ِ
ُ َو َم ْن َش ِه َد َحىَّت تُ ْدفَ َن َكا َن لَه، صلِّ َى َعلَْي َها َفلَهُ ق َريا ٌط
َ َُم ْن َش ِه َد اجْلَنَ َاز َة َحىَّت ي
ِ ِمثْل اجْلََبلَنْي ِ الْ َع ِظيمنْي ال
َ ق
َ ِ َ قِيل وما الْ ِقرياط. ان
ان ِ َقِرياط
َ ُ َ َ ََ َ
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth.
Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” Ada
yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.”
(HR. Bukhari dan Muslim )
Hadits yang bersumber dari ‘Aisyah RA, ia berkata “ Bahwa Nabi SAW telah bersabda”:
1. Hadits yang bersumber dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
ب جَأو َّ
ال ني ِإ ِ ِوف ِمن الْمسل
م ٍ ما ِمن مسلِ ٍم مَيُوت َفيصلِّى علَي ِه ثَالَثَةُ ص ُف
َ َْ َ ُْ َ ُ َْ َ ُ ُ ُْ ْ َ
“Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan do’a
mereka akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud). Imam Nawawi menyatakan dalam
Kitab Al Majmu’ 5/212 bahwa hadits ini hasan.
“Ada tiga waktu, yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kita untuk
shalat atau menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut. (Pertama), saat matahari terbit
hingga ia agak meninggi. (Kedua), saat matahari tepat berada di pertengahan langit (tengah hari
tepat) hingga ia telah condong ke barat, (Ketiga), saat matahari hampir terbenam, hingga ia
terbenam sama sekali.” (HR Muslim)
1. Tempat Shalat :
Shalat jenazah dapat dilakukan di mana saja, di tempat-tempat yang layak untuk
melaksanakan shalat; termasuk di dalam masjid sebagaimana disebutkan dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:
فَُأنْ ِكَر.ُأصلِّ َى َعلَْي ِه ِ ِ ِ ٍ ََّأن عاِئ َشةَ لَ َّما ُتوىِّف سع ُد بن َأىِب وق
َ اص قَالَت ْاد ُخلُوا بِه الْ َم ْسج َد َحىَّت َ ُْ َْ َ ُ َ َّ
ضاء ىِف ِ َّ ُ ك علَيها َف َقالَت واللَّ ِه لََق ْد صلَّى رس ِ
َ َ َعلَى ابْىَن ْ َبْي-صلى اهلل عليه وسلم- ول الله َُ َ َ ْ َ ْ َ َ َذل
اء ض ي ب هُأم
ُّ ِ قَ َال مسلِم سهيل بن دع ٍد وهو ابن الْبيض.َأخ ِيه
اء ِ الْمس ِج ِد سهي ٍل و.
ُ َْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ ُ ٌ ْ ُ
َ َ َْ ُ ْ َ
Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal, Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke dalam masjid
hingga aku bisa menshalatkannya.” Namun mereka tidak menyetujuinya, maka ia pun berkata,
“Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menshalatkan jenazah dua
orang putra Baidla` di dalam masjid, yaitu Suhail dan saudaranya.” Muslim berkata; “Suhail bin
Da’d adalah Ibnul Baidla`, dan ibunya adalah Baidla`. (HR Muslim)
1. Lebih utama dilakukan dengan berjamaah dan makmum hendaklah dibagi menjadi 3
baris.
1. TAKBIR 4 KALI
َأص َحابِِه ِ
ْ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ِإىَل َ َعن َأيِب ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ ق
َ ُّ ال َن َعى النَّيِب
رواه البخاري – . ص ُّفوا َخْل َفهُ فَ َكَّبَر َْأر َب ًعا ِ الن
َ ََّم ف
َ َّجاش َّي مُثَّ َت َقد
َ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata,: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam mengumumkan
kematian An-Najasyi, kemudian Beliau maju dan membuat barisan shaf di belakangnya, Beliau lalu
takbir empat kali . (HR Bukhari)
رواه البيهقي-. َع ِن ابْ ِن عُ َمَر َأنَّهُ َكا َن َي ْرفَ ُع يَ َديْ ِه يِف ُك ِّل تَ ْكبِ َري ٍة َعلَى اجْلَنَ َاز ِة, َع ْن نَافِ ٍع
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya beliau mengangkat kedua tangannya dalam setiap takbir
pada shalat jenazah. (HR Baihaqi)
1. TAKBIR PERTAMA MEMBACA AL-FATIHAH DAN TAKBIR KEDUA
MEMBACA SHALAWAT
Hal ini didasarkan pada hadits:
( HR Ibnul Jarud di dalam kitab al-Muntaqo”) al-Hafidz berkata : para perawi Hadits ini
tersebut di dalam kitab Bukhari dan Muslim.
ال ٰلّ ُه َّم َص ِّل َع ٰلى حُمَ َّم ٍد َو َع ٰلى ِآل حُمَ َّم ٍد َك َما َصلَّْي َت َع ٰلى ِإْبَر ِاهْي َم َو َع ٰلى اٰ ِل ِإْبَر ِاهْي َم و بَا ِر ْك َع ٰلى
ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْيد ِ ِ ِ ٍ ٍ
َ َِّإن َ ت َع ٰلى ِإ ْبَراهْي َم َو َع ٰلى اٰ ِل ِإْبَراهْي َم يِف ْ الْ َعالَمنْي
َ حُمَ َّمد َو َع ٰلى اٰ ِل حُمَ َّمد َك َما بَ َار ْك
Adapun do’a-do’a yang dibaca dalam shalat jenazah sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
ِ و، اه ِدنَا و َغاِئبِنَاِ وش، اللَّه َّم ا ْغ ِفر حِل ِّينا وميِّتِنا
ْ اللَّ ُه َّم َم ْن، َوذَ َك ِرنَا َوُأْنثَانَا، صغ ِرينَا َو َكبِ ِرينَا
َُأحَيْيتَه َ َ َ َ َ َ ََ ََ ْ ُ
ِ ُ والَ ت، اللَّه َّم الَ حَتْ ِرمنَا َأجره، ان
ضلَّنَا ِ َ ومن َتو َّفيتَه ِمنَّا َفَتوفَّه علَى اِإل مي، ِمنَّا فََأحيِ ِه علَى اِإل سالَِم
َ ُ َْ ْ ُ َُ َ ُ ْ َ ْ ََ ْ َ ْ
ُب ْع َده.
َ
(Ya Allah, ampunilah kami yang masih hidup, yang telah meninggal dari kami, yang masih ada,
yang telah tiada, anak kecil kami, orang tua kami, lelaki kami, perempuan kami. Ya Allah, siapa
saja yang Engkau hidupkan dari kami, maka hidupkanlah di atas Islam, dan siapa saja yang
Engkau wafatkan dari kami, maka wafatkanlah di atas iman. Ya Allah, janganlah Engkau
haramkan bagi kami pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya. “
ك َو َحْب ِل ِج َوا ِر َك فَِق ِه ِم ْن ِ ِ ِ ِاللَّه َّم ِإ َّن فُاَل َن بن فُاَل ٍن يِف ِذ َّمت
َ ِك فَق ِه فْتنَةَ الْ َقرْبِ قَ َال َعْب ُد الرَّمْح َ ِن ِم ْن ذ َّمت
َ َْ ُ
ِ َّ ك َأنْت الْغَ ُفور ِ ِ ِ ِ فِْتنَ ِة الْ َقرْبِ و َع َذ
يم
ُ الرح ُ َ َ َّت َْأه ُل الْ َوفَاء َواحْلَ ْمد اللَّ ُه َّم فَا ْغف ْر لَهُ َو ْارمَحْهُ ِإنَ ْاب النَّا ِر َوَأن َ
“Ya Allah, sesungguhnya Fulan bin Fulan berada dalam jaminanMu maka lindungilah dia dari
Fitnah kubur.” Sedang Abdurrahman berkata; dari jaminanMu. Berada dalam jaminan
keamananMu, maka lindungilah dirinya dari fitnah kubur, serta adzab neraka. Engkau senantiasa
menepati janji dan Pemilik segala pujian. Ya Allah, ampunilah dosanya dan sayangilah dia,
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Catatan: Lafadz فُاَل نَ ْبنَ فُاَل ٍنpada do’a di atas agar diganti dengan nama jenazah yang
dishalatkan.
Selain tata cara di atas, shalat jenazah dapat pula dilakukan dengan urutan-urutan
sebagai berikut: Dimulai dengan niat kemudian bertakbir lalu membaca surat al-
fatihah dilanjutkan takbir kedua lalu membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw
kemudian bertakbir ketiga lalu berdo’a untuk si mayit kemudian takbir keempat
dilanjutkan salam.
ِ َ مُثَّ ي ْقرُأ بَِفاحِت َ ِة الْ ِكت، الصالَِة َعلَى اجْل نَ َاز ِة َأ ْن ي َكِّبر اِإل مام
اب َب ْع َد التَّ ْكبِ َري ِة َّ السنَّةَ ىِف َّ
ُّ َأن
ََ َُ َ ُ َ
اء ُّعالد ص ِ وخُيْل-صلى اهلل عليه وسلم- مُثَّ يصلِّى علَى النَّىِب، اُألوىَل ِسًّرا ىِف َن ْف ِس ِه
َ َ ُ َ ِّ َ َُ
رواه البيهقي – مُثَّ يُ َسلِّ ُم ِسًّرا ىِف َن ْف ِس ِه، ات الَ َي ْقَرُأ ىِف َش ْى ٍء ِمْن ُه َّن ِ لِْلجنَاز ِة ىِف التَّ ْكبِري
َ َ َ
Sungguh menurut sunnah dalam menyalatkan jenazah adalah hendaklah seorang imam bertakbir
kemudian membaca surat al fatihah dengan suara lirih setelah takbir pertama kemudian membaca
shalawat atas Nabi saw dan ikhlas mendo’akan bagi mayit pada takbir-takbir berikutnya dan ia
tidak membaca apapun di dalamya (selain mendoakan mayit) kemudian salam dengan suar lirih
(HR al- Baihaqi)
Mengenai syarat diisyariatkan nya sholat jenazah diatas kuburan para ulama’
berpendapat bahwa shalat tersebut hanya diperuntukkan bagi orang yang patut dan
termasuk diperintahkan shalat jenazah ketika mayat masih belum dikubur. Misalnya,
orang yang tidak mengetahui kabar kematian seseorang yang seandainya dia tahu
pasti akan ikut menyolati jenazah nya, atau orang yang tertinggal jenazah dan mayat
terlanjur dikuburkan. Apabila seseorang tidak termasuk yang diperintahkan sholat
jenazah maka tidak disyariatkan shalat dikubur nya. Pendapat ini didasarkan pada
kenyataan bahwa Nabi saw tidak pernah melaksanakan shalat jenazah di atas
kuburan setiap kali melewati kuburan
Dalam hal waktu pelaksanaan shalat, Ibnu qoyyim rahimahullah memilih pendapat tanpa
adanya batasan waktu. Dia berkata : “Rasullullah saw melakukan shalat jenazah di atas
kuburan setelah 3 hari penguburan nya, bahkan pernah satu bulan setelah penguburan. Akan
tetapi, Nabi saw tidak membatasi waktu tertentu (dibolehkannya shalat jenazah diatas kuburan).”
.
SHALAT GHAIB
Shalat ghaib adalah shalat jenazah yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap
saudaranya yang wafat, sementara jenazahnya tidak ada di depan mereka atau berada
di tempat yang lain.
Mengenai hukum shalat Ghaib, para ulama’ berbeda pendapat dalam 3 macam:
TAKJIAH MAYIT
ZIARAH KUBUR
ُ َفاِنَّ ِف ْي َها عِ ب َْرةٌ َوالَ َتقُ ْولُ ْوا َما يُسْ خ2ار ِة ْالقُب ُْور َف ُز ْورُو َها
ُِّط الرَّ ب َ ِإ ِّني َن َه ْي ُت ُك ْم َعنْ ِز َي.
ِ
“Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, dan sekarang ziarahlah
kalian karena padanya terdapat pelajaran dan janganlah kalian mengucapkan kata-
kata yang dimurkai Allah.” [8]
Referensi : https://almanhaj.or.id/1482-taziyah-melawat-keluarga-mayit-ziarah-
kubur.html