ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا َول‬


‫ك احْلَ ْم ُد‬ atau َ َ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا ل‬
‫ك احْلَ ْم ُد‬
Allahumma rabbanaa lakal hamdu atau Allahumma rabbanaa wa lakal hamdu (yang
kedua ada tambahan huruf “wa”). (HR. Ahmad dan Bukhari).
Keterangan:

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:

ِ ‫مع اهلل لِمن‬0ِ 0‫ س‬:‫ إذا قال اإلمام‬:‫اهلل صلَّى اهلل عليه وس لَّم قال‬
،‫ َده‬0‫حم‬ ِ ‫رسول‬ َ َّ
‫إن‬
َ ُ َ ُ ُ
‫َّم ِمن‬ ِ ِ َ ‫ ُد؛ فإنَّه َمن وافَ َق قولُه‬0‫ك الحم‬0‫ ربَّنا ل‬:‫فقولوا‬
َ ‫ ُغف َر له ما تقد‬،‫قول املالئكة‬
‫َذنبِه‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: jika imam mengucapkan:
sami’allahu liman hamidah, maka ucapkanlah: rabbana lakal hamdu. Barangsiapa yang
ucapannya tersebut bersesuaian dengan ucapan Malaikat, akan diampuni dosa-dosanya
telah lalu” (HR. Bukhari no. 796, Muslim no. 409).

7. Bacaan Sujud

‫اَأْلعلَى‬
ْ َ‫ُسْب َحا َن َريِّب‬
“Maha Suci Robb-ku yang Maha Tinggi” (3X)
Atau

‫اَأْلعلَى َوحِب َ ْم ِد ِه‬


ْ َ‫ُسْب َحا َن َريِّب‬
“Maha Suci Robb-ku Yang Maha Tinggi, dan memujilah aku kepada-Nya” (3X)

8. Duduk di Antara Dua Sujud


‫ب ا ْغ ِف ْر يِل‬
ِّ ‫ب ا ْغ ِف ْر يِل َر‬
ِّ ‫َر‬
(Wahai Rabbku ampunilah aku, wahai Rabbku ampunilah aku).” Diriwayatkan Imam an
Nasai dari Hudzaifah

Atau bisa juga ia membaca :

‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر يِل َو ْارمَحْيِن َو َعافِيِن َو ْاه ِديِن َو ْار ُزقْيِن‬


(Ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan
rizki).” Diriwayatkan Abu Daud dari Ibnu Abbas

9. Duduk Pada Tasyahud Awal

َّ ُ‫ك َأيُّ َها النَّيِب ُّ َو َرمْح َةُ اللَّ ِه َو َبَر َكاتُه‬


‫الس اَل ُم‬ َ ‫الساَل ُم َعلَْي‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬
َّ ‫ات‬ َّ ‫ات لِلَّ ِه َو‬
ُ ‫الصلَ َو‬
ِ
ُ َّ‫التَّحي‬

ْ ‫َأش َه ُد َأ ْن اَل ِإلَ هَ ِإاَّل اللَّهُ َو‬


َّ ‫َأش َه ُد‬ ِ‫علَينَ ا وعلَى ِعب ِاد اللَّ ِه َّ حِل‬
ُ‫بْده‬
ُ ‫َأن حُمَ َّم ًدا َع‬ ْ ‫ني َو‬
َ ‫الص ا‬ َ ََ َْ

ُ‫َو َر ُسولُه‬
“At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan
nabiyyu warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish
shoolihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa
rosuuluh

(Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan
berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang shalih Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’) (HR.
Bukhari no. 6265)

Atau

ُ‫يْك َأيُّ َه ا النَّىِب ُّ َو َرمْح َ ة‬ َّ ‫ات لِلَّ ِه‬


َ َ‫الس الَ ُم َعل‬ ُ َ‫ات الطَّيِّب‬
ُ ‫الص لَ َو‬
َّ ‫ات‬ُ ‫ات الْ ُمبَ َار َك‬
ِ
ُ َّ‫التَّحي‬
‫َأش َه ُد َأ ْن الَ ِإلَ هَ ِإالَّ اللَّ ُه‬ ِ‫الص احِل‬ ِ َّ‫الس الَم علَينَ ا وعلَى ِعب ِاد الل‬ ِ
ْ ‫ني‬َ َّ ‫ه‬ َ َ َ ْ َ ُ َّ ُ‫اللَّه َو َبَر َكاتُ ه‬
‫ول اللَّ ِه‬ َّ ‫َوَأ ْش َه ُد‬
ُ ‫َأن حُمَ َّم ًدا َر ُس‬
“At tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaat lillah. Assalaamu ‘alaika
ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa
‘ibaadillahish sholihiin. Asyhadu alla ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan
‘abduhu wa rosuuluh”
Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-
mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan
barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada
seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya)” (HR. Muslim no. 403).

10. Tasyahud Akhir dan Shalawat atas Nabi Muhammad SAW setelah tasyahud Akhir
Bacaan pada tasyahud akhir seperti pada tasyahud awal namun ditambah setelah itu
dengan bershalawat atas Nabi atau dengan Shalawat Ibrahimiyah yang berbunyi :

‫يم َو َعلَى ِآل‬ ِ ‫اللَّه َّم صل علَى حُم َّم ٍد وعلَى ِآل حُم َّم ٍد َكما صلَّيت علَى ِإبر‬
‫اه‬
َ َْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ
‫ت‬‫ك‬ْ ‫ار‬‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ٍ ‫ِإبر ِاهيم ِإنَّك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد اللَّه َّم با ِر ْك علَى حُم َّم ٍد وعلَى ِآل حُم َّم‬
‫د‬
َ ََ َ َ ََ َ َ َ ُ َ َ َْ

‫ك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد‬ ِ ‫علَى ِإبر ِاهيم وعلَى ِآل ِإبر‬


َ َّ‫يم ِإن‬ ‫اه‬
َ َْ َ َ َ َْ َ
“ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA SHOLLAITA ‘ALLA IBRAHIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIDUN
MAJID. ALLAHUMAA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI
MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA IBRAHIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIM
INAAKA HAMIDUN MAJID”

“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga
Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah
barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah
Maha Terpuji dan Maha Mulia) “

E. PENUTUP
Demikianlah materi Solat Seri Pondok Ramadhan 1444H/2023 ini kami susun. Semoga

materi ini dapat digunakan sebagai salah satu refrensi dalam mempelajari dan mengamalkan

Tata Cara Solat yang sesuai dengan perinta Allah Swt dan sesuai dengan tuntunan

Rasulullah SAW. Ada hal kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Alhamdulillah jazaakumullahu Khoiro

“Segala Puji Bagi Allah, semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan anda”

Anda mungkin juga menyukai