Anda di halaman 1dari 14

HADITS KEUTAMAAN SHOLAT

Shalat adalah sebaik-baik amalan setelah dua kalimat syahadat.

Ada hadits muttafaqun ‘alaih sebagai berikut,

‫ قَا َل‬.» ‫صالَة ُ ِل َو ْقتِ َها‬ َ ‫ى ْالعَ َم ِل أ َ ْف‬


‫ض ُل قَالَ « ال ه‬ ُّ َ ‫ أ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬
ِ ‫سو َل ه‬ َ ‫َّللا ب ِْن َم ْسعُو ٍد قَا َل‬
ِ ‫َع ْن َع ْب ِد ه‬

َ ‫ى قَا َل « ْال ِج َها ُد فِى‬


ِ ‫س ِبي ِل ه‬
.» ‫َّللا‬ ٌّ َ ‫ قَا َل قُ ْلتُ ث ُ هم أ‬.» ‫ى قَا َل « بِ ُّر ْال َوا ِل َدي ِْن‬
ٌّ َ‫قُ ْلتُ ث ُ هم أ‬

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan apakah yang paling

afdhol?” Jawab beliau, “Shalat pada waktunya.” Lalu aku bertanya lagi,

“Terus apa?” “Berbakti pada orang tua“, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam. “Lalu apa lagi”, aku bertanya kembali. “Jihad di jalan

Allah“, jawab beliau. (HR. Bukhari no. 7534 dan Muslim no. 85)

2- Shalat lima waktu mencuci dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ً ‫ يَ ْغت َ ِس ُل فِي ِه ُك هل يَ ْو ٍم خ َْم‬، ‫ب أ َ َح ِد ُك ْم‬
‫ قَالُوا الَ يُ ْب ِقى ِم ْن َد َرنِ ِه‬. » ‫ َما تَقُو ُل ذَلِكَ يُ ْب ِقى ِم ْن َد َرنِ ِه‬، ‫سا‬ ِ ‫أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ هن نَ َه ًرا بِبَا‬

َ ‫َّللاُ بِ َها ْال َخ‬


» ‫طايَا‬ ‫ يَ ْم ُحو ه‬، ‫ت ْالخ َْم ِس‬ ‫ قَا َل « فَ َذلِكَ ِمثْ ُل ال ه‬. ‫ش ْيئًا‬
ِ ‫صلَ َوا‬ َ

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah

seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari

lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat

menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau

berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya

Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,

َ ‫ قَا َل قَا َل ْال َح‬.» ‫ت‬


‫سنُ َو َما‬ َ ‫ب أ َ َح ِد ُك ْم يَ ْغت َ ِس ُل ِم ْنهُ ُك هل يَ ْو ٍم خ َْم‬
ٍ ‫س َم هرا‬ ٍ ‫ت ْالخ َْم ِس َك َمث َ ِل َن َه ٍر َج‬
ِ ‫ار غ َْم ٍر َعلَى بَا‬ ِ ‫صلَ َوا‬
‫َمث َ ُل ال ه‬

‫يُ ْب ِقى ذَلِكَ ِمنَ الد َهر ِن‬

“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang

mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara

kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan

berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” (HR.

Muslim no. 668).


halat lima waktu menghapuskan dosa

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َب ْال َك َبائِ َر‬ َ ‫س َو ْال ُج ُم َعةُ ِإلَى ْال ُج ُم َع ِة َو َر َم‬


َ ‫ضانُ ِإلَى َر َم‬
َ ‫ضانَ ُمك َِف َراتٌ َما َب ْينَ ُه هن ِإ َذا اجْ تَن‬ ُ ‫صلَ َواتُ ْالخ َْم‬
‫ال ه‬

“Di antara shalat yang lima waktu, di antara Jumat yang satu dan

Jumat lainnya, di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya,

itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya selama seseorang

menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 233).

4- Shalat adalah cahaya di dunia dan akhirat

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌ ‫َان َوالَ نَ َجاة‬


ٌ ‫ور َوالَ ب ُْره‬ ْ ‫َت لَهُ نُوراً َوب ُْرهَانا ً َونَ َجاةً َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َو َم ْن لَ ْم يُ َحا ِف‬
ٌ ُ‫ظ َع َل ْي َها لَ ْم َي ُك ْن لَهُ ن‬ َ َ‫َم ْن َحاف‬
ْ ‫ظ َعلَ ْي َها كَان‬

ٍ‫ارونَ َوفِ ْر َع ْونَ َوهَا َمانَ َوأ ُ َب ِى ب ِْن َخلَف‬


ُ َ‫َو َكانَ َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َم َع ق‬

“Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan

keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia

tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat

keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun,


Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2: 169. Syaikh Syu’aib Al

Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Disebutkan dalam hadits Abu Malik Al Asy’ari, Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda,

ٌ ُ‫صالَة ُ ن‬
‫ور‬ ‫َوال ه‬

“Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223)

Juga terdapat hadits dari Burairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda,

‫ور الت ه ِام يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬


ِ ُّ‫اج ِد بِالن‬
ِ ‫س‬َ ‫الظ َل ِم ِإلَى ْال َم‬
ُّ ‫شائِينَ فِى‬
‫بَ ِش ِر ْال َم ه‬

“Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan ke masjid dalam

keadaan gelap bahwasanya kelak ia akan mendapatkan cahaya

sempurna pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 561 dan Tirmidzi no.

223. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

‘Abdullah bin ‘Amr, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah


bersabda terkait hal itu :

“Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan
pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan
cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan
bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2: 169)

Di dalam hadits Abu Malik Al Asy’ari dijelaskan, bahwasannya Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223)

2. Dengan Melaksanakan Shalat Lima Waktu Maka Akan Bisa Membantu


Menghapuskan Dosa
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,

“Di antara shalat yang lima waktu, di antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya,
di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya, itu akan menghapuskan
dosa di antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR.
Muslim no. 233).

3. Dengan Melaksanakan Shalat Lima Waktu, Maka Akan Mampu Digunakan


Sebagai Alat Untuk Mencuci Dosa
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia pernah berkata bahwasannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di
antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan
tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa
sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat
lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667)

Kemudian penjelasan dari seseorang yang bernama Jabir radhiyallahu ‘anhu,

“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang mengalir
melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air
sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran
sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim no. 668).
4. Shalat Merupakan Amalan yang Utama Setelah Amalan Mengucap Dua
Kalimat Syahadat
Poin ini diperkuat dengan adanya hadits muttafaqun ‘alaih, antara lain :

Penjelasan yang dijabarkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah
bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan apakah yang
paling afdhol?” Jawab beliau, “Shalat pada waktunya.” Lalu aku bertanya lagi,
“Terus apa?” “Berbakti pada orang tua“, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Lalu apa lagi”, aku bertanya kembali. “Jihad di jalan Allah“, jawab beliau. (HR.
Bukhari no. 7534 dan Muslim no. 85)

5. Dengan Melaksanakan Shalat Lima Waktu, Maka Akan Mampu Membantu


Anda Untu Terhapuskan dari Dosa di Masa Lalu
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
‘Utsman, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,

“Tidaklah seorang muslim menghadiri shalat wajib lalu ia memperbagus wudhu


dan mengerjakan shalatnya dengan khusyu’, juga ia memperbagus ruku’nya
melainkan itu sebagai penghapus dosa sebelumnya selama seseorang tidak
melakukan dosa besar dan ini berlaku sepanjang waktu.” (HR. Muslim no. 228).

6. Dengan Melaksanakan Shalat Lima Waktu, Maka Akan Mampu


Menghapus Dosa Antara Shalat yang Satu dan Seterusnya
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
‘Utsman, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,

“Tidaklah seorang muslim memperbagus wudhunya, lantas ia mengerjakan


shalat melainkan Allah mengampuni baginya dosa di antara shalat tersebut dan
shalat berikutnya.” (HR. Bukhari no. 160 dan Muslim no. 227).

7. Allah Menjanjikan Kepada Umatnya yang Rajin Melaksanakan Shalat


Lima Waktu Sebagai Tamu Agung di Surga-Nya Kelak
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
Abu Hurairah, bahwasannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda,

“Barangsiapa berpagi-pagi atau ketika sore hari menuju masjid, maka Allah akan
menjadikan dia tempat sebagai tamu di surga ketika ia pergi di pagi atau sore
hari.” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 662 dan Muslim no. 669).
8. Jalannya Orang yang Akan Menunaikan Shalat Lima Waktu Merupakan
Suatu Amal yang Baik
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
Abu Hurairah, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu ia berjalan menuju salah satu rumah Allah
untuk menunaikan salah satu kewajiban yang Allah tetapkan, maka salah satu
langkah kakinya akan menghapuskan kesalahan dan langkah kaki yang lain
meninggikan derajat.” (HR. Muslim no. 666).

9. Dengan Melaksanakan Shalat Lima Waktu, Maka Bisa Dijadikan Sebagai


Sebab Seseorang Bisa Masuk Surga – Nya
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari seseorang yang bernama
Robi’ah bin Ka’ab Al Aslami radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya beliau pernah
menjelaskan,

“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku


mendatangi beliau dengan membawakan air wudhu dan memenuhi hajat beliau.
Lantas beliau bersabda, “Mintalah.” Aku berkata, “Aku meminta padamu supaya
dapat dekat denganmu di surga (kelak).” Beliau berkata, “Atau ada selain itu?”
Aku menjawab, “Itu saja yang aku minta.” Beliau bersabda, “Tolonglah aku
dengan engkau memperbanyak sujud.” (HR. Muslim no. 489).

10. Meninggikan Derajat Seorang Hamba di Hadapan – Nya


Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwasannya beliau pernah bersabda,

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau tidaklah


sujud pada Allah dengan sekali sujud melainkan Allah akan meninggikan
derajatmu dan akan menghapuskan satu kesalahan.” (HR. Muslim no. 488)

11. Allah Akan Menghindarkan Kita dalam Kategori Golongan Orang –


Orang Kafir
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan yang ada di dalam Al – Qur’an
Surat Maryam ayat 59-69, antara lain sebagai berikut :

“Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang meremehkan


shalat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh.” (QS.
Maryam : 59-60)
12. Membantu Para Hamba Terhindar dari Siksa Api Neraka yang Teramat
Pedih
Semua itu diperkuat dengan adanya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwasannya beliau pernah bersabda,

Rasulullah bersabda : “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menjalankan


sholat sebelum terbit dan sebelum terbenamnya matahari.”( HR.Muslim )

13. Orang yang Menjaga Shalat Lima Waktunya, Maka Para Malaikat Turut
Serta dan Andil dalam Menjaganya
Semua itu diperkuat dengan adanya penjelasan firman Allah Swt di dalam Al –
Quran Surat Al – Isra ayat 78, antara lain sebagai berikut :

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya sahalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).” (QS. Al – Isra : 78)

Menuntut Ilmu Itu Wajib

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


َ ٌ‫ضة‬ َ
ُ َ‫طل‬

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari
sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani
dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun
perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita
lakukan adalah sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan
firman Allah Ta ‘ala:

َ‫ط ْعنَا ۚ َوأ ُو َٰلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬


َ َ ‫س ِم ْعنَا َوأ‬
َ ‫سو ِل ِه ِليَحْ كُ َم بَ ْينَ ُه ْم أ َ ْن يَقُولُوا‬ ُ ‫إِنه َم ا َكانَ قَ ْو َل ْال ُم ؤْ ِمنِينَ إِذَا ُد‬
‫عوا إِلَى ه‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬

“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk


kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan
hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan
kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur
[24]: 51).
1.
Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ط ِر ْيقًا إِلَى ْال َجنه ِة‬ َ ،‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬


َ ‫س هه َل هللاُ لَهُ بِ ِه‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َم ْن‬

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

2. Ilmu Adalah Warisan Para Nabi

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,

‫ فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذَ بِ َحظٍ َوافِ ٍر‬، ‫ َولَ ِك ْن َو هرث ُ ْوا ْال ِع ْل َم‬،‫َارا َو َال د ِْرهَا ًم ا‬ ِ َ‫ا َ ْلعُلَ َما ُء َو َرثَةُ ْاْل َ ْنبِي‬
ً ‫اء َوإِ هن ْاْل َ ْنبِيَا َء لَ ْم ي َُو ِر ث ُ ْوا ِد ْين‬

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu,
barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR.
Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh
al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297).

3. Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun


Dia Telah Meninggal

Disebutkan dalam hadits,

ُ ‫ع و لَ ه‬ َ ‫ أ َ ْو َولَ ٍد‬،‫ أ َ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬،ٍ‫اريَة‬


ُ ‫ص ا ِلحٍ يَ ْد‬ َ :ٍ‫ع َملُه ُ إِ هال ِم ْن ث َ َالث‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ َ َ‫سا ُن ا ْنق‬
َ ‫ط َع‬ ِ ْ َ‫إِذَا َم ات‬
َ ‫اْل ْن‬

“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa
untuknya” (HR. Muslim).

4. Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta Tambahan Apa Pun


Selain Ilmu

Allah berfirman:

‫ب ِز ْدنِي ِع ْل ًم ا‬
ِ ‫َوقُ ْل َر‬

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu“. (QS. Thaaha


[20] : 114). Ini dalil tegas diwajibkannya menuntut ilmu.
5. Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang Yang Dikehendaki
Kebaikan

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ْن ي ُِر ِد ه‬
ِ ‫َّللا ُ بِ ِه َخي ًْرا يُفَ ِق ْههُ فِى ال ِد‬
‫ين‬

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka


Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim
No. 1037).

Yang dimaksud faqih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i,
tetapi lebih dari itu. Dikatakan faqih jika seseorang memahami tauhid dan
pokok Islam, serta yang berkaitan dengan syari’at Allah. Demikian dikatakan
oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi (hal. 21).

6. Yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang Berilmu

Hal ini bisa direnungkan dalam ayat,

‫َّللاَ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال عُلَ َما ُء‬


‫إِنه َم ا يَ ْخشَى ه‬

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,


hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah
dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu).
Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu,
Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan
baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat
takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:
308).

Para ulama berkata,

‫من كان باهلل اعرف كان هلل اخوف‬

“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah”.

7. Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya

Allah Ta’ala berfirman:

ٍ ‫َّللاُ الهذِينَ آ َمنُوا ِم ْنكُ ْم َوالهذِينَ أ ُوت ُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬


…‫ت‬ ‫يَ ْر فَعِ ه‬..
“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-
Mujadilah [58]: 11).

Allah Subhanahu wa Ta ‘ala berfirman,

‫ير‬
ِ ‫س ِع‬
‫ب ال ه‬ ْ َ ‫َوقَالُوا لَ ْو ُكنها نَ ْس َم ُع أ َ ْو نَ ْع ِق ُل َما كُنها فِي أ‬
ِ ‫ص َح ا‬

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan


(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka
yang menyala-nyala”. (QS. Al-Mulk : 10).

TENTANG ADAB

Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang
pemuda Quraisy,

‫تعلم األدب قبل أن تتعلم العلم‬

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana


Yusuf bin Al Husain berkata,

‫باألدب تفهم العلم‬

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Guru penulis, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan


adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu
akan disia-siakan.”

Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.

Ibnul Mubarok berkata,

‫ وتعلمنا العلم عشرين‬،ً ‫تعلمنا األدب ثالثين عاما‬

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami


mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Ibnu Sirin berkata,

‫الهدي كما يتعلمون العلم‬


َ ‫كانوا يتعلمون‬
“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana
mereka menguasai suatu ilmu.”

Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok,

‫نحن إلى كثير من األدب أحوج منا إلى كثير من حديث‬

“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai


hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan
akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.

Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah
bin Wahab berkata,

‫ما نقلنا من أدب مالك أكثر مما تعلمنا من علمه‬

“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding
ilmunya.” –

Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk
bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota
Madinah di masanya-. Ibuku berkata,

‫تعلم من أدبه قبل علمه‬

“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”

Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama


dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak mempelajari
adab, itulah yang kurang dari kita saat ini. Imam Abu Hanifah berkata,

‫اب ْال قَ ْو ِم َو أ َ ْخ َالقُ ُه ْم‬


ُ َ ‫ير ِم ْن ْال ِف ْق ِه ِأل َنَّ َه ا آد‬ َ َ‫ع ْن ْال عُلَ َم ا ِء َو ُم َج ال‬
َّ َ‫س تِ ِه ْم أ َ َحبُّ إل‬
ٍ ِ‫ي ِم ْن َك ث‬ َ ُ‫ْال ِح كَايَات‬

“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada
menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan
berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.” (Al Madkhol, 1: 164)

Di antara yang mesti kita perhatikan adalah dalam hal pembicaraan, yaitu
menjaga lisan. Luruskanlah lisan kita untuk berkata yang baik, santun dan
bermanfaat. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

‫ ق َّل كال ُم ه إال فيما يعنيه‬، ‫من عد َّ كالمه من عمله‬


“Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia
akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat” Kata Ibnu Rajab,
“Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya
dari amalannya” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 291).

Yang kita saksikan di tengah-tengah kita, “Talk more, do less (banyak bicara,
sedikit amalan)”.

Berbeda Pendapat Bukan Berarti Mesti Bermusuhan

Sungguh mengagumkan apa yang dikatakan oleh ulama besar semacam


Imam Syafi’i kepada Yunus Ash Shadafiy -nama kunyahnya Abu Musa-. Imam
Syafi’i berkata,

‫ي َم سْأ َلَ ٍة‬


ْ ِ‫ أ َالَ يَ ْست َ ِق ْي ُم أ َ ْن نَكُ ْونَ إِ ْخ َو انًا َو إِ ْن لَ ْم نَت َّ ِف ْق ف‬،‫س ى‬
َ ‫يَا أ َبَا ُم ْو‬

“Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita
tidak bersepakat dalam suatu masalah?” (Siyar A’lamin Nubala’, 10: 16).

Berdoalah Agar Memiliki Adab dan Akhlak yang Mulia

Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca do’a,

ِ ‫ق َو األ َ ْع َم ا ِل َو األ َ ْه َو‬


‫اء‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم إِنِى أَعُ وذ ُ بِكَ ِم ْن ُم ْن ك ََر ا‬
ِ َ‫ت األ َ ْخ ال‬

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’
[artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa
nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

Doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya,

َ‫س ي ِئ َ َه ا إِالَّ أ َ ْن ت‬
َ ‫ع ن ِى‬
َ ‫ف‬ ْ َ‫سي ِئ َ َه ا الَ ي‬
ُ ‫ص ِر‬ َ ‫ع نِى‬
َ ‫ف‬ ْ ‫س نِ َه ا إِالَّ أ َ ْنتَ َوا‬
ْ ‫ص ِر‬ َ ‫ق الَ يَ ْه دِى أل َ ْح‬ َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْه ِد نِى أل َ ْح‬
ِ َ‫س ِن األ َ ْخ ال‬

“Allahummahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li-ahsanihaa illa anta, washrif


‘anni sayyi-ahaa, laa yashrif ‘anni sayyi-ahaa illa anta [artinya: Ya Allah,
tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya
kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang
memalinggkannya kecuali Engkau].” (HR. Muslim no. 771, dari ‘Ali bin Abi
Tholib)

‫أسأل هللا أن يزرقنا األدب وحسن الخلق‬


Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar mengaruniakan pada kami adab dan
akhlak yang mulia.

Anda mungkin juga menyukai