1. Makna Shalat
Shalat secara bahasa (etimologis) maknanya adalah doa. Adapun secara
syari’at (terminologis) maknanya adalah perkataan dan perbuatan yang
dimulai dari takbir (takbiratul-ihram) dan diakhiri dengan salam, yang
dibarengi dengan niat.
2. Dalil Pensyari’atan Shalat
Allah ta’ala berfirman :
الصالَِة
َّ الر ُج ِل َو َبنْي َ الش ِّْر ِك َوال ُك ْف ِر َت ْر ُك
َّ َ ِإ َّن َبنْي
“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran
adalah meninggalkan shalat” [HR. Muslim no. 82].
4. Jumlah Shalat Fardlu
Jumlah shalat fardlu dalam sehari semalam adalah lima kali shalat.
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن َْأه ِل ِ ِ
َ َجاءَ َر ُج ٌل ِإىَل َر ُسول اللَّه:عن طلحة بن عبيد اهلل يقول
َأل َع ِن ُ فَِإذَا ُه َو يَ ْس،ول َحىَّت َدنَا ُ ص ْوتِِه َواَل يُ ْف َقهُ َما َي ُق
َ ي َّ جَنْ ٍد ثَاِئَر
ُّ الرْأ ِس يُ ْس َم ُع َد ِو
،ات يِف الَْي ْوِم َواللَّْيلَ ِة
ٍ " مَخْس صلَو:ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم
َ َُ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ س
ُ ر
َ ال
َ ق
َ ف
َ ؟ ِ اِإْل ْساَل
م
:صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ُ ال رس
َ ول اللَّه ُ َ َ َ ق،ع َ اَل ِإاَّل َأ ْن تَطََّو:ال
َ َ َه ْل َعلَ َّي َغْيُر َها؟ ق:ال َ َف َق
َ اَل ِإاَّل َأ ْن تَطََّو:ال
ع َ َ َه ْل َعلَ َّي َغْيُرهُ؟ ق:ال َ َ ق،ضا َن َ َو ِصيَ ُام َر َم
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah ia berkata : “Telah datang seorang laki-laki
penduduk Nejed kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kepalanya
telah beruban, gaung suaranya terdengar tetapi tidak bisa dipahami apa yang
dikatakannya kecuali setelah dekat. Ternyata ia bertanya tentang Islam. Maka
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘Shalat lima waktu dalam
sehari semalam’. Ia bertanya lagi : ‘Adakah saya punya kewajiban shalat
lainnya ?’. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘Tidak,
melainkan hanya amalan sunnah saja” [HR. Al-Bukhari no. 46].
Ia adalah shubuh (2 raka’at), dhuhur (4 raka’at), ‘asar (4 raka’at), maghrib (3
raka’at), dan ‘isya’ (4 raka’at).
5. Waktu-Waktu Shalat
Allah ta’ala berfirman :
ِ ِ
َ اَل َك َّف َارةَ هَلَا ِإاَّل ذَل،ص ِّل ِإذَا ذَ َكَر َها
ك َ ُصاَل ةً َفْلي
َ َم ْن نَس َي
“Barangsiapa yang tidak mengerjakan shalat karena lupa, maka hendaknya ia
mengerjakan shalat tersebut ketika ia teringat dengannya. Tidak ada kaffarat
lain selain itu” [HR. Al-Bukhari no. 597 dan Muslim no. 684].
8. Syarat sahnya shalat :
1) Islam
2) Berakal
3) Tamyiz (mampu membedakan antara baik dan buruk
4) Suci dari hadats besar dan hadats kecil.
5) Suci badan, pakaian, dan tempat shalat.
6) Menutup aurat (bagi wanita seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan).
7) Dikerjakan pada waktunya.
8) Menghadap kiblat.
9) Niat
9. Rukun-Rukun Shalat :
1) Berdiri jika mampu.
2) Takbiratul-ihram.
3) Membaca Al-Fatihah.
4) Rukuk.
5) I’tidak setelah rukuk.
6) Sujud pada tujuh anggota tubuh.
7) Bangkit dari sujud.
8) Duduk antara dua sujud.
9) Thuma’ninah pada seluruh gerakan.
10) Tasyahud akhir.
11) Duduk (pada tasyahud akhir).
12) Bershalawat pada Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam.
13) Salam.
14) Tertib pada seluruh pelaksanaan rukun-rukun shalat.
10. Shalat Berjama’ah Bagi Wanita
Para ulama sepakat bahwa kaum wanita tidak wajib mengerjakan shalat
berjama’ah, akan tetapi syari’at tetap membenarkan mereka shalat
berjama’ah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ِ اَل مَتْنعوا نِساء ُكم الْمس:ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم
اج َد ُ ال َر ُس َ َ ق،َع ِن ابْ ِن عُ َمَر
َ َ ق:ال
َ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َْ ُ َ
َوبُيُو ُت ُه َّن َخْيٌر هَلُ َّن
Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah kalian melarang
wanita-wanita kalian pergi ke masjid, akan tetapi rumah-rumah
mereka lebih baik bagi mereka” [HR. Abu Dawud no. 567, Ibnu
Khuzaimah no. 1683, Al-Hakim no. 755 dan yang lainnya; shahih
lighairihi].
Seorang wanita boleh mengimami sesama wanita atau anak kecil yang
belum baligh. Wanita tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki.
11. Kaifiyyah (Tata Cara) Shalat
1) Niat
Tidak disyari’atkan mengucapkan/melafadhkan niat, sebab hal itu
tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam,
para shahabat, dan para ulama setelahnya (termasuk imam empat).
ِ
ُ فَِإ ْن َأىَب َفْلُت َقاتْلهُ ؛ فَِإ َّن َم َعه،ك ال تُ َ ِإ ِإ
َ َوال تَ َد ْع،ص ِّل ال ىَل ُسْتَر ٍة
َ َْأح ًدا مَيُُّر َبنْي َ يَ َدي
َ الْ َق ِر
ين
“Janganlah engkau shalat kecuali menghadap sutrah (pembatas).
Dan jangan engkau biarkan seorangpun lewat di hadapanmu (ketika
engkau shalat). Jika ia enggan, maka perangilah ia, sesungguhnya ia
bersama dengan qarin (syaithan)” [HR. Ibnu Khuzaimah no. 800; shahih].
ِ ِإ َذا َكا َن ب ي َدي ِه ِمثْل، فَِإنَّه يسُتره،ِإ َذا قَام َأح ُد ُكم يصلِّي
َّ آخَر ِة
الر ْح ِل ُ ْ َ َ َنْي ُُ ْ َ ُ َُْ َ َ
“Jika salah seorang di antara kalian berdiri untuk melaksanakan
shalat, sesungguhnya dirinya terbatasi jika di depannya terdapat
seukuran bagian pelana kendaraan tunggangan/kuda” [HR. Muslim no.
510].
... صلَّى َو َج َع َل َبْينَهُ َو َبنْي َ اجْلِ َدا ِر حَنْ ًوا ِم ْن ثَاَل ثَِة َأ ْذ ُر ٍع
َ َّمُث
“...….Kemudian beliau shalat dimana jarak antara beliau dan dinding
(sebagai sutrah ) adalah sekitar tiga hasta” [HR. An-Nasa’i no. 749 dan
Ahmad 2/138; shahih
Seluruh ulama sepakat (ijma’) bahwa orang yang sehat lagi mampu
wajib melakukan shalat fardlu sambil berdiri, baik sendiri maupun menjadi
imam.
Bila ia sedang naik pesawat, kapal, atau kendaraan lain yang tidak
mungkin baginya untuk turun (ke tanah/darat) sewaktu-waktu, maka ia
tetap wajib shalat sambil berdiri jika mampu. Namun jika tidak mampu,
maka boleh baginya shalat sambil duduk.
يحا ِ ِإ َذا م ِرض الْعب ُد َأو سا َفر ُكتِب لَه ِمثْل ما َكا َن يعمل م ِقيما
ً صحَ ً ُ ُ َ َْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َْ َ َ
“Barangsiapa yang jatuh sakit atau melakukan perjalanan jauh, maka
dicatatkan pahala baginya pahala seperti yang biasa ia dilakukannya
ketika bermukim atau sehat” [HR. Al-Bukhari no. 2996].
ُ اللَّه:ول
ِ ضوء مو
ُ مُثَّ َي ُق،ُاض َعه َ َضَأ َفي
َ َ َ ُ ض َع الْ ُو ِ َألح ٍد ِم َن الن
َّ َّاس َحىَّت َيَت َو َ ٌصالة
ِ
َ ِإنَّهُ ال تَت ُّم
َأ ْكَبُر
“Sesungguhnya tidaklah sempurna shalat salah seorang di antara
manusia sehingga ia berwudlu dan meletakkan wudlu tersebut pada
tempatnya (yaitu pada anggota badan yang wajib terkena air
wudlu), kemudian ia mengucapkan (takbir) : Allaahu Akbar” [HR.
Thabarani dalam Al-Kabiir no. 4526; shahih].
، َرفَ َع يَ َديِْه،صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن ِإذَا َكَّبَر ِ َ َأن رس ِ ِِ
َ ول اللَّه ُ َ َّ ،َع ْن َمالك بْ ِن احْلَُويْ ِرث
ي هِبِ َما ُأذَُنْي ِه ِ حىَّت حُي
اذ
َ َ َ
Dari Malik bin Al-Huwairits : “Bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam apabila bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya
hingga sejajar dengan kedua telinganya” [HR. Muslim no. 391].
7) Membaca Iftitah/Istiftah
Hukumnya adalah sunnah menurut jumhur ulama (dan ini adalah
pendapat yang rajih/kuat). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ِ ضوء يعيِن مو
مُثَّ يُ َكِّبُر،ُاض َعه َ َضَأ َفي
ََ ْ َ َ ُ ض َع الْ ُو ِ َأِلح ٍد ِم َن الن
َّ َّاس َحىَّت َيَت َو َ ٌصاَل ة
ِ
َ ِإنَّهُ اَل تَت ُّم
ِ وحَي م ُد اللَّه ج َّل وعَّز ويثْيِن علَي ِه وي ْقرُأ مِب َا َتي َّسر ِمن الْ ُقر
آن ْ َ َ َ َ ََ ْ َ َُ َ َ َ َ َْ َ
“Sesungguhnya shalat seseorang tidaklah sempurna kecuali bila dia
wudlu pada anggota tubuh yang terkena air wudlu, kemudian
mengucapkan takbir, memuji Allah jalla wa ‘azza dan mengagungkannya,
serta membaca Al-Qur’an yang mudah baginya” [HR. Abu Dawud no. 857;
shahih].
ِ
{ُّك َوالَ ِإلَهَ َغْيُر َك َ ُك اللَّ ُه َّم َوحِب َ ْمد َك َوَتبَ َار َك امْس
َ ك َوَت َعاىَل َجد َ َ}سْب َحان
ُ
"Aku menyucikan-Mu dan memuji-Mu ya Allah. Sungguh berkah
nama-Mu dan sungguh tinggi kekayaan-Mu. Dan tidak ada tuhan yang
berhak disembah melainkan Engkau” [HR. Abu Dawud no. 776, At-
Tirmidzi no. 243, dan yang lainnya; shahih].
9) Membaca Isti’adzah
{ الر ِجْي ِم ِم ْن مَهْ ِز ِه َو َن ْف ِخ ِه َو َن ْفثِ ِه ِ َالس ِمي ِع الْعلِي ِم ِمن الشَّيط
َّ ان ْ َ ْ َ ْ َّ َأعُ ْوذُ بِاهلل }
ِ
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui dari gangguan syaithan yang terkutuk, yaitu dari bisikan,
tiupan, dan hembusannya” [HR. Abu Dawud no. 775; shahih].
11) Jika ada orang yang tidak/belum hafal surat Al-Fatihah, maka dia boleh
membaca :
َواَل َح ْو َل َواَل ُق َّو َة ِإاَّل بِاللَّ ِه، َواللَّهُ َأ ْكَبُر،ُ َواَل ِإلَهَ ِإاَّل اللَّه، َواحْلَ ْم ُد لِلَّ ِه،ُسْب َحا َن اللَّ ِه
الْ َعلِ ِّي الْ َع ِظي ِم
“Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar dan tidak ada daya dan
kekuatan kecuali karena pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Agung” [HR. Abu Dawud no. 832; hasan].
Namun keringanan ini hanya berlaku bagi orang yang benar-
benar tidak mampu menghafalnya setelah berusaha sekuat tenaga untuk
menghafalnya.
َوعُ َمَر َر ِض َي اللَّهُ َعْن ُه َما َكانُوا َي ْفتَتِ ُحو َن،صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َوَأبَا بَ ْك ٍر َّ
َ َّ َأن النَّيِب
ني ِ ِّ ب احْل م ُد لِلَّ ِه ر ِ الصَّاَل َة
َ ب الْ َعالَم َ َْ
”Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, dan
‘Umar membuka (bacaan) shalatnya dengan membaca Alhamdulillaahi
rabbil-‘aalamiin”. [HR. Al-Bukhari no. 743].
صاَل ٍة يُ ْقَرُأ فَ َما َأمْسَ َعنَا ُ َأنَّهُ مَسِ َع َأبَا ُهَر ْيَرةَ َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ َي ُق،َع ْن َعطَاء
َ يِف ُك ِّل:ول
ِ ِ ُ رس
ْ َوِإ ْن مَل،َأخ َفْينَا َعْن ُك ْم ْ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َأمْسَ ْعنَا ُك ْم َو َما
ْ َأخ َفى َعنَّا َ ول اللَّه َُ
ِ
َ َوِإ ْن ِز ْد،َأت
ت َف ُه َو َخْيٌر ْ َأجَز ْ تَ ِز ْد َعلَى ُِّأم الْ ُق ْرآن
Dari ‘Athaa’, bahwasannya ia pernah mendengar Abi
Hurairah radliyallaahu ‘anhu berkata : "Al-Qur’an dibaca pada setiap
shalat. Bacaan yang dikeraskan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam, kami pun mengeraskannya ketika kami menjadi imam.
Dan bacaan yang tidak dikeraskan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam, maka kami pun tidak mengeraskannya. Jika kamu tidak
menambah bacaan selain Ummul-Qur’an (Al-Fatihah), maka itu
sudah cukup. Jika kamu menambah bacaan surat selain Ummul-
Qur’an, maka itu lebih baik" [HR. Al-Bukhari no. 772].
ِ ول اللَّ ِه صلَّى اهلل َعلَْي ِه وسلَّم َقرَأ يِف الْم ْغ ِر
ب َ س ر ت
ُ ع
ْ
ِعن جبري بن مطعم قال مَس
َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ
بِالطُّو ِر
Dari Jubair bin Muth’im ia berkata : “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Ath-Thuur
dalam shalat maghrib” [HR. Al-Bukhari no. 765 dan Muslim no. 463].
ِ
َ َفلَ َّما ََأر َاد َأ ْن َيْر َك َع َر َف َع ُه َما ِمثْ َل ذَل........ عن وائل بن حجر
ك
Dari Wail bin Hujr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “…..Ketika beliau
hendak rukuk, maka beliau melakukan hal yang serupa (yaitu
mengangkat kedua tangannya)” [HR. Abu Dawud no. 726; shahih].
ض َع يَ َديِْه َعلَى ِ
َ َفلَ َّما ََأر َاد َأ ْن َي ْر َك َع َر َف َع ُه َما ِمثْ َل َذل ....... عن وائل بن حجر
َ ك مُثَّ َو
ُر ْكبََتْي ِه
Dari Wail bin Hujr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “…..Ketika beliau
hendak rukuk, maka beliau melakukan hal yang serupa (yaitu
mengangkat kedua tangannya), kemudian meletakkan kedua tangannya
pada lututnya” [idem].
ِ ِ
ٌ ِض َع يَ َديْه َعلَى ُر ْكبََتْيه َكَأنَّهُ قَاب
ض َعلَْي ِه َما َو َوتََّر َ مُثَّ َر َك َع َف َو.... : عن أيب محيد
يَ َديِْه َفتَ َجاىَف َع ْن َجْنَبْي ِه
Abu Humaid radliyallaahu ‘anhu berkata : “….. Kemudian
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam rukuk dan beliau meletakkan kedua
tangannya pada kedua lututnya, seakan-akan beliau memegang erat
kedua lututnya tersebut. Beliau membengkokkan dan menjauhkan kedua
tangannya di samping badannya” [HR. Abu Dawud no. 734, At-Tirmidzi
no. 260 dan Ibnu Khuzaimah no. 589; shahih].
َأصابِعِ ِه ِ
َ َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكا َن ِإ َذا َر َك َع َفَّر َج َبنْي
َ َّ عن وائل بن حجر َأ ّن النَّيِب
Dari Wail bin Hujr radliyallaahu ‘anhu : “Bahwasannya Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam apabila rukuk, maka beliau merenggangkan jari-
jemarinya” [HR. Al-Hakim 1/224; shahih].
Ketika rukuk, posisi punggung dan kepala adalah lurus dan rata.
،صلِّيي مَّ
ل سو ِ ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي
ه َ س ر ت َأي ر " : ول
ُ ق
ُ ي ، ٍ عن وابِصة بن معب
د
ََُ ََ ْ ُ َ َ َُ َُْ َ َْ َ ْ َ َ ْ َ
ب َعلَْي ِه الْ َماءُ اَل ْسَت َقَّر ُ فَ َكا َن ِإ َذا َر َك َع َس َّوى ظَ ْهَرهُ َحىَّت لَ ْو
َّ ص
Dari Waabishah bin Ma’bad, ia berkata : Aku pernah melihat
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat. Apabila beliau rukuk,
maka beliau meluruskan punggungnya. Bahkan seandainya disiramkan air
di atas punggung tersebut, maka pasti tidak akan tumpah ke bawah”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 872; dshahihkan oleh Al-Albaaniy
dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 4732].
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا َر َك َع ْاعتَ َد َل َفلَ ْم َ ُّ َكا َن النَّيِب: قال،ي ِّ اع ِد
ِ السَّ َع ْن َأيِب مُحَْي ٍد
ض َع يَ َديِْه َعلَى ُر ْكبََتْي ِه ِ
َ ب َرْأ َسهُ َومَلْ يُ ْقن ْعهُ َو َو ِ
ْ َيْنص
Dari Abu Humaid As-Saa’idiy, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam apabila rukuk, maka beliau meluruskan punggungnya, tidak
menundukkan kepalanya dan tidak pula mengangkat/
menegakkannya” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1039; shahih].
ِ
ُ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو ُس ُج
،ُوده َ ِّ َكا َن ُر ُكوعُ النَّيِب:ال َ َ ق،َُع ْن الَْبَر ِاء َر ِض َي اللَّهُ َعْنه
الس َو ِاء
َّ الس ْج َدَتنْي ِ قَ ِريبًا ِم َن
َّ َ وع َو َبنْيِ الر ُكُّ َوِإ َذا َرفَ َع َرْأ َسهُ ِم َن
Dari Al-Barra’ radliyallaahu ‘anhu ia berkata : "Adalah rukuk dan
sujudnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, serta bangkitnya beliau dari
rukuk (i’tidal) dan duduknya diantara dua sujud; hampir sama lamanya"
[HR. Al-Bukhari no. 801 dan Muslim no. 471].
hadits :
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِإذَا قَ َام ِإىَل الصَّاَل ِة ِ ُ " َكا َن رس:ول
َ ول اللَّه َُ ُ َي ُق،ََع ْن َأيِب ْ ُهَر ْيَرة
ِ ِ ِ ِ ُ مُثَّ ي ُق، مُثَّ ي َكِّبر ِحني ير َكع،ي َكِّبر ِحني ي ُقوم
َ مَس َع اللَّهُ ل َم ْن مَح َدهُ ح:ول
ني َي ْرفَ ُع َ ُ َْ َ ُ ُ ُ َ َ ُ ُ
َ َول َو ُه َو قَاِئ ٌم َربَّنَا ل
ك احْلَ ْم ُد ُ مُثَّ َي ُق،الر ْك َع ِة
َّ ص ْلبَهُ ِم َنُ "
Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu : "Adalah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam apabila berdiri shalat beliau mengucapkan takbir ketika
dalam keadaan berdiri, kemudian beliau bertakbir ketika hendak rukuk.
Beliau mengucapkan : Sami’alloohu liman hamidah (Mudah-mudahan
Allah mendengarkan/memperhatikan orang-orang yang memuji-Nya)
ketika beliau mengangkat/ menegakkan tulang pungungnya. Kemudian
beliau mengucapkan setelah berdiri : Robbanaa lakal-hamdu (Tuhan
kami, Engkaulah yang pantas mendapat pujian)" [HR. Al-Bukhari no.
789].
Ucapan « Robbanaa lakal-hamdu » bisa juga diucapkan dengan lafadh :
ت ِم ْن َش ْي ٍء َب ْع ُد ِ ِ َّ ِملء
ِ ِ ات و ِملء اَْألر
َ ض َوم ْلءَ َما شْئ ْ َ ْ َ الس َم َاو َْ
"Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau
kehendaki sesudah itu" [HR. Muslim no. 476].
Posisi tangan ketika berdiri i’tidal adalah bersedekap di dada menurut
pendapat yang paling kuat. Hal itu berdasarkan keumuman hadits :
16) Sujud
ِ ِ
َ مُثَّ يُ َكِّبُر ح،ُني َي ْرفَ ُع َرْأ َسه
..... ني يَ ْس ُج ُد َ مُثَّ يُ َكِّبُر ح
“….Kemudian beliau bertakbir ketika mengangkat kepalanya (i’tidal), dan
kemudian beliau pun bertakbir ketika hendak sujud” [HR. Al-Bukhari no.
789].
Terkadang beliau mengangkat tangan ketika hendak sujud, berdasarkan
hadits :
وع َوِإ َذا ْأ َ َ َ َّ َأ َّن ُه َرَأى ال َّن ِبي،ِْن ْالح َُوي ِْرث
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر َف َع َيدَيْ ِه فِي
ِ ص اَل ِت ِه َوِإذا َر َك َع َوِإذا َر َف َع َر َس ُه م َِن الرُّ ُك ِ َعنْ َمالِكِ ب
ْأ َ
َس َج َد َوِإذا َر َف َع َر َس ُه م َِن ال ُّسجُو ِد
Dari Malik bin Al-Huwairits : Bahwasannya ia melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam mengangkat kedua tangannya dalam shalatnya ketika hendak
rukuk, ketika mengangkat kepalanya dari rukuk (i'tidal), ketika hendak sujud,
dan ketika mengangkat kepala dari sujud…..” [HR. An-Nasa’i no.
1085; shahih].
Mendahulukan tangan daripada lutut ketika turun dari sujud. Hal ini
berdasarkan hadits :
ِإ ِ ِ ُ ال رس
َ " ذَا َس َج َد:صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
َأح ُد ُك ْم فَاَل َ ول اللَّه ُ َ َ َ ق:ال َ َ ق،ََع ْن َأيِب ُهَر ْيَرة
ض ْع يَ َديِْه َقْب َل ُر ْكبََتْي ِه ِ
َ ََيْبُر ْك َك َما َيْبُر ُك الْبَعريُ َولْي
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam : “Apabila salah seorang diantara kalian hendak sujud, maka
janganlah ia menyungkur seperti menyungkurnya seekor unta. Hendaklah ia
meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya” [HR. Abu Dawud no.
840, Nasa’i no. 1091, dan yang lainnya; shahih].
ِ ٍِ ِ ِ
َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكا َن ِإ َذا
صلَّى َفَّر َج َ َّ َأ ّن النَّيِب،ََع ْن َعْبد اللَّه بْ ِن َمالك ابْ ِن حُبَْينَة
اض ِإبْطَْي ِه ِ
ُ ََبنْي َ يَ َديْه َحىَّت َيْب ُد َو َبي
Dari Abdillah bin Malik bin Buhainah radliyallaahu ‘anhu :
“Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila shalat, maka beliau
membentangkan kedua tangannya hingga kelihatan putih ketiaknya” [HR. Al-
Bukhari no. 390 dan Muslim no. 495].
ت يَ َداهُ ِح َذاءَ ُأذَُنْي ِه
ْ َ مُثَّ َس َج َد فَ َكان....... : عن وائل بن حجر قال
Dari Wail bin Hujr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “…..Kemudian beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam sujud, sedangkan kedua tangannya di hadapan
(sejajar) kedua telinganya” [HR. Ahmad 4/317 no. 18878; shahih].
ِ
َُأصابِ َعه َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكا َن ِإ َذا َس َج َد
َ ض َّم َ َّ عن وائل َأ ّن النَّيِب
Dari Wail radliyallaahu ‘anhu : “Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam apabila sujud, maka beliau merapatkan jari-jarinya” [HR. Ibnu
Khuzaimah no. 642; hasan].
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو َكا َن َمعِي َعلَى ِ َ َف َق ْدت رس: قالت عائشة زو ِج النَّيِب
َ ول اللَّه َُ ُ ِّ َْ
ََأصابِعِ ِه الْ ِقْبلَة ِ ِ ِ ًّ اج ًدا ر
َ ُم ْسَت ْقبِال بَِأطَْراف،اصا َعقَبْيه َ
ِ َفوج ْدتُه س،فِر ِاشي
َ ُ ََ َ
Telah berkata ‘Aisyah istri Nabi : “Aku kehilangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam yang sebelumnya bersamaku di tempat tidur. Maka aku menemukan
beliau sedang bersujud menempelkan tumitnya, ujung-ujung jemarinya
menghadap kiblat” [HR. Ibnu Khuzaimah no. 654; shahih].
Bacaan dalam sujud (bisa dipilih dan dibaca yang mudah) :
{اَأْلعلَى
ْ َّ}سْب َحا َن َريِّب
ُ
“Maha Suci Allah yang Maha Tinggi” [HR. Abu Dawud no. 871, Ibnu Majah no.
890, dan lain-lain; shahih].
اب لَ ُك ْمج ت س ي ن َأ نمِ َف َق، فَاجتَ ِه ُدوا يِف الدُّع ِاء،السجود
َ
َ َ ُْ ٌ ْ َ ْ ُ ُ ُّ َو ََّأما
“…Adapun ketika bersujud, maka perbanyaklah doa, karena hal itu lebih
pantas untuk dikabulkan” [HR. Muslim no. 479 dan Abu Dawud no. 876]
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُاللَّ ُه َّم ا ْغف ْر يِل ْ ذَنْيِب ْ ُكلَّهُ دقَّهُ َوجلَّهُ َو ََأولَّهُ وآخَرهُ َو َعالَنيَّتَهُ َوسَّره
“Ya Allah, ampunilah semua dosaku, dosa kecil maupun besar, dosa pertama
maupun terakhir, dosa yang dilakukan dengan terang-terangan mapun
sembunyi-sembunyi" [HR. Muslim no. 483].
Diperintahkan untuk thuma’ninah dalam sujud (dan juga rukuk) serta dilarang
untuk sujud (dan rukuk) seperti patukan burung/ayam.
َ ْ مُثَّ ِإ َذا َأن..... عن رفاعة أن النيب صلى اللَّه عليه وسلم قال للرجل الذي صلى
ت
ك ِإىَل َم ْو ِضعِ ِه
َ ك َحىَّت يَطْ َمِئ َّن ُك ُّل َعظْ ٍم ِمْن
َ ْك َويَ َدي ْ ِ فََأثْب،ت
َ ت َو ْج َه َ َس َج ْد
Dari Rifa’ah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda kepada orang yang sedang melakukan shalat : “…..Kemudian jika
kamu melakukan sujud, maka tancapkanlah wajah (dahi) dan kedua tanganmu
sehingga setiap persendian thuma’ninah pada tempatnya” [HR. Ibnu
Khuzaimah no. 638; hasan].
ٍ َ و َنهايِن عن ث،الث
:الث ٍ َعن أيب هريرة يقول َأمريِن خلِيلِي صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم بِث
َْ َ َ َ َ َ َْ ُ َ َ ََ
َو َن َهايِن َع ْن، َوالْ ِوتْ ِر َقْب َل الن َّْوِم،َّه ِر ِ ِ ِ و،َأمريِن بِر ْكع ِ الضُّحى
ْ ص ْوم ثَالثَة َأيَّ ٍام م َن الش
َ َ َ َ َ َ َيَت
َو َن ْق ٍر َكَن ْق ِر، َوِإ ْق َع ٍاء َكِإ ْق َع ِاء الْ ِق ْر ِد،ب
ِ َات الث َّْعل ِ الص
ِ الة َكالْتِ َف ِ ع ِن االلْتِ َف:الث
َّ ات يِف َ
ٍ َث
ِ الد
ِّيك
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Kekasihku (yaitu
Rasulullah) shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepadaku tiga
hal dan melarangku tiga hal pula. Beliau memerintahkanku untuk
mengerjakan dua raka’at shalat dluhaa, puasa tiga hari pada setiap bulannya,
dan shalat witir sebelum tidur. Beliau melarangku atas tiga hal, yaitu berpaling
dalam shalat seperti berpalingnya serigala, duduk seperti duduknya kera, dan
mematuk (dalam shalat) seperti mematuknya ayam jantan” [HR. Ath-Thayalisi
no. 2593; hasan].
Doa-doa dalam sujud tersebut adalah mutlak dan tidaklah dibatasi. Doa apa
saja yang termasuk maksud doa adalah boleh. Sebab Rasulullah
shalallahu’alaihi wassalam melakukan berbagai doa yang berbeda dan berbagai
tema. Ini menunjukkan bahwa hal itu tidak dilarang. Dalam Shahihain dari
Ibnu Mas’ud,
َأع َجبَهُ ِإلَْي ِه َف ْليَ ْدعُ بِه ِ مُثَّ لِيتخَّير ِمن الد
ْ ُّعاء
َ َ ْ َ ََ
“Kemudian hendaknya dia memilih doa yang disukai dan sesuai seleranya.”
Dalam riwayat Imam Muslim, sebagaimana menjelasan bab yang lalu, dari Abu
Hurairah: “kemudian dia berdoa untuk apa-apa yang nyata untuk dirinya.”
Namun yang afdhal dalam sujud adalah menambah dengan doa-doa yang
ma’tsur dari al Qur’an dan hadits, atau doa-doa sujud yang disebutkan dalam
as sunnah secara khusus.
وال جيوز ان خيرتع دعوة غري مأثورة ويأتى هبا العجمية بال خالف وتبطل هبا الصالة
“Dan tidak boleh membuat doa-doa yang tidak diajarkan Nabi dengan
mengungkapnnya dengan bahasa ‘ajam (selain bahasa arab) berdasarkan
kesepakatan ulama dan shalatnya menjadi batal.
Kedua : Dimakruhkan, Syekh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin ditanya
tentang sikap orang yang memperlama sujud terakhir untuk berdoa dan
istighfar. Syekh menjawab, “Memperlama sujud terakhir bukanlah termasuk
sunah. Karena yang sesuai sunah, setiap gerakan salat itu mendekati sama;
rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud. Sebagaimana yang dinyatakan
Al-Barra bin Azib radhiallahu ‘anhu, ‘aku lihat berdirinya, rukuk, sujud, dan
duduk diantara dua sujud mendekati sama.” Inilah cara yang lebih utama.
Hanya saja, ada tempat untuk berdoa di selain sujud, yaitu tasyahud. Karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan tasyahud kepada Ibnu
Mas’ud, nabi bersabda,
Maka nabi tempatkan doa, baik sedikit maupun banyak, setelah tasyahud
akhir, sebelum salam. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, kaset rekaman no. 376).
ِ ِ
ُني َي ْرفَ ُع َرْأ َسه
َ مُثَّ يُ َكِّبُر ح،ني يَ ْس ُج ُد
َ مُثَّ يُ َكِّبُر ح
“….Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertakbir ketika sujud, dan
bertakbir pula ketika mengangkat kepala beliau (dari sujud)” [HR. Al-Bukhari
no. 789].
ضا َرفَ َع يَ َديِْه َحىَّت ِ ُّ وِإ َذا رفَع رْأسه ِمن،مُثَّ سج َد ووضع وجهه ب َك َّفي ِه
ً ْالس ُجود َأي َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َنْي
صاَل تِِه ِغ
َ ْ َ َفَر
نم
“Kemudian beliau sujud dan meletakkan wajahnya di antara dua telapak
tangannya. Dan apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud, maka beliau
juga mengangkat kedua tangannya, hingga beliau menyelesaikan shalatnya”
[HR. Abu Dawud no. 723; shahih].
ِ
َ َو َكا َن َيْرفَ ُع يَ َديْه ُكلَّ َما َكَّبَر َو َرفَ َع َو َو...... : عن وائل بن حجر قال
َ ض َع َبنْي
ِ الس ْج َدَتنْي
َّ
Dari Wail bin Hujr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : ”..... Rasulullah shallallaahu
’alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya setiap beliau bertakbir. Beliau
mengangkat dan meletakkan (kedua tangannya) di antara dua sujud” [HR.
Ahmad no. 18881; hasan].
Bacaan ketika duduk di antara dua sujud (bisa dipilih salah satu) :
{ ْ ب ا ْغ ِف ْر يِل
ِّ ب ا ْغ ِف ْر يِل ْ َر
ِّ ر }
َ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ya Tuhanku ampunilah aku” [HR. Ibnu Majah
no. 897; jayyid].
مُثَّ َي ُق ْو ُل اَهللُ َأ ْكَبُر َو َي ْرفَ ُع َرْأ َسهُ َو َيثْيِن ْ ِر ْجلَهُ الْيُ ْسَرى َفَي ْقعُ ُد َعلَْي َها َحىَّت َي ْر ِج َع ُك ُّل
َعظْ ٍم ِإىَل َم ْو ِضعِ ِه
“….Kemudian beliau mengucapkan ‘Alloohu akbar’ dan mengangkat kepalanya
(dari sujud). Beliau membengkokkan kaki kirinya serta duduk di atasnya
hingga setiap tulang kembali pada tempatnya (yaitu duduk dengan tegak dan
tenang)” [HR. Abu Dawud no. 730; shahih].
. يعتمد على يديه إذا قام: رأيت ابن عمر يعجن يف الصالة: عن االزرق بن قيس
رأيت رسول اهلل صلى اللَّه عليه يفعله: فقلت له ؟ فقال
الة ؛ َي ْعتَ ِم ُد َعلَى يَ َديِْه ِإ َذا ِ الصَّ َي ْع ِج ُن يِف عُ َمَر ابْ َن ت ٍ اَألز َر ِق بْ ِن َقْي
ُ ْس َرَأي ْ َع ِن
ِ ِ َ رَأيت رس:ال
ُصلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َي ْف َعلُه
َ ول اللَّه ُ َ ُ ْ َ َ َف َق،ُت لَه ُ َف ُقْل، قَ َام
Dari Al-Azraq bin Qais : Aku melihat Ibnu ‘Umar
melakukan ‘ajn (menggenggam tangan) ketika shalat, yaitu bertelekan
dengan dua tangannya ketika berdiri. Maka aku bertanya kepadanya tentang
hal tersebut. Maka ia menjawab : “Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam melakukannya” [HR. Abu Ishaq Al-Harbi dalam Ghariibul-
Hadiits 2/525; dengan sanad shalih].
وكان من أصحاب النيب صلى اهلل عليه وسلم قال جاء رجل ورسول اهلل صلى اهلل
عليه يف املسجد فصلى قريبا منه مث انصرف إليه فسلم عليه فقال له رسول اهلل صلى
مث اصنع ذلك يف كل....... مث اقرأ بأم القرآن مث اقرأ مبا شئت......... اهلل عليه
ركعة
Dari salah seorang shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ia
berkata : Datang seseorang dan pada waktu itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam berada di masjid. Maka orang tersebut melakukan shalat di dekat
beliau. Setelah usai melakukan shalat, maka ia berpaling kepada
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam terhadap beliau.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya (tentang
bagaimana tata cara shalat yang benar) : “….Kemudian bacalah Ummul-
Qur’an (Al-Fatihah) dan setelah itu bacalah surat yang engkau kehendaki……
kemudian lakukanlah hal tersebut pada setiap raka’at (dalam shalatmu)” [HR.
Ibnu Hibban no. 1787 dengan sanad qawiy (kuat)].
س َعلَى ِر ْجلِ ِه الْيُ ْسَرى ِ َّ فَِإ َذا َجلَس يِف...... : عن أيب محيد الساعدي
َ َالر ْك َعَتنْي َجل َ
ب الْيُمْىَن
َصَ ََون
Dari Abu Humaid As-Sa’idi : “….Apabila beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam duduk pada raka’at kedua (yaitu duduk tasyahud awal), maka beliau
duduk di atas telapak kaki kirinya dengan menegakkan telapak kaki
kanannya” [HR. Al-Bukhari no. 828].
Meletakkan kedua tangan di atas lutut (atau di atas paha), tangan kanan
menggenggam (atau membuat lingkaran antara jari tengah dan ibu jari), dan
berisyarat dengan jari telunjuk tangan kanan dengan mengerak-gerakannya.
ِ وضع َك َّفه الْيم علَى فَ ِخ ِذ،َكا َن ِإ َذا جلَس يِف الصَّاَل ِة
َُأصابِ َعه
َ ضَ بقَ و ،
َ َ ُ ْىَن ميْل ا ه َ َ َ َ ُ ُ ْىَن َ َ
ض َع َك َّفهُ الْيُ ْسَرى َعلَى فَ ِخ ِذ ِه الْيُ ْسَرى ِ ِ ِ َأشار بِِإ
َ َو َو،صبَعه الَّيِت تَلي اِإل ْب َه َام
ْ َ َ َو،ُكلَّ َها
"Apabila beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam duduk (tasyahud) dalam shalat,
maka beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya.
Beliau menggenggam semua jari tangan kanannya dan berisyarat dengan jari
telunjuk. Dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya" [HR.
Muslim no. 580].
ض َع َك َّفهُ الْيُ ْسَرى َعلَى فَ ِخ ِذ ِه َو ُر ْكبَتِ ِه
َ َف َو........ : ان وائل بن حجر احلضرمي قال
فَ َحلَّ َق،َأصابِعِ ِه ِِ ِ ِِ ِ
َ َ مُثَّ َقب، َو َج َع َل َح َّد م ْرفَقه اَْألمْيَ ِن َعلَى فَخذه الْيُمْىَن،الْيُ ْسَرى
َ َ ض َبنْي
َفَر َْأيتُهُ حُيَِّر ُك َها يَ ْدعُو هِبَا،صَب َعه
ْ مُثَّ َرفَ َع ِإ،ًَح ْل َقة
Bahwasannya Wail bin Hujr Al-Hadlrami radliyallaahu ‘anhu berkata :
“…..Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam meletakkan telapak tangan
kirinya di atas paha dan lututnya yang kiri pula, dan meletakkan ujung siku
tangan kanannya di atas pahanya yang kanan dan beliau pun membuat
lingkaran (dengan jari tengah dan ibu jarinya) dan beliau mengangkat jari
(telunjuknya). Maka aku pun (yaitu Wail) melihat beliau menggerak-
gerakkannya (jari telunjuk) sambil berdoa dengannya” [HR. Ahmad no.
18890; shahih]
صبَعِ ِه
ْ ض َع ِإْب َه َامهُ َعلَى ِإ
ِ َّ َأشار بِِإصبعِ ِه
َ َو َو،السبَّابَة َ ْ َ َ َو..... : عن عبد اهلل بن الزبري قال
الْ ُو ْسطَى
Dari Abdullah bin Zubair radliyallaahu ‘anhuma : “…..Dan beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jari telunjuknya dan meletakkan ibu
jarinya di atas jari tengahnya” [HR. Muslim no. 579].
ِِ
َ َو َو،َأش َار بِ َسبَّابَته
ض َع اِإل ْب َه َام َعلَى الْ ُو ْسطَى َ َّ مُث....... : عن وائل بن حجر قال
َحلَّ َق هِبَا
Dari Wail bin Hujr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “…..Kemudian
beliau shallallaau ‘alaihi wasallam berisyarat dengan jari telunjuknya dan
meletakkan ibu jari di atas jari tengah dengan membuat lingkaran” [HR.
‘Abdurrazzaq no. 2522; shahih].
ُصلَّى اهلل
ِ
َ ُّ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكانُوا يُ َسلِّ ُمو َن َوالنَّيِب َ ِّ اب النَّيِب َ َأص َح َّ :َع ْن َعطَ ٍاء
ْ َأن
ِ َّ :َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َح ٌّي
َ َفلَ َّما َم،ُك َأيُّ َها النَّيِب ُّ َو َرمْح َةُ اللَّه َو َبَر َكاتُه
ات َ الم َعلَْيُ الس
ِ
ُالم َعلَى النَّيِب ِّ َو َرمْح َةُ اللَّه َو َبَر َكاتُه
ُ الس
َّ :قَالُوا "
Dari ‘Atha’ : Bahwasannya para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bila mereka memberikan salam (dan shalawat ketika shalat) dan waktu
itu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam masih hidup : As-salaamu ‘alaika
ayyuhan-nabiyyu warohmatulloohi wabarokaatuh. Namun ketika beliau telah
wafat, maka mereka mengatakan : “As-salaamu ‘alan-nabiyyi warohmatulloohi
wabarokatuh “ [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no.
3075; shahih].
ت َعلَى ِآل ِِ ِ ِ ِِ ٍ
َ صلَّْي
َ ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى َْأه ِل َبْيته َو َعلَى َْأز َواجه َوذُِّريَّته َك َما َ اللَّ ُه َّم
ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد َوبَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى َْأه ِل َبْيتِ ِه َو َعلَى َْأز َو ِاج ِه َوذُِّريَّتِ ِه َك َما ِ
َ َِّإ ْبَراهْي َم ِإن
ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد ِ
َ َّت َعلَى ِآل ِإْبَراهْي َم ِإن َ بَ َار ْك
“Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada Ahli Baitnya,
istri-istrinya serta keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan
kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad dan kepada Ahli
Baitnya, istri-istrinya, serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia.” [HR. Ahmad no. 23221; shahih].
{ ص ِّل َعلَى حُمَ َّم ٍد النيب األمي َو َعلَى ِآل حُمَ َّم ٍد
َ }اللَّ ُه َّم
“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad – nabi yang ummi –
dan kepada keluarga Muhammad” [HR. Abu Dawud no. 981; hasan].
ك الَّ ِذ ْي
َ ِت بِ ِكتَاب
ُ اَللَّ ُه َّم َآمْن: فرددهتا علي النيب صلى اهلل عليه وسلم فلما بلغت
ِ َِّأْنزلْت قلت ورسولِك قال ال و َنِّبي
َ ك الَّذ ْي َْأر َس ْل
ت َ َ َ ُْ َ َ َ َ
ك الَّ ِذي
َ ِت بِ ِكتَاب
ُ ت اللَّ ُه َّم َآمْن
ِ
ُ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َفلَ َّما َبلَ ْغ
َ ِّ َفَر َّد ْد ُت َها َعلَى النَّيِب
ِ ِّ ونَبِي، اَل:ال ِ
تَ ك الَّذي َْأر َس ْل َ َ َ َ ق،كَ َو َر ُسول:ت ُ ت ُقْل َ َْأْنَزل
“Maka aku mengulanginya (doa yang diajarkan) di hadapan Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam. Ketika aku sampai pada bacaan : “Alloohumma aamantu bi-
kitaabikal-ladzii anzalta”; maka aku melanjutkannya
dengan : “warosuulika”. (Mendengar itu) maka beliau menegurku : “Bukan
begitu !, akan tetapi (yang benar) : ‘wanabiyyikal-ladzii arsalta’” [HR. Al-
Bukhari no. 247].
َّ مُث،صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن ِإ َذا ََأر َاد َأ ْن يَ ْس ُج َد َكَّبَر َ َّ َأن النَّيِب َّ ،َع ْن َأيِب ُهَر ْيَر َة
مُثَّ قَ َام، َوِإ َذا قَ َام ِم َن الْ َق ْع َد ِة َكَّبَر،يَ ْس ُج ُد
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu : ”Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi
wasallam apabila hendak sujud, maka beliau bertakbir, kemudian sujud. Dan
apabila beliau hendak berdiri dari tempat duduknya (dalam shalat), maka
beliau bertakbir, kemudian berdiri” [HR. Abu Ya’la no. 6029 dengan
sanad jayyid].
ي هِبِ َما ِ مُثَّ ِإذَا قَام ِمن الر ْكعت ِ َكَّبر ورفَع ي َدي ِه حىَّت حُي........قال أبو محيد
اذ
َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َّ ََ نْي
َمْن ِكَبْي ِه
Berkata Abu Humaid radliyallaahu ’anhu : ”....Kemudian apabila
beliau shallallaahu ’alaihi wa sallam berdiri dari raka’at kedua, beliau bertakbir
dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua
pundaknya” [HR. Abu Dawud no. 730; shahih].
24) Tasyahud Akhir.
ِ ِ
َ الص َم ُد الَّذي مَلْ يَل ْد َومَلْ يُولَ ْد َومَلْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا
،َأح ٌد َ ُك يَا اللَّه
َّ اَأْلح ُد ْ اللَّ ُه َّم ِإيِّن
َ َُأسَأل
ِ َّ ك َأنْت الْغَ ُفور ِ
يم
ُ الرح ُ َ َ ََّأ ْن َت ْغفَر يِل ذُنُويِب ِإن
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah Yang Maha Esa,
Maha Tunggal, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, yang tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan-Nya; agar Engkau mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [HR. Abu Dawud no. 985; shahih].
26) Salam
ًيمةِول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم َكا َن يسلِّم يِف الصَّاَل ِة تَسل َ س ر ن
ّ َأ ،َةش عن عاِئ
َ ْ ُ َُ َ ََ ْ ُ َ َ َُ َ َ َْ
ِّ يل ِإىَل الش
ِّق اَأْلمْيَ ِن َشْيًئا ِاح َد ًة تِْل َقاء وج ِه ِه مَي
ِو
ُ ْ ََ َ
Dari ’Aisyah radliyallaahu ’anhaa : Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi
wasallam pernah melakukan satu kali salam (yaitu ke kanan tanpa ke kiri)
dalam shalatnya. Beliau memiringkan wajahnya sedikit ke sebelah kanan” [HR.
At-Tirmidzi no. 296; shahih].
صلَّى ِ ِ ِ َأخرِب يِن عن: عمر اِل ب ِن ُق ْلت:ال َ َ ق،َع ْن َو ِاس ِع بْ ِن َحبَّا َن
َ صاَل ة َر ُسول اللَّه َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ْ ُ
َ َ " فَ َذ َكَر التَّ ْكبِ َري ق:ال ِ
َّ َي ْعيِن َوذَ َكَر:ال
الساَل ُم َعلَْي ُك ْم َ َت؟ ق ْ َف َكانَ اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َكْي
َّ ، َع ْن مَيِينِ ِه َو َرمْح َةُ اللَّ ِه
َع ْن يَ َسا ِر ِه الساَل ُم َعلَْي ُك ْم
Dari Wasi’ bin Hibban ia berkata : Aku bertanya kepada Ibnu ’Umar :
”Khabarkanlah kepadaku bagaimana sifat shalat Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam ?”. Maka Ibnu ’Umar menjawab : ”Maka beliau mengucapkan takbir,
yaitu (maksudnya) mengucapkan Assalaamu ’alaikum warohmatullooh ke
kanan dan Assalaamu ’alaikum ke kiri” [HR. Nasa’i no. 1321; shahih].
Wallaahu a’lam.