Oleh :
A. PENDAHULUAN
Perintah shalat lima waktu untuk pertama kalinya diterimadan diwajibkan
kepada umat Islam, tepatnya pada 27 Rajab Tahun kedua sebelum hijrah. Yang mana
pada saat itu Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra dan mi’raj, dimulai dari Masjidil
Haram (Makkah) ke Masjidil al-Aqsa (Palestina) dengan mengendarai Buraq bersama
malaikat Jibril naik ke langit. Saat itu Nabi SAW menerima perintah shalat lima waktu di
Sidratil Muntaha atau Baitul Ma’mur. Pada mulanya, perintah shalat wajib dilaksanakan
50 kali setiap harinya. Kemudian Rasulullah turun dan bertemu dengan Nabi Musa as,
Beliau menceritakan perihal perintah shalat tersebut. Namun Nabi Musa as menyarankan
kepada Rasul agar kembali kepada Allah untuk meminta keringanan. Setelah berkali-kali
Rasul menghadap Allah dan meminta keringanan, akhirnya ditetapkanlah shalat lima kali
dalam sehari semalam.1
Islam ditegakkan oleh lima perkara yang disebut rukun Islam, yakni membaca
dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mempunyai
kemampuan
Setelah mengakui diri seorang muslim dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat, kewajiban pertama dan utama yang harus dilaksanakan adalah shalat lima
waktu. Tanpa melakukan shalat lima waktu, berarti seseorang telah meruntuhkan
keagamaannya sendiri. Sebab, shalat adalah tiang agama. Sebagai tiang agama, maka
mengerjakan shalat merupakan tanda yang paling nyata apakah seseorang beragama
dengan baik atau justru menjadi orang yang kufur.
Shalat juga menjadi tolak ukur apakah amal seorang muslim baik atau tidak
pada saat perhitungan amal di hari kiamat nanti. Jika shalat seseorang baik, maka amal
yang dihitung sebagai amal yang baik. Sebaliknya, jika shalat seseorang buruk, maka
amal yang lain dihitung sebagai amal yang buruk.2
1
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm. 31-33
2
Akhmad Muhaimin Azzet, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jogjakarta
Darul Hikmah, 2010), hlm. 20-21
B. SOLAT LIMA WAKTU DALAM AL QUR’AN
Salat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh tiap-tiap manusia yang sudah
berikrar tunduk kepada Allah Swt. Dalam Al-Qur'an disebut:
Ayat ini sekalipun tidak menyebut secara eksplisit macam-macam salat akan tetapi para
ulama sependapat bahwa yang dimaksud ialah salat lima waktu.
Alasan para ulama adalah (1) lafal "as-shalawat" adalah bentuk jamak yang
menunjukkan jumlah bilangan tiga ke atas, (2) lafal as-shalat al-wustha dalam bentuk
tunggal yang berarti ada lagi salat selain yang disebut dalam lafal as-shalawat; dan (3)
masih berkaitan dengan lafal as-shalawat al-wustha atau salat yang terletak di tengah
antara salat-salat lain, para ulama berpendapat bahwa kalau salat dalam sehari jumlahnya
genap maka tidak ada yang disebut salat yang di tengah. Hal itu berarti jumlah salat yang
diwajibkan bagi ummat Islam jumlahnya ganjil, yakni 5 waktu sehari.
Selain QS. Al-Baqarah: 238 Perintah Salat lima waktu juga didapati dalam beberapa ayat
al-Quran. Pertama dalam QS. An-Nuur: 58 disebut langsung nama salat Isya' dan salat
Fajar (subuh). Allah Swt berfirman:
Kedua, dalam QS. Qaaf: 39-40 disebut waktu-waktu salat yaitu (a) sebelum terbit
matahari yakni salat Subuh (b)sebelum terbenam matahari yaitu salat Zuhur dan Asar dan
(c) pada waktu malam hari yaitu Magrib dan Isya. Firman Allah Swt.:
ِ س و َقْبل الْغُرو
ۚ ب ِ َّم
الش ع
ِ ول
ُُط لبقَ ك ب
ِّ ر ِ فَاصرِب ع ٰلى ما ي ُقولُو َن وسبِّح حِب م
د
ُْ َ َ ْ َ
ْ َ ْ َ َْ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ ْ
Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah seraya bertahmid (memuji) Tuhanmu sebelum terbit dan terbenamnya
matahari. (Qāf [50]:39)
الس ُج ْو ِد
ُّ َو ِم َن الَّْي ِل فَ َسبِّ ْحهُ َواَ ْدبَ َار
Bertasbihlah pula kepada-Nya pada sebagian malam hari dan setiap selesai salat. (Q āf
[50]:40)
Ketiga, di dalam QS al-Isra' : 78 disebut perintah mendirikan salat dimulai dari waktu
tergelincirnya matahari (duluukis-syams) sampai waktu gelapnya malam (ghasyaqil-lail)
serta pada waktu yang bersamaan dengan terbitnya fajar (qur'aanal-fajr) dalam firman Allah
Swt.:
Keempat, di dalam QS. al-Ruum: 17-18 disebut berangkaian salat di waktu petang (hiina
tumsuun), di waktu pagi (hina tusbihuun), di waktu sore ('asyiyyan), serta di waktu luhur
(hiina tuzdhiruun). Allah Swt berfirman:
صبِ ُح ْو َن ِ ِ ِٰ
ْ ُفَ ُسْب ٰح َن اللّه حنْي َ مُتْ ُس ْو َن َوحنْي َ ت
Bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada pada waktu senja dan waktu pagi. (Ar-
Rūm [30]:17)
QS. al-Ruum 17-18 ini oleh sahabat Ibnu Abbas dijadikan petunjuk perintah salat lima waktu.
أين؟: فقيل له، الصلوات اخلمس يف القرآن:عن ابن عباس رضي اهلل عنه قال
، (فس بحان اهلل حني متس ون) ص الة املغ رب والعش اء: ق ال اهلل تع اىل:فق ال
. (وحني تُظهرون) الظهر، (وعشياً) العصر،(وحني تصبحون) صالة الفجر
Artinya: "Diriwayatkan langsung dari Ibnu Abbas yang berkata: Salat lima waktu
terdapat di dalam al-Quran. Lalu beliau ditanya: Mana, tunjukkan! Beliau menjawab
bahwa Allah telah berfirman: Maha suci Allah pada saat kalian di waktu petang (hiina
tumsuun) mengerjakan salat Magrib dan Isya, di waktu pagi (hiina tusbihuun)
mengerjakan salat Subuh, di waktu sore ('asyiyyan) mendirikan salat Asar, serta di waktu
luhur (hiina tuzdhiruun) melakukan salat Luhur.
Kalaupun seumpama salat Isya tidak dimasukkan dalam salat yang dikerjakan di waktu
petang (hiina tamsuun), maka ia termaktub dalam QS. Hud 114:
ِ ِ ۗ ٰالس يِّا
َ ت ٰذل
ك ِ يْل ۗاِ َّن احْل س ن
َّ َ ٰت يُ ْذ ِهنْب ِ ََّّه ا ِر َو ُزلًَف ا ِّم َن ال ِالص ٰلوةَ طَ َريَف َّ َواَقِ ِم
ََ َ الن
ِذ ْك ٰرى لِل ّٰذكِ ِريْ َن
Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu
adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Hūd [11]:114)
Al-Qur'an tidak mengumpulkan dalam satu ayat perintah salat lima waktu dengan tujuan:
(1) agar kita ingat salat kapan saja saat kita membaca Al-Qur'an. Sebab, perintah salat
hampir ada dalam potongan-potongan ayat dan surat Al-Qur'an. (2) agar kita dapat
merasakan nikmatnya salat lima waktu dan ke-khusyu'annya dengan cara terus-menurus
mengerjakannya, seperti halnya Allah Swt tak sesekali menjelaskan perintah salat dalam
ayat Al-Qur'an.
Selain itu, yang paling utama, kita mengerjakan salat lima waktu berdasarkan praktik
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Selama masa hidup beliau tidak ada
penyangkalan praktik ibadah salat lima waktu sebagai living moslem.
Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan
membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka shalat pun tidak
teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.
Pertama: Meninggalkannya dengan sengaja. Dalam kondisi seperti ini shalatnya batal
dan tidak sah dengan kesepakatan para ulama.
Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada tiga rincian,
1. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka wajib untuk melakukannya
kembali. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
2. Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka shalatnya batal menurut ulama-ulama
Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at
yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang.
3. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka shalatnya harus diulangi dari
awal lagi karena ia tidak memasuki shalat dengan benar.
“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam. ” (HR. Abu Daud no. 618, Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Al Irwa’ no. 301)
Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”. Ucapan
takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya
(sampai ia disuruh mengulangi shalatnya beberapa kali karena tidak memenuhi rukun),
Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan berada di lutut.
Ada pula ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar membaca dzikir
yang wajib dalam ruku’.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,
ِ مُثَّ اسج ْد حىَّت تَطْمِئ َّن س
اج ًدا َ َ َ ُْ
“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud.” (Sudah disebutkan takhrijnya)
Hendaklah sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan: [1,2] Telapak tangan kanan
dan kiri, [3,4] Lutut kanan dan kiri, [5,6] Ujung kaki kanan dan kiri, dan [7] Dahi
sekaligus dengan hidung.
Rukun kesepuluh dan kesebelas: Duduk di antara dua sujud dan thuma’ninah
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at
tahiyatu lillah …”.” (HR. Bukhari no. 831 dan Muslim no. 402, dari Ibnu Mas’ud)
Bacaan tasyahud:
“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu
wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-
hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.”
(Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal
shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah
dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya) (HR. Bukhari no. 6265 dan Muslim no. 402)
(Point ini adalah tambahan dari Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz, ‘Abdul
‘Azhim bin Badawi Al Kholafiy, hal. 89, Dar Ibni Rojab, cetakan ketiga, tahun 1421 H)
Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya tanpa menyanjung
Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau
mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendo’akan orang tadi, lalu berkata padanya dan lainnya,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد اهلل والثناء عليه مث يصلي على النيب صلى اهلل عليه
“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan menyanjung
dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
berdo’a setelah itu semau kalian.” (Riwayat ini disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Fadh-lu Shalat ‘alan Nabi, hal. 86, Al Maktabah Al Islamiy, Beirut, cetakan ketiga 1977)
ِ ِ ِإ ِ ِإ ٍ ِ ٍ
، يم
َ يم َو َعلَى آل ْبَراه َ صلَّْي
َ ت َعلَى ْبَراه َ اللَّ ُه َّم
َ َك َما، ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد
ت َعلَى ِآل ٍ ٍ ِ ِ َ َِّإن
َ َك َما بَ َار ْك، اللَّ ُه َّم بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى ِآل حُمَ َّمد، ك مَح ي ٌد جَم ي ٌد
ك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد ِ ِإبر
َ َّ ِإن، يم اه
َ َْ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala
Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala
Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali
Ibrohimm innaka hamidun majiid.” (HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari
Ka’ab bin ‘Ujroh)
“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang
menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ” (HR. Abu Daud no. 618, Tirmidzi no.
3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
sebagaimana dalam Al Irwa’ no. 301)
Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah pendapat ulama
Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata “tsumma“
dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan. (Pembahasan rukun shalat ini
banyak disarikan dari penjelasan Syaikh Abu Malik dalam kitab Shahih Fiqh Sunnah
terbitan Al Maktabah At Taufiqiyah)
1. NIAT
Mengeraskan bacaan niat tidaklah wajib dan tidak pula sunnah dengan kesepakatan
seluruh ulama. Bahkan hal tersebut adalah bid’ah yang bertentangan dengan syari’at. Jika
seseorang berkeyakinan bahwa perbuatan ini adalah bagian dari ajaran syariat, maka ia
orang yang jahil, menyimpang, dan berhak mendapatkan hukuman ta’zir jika ia tetap
bersikeras dengan keyakinannya, dan tentu saja setelah diberikan pengertian dan
penjelasan. Lebih parah lagi jika perbuatannya itu mengganggu orang yang ada di
sebelahnya, atau ia mengulang-ulang bacaan niatnya. Hal ini difatwakan oleh lebih dari
seorang ulama. Di antaranya Al Qodhi Abu Ar Rabi Sulaiman Ibnu As Syafi’i, ia berkata:
Demikian juga, melafalkan niat secara sirr (samar) tidak wajib menurut para imam
madzhab yang empat juga para imam yang lain. Tidak ada seorang pun yang berpendapat
hal itu wajib. Baik dalam shalat, thaharah ataupun puasa. Abu Daud pernah bertanya
kepada Imam Ahmad:
As Suyuthi berkata,
Berikut ini macam-macam doa istiftah yang shahih, berdasarkan penelitian Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa istiftah, yang
tercantum dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
Pertama
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana
pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air,
salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu. Doa
ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
Kedua
Ketiga
Keempat
ِ
ُّك َواَل ِإلَهَ َغْي ُر َك َ ُك اللَّ ُه َّم َوحِب َ ْمد َك َتبَ َار َك امْس
َ ك َوَت َعاىَل َجد َ َُسْب َحان
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu
penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau”
(HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu
Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Doa ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari ‘Aisyah, Anas bin
Malik dan Jabir Radhiallahu’anhum. Bahkan Imam Muslim membawakan riwayat :
Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama pun
banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu doa ini
cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang
kondisinya lemah, semisal anak-anak dan orang tua.
Keenam
ِ
َواَل ِإلَهَ َغْيَر َك،ُّك َ ُك اللَّ ُه َّم َوحِب َ ْمد َك َوَتبَ َار َك امْس
َ َوَت َعاىَل َجد،ك َ َُسْب َحان
3x ُاَل ِإلَهَ ِإاَّل اللَّه
Ketujuh
ِ اهلل ب ْكرةً و
ِ ِ ِِ
َأصياًل َ َوال،اهللُ َأ ْكَب ُر َكبِ ًيرا
َ َ ُ َو ُس ْب َحا َن،ْح ْم ُد للَّه َكث ًيرا
“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)
… :يْه َو َس لَّ َم؛ إذ ق ال رج ل من الق وم ِ َبينم ا حنن نص لي م ع رس ول اهلل ص لَّى اللَّه عل
َُ َ
” عجبت هلا! فتحت هلا أب واب:يْه َو َس لَّ َم ِ َ فق ال رس ول اهلل ص لَّى اللَّه عل.ف ذكره
َُ َ
ِ َ فم ا ت ركتهن من ذ مسعت رس ول اهلل ص لَّى اللَّه عل: ق ال ابن عم ر.“ الس ماء
يْه َو َس لَّ َم َُ َ
يقول ذلك
“Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang lelaki
yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar
pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’”.
Kedelapan
احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه مَحْ ًدا َكثِ ًريا طَيِّبًا ُمبَ َار ًكا فِ ِيه
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang
penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang
lelaki yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
لقد رأيت اثين عشر ملكاً يبتدروهنا ؛ أيهم يرفعها
“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba
untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”
Kesembilan
Doa istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat
malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesepuluh
Doa istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat
malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesebelas
“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku
kesehatan” 10x
(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/267)
Kedua Belas
“Yang memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath
Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)
3. Membaca Al Fatikhah
َ َِّوالَالضَّآل
7{ ني
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1) Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (3) Yang
menguasai hari pembalasan (4) Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah kami meminta pertolongan (5) Tunjukilah kami jalan yang lurus (6)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka
yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat (7)
Pertama
(ًالعظي ِم (ثالثا
َ َُسبحا َن ريِّب
Subhaana robbiy al ‘azhim 3x
“Maha suci Allah yang Maha Agung” (HR. Abu Daud 874, An Nasa’i 1144, dishahihkan
Al Albani dalam Ashl Shifat Shalat Nabi, 1/268).
Kedua
“Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagiMu” (HR. Abu Daud 870, Al
Bazzar 7/322, dishahihkan Al Albani dalam Shifat Shalat Nabi, 133).
Ketiga
والروح
ِ ِ
املالئكة رب
ُّ قدوس سبوح
ٌ ٌ
“Maha Suci Allah Rabb para Malaikat dan Ar Ruuh (Jibril) (HR. Muslim 487)
6. Bacaan I’tidal
ك احْلَ ْم ُد
َ َ َربَّنَا َولatau ك احْلَ ْم ُد
َ ََربَّنَا ل
Rabbanaa lakal hamdu atau Rabbanaa wa lakal hamdu (ada tambahan huruf “wa”)
(HR. Bukhari dan Ahmad)
ِ مع اهلل لِمن0ِ 0 س: إذا قال اإلمام:اهلل صلَّى اهلل عليه وس لَّم قال
، َده0حم ِ رسول َ َّ
إن
َ ُ َ ُ ُ
َّم ِمن ِ ِ َ ُد؛ فإنَّه َمن وافَ َق قولُه0ك الحم0 ربَّنا ل:فقولوا
َ ُغف َر له ما تقد،قول املالئكة
َذنبِه
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: jika imam mengucapkan:
sami’allahu liman hamidah, maka ucapkanlah: rabbana lakal hamdu. Barangsiapa yang
ucapannya tersebut bersesuaian dengan ucapan Malaikat, akan diampuni dosa-dosanya
telah lalu” (HR. Bukhari no. 796, Muslim no. 409).
7. Bacaan Sujud
اَأْلعلَى
ْ َُسْب َحا َن َريِّب
“Maha Suci Robb-ku yang Maha Tinggi” (3X)
Atau
َُو َر ُسولُه
“At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu’alaika ayyuhan
nabiyyu warahmatullaahi wa barokaatuh. As salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish
shoolihiin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa
rosuuluh
(Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan
berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang shalih Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’) (HR.
Bukhari no. 6265)
Atau
10. Tasyahud Akhir dan Shalawat atas Nabi Muhammad SAW setelah tasyahud Akhir
Bacaan pada tasyahud akhir seperti pada tasyahud awal namun ditambah setelah itu
dengan bershalawat atas Nabi atau dengan Shalawat Ibrahimiyah yang berbunyi :
يم َو َعلَى ِآل ِ اللَّه َّم صل علَى حُم َّم ٍد وعلَى ِآل حُم َّم ٍد َكما صلَّيت علَى ِإبر
اه
َ َْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ
تكْ ارب ا مكَ ٍ ِإبر ِاهيم ِإنَّك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد اللَّه َّم با ِر ْك علَى حُم َّم ٍد وعلَى ِآل حُم َّم
د
َ ََ َ َ ََ َ َ َ ُ َ َ َْ
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga
Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah
barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah
Maha Terpuji dan Maha Mulia) “
E. PENUTUP
Demikianlah materi Solat Seri Pondok Ramadhan 1444H/2023 ini kami susun. Semoga
materi ini dapat digunakan sebagai salah satu refrensi dalam mempelajari dan mengamalkan
Tata Cara Solat yang sesuai dengan perinta Allah Swt dan sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW. Ada hal kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.