Anda di halaman 1dari 3

KHUTBAH JUMAT

ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللا‬،‫صحْ بِ ِه َوتَابِ ِع ْي ِه َعلَى َم ِّر ال َّز َما ِن‬
َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬، َ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد َولَ ِد َع ْدنَان‬ ِ ِ‫الح ْم ُد هللِ ْال َمل‬
ِ ‫ك ال َّدي‬
َّ ‫ َوال‬،‫َّان‬ َ

،ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ الَّ ِذيْ َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آنَ َأ َّما بَ ْعد‬،‫ان َو ْال َمكَا ِن‬
ِ ‫ك لَهُ ْال ُمنَـ َّزهُ ع َِن ْال ِج ْس ِميَّ ِة َو ْال ِجهَ ِة َوال َّز َم‬ ِ ‫َوحْ َدهُ اَل ش‬
َ ‫َر ْي‬

َ ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اجْ تَنِبُوْ ا َكثِ ْيرًا ِّمنَ الظَّ ۖنِّ اِ َّن بَع‬:‫آن‬
‫ْض الظَّنِّ اِ ْث ٌم‬ ِ ْ‫ ْالقَاِئ ِل فِي ِكتَابِ ِه ْالقُر‬،‫ان‬ ِ ْ‫ فَإنِّي ُأو‬،‫ِعبَا َد الرَّحْ مٰ ِن‬
ِ َّ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ ال َمن‬

)١٢ :‫َر ْهتُ ُموْ ۗهُ َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ تَوَّابٌ َّر ِح ْي ٌم (الحجرات‬ ‫ْأ‬ ۗ ُ ‫َّواَل ت ََج َّسسُوْ ا َواَل يَ ْغتَبْ بَّ ْع‬
ِ ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا اَي ُِحبُّ اَ َح ُد ُك ْم اَ ْن يَّ ُك َل لَحْ َم اَ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَك‬

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah


Mari kita memuji Allah subhanahu wata’ala serta bersyukur kepada-Nya. Karena
dengan limpahan nikmat sehat karunia dari-Nya, kita dapat menunaikan ibadah shalat Jumat
secara berjamaah. Sebab, mungkin saat ini masih ada saudara-saudara kita yang sakit,
sehingga tidak dapat menunaikan ibadah shalat Jumat.
Shalawat dan salam mudah-mudahan terlimpahkan kepada Nabiyullah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita harapkan syafaatnya di yaumil qiyamah kelak.

Pada hari yang penuh dengan berkah ini, khatib Kembali berwasiat: mari kita
bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan selalu dzikrul maut, mengingat mati.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan dalam sabdanya,
َ‫ت يَ ْعنِي ْال َموْ ت‬
ِ ‫َأ ْكثِرُوا ِذ ْك َر هَا ِذ ِم اللَّ َّذا‬
“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. At-
Tirmidzi No. 2229)
Kematian itu pasti datang. Adapun kematian adalah terpisahnya ruh dari raga. Setiap orang
pasti mengalami kematian. Seperti tertulis dalam firman Allah subhanahu wata’ala,
ِ ۗ ْ‫س َذ ۤا ِٕىقَةُ ْال َمو‬
‫ت‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)

Sungguh, kehidupan ini hanyalah sekumpulan hari. Kita hidup, bergerak, bernafas, dan
beraktivitas hingga malaikat maut menjemput. Semua aktivitas akan berhenti ketika nyawa
telah dicabut dari dalam tubuh.
Kematian itu pasti.
Terkadang manusia tak sadar dan menutup mata tentang kematian. Padahal semua
juga tahu, kematian datang tak memandang usia, tak memandang laki-laki ataupun wanita,
sehat atau sakit, besar atau kecil, kaya atau miskin, rakyat atau pejabat. Kematian tak
memandang itu semua!
Saat kematian datang, takkan ada yang mampu menolaknya. Sekalipun tubuh berada
di ujung gedung pencakar langit, atau di puncak gunung yang tinggi, di ruang tertutup atau di
alam bebas, takkan ada yang dapat mencegahnya. Sayangnya manusia malah berpanjang
angan-angan. Seolah-olah jauh dari kematian. Padahal, 15 abad yang lalu Rasulullah pernah
mengingatkan,
‫صغَارًا ِإلَى هَ َذا الَّ ِذي فِي ْال َو َس ِط ِم ْن‬
ِ ‫ارجًا ِم ْنهُ َوخَ طَّ ُخطَطًا‬ ًّ ًّ
ِ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخطا ُم َربَّعًا َو َخطَّ خَ طا فِي ْال َو َس ِط خ‬
َ ‫خَ طَّ النَّبِ ُّي‬

ِّ ‫ار ٌج َأ َملُهُ َوهَ ِذ ِه ْال ُخطَطُ ال‬


‫صغَا ُر‬ ِ َ‫َجانِبِ ِه الَّ ِذي فِي ْال َو َس ِط َوقَا َل هَ َذا اِإْل ْن َسانُ َوهَ َذا َأ َجلُهُ ُم ِحيطٌ بِ ِه َأوْ قَ ْد َأ َحاطَ بِ ِه َوهَ َذا الَّ ِذي هُ َو خ‬

‫اَأْل ْع َراضُ فَِإ ْن َأ ْخطََأهُ هَ َذا نَهَ َشهُ هَ َذا َوِإ ْن َأ ْخطََأهُ هَ َذا نَهَ َشهُ هَ َذا‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan
menggaris tengah di persegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut,
serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut.”
Lalu beliau bersabda: ‘Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah
mengitarinya atau yang mengelilinginya dan yang di luar ini adalah angan-angannya,
sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya, jika ia berbuat salah, maka ia
akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainya.” (HR. Al-
Bukhari No. 5938)

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah


Lalu datanglah awal kematian yang sangat dahsyat, yakni sakaratul maut! Saat-saat
kritis nyawa akan tercabut yang patut kita renungkan sebagai introspeksi diri.
َ ِ‫ق ٰۗذل‬
‫ك َما ُك ْنتَ ِم ْنهُ تَ ِح ْي ُد‬ ِّ ‫ت بِ ْال َح‬ ْ ‫َو َج ۤا َء‬
ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu
hindari. “ (Qs. Qaf : 19)
Imam ath-Thabari berkata, “Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan
himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya.
Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin
dan mengetahuinya.”
Ada yang berpendapat al-Haq adalah hakikat keimanan, sehingga maknanya menjadi
telah tiba sakratulmaut dengan wujud kematian.” (Jami’u al-Bayan Fi Tafsiri al-Quran, ath-
Thabari, 26/100–101)

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah


Ketika sakaratul maut berlalu, kemudian mayit dibawa ke pemakaman. Marikita
merenung sejenak. Siapa kawan kita di alam kubur? Barangkali kita memiliki teman di akun
WhatsApp lima ratus pertemanan. Kawan di kontak hape seribu orang. Kawan di kampung
seratus orang. Kawan di masa sulit satu atau dua orang, lalu berapa kawan yang mengiringi
jenazah kita? Mungkin hanya keluarga dan tetangga kita saja. Selanjutnya berapa teman di
alam kubur? Tidak ada! Hanya kita sendirian. Kawan kita adalah amal saleh kita sendiri.
Sungguh Allah telah berfirman
, َ‫فَا ِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬
“Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat
pun.” (QS. An-Nahl: 61)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Maka yang bisa kita lakukan hanya mempersiapkan bekal yang akan kita bawa untuk
menghadapi kematian dan alam setelahnya. Saudaraku sekalian, kematian itu pasti
menghampiri. Terkadang dengan mengingat kematian, kita bisa menjadi pribadi yang lebih
baik. Mari renungkan kembali. Kesempatan hidup hanya sekali. Mari, mari pergunakan
kesempatan ini untuk ibadah dan melakukan aktivitas yang berfaedah. Apabila tiba saatnya
kematian datang, tak ada kesempatan lagi untuk kembali ke dunia untuk mengulang
kehidupan. Yang tersisa tinggallah penyesalan, bagi mereka yang miskin perbekalan. Semoga
kita semua termasuk golongan orang-orang yang husnul khotimah. Amiin..
ِ ‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم* ِإنَّهُ هُ َو التَّوَّابُ الر‬
‫َّحي ِْم * قَا َل تَ َعالَى َوه َُو‬ ِ ‫با َركَ هللاُ ِلي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم* َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ ْااآليَا‬
‫فَا ِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل‬, ‫ق ْالقاِئلِ ْينَ * َأ ُعـوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم* بِس ِْـم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬
ُ ‫َأصْ َد‬
َ‫يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬

َ‫َوقُلْ َربِّ ْاغفِرْ َوارْ َح ْم َوَأ ْنتَ خَ ْي ُر ال َّر ِح ِم ْين‬

Anda mungkin juga menyukai