Anda di halaman 1dari 6

MENGINGAT MAUT

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al Atsari

Jika Anda pernah mendengar kisah mengenai orang-orang yang hidup kekal di dunia ini,
sesungguhnya itu hanya dongeng yang batil. Sebagian orang beranggapan ada orang-orang yang
hidup kekal di dunia ini, seperti Khidhir Alaihissallam, Dzulqarnain atau lainnya. Keyakinan
seperti ini tidak dikenal dalam Islam. Karena, tidak ada manusia yang hidup kekal di dunia ini.

Kematian, sesungguhnya merupakan hakikat yang menakutkan, akan menghampiri semua


manusia. Tidak ada yang mampu menolaknya. Dan tidak ada seorangpun kawan yang mampu
menahannya.

Kematian datang berulang-ulang, menjemput setiap orang, orang tua maupun anak-anak, orang
kaya maupun orang miskin, orang kuat maupun orang lemah. Semuanya menghadapi kematian
dengan sikap yang sama, tidak ada kemampuan menghindarinya, tidak ada kekuatan, tidak ada
pertolongan dari orang lain, tidak ada penolakan, dan tidak ada penundaan. Semua itu
mengisyaratkan, bahwa kematian datang dari Pemilik kekuatan yang paling tinggi. Meski sedikit,
tak seorang pun manusia memiliki wewenang atas kematian.

Hanya di tangan Allah semata pemberian kehidupan. Dan hanya di tanganNya, mengambil
kembali yang telah Dia berikan pada ajal yang telah digariskan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

ُ ‫ار َوُأ ْد ِخ َل ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَا َز َو َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ِإالَّ َمتَا‬
‫ع‬ ‫ُأ‬
ِ َّ‫ت وَِإنَّ َما تُ َوفَّوْ نَ جُو َر ُك ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَ َم ْن ُزحْ ِز َح َع ِن الن‬
ِ ْ‫س َذآِئقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ِ ‫ْال ُغر‬
‫ُور‬

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. [Ali Imran:185].

Maut merupakan ketetapan Allah. Seandainya ada seseorang yang selamat dari maut, niscaya
manusia yang paling mulia pun akan selamat. Namun maut merupakan SunnahketetapanNya atas
seluruh makhluk. Allah berfirman:

َ‫ِّت وَِإنَّهُم َّميِّتُون‬ َ َّ‫ِإن‬


ٌ ‫ك َمي‬

Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) akan mati dan
sesungguhnya mereka akan mati (pula). [Az Zumar:30].

Tidak ada manusia yang kekal di dunia ini.

َ‫ت َونَ ْبلُو ُكم بِال َّش ِّر َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً وَِإلَ ْينَا تُرْ َجعُون‬
ِ ْ‫س َذآِئقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ت فَهُ ُم ْال َخالِ ُدونَ ُكلُّ نَ ْف‬
َّ ‫ك ْال ُخ ْل َد َأفَِإ ْن ِّم‬
َ ِ‫} َو َما َج َع ْلنَا لِبَ َش ٍر ِّمن قَ ْبل‬
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad),
maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al Anbiya:34-35].

MENGHINDAR DARI KEMATIAN?


Kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu. Dia telah menetapkan kematian atas diri manusia.
Sehingga bagaimanapun manusia berupaya menghindar darinya, kematian itu tetap akan
mengejarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ُ ْ‫َأ ْينَ َما تَ ُكونُوا يُ ْد ِرك ُّك ُم ْال َمو‬


ٍ ‫ت َولَوْ ُكنتُ ْم فِي بُر‬
‫ُوج ُم َشيَّ َد ٍة‬

Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh. [An Nisa’:78].

ِ ‫قُلْ ِإ َّن ْال َموْ تَ الَّ ِذي تَفِرُّ ونَ ِم ْنهُ فَِإنَّهُ ُمالَقِي ُك ْم ثُ َّم تُ َر ُّدونَ ِإلَى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya


kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. [Al Jumu’ah:8].

‫ك َما ُكنتَ ِم ْنهُ ت َِحي ُد‬ ِّ ‫ت بِ ْال َح‬


َ ِ‫ق َذل‬ ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬
ْ ‫َو َجآ َء‬

Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.
[Qaaf:19].

Kematian sebagai bukti nyata kekuasaan Allah, dan siapapun tidak ada yang dapat
mengalahkanNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫نَحْ نُ قَدَّرْ نَا بَ ْينَ ُك ُم ْال َموْ تَ َو َما نَحْ نُ بِ َم ْسبُوقِين‬

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan
[Al Waqi’ah:60].

Allah menantang kepada orang-orang yang menyangka bahwa mereka tidak dikuasai oleh Allah,
dengan mengembalikan nyawa orang yang sekarat, jika memang mereka benar. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:

‫ين تَرْ ِجعُونَهَا ِإن‬ ِ ‫ت ْالح ُْلقُو َم َوَأنتُ ْم ِحينَِئ ٍ™ذ تَنظُرُونَ َونَحْ نُ َأ ْق َربُ ِإلَ ْي ِه ِمن ُك ْم َولَ ِكن الَّ تُب‬
™َ ِ‫ْصرُونَ فَلَوْ آل ِإن ُكنتُ ْم َغ ْي َر َم ِدين‬ ِ ‫فَلَوْ آل ِإ َذا بَلَ َغ‬
َ ‫ُكنتُ ْم‬
َ‫صا ِدقِين‬

Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan. Padahal kamu ketika itu melihat, dan
Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu.Tapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu
tidak dikuasai (oleh Allah). Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika
kamu adalah orang-orang yang benar. [Al Waqi’ah:83-87].
Manusia tidak akan lepas dari ajal, bahkan ajal itu meliputinya. Imam Bukhari telah
meriwayatkan:
ً ً
‫صغَارًا‬ِ ‫خَارجًا ِم ْنهُ َوخَ طَّ ُخطَطًا‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم خَ طّا ُم َربَّعًا َو َخطَّ خَ طّا فِي ْال َو َس ِط‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل َخطَّ النَّبِ ُّي‬
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬
ِ ‫ِإلَى هَ َذا الَّ ِذي فِي ْال َو َس ِط ِم ْن َجانِبِ ِه الَّ ِذي فِي ْال َو َس ِط َوقَا َل هَ َذا اِإْل ْن َسانُ َوهَ َذا َأ َجلُهُ ُم ِحيطٌ بِ ِه َأوْ قَ ْد َأ َحاطَ بِ ِه َوهَ َذا الَّ ِذي ه َُو‬
‫خَار ٌج‬
َ‫صغَا ُر اَأْل ْع َراضُ فَِإ ْن َأ ْخطََأهُ هَ َذا نَهَ َشهُ هَ َذا َوِإ ْن َأ ْخطََأهُ هَ َذا نَهَ َشهُ هَذا‬
ِّ ‫َأ َملُهُ َوهَ ِذ ِه ْال ُخطَطُ ال‬

Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan
Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada
garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini
manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah
angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini
pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].

Jika demikian, maka bagaimana mungkin manusia dapat lari dan selamat dari kematian?
Ketahuilah, sesungguhnya umur kita di dunia ini terbatas dan hanya sebentar. Orang yang
berakal, sepantasnya tidak tertipu dengan gemerlapnya dunia, sehingga melupakan bekal menuju
akhiratnya.

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َأ ْع َما ُر ُأ َّمتِي َما بَ ْينَ ال ِّستِّينَ ِإلَى ال َّسب ِْعينَ َوَأقَلُّهُ ْم َم ْن يَجُو ُز َذلِكَ (جة‬
َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
)‫ وهو حديث حسن‬,757 ‫ الصحيحة‬,3550 ‫ت‬,4236

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umur
umatku antara 60 sampai 70 tahun. Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu.” [HR
Ibnu Majah, no. 4.236; Tirmidzi, no. 3.550. Lihat Ash Shahihah, no. 757].

ANJURAN MENGINGAT KEMATIAN


Banyak hadits-hadits yang mengingatkan tentang kematian, agar manusia selalu ingat bahwa
hidup di dunia tidaklah kekal. Agar manusia bersiap siaga dengan perbekalan yang
dibutuhkannya saat perjalanannya yang panjang nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

َ‫ت يَ ْعنِي ْال َموْ ت‬


ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْكثِرُوا ِذ ْك َر هَا ِذ ِم اللَّ َّذا‬
َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. [HR Ibnu Majah, no. 4.258;
Tirmidzi; Nasai; Ahmad].

Dalam riwayat Ath Thabrani dan Al Hakim terdapat tambahan:

ِ ‫ق ِمنَ ْال َعي‬


َ َّ‫ َوالَ َذ َك َرهُ فِ ْي َس َع ٍة ِإال‬, ‫ْش ِإالَّ َو َّس َعهُ َعلَ ْي ِه‬
‫ضيَّقَهَا َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ فَِإنَّهُ لَ ْم يَ ْذ ُكرْ هُ َأ َح ٌد فِ ْي‬, َ‫ ْال َموْ ت‬: ‫ت‬
ٍ ‫ض ْي‬ ِ ‫َأ ْكثِرُوا ِذ ْك َر هَا ِذ ِم اللَّ َّذا‬

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah


seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu
melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu
luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang
itu. [Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 1.222; Shahih At Targhib, no. 3.333].
Syumaith bin ‘Ajlan berkata:

‫ْق ال ُّد ْنيَا َوالَ بِ َس َعتِهَا‬ َ ْ‫َم ْن َج َع َل ْال َموْ تَ نُص‬


َ ِ‫ لَ ْم يُبَا ِل ب‬,‫ب َع ْينَ ْي ِه‬
ِ ‫ضي‬

Barangsiapa menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan kesempitan
dunia atau keluasannya. [Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 483, tahqiq Syaikh Ali bin Hasan
Al Halabi].

Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan iman yang shahih
(benar), tauhid yang khalish (murni), amal yang shalih (sesuai dengan tuntunan), dengan
landasan niat yang ikhlas, itulah orang-orang yang paling berakal.

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ثُ َّم‬


َ ‫ار فَ َسلَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ص‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َجا َءهُ َر ُج ٌل ِم ْن اَأْل ْن‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ت َم َع َرس‬ ُ ‫ع َْن ا ْب ِن ُع َم َر َأنَّهُ قَا َل ُك ْن‬
ُ‫ت ِذ ْكرًا َوَأحْ َسنُهُ ْم لِ َما بَ ْع َده‬ ِ ْ‫ض ُل قَا َل َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا قَا َل فََأيُّ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأ ْكيَسُ قَا َل َأ ْكثَ ُرهُ ْم لِ ْل َمو‬ َ ‫ُول هَّللا ِ َأيُّ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأ ْف‬
َ ‫قَا َل يَا َرس‬
ْ ‫َأْل‬ َ ‫ُأ‬
ُ‫ا ْستِ ْعدَا ًدا™ ولِئكَ ا كيَاس‬

Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang
laki-laki Anshar datang kepada Beliau, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya: “Wahai, Rasulullah. Manakah di antara kaum mukminin
yang paling utama?” Beliau menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia
bertanya lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau
menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus
persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” [HR Ibnu Majah, no.
4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384].

Marilah kita renungkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia :

ُ‫ث فَيَرْ ِج ُع ْاثنَا ِن َويَ ْبقَى َوا ِح ٌد يَ ْتبَ ُعهُ َأ ْهلُهُ َو َمالُهُ َو َع َملُهُ فَيَرْ ِج ُع َأ ْهلُهُ َو َمالُهُ َويَ ْبقَى َع َملُه‬
ٌ ‫يَ ْتبَ ُع ْال َميِّتَ ثَاَل‬

Mayit akan diikuti oleh tiga perkara (menuju kuburnya), dua akan kembali, satu akan tetap.
Mayit akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarganya dan hartanya akan
kembali, sedangkan amalnya akan tetap. [HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa-i]

PENYESALAN ORANG KAFIR SAAT KEMATIAN


Janganlah seseorang menolak keimanan dan meremehkan amal shalih, karena suatu saat pasti
akan menyesalinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ت َكآل ِإنَّهَا َكلِ َمةٌ هُ َو قَآِئلُهَا َو ِمن َو َرآِئ ِهم بَرْ َز ٌخ‬ َ ‫} لَ َعلِّي َأ ْع َم ُل‬99{ ‫ُون‬
ُ ‫صالِحًا فِي َما ت ََر ْك‬ ِ ‫َحتَّى ِإ َذا َجآ َء َأ َح َدهُ ُم ْال َموْ تَ قَا َل َربِّ ارْ ِجع‬
ُ
َ‫ِإلَى يَوْ ِم يُ ْب َعثون‬

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang
dari mereka, dia berkata: “Ya, Rabbku. Kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal
yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitan. [Al Mukminun :99-100].
SEGERA BERAMAL SEBELUM DATANG KEMATIAN
Janganlah seseorang selalu menunda dalam berbuat amal shalih karena kesibukan duniawinya.
Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas dari kesibukan. Orang yang berakal
akan mengutamakan urusan akhirat yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti
ditinggalkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ك فَُأوْ لَِئكَ هُ ُم ْال َخا ِسرُونَ َوَأنفِقُوا ِمن َّما َرزَ ْقنَا ُكم ِّمن قَب ِْل‬ َ ِ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا الَ تُ ْل ِه ُك ْم َأ ْم َوالُ ُك ْم َوآل َأوْ الَ ُد ُك ْم عَن ِذ ْك ِر هللاِ َو َمن يَ ْف َعلْ َذل‬
‫ق َوَأ ُكن ِّمنَ الصَّالِ ِحينَ َولَن يَُؤ ِّخ َر هللاُ نَ ْفسًا ِإ َذا َجآ َء َأ َجلُهَا‬ َّ ‫ب فََأ‬
َ ‫ص َّد‬ ٍ ‫ت فَيَقُو َل َربِّ لَوْ آل َأ َّخرْ تَنِي ِإلَى َأ َج ٍل قَ ِري‬ ُ ْ‫َأن يَْأتِ َي َأ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
ُ
َ‫َوهللاُ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملون‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang
rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku. Mengapa Engkau
tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan
menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al Munafiqun: 9-11].

Oleh karena itu, seseorang hendaklah memanfaatkan hidupnya dengan sebaik-baiknya,


mengisinya dengan amal shalih sebelum datang kematian. Imam Bukhari meriwayatkan:

‫َريبٌ َأوْ عَابِ ُر‬ ِ ‫كغ‬َ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ َم ْن ِكبِي فَقَا َل ُك ْن فِي ال ُّد ْنيَا َكَأن‬
َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل َأ َخ َذ َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
َ‫ضكَ َو ِم ْن َحيَاتِك‬
ِ ‫ص َّحتِكَ لِ َم َر‬ ْ ْ ْ ‫َأ‬
ِ ‫صبَا َح وَِإ َذا صْ بَحْ تَ فَاَل تَنتَ ِظرْ ال َم َسا َء َو ُخذ ِم ْن‬ ْ ‫َأ‬
َّ ‫يل َو َكانَ ابْنُ ُع َم َر يَقُو ُل ِإ َذا ْم َسيْتَ فَاَل تَنتَ ِظرْ ال‬ ٍ ِ‫َسب‬
َ‫لِ َموْ تِك‬

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memegang pundakku, lalu bersabda,”Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seorang
yang asing, atau seorang musafir.” Dan Ibnu Umar mengatakan: “Jika engkau masuk waktu
Subuh, maka janganlah engkau menanti sore. Jika engkau masuk waktu sore, maka janganlah
engkau menanti Subuh. Ambillah dari kesehatanmu untuk sakitmu. Dan ambillah dari hidupmu
untuk matimu.” [HR Bukhari, no. 5.937].

Hendaklah setiap orang waspada terhadap angan-angan panjang umur, sehingga menangguhkan
amal shalih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫يَ ْكبَ ُر ابْنُ آ َد َم َويَ ْكبَ ُر َم َعهُ ْاثنَا ِن حُبُّ ْال َما ِل َوطُو ُل ْال ُع ُم ِر‬

Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan
panjang umur. [HR Bukhari, no. 5.942, dari Anas bin Malik].

Sesungguhnya, masa 60 tahun bagi seseorang sudah merupakan waktu yang panjang hidup di
dunia ini, cukup bagi seseorang merenungkan tujuan hidup, sehingga tidak ada udzur bagi orang
yang telah mencapai umur tersebut.

ً‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َأ ْع َذ َر هَّللا ُ ِإلَى ا ْم ِرٍئ َأ َّخ َر َأ َجلَهُ َحتَّى بَلَّ َغهُ ِستِّينَ َسنَة‬
َ ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Allah meniadakan
alasan seseorang yang Dia telah menunda ajalnya sehingga mencapai 60 tahun. [HR Bukhari, no.
5.940].

PENUTUP
Mengakhiri tulisan ini, berikut kami bawakan pernyataan Hamid Al Qaishari, sebagai berikut:
“Kita semua telah meyakini kematian, tetapi kita tidak melihat orang yang bersiap-siap
menghadapinya! Kita semua telah meyakini adanya surga, tetapi kita tidak melihat orang yang
beramal untuknya! Kita semua telah meyakini adanya neraka, tetapi kita tidak melihat orang
yang takut terhadapnya! Maka terhadap apa kamu bergembira? Kemungkinan apakah yang kamu
nantikan? Kematian! Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa
kebaikan atau keburukan. Wahai, saudara-saudaraku! Berjalanlah menghadap Penguasamu
(Allah) dengan perjalanan yang bagus”. [Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 483, tahqiq:
Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi].

Semoga tulisan ini mengingatkan kita, betapa penting mempersiapkan diri menghadapi kematian,
yang merupakan masalah besar yang dihadapi setiap insan. Imam Ibnu Majah meriwayatkan:

‫ير ْالقَب ِْر فَبَ َكى َحتَّى بَ َّل الثَّ َرى ثُ َّم قَا َل يَا ِإ ْخ َوانِي‬ َ ِ ‫ع َْن ْالبَ َرا ِء قَا َل ُكنَّا َم َع َرسُو ِل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي ِجنَا َز ٍة فَ َجل‬
ِ ِ‫س َعلَى َشف‬
‫َأ‬ ْ
‫لِ ِمث ِل هَ َذا فَ ِع ُّدوا‬

Dari Al Bara’, dia berkata: Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu
jenazah, lalu Beliau duduk di tepi kubur, kemudian Beliau menangis sehingga tanah menjadi
basah, lalu Beliau bersabda: “Wahai, saudara-saudaraku! Maka persiapkanlah untuk yang seperti
ini,!” [HR Ibnu Majah, no. 4.190, dihasankan oleh Syaikh Al Albani].

Demikian sedikit tentang dzikrul maut, semoga bermanfaat. Terakhir kami katakan: Wahai,
saudara-saudaraku! Persiapkanlah dirimu menghadapi kematian!”

Wallahu Al Musta’an.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2982-mengingat-maut.html

Anda mungkin juga menyukai