Anda di halaman 1dari 5

ٰ

ُ‫ٱلساَل ُم َعلَْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ ٱللَّ ِه َو َب َر َكاتُه‬


َّ
‫سلِّ ُم َعلَى َخ ْي ِر اَْألنَ ِام‬ ِّ َ ُ‫ َون‬.‫ان َواِْإل ْسالَِم‬ ِ ‫ِهلل الَّ ِذي َأْنعمنَا بِنِ ْعم ِة اِْإل يْم‬
ِ ‫الْحم ُد‬
َ ُ‫صل ْي َون‬ َ َ ََ ْ َْ
‫َأج َم ِع ْي َن ََّأما َب ْع ُد‬ ِ ‫سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد و َعلَى اَلِ ِه و‬
ْ ‫ص ْحبِه‬ َ َ َ َُ َ
Sebelumnya ada sebuah pertanyaan yang sangat bagus, yaitu pertanyaan
tentang makna atau maksud yang sebenarnya hadits yang sering dikutip oleh para
penceramah yan lain ketika bulan Ramadhan. Di mana ketika bulan Ramadhan
datang maka pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.
Bagaimana kita dalam menanggapinya?
Maka saya disini akan membawakan kultum yang berjudul
Terbelenggunya setan di bulan rohamdhon.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Ramadaan merupakan bulan
istimewa karena pada bulan tersebut seluruh umat Islam yang telah memenuhi
syarat diwajibkan untuk menjalankan puasa. Karena itu maka bulan juga syahrush
shiyan (Bulan Puasa).
Pada bulan itu menurut riwayat yang ada, setan-setan dibelenggu (shuffidatusy
syayathin), pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Dalam
riwayat lain dengan redaksi sulsilatisy syayathin.

ِ ِ ِ ِ َ ‫ِإذَا دخل رمضا ُن صف‬


  ‫اب‬ ْ ‫ َوغُلِّ َق‬، ‫اب اجلَّنَة‬
ُ ‫ت َْأب َو‬ ُ ‫ت َأبُ َو‬
ْ ‫ َوفُت َح‬، ‫ني‬
ُ ‫ِّدت الشَّيَاط‬ ُ َ ََ َ َ َ
‫النَّا ِر‬
Artinya, “Ketika masuk bulan Ramadlan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-
pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup,” (HR Bukhari dan Muslim).
Lantas bagaimana maksud hadits di atas?
Banyak para ulama mengajukan penjelasan soal makna hadits tersebut. Di
antara penjelasan yang tersedia adalah yang dihadirkan Abu Hasan Ali bin Khalaf
bin Abdul Malik bin Baththal Al-Bakri Al-Qurthubi atau yang lebih dikenal
dengan nama Ibnu Baththal. Menurut Ibnu Baththal, setidaknya ada dua penjelasan
yang diajukan para ulama tentang makna sabda Rasulullah saw di atas.
Pertama, ulama yang memahami secara literalis atau sesuai bunyi teks
haditsnya. Pintu surga dibuka, dan setan dibelenggu dipahami dalam pengertian
yang sebenarnya (al-haqiqi) sehingga intensitasnya dalam menggoda manusia
berkurang pada bulan Ramadhan dibanding dengan bulan lainnya.

، ) ‫ني‬ ِ ِ ِ ِ ِ‫وتَ ََّأو َل الْعلَماء ىِف َقولِِه ( فُت‬


ُ ‫اب اجْلَنَّة َو ُس ْلسلَت الشَّيَاط‬ ُ َ َ ‫و‬‫َأب‬
ْ ‫ت‬
ْ ‫ح‬ ْ َُُ َ
‫ َفيَ ِق ُّل َأ َذ ُاه ْم َو َو ْس َو َسُت ُه ْم َواَل‬، ‫ َأنَّ ُه ْم يُ َس ْل ِسلُو َن َعلَى احْلَِقي َق ِة‬: ‫َأح ُدمُهَا‬
َ . ِ ‫َم ْعَنَينْي‬
ِ ‫اه ِر احْل ِد‬
ِ َ‫اب اجْل ن َِّة علَى ظ‬ ِ َ ِ‫ي ُكو ُن ذَل‬.
‫يث‬ َ َ َ ِ ‫ َو َفْت ُح َْأب َو‬، ‫ضا َن‬ َ ‫ك مْن ُه ْم َك َما ُه َو ىِف َغرْيِ َر َم‬ َ
Artinya, “Para ulama menakwil atau menafsirkan sabda Rasulullah saw,
‘Pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu’ dengan dua pendekatan.
Pertama, pendekatan dengan makna hakiki, yaitu mereka (setan-setan) dibelenggu
dalam pengertian secara hakiki sehingga intensitas mereka menggoda manusia
menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan.
Sedangkan ‘dibukanya pintu-pintu surga’ juga dipahami sesuai bunyi teks
haditsnya (zhahirul hadits),” (lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari,
Riyadl-Maktabah ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz IV, halaman 20).
Kedua, memahami secara majazi. Dalam konteks ini dibukanya pintu-pintu
surga dipahami bahwa Allah SWT membuka pintu-Nya dengan amal perbuatan
yang dapat mengantarkan hamba-Nya ke surga seperti shalat, puasa, dan tadarus
Al-Qur`an. Sehingga, jalan menuju surga di bulan Ramdhan lebih mudah dan
amal-perbuatan tersebut lebih cepat diterima. Begitu juga maksud ditutupnya pintu
neraka adalah mencegah mereka dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang
mengantarkan ke neraka.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengingat sedikitnya siksaan Allah kepada
hamba-hamba akibat perbuatan buruk mereka, maka Allah melewatkan
(memaafkan) perbuatan-pebuatan itu dari beberapa kaum dengan berkah bulan
Ramadhan, memberikan ampunan kepada orang yang berbuat keburukan karena
adanya orang yang berbuat kebajikan, serta mengampuni pelbagai kesalahan.
Inilah makna tertutupnya pintu neraka.

‫اب اجْلَن َِّة َما َفتَ َح اهللُ َعلَى‬ ِ ‫ ويكون ُالْم ْع ىِف َفْت ِح َْأبو‬، ‫ َعلَى الْمجا ِز‬: ‫والثَّاىِن‬
َ ‫َ َ َ َ ُ َ ىَن‬ َ
، ‫آن‬ ِ ‫الصي ِام وتِاَل و ِة الْ ُقر‬ِّ ‫و‬ ِ ‫ب هِب ا اجْل نَّةَ ِمن الصَّاَل‬
‫ة‬ ِ ِ ‫الْعِب ِاد فِ ِيه ِمن اَأْلعم ِال الْمست‬
‫وج‬
ْ َ َ َ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ َ
ِ ِ ‫ال فِ ِيه َأسرعُ ِإىَل اْل ُقب‬ ِ
‫ك‬ َ ‫ َو َك َذل‬، ‫ول‬ ُ َْ ُ ‫اَأْلع َم‬
ْ ‫َأس َه ُل َو‬ْ ‫ضا َن‬ َ ‫يق ِإىَل اجْلَنَّة ىِف َر َم‬
َ ‫َأن الطَِّر‬
َّ ‫َو‬
‫َّار‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬َ
‫ب هِب‬ ِ ‫اَأْلعم ِال الْمسَتو ِج‬ ْ ‫ك‬ِ ‫ وَتر‬، ‫اصى‬ ِ ‫َأبواب النَّا ِر ُت ْغلَق مِب َا قَطَع عْنهم ِمن الْمع‬
ََ َ ْ ُ َ َ ُ ُ َْ
َ ُْْ َ َْ
‫َّه ِر َأْق َو ًاما‬
‫الش‬ ِ ‫ يسَتْن ِف ُذ ِمْنها بِبر َك‬، ‫السيَِّئ ِة‬
‫ة‬ َّ ‫م‬ ِ‫اخ ُذ اهلل العِباد بَِأعماهِل‬
ْ ِ ‫ ولِِقلَّ ِة ما ي‬،
ْ ََ َ َْ ْ َ َ َ ُ ‫َ َ َُؤ‬
ِ ِّ‫السي‬ ِ
‫ات َف َه َذا َم ْعىَن الْغَلَ ِق‬ ‫ َو َيتَ َج َاو ُز َع ِن َّ َئ‬، ‫ب الْ ُم ِسَئ لْل ُم ْح ِس ِن‬ ِ
ُ ‫َويَه‬
Artinya, “Kedua, pendekatan dengan makna majazi. Makna atau pengertian
dibukanya pintu-pintu surga adalah sesuatu yang Allah buka untuk hamba-hamba-
Nya di bulan Ramadhan berupa amal-amal yang mengantarkan ke surga seperti
shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur`an. Jalan menuju surga di bulan Ramadhan lebih
mudah dan amal-ibadah di dalamnya lebih cepat diterima. Begitu juga pintu-pintu
neraka ditutup dengan sesuatu yang mencegah mereka dari kemaksiatan dan
perbuatan-perbuatan yang mengantarkan ke neraka. Mengingat sedikitnya siksaan
Allah kepada hamba-hamba akibat perbuatan buruk mereka, maka Allah
melewatkan (memaafkan) perbuatan-pebuatan itu dari beberapa kaum dengan
berkah bulan Ramadhan, memberikan ampunan kepada orang yang berbuat
keburukan karena adanya orang yang berbuat kebajikan, serta mengampuni
pelbagai kesalahan. Inilah makna tertutupnya pintu neraka,” (Lihat Ibnu Baththal,
Syarhu Shahih al-Bukhari, juz IV, halaman 20).
Lantas bagaimana dengan dibelengunya setan? Menurut Ad-Dawudi dan Al-
Mahlab, maksudnya adalah Allah menjaga kaum muslimin atau mayoritas dari
mereka dari kemaksiatan dan kecenderungan untuk menuruti bisikan setan. Bahkan
Al-Mahlab memberikan argumentasi bagi kalangan yang memahami
dibelenggunya setan dalam pengertian hakiki. Menurutnya, masuknya para
pendurhaka (ahlul ma’ashi) pada bulan Ramadhan dalam ketataan sehingga mereka
mengabaikan hawa nafsunya menunjukkan terbelenggunya setan.

‫ني‬ ِِ ِِ ِ َّ : ‫ َي ْعىِن‬، ) ‫ني‬ ِ ِ ِ ِ


َ ‫َأن اهللَ َي ْعص ُم فيه الْ ُم ْسلم‬ ُ ‫ ( ُس ْلسلَت الشَّيَاط‬: ُ‫ك َق ْولُه‬ َ ‫َو َك َذل‬
، ‫ني َوغُُرو ِر ِه ْم‬ ِ ‫اصى والْمي ِل ِإىَل وسوس ِة الشَّي‬
ِ ‫اط‬ َ ََ َ ْ ْ َ َ
ِ ‫ب ع ِن الْمع‬
َ َ َ ِ َ‫َْأو َأ ْكَثَر ُه ْم ىِف اَأْل ْغل‬
‫ب لَِق ْو ِل َم ْن َج َع َل الْ َم ْعىَن َعلَى احْلَِقي َق ِة‬
ُ َ‫احتَ َّج الْ َم ْهل‬
ْ ‫ َو‬. ‫ب‬ ُّ ‫َّاو ِد‬
ُ َ‫ي َوالْ َم ْهل‬ ُ ‫ذَ َكَرهُ الد‬
ِ ‫ني ومر َدهِتِم بِ ُدخ‬ ِ ِ ِ ِ
‫ول َْأه ِل‬ ُ ْ َ َ َ ِ ‫ك َما يُ ْذ َكُر م ْن َت ْغل ِيل الشَّيَاط‬ َ ‫ َويَ ُد ُّل َعلَى ذَل‬: ‫ال‬ َ ‫َف َق‬
ِ ‫ف ع َّما َكانُوا علَي ِه ِمن الشَّهو‬ ِ ِ َ‫اصى ُكلِّها ىِف رمضا َن ىِف ط‬ ِ ‫الْمع‬
‫ات‬ ََ َ ْ َ َ ِ ‫َّع ُّف‬
َ ‫ َوالت‬، ‫اعة اهلل‬ َ َ ََ َ ََ
Artinya, “Begitu juga sabda Rasulullah SAW ‘setan-setan dibelenggu’
maksudnya adalah sesungguhnya dalam bulan Ramadhan Allah menjaga orang-
orang muslim atau atau mayoritas mereka secara umum dari kemaksiatan,
kecenderungan untuk mengikuti bisikan dan godaan setan. Demikian sebagaimana
dikemukakan oleh Ad-Dawudi dan Al-Mahlab. Al-Mahlab pun memberikan
argumentasi yang mendukung kalangan yang memahami makna hadits ini dengan
makna hakiki. Ia menyatakan bahwa setan terbelenggu karena para pendurhaka di
bulan Ramadhan masuk ke dalam ketatatan kepada Allah dan menjauhkan diri dari
hawa nafsunya,” (Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahih al-Bukhari, juz IV, halaman
20).
Berangkat dari penjelasan di atas, maka soal dibukanya pintu surga,
ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan, para ulama berbeda dalam
memahaminya. Ada yang memahami dengan pendekatan makna hakiki sesuai
bunyi teks haditsnya, dan ada juga yang memahami dengan pendekatan makna
yang terdapat di balik bunyi teksnya (majazi).
Demikian kultum dhuha pada pagi yang dapat saya sampaikan. Semoga bisa
dipahami dengan baik. Mumpung di bulan Ramdhan tingkatkan amal ibadah karena lebih
cepat diterima.

Afwan wa syukron.
ِ ُ‫السالَم َعلَْي ُكم ور ْحمة‬
ُ‫اهلل َو َب َر َكاتُه‬ َ ََ ْ ُ َّ ‫َو‬

Anda mungkin juga menyukai