Anda di halaman 1dari 7

‫‪KHUTBAH‬‬

‫‪Khutbah Jumat: Pelajaran dari Peristiwa Penting di Hari Asyura‬‬


‫‪Jumat, 28 Agustus 2020 | 01:30 WIB‬‬

‫‪Nur Rohmad‬‬
‫‪Kolomnis‬‬
‫‪Khutbah I‬‬
‫َو َع َل آ َو َص َو َم ْن َو َل ُه َو َأ ْش ُد َأ ْن َّل َه َّل ُه َو ْح َد ُه َل‬ ‫َن ُم َّم‬ ‫َل َل‬ ‫َل ُة‬ ‫َا ْل ُد‬
‫ا‬ ‫ا ِإ ل ِإ ا الل‬ ‫ا ا ‪َ ،‬ه‬ ‫َحْم للِه ‪َ ،‬و الَّص ا َو الَّس اُم َع ى َسِّيِد ا َح ٍد َر ُسْو ِل اللِه ‪ ،‬ى ِلِه ْحِبِه‬
‫‪َ،‬ش ْي َك َل ُه ‪َ ،‬و َأ ْش َهُد َأ َّن َسِّيَد َن ا ُم َحَّمًد ا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُل ُه ‪َ ،‬لا َن َّي َبْعَد ُه‬
‫ِب‬ ‫ِر‬
‫ْل َأ‬ ‫َن‬ ‫ُأ‬ ‫َأ‬
‫َّم ا َبْعُد ‪َ ،‬ف ْو ِصْيُكْم َو َنْفِس ْي ِب َتْقَو ى اللِه اْلَقاِئ ف ُم ْحَك ِكَتا ِه ‪ِ :‬ت ْلَك الَّد اُر اْل آِخ َر ُة ْجَعُلَها ِلَّل ِذ َن َلا ُي ي ُد وَن ُع ُلًّو ا ا ْر‬
‫ِفي ِض‬ ‫ي ِر‬ ‫ِل ي ِم ِب‬ ‫ِإ ِّني‬
‫(سور القصص‪)83 :‬‬ ‫ة‬ ‫َو َلا َف َس اًد ا َو اْلَعا َبُة ْل ُمَّتِق َن‬
‫ِق ِل ي‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi,
untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan cara melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati dan
kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan penuh
ketabahan dan kesabaran.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sabtu besok, kita akan memasuki hari kesepuluh di bulan Muharram yang biasa kita kenal
dengan sebutan hari Asyura. Banyak peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi pada
hari Asyura. Pada khutbah yang singkat ini, khatib akan menceritakan beberapa peristiwa
penting yang pernah terjadi pada hari ‘Asyura. Peristiwa masa lalu tidak hanya untuk
dikenang. Tapi untuk diambil pelajaran bagi kehidupan kita di masa sekarang dan masa
mendatang. Untuk diambil ibrah dalam urusan dunia dan akhirat kita. Untuk diambil
hikmahnya agar kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan mempersiapkan
bekal untuk kehidupan akhirat yang kekal.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu
‘anhu bahwa ia berkata:
‫َذ ْل َّل َن‬ ‫َق‬ ‫َذ‬ ‫َل‬ ‫َق ْد‬ ‫ُأ َن‬
‫ ٰه ا ا َيْو ُم ا ِذ ْي َّج ى اللُه ُمْو َس ى‬:‫ اُلْو ا‬، ‫ َم ا ٰه ا ِم َن الَّصْو ِم‬: ‫َم َّر الَّنِب ُّي ملسو هيلع هللا ىلص ِب اٍس ِم َن اْلَي ُهْو ِد َص اُمْو ا َيْو َم َع اُشْو َر اَء َفَقا‬
‫ْك‬ ‫ُة َل ْل‬ ‫ْت‬ ‫ُن َذ ْل‬ ‫َق‬ ‫َل‬
‫ َفَص اَم ُه ُنْو ٌح َو ُمْو َس ى ُش ًر ا ِلِله‬، ‫ َو ٰه ا ا َيْو ُم اْسَتَو ِف ْيِه الَّسِفْيَن َع ى ا ُجْو ِد ِّي‬، ‫َو َب ِن ْي ِإ ْس َر اِئ ْي ِم َن اْلَغَر ِق َو َغِر ِف ْيِه ِف ْر َعْو‬
‫َأ َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ َأ‬
‫ َف َم َر ْص َح اَب ُه الَّصْو‬، ‫ َن ا َحُّق ُمْو َس ى َو َحُّق ِبَصْو ٰهَذ ا اْل َيْو‬:‫ َفَقاَل الَّن ملسو هيلع هللا ىلص‬،‫َتَعاَلى‬
‫ِب ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِب‬ ‫ِب ِّي‬

“Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati sekelompok orang Yahudi
yang tengah berpuasa hari Asyura, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Puasa
hari apa ini?,” mereka menjawab: Hari ini adalah hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan
Bani Isra’il dari tenggelam, sedangkan Fir’aun di hari ini tenggelam. Hari ini adalah hari
ketika perahu Nabi Nuh berlabuh di bukit al Judiy. Karena itu, Nuh dan Musa berpuasa di
hari ini karena bersyukur kepada Allah ta’ala. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa dan lebih berhak untuk berpuasa hari ini,”
kemudian Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa.” (HR Imam Ahmad).
Saudara-saudara seiman,
Dalam hadits di atas, disebutkan dua peristiwa dari sekian banyak peristiwa penting yang
terjadi di hari Asyura. Yaitu berlabuhnya perahu Nabi Nuh dengan selamat di bukit Judiy
dan selamatnya Nabi Musa dari kejaran Raja Fir’aun beserta bala tentaranya.
Hadirin rahimakumullah,
Nabi Nuh ‘alaihissalam diutus oleh Allah kepada kaum yang kafir. Beliau-lah nabi dan rasul
pertama yang diutus oleh Allah kepada orang-orang kafir. Para nabi dan rasul sebelumnya,
yaitu Nabi Adam, Nabi Syits dan Nabi Idris ‘alaihimussalam diutus oleh Allah kepada kaum
Muslimin. Umat ketiga nabi tersebut semuanya beragama Islam. Tidak ada satu pun yang
kafir.
Dengan penuh kesabaran, Nabi Nuh ‘alaihissalam berdakwah kepada mereka siang dan
malam, secara rahasia dan terang-terangan. Kadangkala dengan menyampaikan kabar
gembira (targhib) dan terkadang dengan memberi peringatan (tarhib). Beliau konsisten
dalam berdakwah selama 950 tahun. Akan tetapi kebanyakan kaumnya tidak beriman.
Mereka tetap pada kesesatan dan kekufuran. Mereka memusuhi Nabi Nuh, menyakitinya,
melecehkannya bahkan memukulinya. Mereka tidak berhenti memukuli Nabi Nuh
‘alaihissalam sampai beliau pingsan karena pukulan yang bertubi-tubi dan sangat keras,
sehingga mereka mengiranya telah mati, lalu Allah menyembuhkannya. Itu semua tidak
mengendorkan dan mematahkan semangatnya dalam berdakwah. Berkali-kali Nabi Nuh
‘alaihissalam mengalami siksaan demi siksaan, tapi beliau tetap kembali mengajak mereka
agar beriman.
Hal ini dilakukan oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam secara terus menerus tanpa patah semangat
dan tanpa bosan, hingga Allah mewahyukan kepadanya bahwa tidak akan beriman
kepadanya di antara kaumnya kecuali orang-orang yang telah beriman. Maka Nabi Nuh
‘alaihissalam berdoa agar orang-orang kafir dimusnahkan semuanya. Allah ta’ala berfirman:
‫ْلَك‬ ‫َل َت َذ َل ْل َأ‬ ‫َق َل‬
‫ة‬
)٢٦ :‫(سور نوح‬ ‫َو ا ُنوٌح َر ِّب ا ْر َع ى ا ْر ِض ِم َن ا اِف ِر يَن َد َّي اًر ا‬

Maknanya: “Nuh berkata: Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara
orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS Nuh: 26)
Lalu Allah kirimkan kepada mereka adzab-Nya. Allah timpakan kepada mereka banjir besar
sehingga tidak menyisakan satu orang pun di antara orang-orang kafir. Allah selamatkan
Nabi-Nya dan orang-orang beriman di antara kaumnya dengan perahu yang dibuat oleh
Nabi Nuh dengan perintah Allah. Allah pun menjaga perahu tersebut dengan pemeliharaan
dan perhatian-Nya hingga berlabuh dengan selamat di bukit Judiy.
Saudara-saudara seiman,
Sedangkan Sayyidina Musa, beliau hidup di masa raja yang zalim dan melampaui batas,
yaitu Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan. Allah memerintahkan Sayyidina Musa agar pergi
kepada Fir’aun untuk mengajaknya masuk ke dalam Islam, mentauhidkan Allah dan
menyucikan-Nya dari sekutu dan serupa. Maka Nabi Musa pergi dan memperlihatkan
kepadanya mukjizat-mukjizat yang sangat menakjubkan dan membuktikan bahwa beliau
benar-benar utusan Allah ta’ala. Meskipun begitu, Fir’aun tetap kafir kepadanya, menolak
dan bersikap congkak serta menyiksa dan menindas kaum Nabi Musa yang beriman.
Akhirnya Nabi Musa ‘alaihissalam dan para pengikutnya dari kalangan Bani Isra’il keluar dari
Mesir dengan jumlah 600 ribu orang. Fir’aun mengejarnya bersama 1.600.000 pasukan
karena ingin memusnahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya. Akan tetapi Allah
menolong Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman:
‫ة‬ ‫ْو‬ ‫َف َأ ْو َح َل َس َأ ْض ْب َص َك ْل َر َف َق َف َك َن ُك ُّل ْر َك‬
)٦٣ :‫(سور الشعراء‬ ‫ْلَعِظ‬ ‫ا‬ ‫ِد‬ ‫الَّط‬ ‫ِف ٍق‬ ‫ْيَنا ِإ ى ُمو ى ِن ا ِر ِبَع ا ا َبْح اْنَفَل ا‬
‫يِم‬

Maknanya: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu,”
maka terbelah-lah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar.” (QS asy-
Syu’ara’: 63)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Laut terbelah menjadi 12 belahan dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Di antara
setiap dua belahan ada jalan yang kering. Nabi Musa ‘alaihissalam dan orang-orang yang
bersamanya masuk ke laut. Fir’aun dan pasukannya pun mengejar mereka. Allah subhanahu
wa ta’ala kemudian menenggelamkan mereka semua dan Allah selamatkan Nabi Musa
‘alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya. Allah ta’ala berfirman:
‫َق َل آ َم ُت َأ َّن ُه َل َل َه َّل َّل‬ ‫ْل َر َف َأ ْت َع ْم ْر ْو ُن َو ُج ُد ُه َو َع ْد ًو َح َّت َذ َأ ْد َرَك ُه َر ُق‬ ‫َو َج َو ْز َن َب ْس َر َل‬
‫ا ِإ ِإ ا ا ِذ ي‬ ‫ا ْن‬ ‫اْلَغ‬ ‫ا ى ِإ ا‬ ‫ُنو َبْغًيا‬ ‫ا َبْح َب ُه ِف َع‬ ‫ا ا ِب ِن ي ِإ اِئ ي‬
‫َو َأ َن َن ُم ْس َن آ ْل آَن َو َق ْد َص ْي َت َق ُل َو َت‬ ‫آ َم ْت َب ْس َر َل‬
)٩١ - ٩٠ :‫(سور يونس‬ ‫ة‬ ‫َن‬ ‫َن‬
‫ْب ُكْن ِم اْلُمْفِس ِد ي‬ ‫َع‬ ، ‫ا ِم اْل ِل ِم ي‬ ‫َن ِب ِه ُنو ِإ اِئ ي‬

Maknanya: “Dan Kami menyelamatkan Bani Isra’il melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir
´aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila
Fir´aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra’il, dan saya termasuk orang-orang yang
memeluk Islam.” Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah
durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS
Yunus: 90-91).
Yakni ketika Fir’aun hampir tenggelam dan mati, ia menyatakan taubat. Padahal taubat tidak
lagi bermanfaat dan tidak diterima dalam keadaan seperti itu. Karena di antara syarat
taubat adalah dilakukan sebelum seseorang putus asa dari hidup seperti ketika akan
tenggelam dan tidak ada kemungkinan selamat. Inilah yang terjadi pada Fir’aun. Allah ta’ala
berfirman:
‫َح‬
‫َل ْيَس ِت ا لتّْوََب ُة ل ِّلِذَ ني ي َْعَمُل نوَا لسّّيَ تاِح َّت ىَ إِ ا حََضَر أ َ َد ُه ُم ا لَْمْوُت ق َلا َإ ِ ُْب ُت ا لْنآ َو ََل االِّذَ ني ي َُم توُنوَو َُه ْم ك ُ ّفراٌََو‬
َ ‫ّن يِت‬ ‫َذ‬ ِ‫َئ‬ َ
‫َأ‬ ‫َذ‬ ‫ُأ َل َك َأ ْد َن‬
)١٨ :‫(سور الن ساء‬ ‫ة‬ ‫و ِئ ْعَت ا َلُهْم َع اًب ا ِل يًم ا‬

Maknanya: “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah)
ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekufuran. Bagi orang-orang itu telah Kami
sediakan siksa yang pedih” (QS an-Nisa’: 18).
Saudara-saudaraku yang kami cintai,
Para nabi Allah telah memberikan kepada kita contoh dan teladan dalam berdakwah
kepada Allah dan bersabar untuk itu. Di atas garis perjuangan mereka inilah para sahabat
dan para ulama berjalan. Mereka mendarmabaktikan jiwa dan raga untuk membela agama
Allah. Teladan Sayyidina al-Husain radliyallahu ‘anhu yang gugur syahid pada hari Asyura
selalu lekat dalam ingatan kita. Ketika beliau melihat orang yang tidak cakap memimpin
kaum muslimin ingin meraih puncak kepemimpinan tanpa bai’at dari tokoh-tokoh pembesar
kaum muslimin yang berilmu dan bertakwa, maka beliau terang-terangan menentang hal itu
dan menolak untuk diam.
Al-Husain berpegang teguh dengan kebenaran dan konsisten dengannya, menegakkan
amar makruf nahi mungkar hingga ia terbunuh padahal beliau adalah putra dari putri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau gugur syahid secara zalim di tangan pasukan
seorang yang fasiq dan melanggar aturan-aturan agama.
Kita memohon kepada Allah ta’ala agar memberikan taufiq kepada kita untuk mengambil
pelajaran dari sepak terjang dan sejarah hidup orang-orang shalih tersebut dan berjalan di
atas manhaj mereka.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Terakhir, di antara perkara yang diriwayatkan dari Nabi adalah kesunnahan puasa hari
Asyura sebagaimana terdapat dalam hadits yang telah kami sebutkan di awal khutbah.
Demikian pula disunnahkan puasa hari Tasu’a’, yaitu tanggal 9 Muharram yang jatuh pada
hari ini, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫َع‬ ‫َّن‬ ‫َم‬ ‫َل ْن ُت َل َق َل َأ‬
‫ٌم‬ ‫ْو‬
‫ِئ َبِقْي ِإ ى اِب ٍل ُص الَّتاِس (رواه مسل )‬

‫‪Maknanya: “Jika aku masih hidup tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tanggal‬‬
‫)‪sembilan” (HR Muslim‬‬
‫‪Hikmah dari puasa tanggal 9 di samping berpuasa pada tanggal 10 Muharram sebagaimana‬‬
‫‪dikatakan oleh sebagian ulama adalah menyalahi orang-orang Yahudi, karena mereka‬‬
‫‪hanya berpuasa di tanggal 10 saja. Jika seseorang tidak berpuasa tanggal 9 bersama‬‬
‫‪tanggal 10, maka disunnahkan berpuasa tanggal 11 Muharram bersama tanggal 10. Bahkan‬‬
‫‪Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm menegaskan kesunnahan puasa tiga hari sekaligus, yaitu‬‬
‫‪tanggal 9, 10 dan 11 Muharram.‬‬
‫‪Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.‬‬
‫َذ َأ‬ ‫َأ‬
‫‪ُ .‬ق ْو ُل َق ْو ْي ٰه ا َو ْسَتْغِفُر اللَه ْي َو َل ُكْم ‪َ ،‬ف اْسَتْغِفُر ْو ُه ‪ِ ،‬إ َّن ُه ُهَو اْلَغُفْو ُر الَّر ِح ْي ُم‬
‫ِل‬ ‫ِل‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫َو َف‬ ‫َأ‬ ‫َح‬ ‫َف َو َع َل آ َو َأ ْص‬ ‫َن ُم َحَّم‬ ‫َا ْل ْم ُد َو َف َو ُأ َص ْي َو ُأ َس ُم َع َل‬
‫اِب ِه ْهِل اْل ا‪،‬ـ‬ ‫ِّل ى َسِّيِد ا ٍد اْلُمْصَط ى‪ ،‬ى ِلِه‬ ‫َح للِه َك ى‪ِّ ،‬ل‬
‫َل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َل َأ َّن َأ‬ ‫َن ُأ‬ ‫َأ ُد َف َأ‬
‫َّم ا َبْع ‪َ ،‬يا ُّي َها اْلُم ْس ِل ُمْو ‪ْ ،‬و ِصْيُكْم َو َنْفِس ْي ِب َتْقَو ى اللِه اْلَعِل اْلَعِظْي َو اْع ُمْو ا اللَه َم َرُكْم ِب ْم ٍر َعِظْي ‪َ ،‬م َرُكْم ِب الَّص ِةا‬
‫ٍم‬ ‫ِم َأ‬ ‫ِّي‬
‫َو الَّس َلا َع َلى َن ِّيِه اْلَك ْي َفَقاَل ‪َّ :‬ن الَّلَه َو َم َلاِئ َك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّن ‪َ ،‬ي ا ُّي َها اَّل ِذ َن آ َم ُنوا َص ُّلوا َع َل ْيِه َو َس ِّل ُموا َتْس ِل يًم ا‪َ ،‬ا لّٰلُهَّم‬
‫ي‬ ‫ِب ِّي‬ ‫ِإ‬ ‫ِر ِم‬ ‫ِم ِب‬
‫َن ُم َّم َع َل‬ ‫ْك َع َل‬ ‫َن‬ ‫َع َل آ‬ ‫َن‬ ‫َّل َت َع َل‬ ‫َك‬ ‫َن ُم َّم‬ ‫َن ُم َّم َع َل آ‬ ‫َع َل‬
‫َص ِّل ى َسِّيِد ا َح ٍد َو ى ِل َسِّيِد ا َح ٍد َم ا َص ْي ى َسِّيِد ا ِإ ْبَر اِهْي َم َو ى ِل َسِّيِد ا ِإ ْبَر اِهْي َم َو َب اِر ى َسِّيِد ا َح ٍد َو ى‬
‫آ َسِّي َن ا ُم َحَّم َك َم ا َب اَرْكَت َع َل َسِّي َن ا ْبَر اِهْي َم َو َع َل آ َسِّي َن ا ْبَر اِهْي َم ‪ْ ،‬ي اْلَعا ِمَلْي َن َّن َك َح ِمْيٌد َم ِجْيٌد ‪َ .‬ا لّٰلُهَّم اْغِفْر ْل ُمْس ْي َن‬
‫ِل ِل ِم‬ ‫ِإ‬ ‫ِف‬ ‫ى ِل ِد ِإ‬ ‫ى ِد ِإ‬ ‫ِل ِد ٍد‬
‫هل‬ ‫هْ‬
‫تا ِو لا مْ ؤُ مْ ِِن يْن ََولا مْ ؤُمْ نِ َتا ِا ْلَأ ْح َياِء منِ مُ ْواَ لأْ مَ وْاَ ت‪ ِ،‬لا مدا َْف عْ عَنَّاا ْلَب لاَ َءوَاْل َغَلاَء َو اْلَوَباَء َو اْلَف ْح شاَ ء َ واَْلُمْن كرَ ََو اْلُم ْسِل َم‬
‫ًة‬ ‫ْل‬ ‫َل َن َذ َخ ًة‬ ‫َظ ْن‬ ‫َة َّش َد َد ْل‬ ‫َف‬ ‫ْل ْغ‬
‫َو ا َب َي َو الُّسُيْو اْلُم ْخَتِلَف َو ال اِئ َو ا ِمَحَن ‪َ ،‬م ا َهَر ِم َها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َب ِد ا َه ا اَّص َو ِم ْن ُب َد اِن اْلُم ْس ِل ِم ْي َن َع اَّم ‪،‬‬
‫ِإ َّن َك َع َلى ُك َش ْي ٍء َق ِد ْيٌر‬
‫ِّل‬
‫ْأ‬
‫ِعَباَد اللِه ‪ ،‬إ َّن اللَه َي ُم ُر اْلَعْد َو اْل إ ْح َس اِن َو ْي َتاِء ِذ اْلُقْر َبى وَي ْنَه ى َع الَفْحَش اِء َو اْلُم ْنَك َو الَبْغ ‪َ ،‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم‬
‫ِي‬ ‫ِر‬ ‫ِن‬ ‫ي‬ ‫ِإ‬ ‫ِب ِل‬
‫َأ‬
‫َت َذ َّك ُر ْو َن ‪َ .‬ف اذ ُك ُر وا اللَه اْلَعِظْي َم َي ْذ ُك ْرُكْم َو َل ِذ ْك ُر اللِه ْكَب ُر‬
Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua
Bidang Peribadatan & Hukum, PD Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto
Baca juga naskah khutbah lainnya di Kumpulan Khutbah Jumat tentang Tahun Baru

Sejarah, Dalil, Keutamaan & …

ADVERTISEMENT

Tags

Anda mungkin juga menyukai