Anda di halaman 1dari 11

Halaqah 21 | Penjelasan Pembatal

Keislaman Ke Sembilan Bagian 1


🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Kitab Nawaqidhul Islam

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke dua puluh satu dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Berkata Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah,

‫التَّا ِس ُع‬:
‫ع النَّبِ ِّي ﷺ‬ َ ‫ َم ِن ا ْعتَقَ َد َأ َّن بَع‬،
ِ َّ‫ْض الن‬
ُ ‫اس اَل يَ ِجبُ َعلَ ْي ِه اتِّبَا‬
‫َوَأنَّهُ يَ َس ُعهُ ال ُخرُو ُج ع َْن َش ِري َع ِة ُم َح َّم ٍد ﷺ‬
‫ض ُر ال ُخرُو َج ع َْن َش ِري َع ِة ُمو َسى َعلَي ِه ال َّساَل ُم‬ ِ ‫َك َما َو ِس َع ال َخ‬
‫فَهُ َو َكافِ ٌر‬

“Yang ke sembilan, barangsiapa yang meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib
mengikuti Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan bahwa dia boleh keluar dari syari’at Nabi
shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Nabi Khadhir keluar dari syari’at Nabi Musa
‘alaihissalam, maka dia kafir.”

Wajib bagi seluruh manusia semenjak diutusnya Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam
untuk beriman kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti risalah Beliau,
karena Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah untuk seluruh manusia, baik
orang Arab maupun selain orang Arab, baik ahlul kitab, orang-orang musyrikin, maupun
pengikut Nabi sebelumnya.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

َ ‫) َو َم ۤا َأ ۡر َس ۡلنَ ٰـ‬
( َ‫ك ِإاَّل َر ۡح َم ࣰة لِّ ۡل َع ٰـلَ ِمین‬

[Surat Al-Anbiya’ 107]

“Dan tidaklah kami mengutusmu Wahai Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi seluruh
alam.”

Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

‫قُ ۡل یَ ٰۤـَأ ُّیهَا ٱلنَّاسُ ِإنِّی َرسُو ُل ٱهَّلل ِ ِإلَ ۡی ُكمۡ َج ِمیعًا‬

[Surat Al-A’raf 158]


“Katakanlah wahai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah untuk kalian semuanya.”

Dan ini adalah keistimewaan Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Adapun para Nabi
sebelumnya, maka mereka diutus untuk kaumnya saja.

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ً‫اس عَا َّمة‬ ُ ‫صةً َوب ُِع ْث‬


ِ َّ‫ت ِإلَى الن‬ ُ ‫َو َكانَ النَّبِ ُّي يُ ْب َع‬
َّ ‫ث ِإلَى قَوْ ِم ِه خَا‬

“Dahulu seorang Nabi diutus kepada kaumnya secara khusus dan aku diutus ke seluruh
manusia.” [Muttafaqun ‘Alaihi]

Nabi Musa ‘alaihissalam diutus kepada Bani Israil. Nabi Isa ‘alaihissalam diutus
kepada Bani Israil. Nabi Shalih ‘alaihissalam diutus kepada Tsamud. Nabi Hud kepada
‘Aad. Nabi Syu’aib diutus kepada Madyan. Nabi Nuh diutus kepada kaumnya.

Apabila ada seorang Yahudi yang mengaku beriman dengan Nabi Musa atau seorang Nasrani
yang mengaku beriman kepada Nabi Isa, mendengar tentang kedatangan Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia wajib mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa
sallam. Apabila dia meninggal dan tidak beriman dengan Beliau, maka dia meninggal dalam
keadaan kufur.

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ُ ‫وت َولَ ْم يُْؤ ِم ْن بِالَّ ِذي ُأرْ ِس ْل‬
ِ ‫ت بِ ِه ِإاَّل َكانَ ِم ْن َأصْ َحا‬ ٌّ ‫اَل يَ ْس َم ُع بِي َأ َح ٌد ِم ْن هَ ِذ ِه اُأْل َّم ِة يَهُو ِد‬
ُ ‫ي َواَل نَصْ َرانِ ٌّي ثُ َّم يَ ُم‬

“Tidaklah mendengar kedatanganku, seseorang diantara umat ini, baik seorang Yahudi
maupun Nasrani, kemudian dia meninggal dunia dan tidak beriman dengan apa yang aku
bawa, kecuali dia adalah termasuk penghuni neraka.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh
Imam Muslim]

Bahkan bukan hanya itu. Seandainya sekarang ada seorang Nabi yang masih hidup, maka
diwajibkan bagi Nabi tersebut untuk mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Tidak boleh Nabi tersebut melaksanakan syari’atnya sendiri.

Allah Subhānahu wa Ta’āla telah mengambil perjanjian dari para Nabi dan mewajibkan
mereka untuk mengikuti, beriman, dan menolong Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam
apabila menemui Beliau.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

( ۡ‫ال َءَأ ۡق َر ۡرتُم‬ ُ ‫ص ِّد ࣱق لِّ َما َم َع ُكمۡ لَتُ ۡؤ ِمنُ َّن بِ ِهۦ َولَتَن‬
َ َ‫ص ُرنَّ ۚۥهُ ق‬ َ ‫ق ٱلنَّبِیِّـۧنَ لَ َم ۤا َءات َۡیتُ ُكم ِّمن ِكتَ ٰـ ࣲب َو ِح ۡك َم ࣲة ثُ َّم َج ۤا َء ُكمۡ َرسُو ࣱل ُّم‬ َ ‫وَِإ ۡذ َأ َخ َذ ٱهَّلل ُ ِمیثَ ٰـ‬
َّ ُ ۠ ‫َأ‬ ۟ ۡ ۚ ۡ ‫َأ‬ ۟
َ‫ص ِر ۖی قَال ۤوا ق َر ۡرنَا قَا َل فَٱشهَدُوا َو نَا َم َعكم ِّمنَ ٱلش ٰـ ِه ِدین‬ُ ۡ ‫)وَأخ َۡذتُمۡ َعلَ ٰى َذالِكم ِإ‬
ُ َ

َ ‫ك فَُأ ۟ولَ ٰۤـ ِٕى‬


( َ‫ك هُ ُم ۡٱلفَ ٰـ ِسقُون‬ َ ِ‫)فَ َمن تَ َولَّ ٰى بَ ۡع َد َذ ال‬

[Surat Ali Imran 81-82]

“Ketika Allah Subhānahu wa Ta’āla mengambil perjanjian dari para Nabi, ‘Seandainya Aku
memberikan kepada kalian kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rasul
yang membenarkan apa yang kalian bawa, maka kalian harus beriman dengan Rasul tersebut
dan kalian harus menolongnya.’

Kemudian Allah berkata, ‘Apakah kalian mengakui perjanjian ini dan mengambil perjanjian
ini?’ Mereka mengatakan, ‘Kami berikrar.’

Allah berkata, ‘Maka saksikanlah, dan Aku bersama kalian, termasuk yang bersaksi.’ Maka
barangsiapa yang berpaling dari perjanjian ini, maka mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Di dalam sebuah hadits, suatu saat Umar bin Khatab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu membaca
sebuah kitab yang beliau dapatkan dari ahlul kitab. Maka Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa
sallam marah dan berkata, “Apakah engkau bingung wahai anak Al Khatab?”

Kemudian Beliau berkata,

‫َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه لَوْ َأ َّن ُمو َسى َكانَ َحيًّا َما َو ِس َعهُ ِإاَّل َأ ْن يَتَّبِ َعنِي‬

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam sekarang ini
hidup, niscaya dia tidak boleh kecuali harus mengikuti diriku.” [HR Imam Ahmad dan
dihasankan oleh Syeikh Al Albani Rahimahullah]

Oleh karena itu, di akhir zaman ketika Nabi Isa ‘alaihissalam turun ke dunia, maka beliau
akan turun sebagai salah satu diantara umat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
mengikuti syar’iat Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan tidak berhukum dengan Injil.

Nawaqidhul Islam | Halaqah 22 ~ Pembatal Keislaman


Kesembilan Bagian 2
31/08/2021Materi HSI

📘 Silsilah Nawaqidhul Islam


🔊Halaqah 22 ~ Pembatal Keislaman Kesembilan Bagian 2
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke dua puluh dua dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Risalah Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah umum untuk seluruh manusia dan
jin. Apabila ada jin yang mendengar kedatangan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
maka mereka wajib untuk mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada
alasan bagi mereka untuk tidak mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Allah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa ada sebagian jin yang datang kepada
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan mendengar Al Qur’an dari Beliau.
Allah berfirman,
ۖ ۟ ُ ‫َ ُ ۤ ۟ َأ‬
( َ‫ض َی َولَّ ۡو ۟ا ِإلَ ٰى قَ ۡو ِم ِهم ُّمن ِذ ِرین‬
ِ ُ‫وا فَلَ َّما ق‬ ‫صت‬
ِ ‫ضرُوهُ قالوا ن‬ َ ‫ص َر ۡفن َۤا ِإلَ ۡی‬
َ ‫ك نَفَ ࣰرا ِّمنَ ۡٱل ِجنِّ یَ ۡستَ ِمعُونَ ۡٱلقُ ۡر َءانَ فَلَ َّما َح‬ َ ‫)وَِإ ۡذ‬

[Surat Al-Ahqaf 29]

“Dan ketika kami palingkan kepadamu serombongan dari jin yang mereka mendengar Al
Qur’an yang engkau baca. Ketika mereka menghadirinya, mereka mengatakan ‘Hendaklah
kalian diam.’ Ketika Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam selesai membaca Al Qur’an
tersebut, maka jin-jin tersebut pergi kepada kaum mereka dalam keadaan memberikan
peringatan.”

ِّ ‫ص ِّد ࣰقا لِّ َما بَ ۡینَ یَد َۡی ِه یَ ۡه ِد ۤی ِإلَى ۡٱل َح‬ ‫ُأ‬ ۤ ۟
(‫ق َوِإلَ ٰى طَ ِری ࣲق ُّم ۡستَقِی ࣲم‬ ِ ‫)قَالُوا یَ ٰـقَ ۡو َمنَا ِإنَّا َس ِم ۡعنَا ِكتَ ٰـبًا‬
َ ‫نز َل ِم ۢن بَ ۡع ِد ُمو َس ٰى ُم‬

[Surat Al-Ahqaf 30]

“Mereka berkata, ‘Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar sebuah kitab
yang diturunkan setelah Musa yang membenarkan apa yang sebelumnya, yang memberikan
petunjuk kepada kebenaran, dan memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Para jin tersebut, mereka mengetahui bahwa Al Qur’an apabila dipelajari dan diamalkan,
akan membimbing seseorang kepada jalan yang lurus.

Kemudian mereka mengatakan,


۟ ُ‫ُوا دَا ِعی ٱهَّلل ِ َو َءا ِمن‬
ٍ ‫وا بِِۦه یَ ۡغفِ ۡر لَ ُكم ِّمن ُذنُوبِ ُكمۡ َوی ُِج ۡر ُكم ِّم ۡن َع َذا‬
(‫ب َألِی ࣲم‬ ۟ ‫)یَ ٰـقَ ۡومن َۤا َأ ِجیب‬
َ َ

[Surat Al-Ahqaf 31]

“Wahai kaum kami, hendaklah kalian menjawab penyeru dari Allah (Rasulullah shallallāhu
‘alaihi wa sallam) dan hendaklah kalian beriman dengan Beliau, niscaya Allah mengampuni
dosa kalian dan akan menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih.”

Ini menunjukkan kepada kita tentang kewajiban jin untuk beriman dengan Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan beribadah kepada Allah dengan syari’at Beliau shallallāhu
‘alaihi wa sallam.

Setelah ini semua, apabila ada seseorang di zaman sekarang meyakini bahwa sebagian
manusia boleh untuk tidak mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, boleh untuk
tidak beriman dengan Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, boleh untuk keluar dari syari’at
Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia telah keluar dari agama Islam.

Kenapa demikian?

Karena dia telah mendustakan kabar Allah dan karena dia telah mendustakan kabar
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Masuk di dalam golongan ini sebagian manusia yang mengaku telah mencapai derajat
tertentu di dalam agama, maka dia sudah tidak terikat dengan perintah dan larangan, boleh
baginya tidak sholat lima waktu, tidak puasa Ramadhan, meminum minuman keras, berzina,
dll. Dan mereka mengatakan bahwasanya syari’at hanyalah untuk orang-orang yang memiliki
derajat yang rendah di dalam agama.

Barangsiapa yang meyakini keyakinan ini, maka dia telah keluar dari agama Islam.

Seharusnya seorang muslim semakin mengenal Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya,


maka semakin rajin beribadah kepada Allah.

Orang yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling takut kepada Allah.

Allah Subhānahu wa Ta’āla memuji para ulama karena mereka mengenal Allah dan
mengenal agamanya.
ۗ۟ ۤ َ ۡ
‫ُؤا‬ ‫ِإنَّ َما یَ ۡخ َشى ٱهَّلل َ ِم ۡن ِعبَا ِد ِه ٱل ُعل َم ٰـ‬

[Surat Fatir 28]

“Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah para
ulama.”

Di dalam hadits, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Beliau adalah
orang yang paling mengenal Allah. [HR Al Bukhari]

Dan Beliau juga mengabarkan bahwa Beliau adalah orang yang paling bertakwa dan paling
takut kepada Allah. [HR Muslim]

Disebutkan di dalam hadits bahwa Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam sholat malam sampai
kaki Beliau pecah-pecah. Kemudian Beliau ditanya tentang perkara ini, maka Beliau
mengatakan,

‫َأفَالَ أ ُكونَ عبْداً ش ُكوراً؟‬

“Bukankah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?” [HR Bukhari dan Muslim]

Seseorang semakin mengenal Allah, semakin mengenal agamanya, harusnya semakin takut
kepada Allah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya,
bukan semakin jauh dari Allah.

Kemudian Syeikh mengatakan,

‫ض ُر ال ُخرُو َج ع َْن َش ِري َع ِة ُمو َسى َعلَي ِه ال َّساَل ُم‬


ِ ‫َك َما َو ِس َع ال َخ‬

‫فَه َُو َكافِ ٌر‬

“Sebagaimana Nabi Khadhir boleh keluar dari syari’at Nabi Musa, maka dia telah kafir.”

Maksudnya adalah kisah yang Allah sebutkan di dalam surat Al Kahfi, yang ringkasnya
bahwa Nabi Khadhir tidak mengikuti syar’iat Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Khadhir
merusak sebagian kapal orang-orang miskin, membunuh seorang anak kecil yang tidak
berdosa, kemudian ketika keduanya (Nabi Musa dan Nabi Khadhir) mampir ke sebuah desa
dan penduduknya tidak menghormati beliau berdua, tidak menjamu beliau berdua, maka Nabi
Khadhir ‘alaihissalam justru memperbaiki sebuah dinding yang sudah hampir roboh.

Maka kita katakan ini adalah sebuah alasan yang tidak benar dan alasan yang bathil, karena
Nabi Khadhir ‘alaihissalam bukan termasuk Bani Israil. Sedangkan Nabi Musa ‘alaihissalam
hanya diutus kepada Bani Israil.

Halaqah 23 | Penjelasan Pembatal Keislaman Ke Sepuluh


🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Kitab Nawaqidhul Islam

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke dua puluh tiga dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Berkata Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah,

‫اش ُر‬
ِ ‫ال َع‬:
َّ
‫اِإل ْع َراضُ ع َْن ِدي ِن هللاِ تعالى اَل يَتَ َعل ُمهُ َواَل يَ ْع َم ُل بِ ِه‬
‫َوال َّدلِي ُل قَوْ لُهُ تَ َعالَى‬
ۚ ۤ
ۡ ۡ َّ
( َ‫ض عَنهَا ِإنا ِمنَ ٱل ُمج ِر ِمینَ ُمنتَقِ ُمون‬ۡ ۡ ‫َأ‬ ُ
َ ‫ت َربِِّۦه ث َّم ع َر‬ ِ ‫)و َم ۡن َأ ۡظلَ ُم ِم َّمن ُذك َر بِـَٔایَ ٰـ‬
ِّ َ

“Yang ke sepuluh adalah berpaling dari agama Allah. Tidak mempelajarinya dan tidak
mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya “Dan siapa yang lebih dzalim
daripada orang-orang yang diingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya kemudian dia berpaling
dari ayat-ayat Allah. Sesungguhnya kami akan mengadzab orang-orang yang mujrimin.”
[As Sajdah 22]”

Yang dimaksud dengan orang-orang yang mujrim adalah orang-orang yang kufur dan
berpaling dari ayat-ayat Allah.

Seseorang apabila dia sungguh-sungguh dalam bersyahadat, sungguh-sungguh secara dhohir


dan batin dan mengatakan,

‫َأ ْشهَ ُد َأ ّن اَّل ِإ ٰلَهَ ِإإَّل هللا وَأ ْشهَ ُد ان محمداً رسول هللا‬

“Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah” maka persaksian tersebut akan
menggerakkan dia untuk mempelajari makna dua kalimat syahadat tersebut.

Syahadat yang pertama:

Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan diibadahi kecuali
Allah.
Maka dia harus mengetahui makna ibadah, macam-macamnya, supaya dia menyerahkan
seluruh ibadah tadi hanya kepada Allah.

Dan juga harus mempelajari macam-macam kesyirikan, supaya tidak terjerumus ke dalam
kesyirikan yang merupakan perkara yang bertentangan dengan ‫ال إله إال هللا‬

Orang yang mengatakan,

‫َأ ْشهَ ُد ان محمداً رسول هللا‬

Apabila dia yakin dan percaya bahwasanya Muhammad adalah seorang utusan Allah, maka
yang namanya utusan pasti membawa sesuatu dari yang mengutus, sehingga dia harus
mempelajari apa yang Beliau bawa dari Allah dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
membuahkan amalan.

Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬

“Menuntut ilmu itu adalah wajib atas setiap muslim.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh
Ibnu Majah]

Dan ilmu yang dimaksud di dalam Al Qur’an dan juga Sunnah adalah ilmu yang bermanfaat,
yaitu ilmu yang diamalkan oleh orang yang memilikinya. Bukan hanya sekedar pengetahuan.

Orang yang berilmu dan dia tidak mengamalkan ilmunya, maka dia seperti orang-
orang Yahudi.

Dan orang yang beramal tanpa berdasarkan ilmu, maka ini seperti orang-orang
Nasrani.

Ucapan Syeikh,

‫اَل يَتَ َعلَّ ُمهُ َواَل يَ ْع َم ُل بِ ِه‬

“Tidak mau mempelajari agama Allah dan tidak mau mengamalkan agama Allah.”

Berpaling, maksudnya adalah tidak mau mempelajari Islam, tidak peduli dengan agamanya,
tidak mau mempelajari akidah, mempelajari tauhid, hal-hal yang diwajibkan di dalam agama
Islam.

‫َواَل يَ ْع َم ُل بِ ِه‬

“Dan dia tidak mengamalkannya.”

Tidak mau mengamalkan apa yang ada di dalam agama Islam sama sekali. Maka orang yang
perbuatannya demikian, dia telah keluar dari agama Islam.
Seandainya persaksian dia jujur secara dhohir dan batin, tentunya dia akan mempelajari
agama Allah sesuai dengan kemampuan dia dan akan mengamalkan agama Allah sesuai
dengan kemampuan dia.

Beliau mendatangkan firman Allah,


ۚ
( َ‫ض ع َۡنهَ ۤا ِإنَّا ِمنَ ۡٱل ُم ۡج ِر ِمینَ ُمنتَقِ ُمون‬ ِ ‫)و َم ۡن َأ ۡظلَ ُم ِم َّمن ُذ ِّك َر بِـَٔایَ ٰـ‬
َ ‫ت َربِِّۦه ثُ َّم َأ ۡع َر‬ َ

[Surat As-Sajdah 22]

“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang diingatkan dengan ayat-ayat
Allah (diingatkan dengan Al Qur’an, diingatkan dengan hadits) kemudian dia berpaling dari
ayat-ayat Allah. Sesungguhnya kami akan mengadzab orang-orang yang mujrimin. [As
Sajdah 22]”

Al Mujrimun di dalam ayat ini adalah orang-orang kafir.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman di dalam ayat yang lain,


۟ ‫ُوا َع َّم ۤا ُأن ِذر‬
َ‫ُوا ُم ۡع ِرضُون‬ ۟ ‫َوٱلَّ ِذینَ َكفَر‬

[Surat Al-Ahqaf 3]

“Dan orang-orang yang kafir, mereka berpaling dari apa yang diingatkan kepada mereka.”
Diingatkan dengan ayat-ayat Allah,diingatkan dengan hari akhir,diingatkan tentang
kebenaran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,tetapi mereka berpaling dari agama
Allah.tidak mau mempelajarinya,tidak mau beriman dengan nya.

Di dalam ayat yang lain, Allah Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman,

( َ‫ُوا ٱهَّلل َ َوٱل َّرسُو ۖ َل فَِإن تَ َولَّ ۡو ۟ا فَِإ َّن ٱهَّلل َ اَل یُ ِحبُّ ۡٱل َك ٰـفِ ِرین‬
۟ ‫)قُ ۡل َأ ِطیع‬

[Surat Ali Imran 32]

“Katakanlah, hendaklah kalian taat kepada Allah dan juga Rasul. Apabila kalian berpaling,
maka sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang kafir.

Halaqah 24 | Penjelasan Penutup Kitab Pembatal


Keislaman Bagian 1
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Kitab Nawaqidhul Islam

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke dua puluh empat dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Berkata Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah,

‫ف ِإاَّل ال ُم ْك َره‬
ِ ‫از ِل َوال َجا ِّد َوالخَاِئ‬ ِ ِ‫يع هَ ِذ ِه النَّ َواق‬
ِ َ‫ض بَ ْينَ اله‬ َ ْ‫واَل فَر‬.
ِ ‫ق فِي َج ِم‬ َ

“Tidak ada bedanya di dalam pembatal-pembatal keislaman yang sepuluh ini antara
orang yang bercanda, orang yang bersungguh-sungguh, dan orang yang takut, kecuali
orang yang dipaksa.”

Telah berlalu penyebutan kisah orang munafik yang mengejek Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya. Dan dia menyebutkan bahwa ejekan dia dilakukan karena
permainan saja. Namun ternyata yang demikian tidak bermanfaat dan dia tidak diberikan
udzur.

Kalau yang bercanda saja dan main-main saja, dia keluar dari agama Islam, lalu bagaimana
dengan orang yang sungguh-sungguh dan serius.

Orang yang ditimpa rasa takut dan kekhawatiran tapi tidak sampai keadaan dipaksa, tidak
sampai diancam akan dibunuh atau disiksa, kemudian dia melakukan salah satu diantara
pembatal keislaman, maka dia telah keluar dari agama Islam.

Seperti misalnya, seseorang yang mengaku sebagai seorang muslim, dia ikut mengejek Allah
karena takut atasannya yang kafir padahal tidak ada paksaan.

Kemudian beliau mengatakan (rahimahullah),

‫ِإاَّل ال ُم ْك َره‬

“Kecuali orang yang terpaksa.”

Apabila dalam keadaan terpaksa, seseorang jika tidak mengucapkan ucapan yang kufur atau
melakukan amalan yang kufur, maka dia akan dibunuh, akan disiksa dengan siksaan yang
berat, kemudian dia mengucapkan ucapan yang kufur atau perbuatan yang kufur, maka dia
tidak kafir. Tetapi disyaratkan hatinya harus dalam keadaan tenang dengan keimanan.
Beriman kepada Allah, beriman kepada Rasul, dengan ayat-ayat-Nya.

Orang kafir bisa memaksa lisan dan juga amalan seseorang. Tetapi orang kafir tidak bisa
memaksa hati. Allah Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

( ۡ‫ض ࣱب ِّمنَ ٱهَّلل ِ َولَهُم‬ َ ‫َمن َكفَ َر بِٱهَّلل ِ ِم ۢن بَ ۡع ِد ِإی َم ٰـنِ ِۤۦه ِإاَّل َم ۡن ُأ ۡك ِرهَ َوقَ ۡلبُ ۥهُ ُم ۡط َم ِٕى ۢ ُّن بِٱِإۡل ی َم ٰـ ِن َولَ ٰـ ِكن َّمن َش َر َح بِ ۡٱل ُك ۡف ِر‬
َ ‫ص ۡد ࣰرا فَ َعلَ ۡی ِهمۡ َغ‬
ِ ‫) َع َذابٌ ع‬
‫َظی ࣱم‬

[Surat An-Nahl 106]

“Barangsiapa yang kufur setelah keimanannya, kecuali orang yang dipaksa sedangkan
hatinya dalam keadaan tenang dengan keimanan. Akan tetapi orang yang lapang dadanya
dengan kekufuran, maka mereka mendapatkan kemarahan dari Allah dan mereka
mendapatkan adzab yang besar.”
Ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir dipaksa oleh orang-orang musyrikin untuk mencela
Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dan kita tahu bagaimana ujian besar yang menimpa
keluarga Yasir.

Yasir (bapak beliau) dan Sumayyah (ibu beliau) telah mati syahid terlebih dahulu di tangan
orang-orang musyrikin. Ammar bin Yasir pun mengucapkan ucapan yang kufur. Kemudian
dalam keadaan menangis dan menyesal, beliau mendatangi Nabi shallallāhu ‘alaihi wa
sallam. Maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimana engkau mendapatkan
hatimu?”

Beliau berkata, “Hatiku tenang dengan keimanan.”

Maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kalau mereka kembali (untuk
memaksamu), maka kembalilah (lakukan seperti yang kamu lakukan sebelumnya).”

Halaqah 25 | Penjelasan Penutup Kitab Pembatal Keislaman


Bagian 2
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Kitab Nawaqidhul Islam

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke dua puluh lima dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Beliau berkata,

‫ َوَأ ْكثَ ِر َما يَ ُكونُ ُوقُوعًا‬،‫ظ ِم َما يَ ُكونُ خَ طَرًا‬ َ ‫و ُكلُّهَا ِم ْن َأ ْع‬، َ
‫فَيَ ْنبَ ِغي لِ ْل ُم ْسلِ ِم َأ ْن يَحْ َذ َرهَا َويَ َخافَ ِم ْنهَا َعلَى نَ ْف ِس ِه‬
‫ َوَألِ ِيم ِعقَابِ ِه‬،‫ضبِ ِه‬
َ ‫ت َغ‬ ِ ‫نَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُم‬
ِ ‫وجبَا‬

“Dan semuanya ini termasuk yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi. Maka
sepantasnya seorang muslim waspada dan takut terjadi atas dirinya sendiri. Kita
berlindung kepada Allah dari perkara-perkara yang menyebabkan kemarahan-Nya dan kita
berlindung kepada Allah dari pedihnya siksaan-Nya.”

Ini menunjukkan bahwa di sana masih ada perkara-perkara yang lain yang tidak beliau
sebutkan di sini.

Ucapan beliau,

‫فَيَ ْنبَ ِغي لِ ْل ُم ْسلِ ِم َأ ْن يَحْ َذ َرهَا َويَ َخافَ ِم ْنهَا َعلَى نَ ْف ِس ِه‬

“Maka wajib bagi seorang muslim untuk waspada dan takut dia terjatuh di dalam perkara-
perkara tersebut.
Diantara bentuk kewaspadaan kita dan ketakutan kita adalah:

1. Berdo’a dan berlindung kepada Allah dari seluruh pembatal keislaman.


2. Mempelajari agama Allah, dimulai dari masalah akidah.
3. Mengamalkan apa yang sudah dipelajari.

Beliau rahimahullah mengatakan,

‫ َوَألِ ِيم ِعقَابِ ِه‬،‫ضبِ ِه‬


َ ‫ت َغ‬ ِ ‫نَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُم‬
ِ ‫وجبَا‬

“Kami berlindung kepada Allah dari segala hal yang menjadikan kemarahan Allah dan kami
berlindung dari pedihnya siksaan Allah.”

Ini adalah do’a terbaik dari pengarang rahimahullah. Beliau mendo’akan untuk beliau sendiri
dan mendo’akan setiap orang yang membaca buku beliau ini. Berlindung kepada Allah dari
segala hal yang menjadikan amarah Allah.

Kemudian beliau mengatakan,

‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬
َ ‫َو‬

“Dan shalawat Allah serta salam-Nya atas Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para
sahabatnya.”

Menggabungkan di dalam kalimat terakhir ini, antara shalawat dan salam, karena Allah
Subhānahu wa Ta’āla memerintahkan kita untuk melakukan shalawat dan salam seperti
dalam firman Allah,
۟ ‫وا َعلَ ۡی ِه َو َسلِّ ُم‬
(‫وا ت َۡسلِی ًما‬ ۟ ُّ‫صل‬ ۟ ُ‫ُصلُّونَ َعلَى ٱلنَّب ۚ ِّی یَ ٰۤـَأ ُّیهَا ٱلَّ ِذینَ َءامن‬
َ ‫وا‬ َ ‫)ِإ َّن ٱهَّلل َ َو َملَ ٰۤـ ِٕى َكتَهۥُ ی‬
َ ِ

[Surat Al-Ahzab 56]

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat atas Nabi. Wahai orang-orang
yang beriman, hendaklah kalian bersholawat atas Beliau dan ucapkanlah salam dengan
sebenarnya.”

Dengan demikian kita sudah menyelesaikan kitab yang mulia ini, kitab yang sangat
bermanfaat, yaitu Nawaqidul Islam, yang berisi tentang 10 perkara yang paling besar yang
bisa membatalkan keislaman seseorang.

Semoga Allah Subhānahu wa Ta’āla memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan menjadikan
ilmu yang kita dapatkan adalah ilmu yang diamalkan.

Anda mungkin juga menyukai