ULKUS KORNEA
St Surya Musdalifah
105505405218
Pembimbing:
– kasus kebutaan kornea: trauma mata dan ulkus kornea; 1,5-2 juta
kasus baru kebutaan monokuler/tahun
– Negara Barat: infeksi virus
– Benua Asia :jamur dan bakteri
– Menutur Asroruddin et al (2017) penelitian di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo,
faktor risiko ulkus : trauma okuler (45,8%).
Kokus gram positif 65,7%. Pseudomonas sp. (25,0%) dan
Staphylococcus epidermidis (18,4%)
ETIOLOGI
Infeksi Non-Infeksi
Radiasi /
Jamur
Suhu
Sindrom
Virus
Sjorgen
Defisiensi Vit
Protozoa
A
Obat-obatan
ETIOLOGI – NON INFEKSI
Dilatasi pembuluh
Etiologi Sel PMN darah -> injeksi Makrofag
perikornea
Ulkus kornea
Infiltrat -> bercak • Lesi sampai Kornea punya
Nyeri & fotofobia
kelabu, keruh membrane bowman serabut syaraf
-> sikatrik
STA Stadium Infiltrasi Stadium Ulkus aktif
DIU
M Infiltrasi PMN ke epitel melalui stroma ->
Pelepasan epitel. Menimbulkan eksudat
purulent pada kornea. Bila eksudat menuju COA
nekrosis
-> hipopion
Dipicu daya tahan tubuh & respon terapi Penyembuhan berlanjut. Bila merusak epitel
yang baik. Epitel mulai tumbuh pada akan sembuh tanpa kekaburan kornea.
sekeliling ulkus Nebula -> Ulkus mencapai lapisan bowman &
sebagian lamella stroma
Makula & Leukoma -> terkena lebih dari 1/3
stroma
Ulkus Ulkus
Kornea Kornea
Sentral Perifer
KLASIFIKASI
Bakterial Marginal
Fungi Mooren
Virus
Protozoa
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
Anamnesis
Mata nyeri, kemerahan, pengelihatan kabur, silau.
Riwayat
Riwayat trauma, pemakaian softlens, pengguna kortikosteroid jangka Panjang,
penyakit autoimun
DIAGNOSIS
Pemeriksaan
– Injeksi siliar, Edem kornea, Infiltrat, hipopion
– Visus : Adanya penurunan visus pada mata yang terinfeksi, tidak membaik
dengan pinhole
– Slit lamp : iris, pupil, lensa sulit dinilai karena kekeruhan kornea
– Fluoresin Tes : untuk melihat defek kornea. Hijau -> defek, Biru -> intak
– Pewarnaan gram & KOH
– Kultur
ULKUS
SENTRAL
BAKTERIAL
Streptokokus Stafilokokus Pseudomonas Pneumokokus
Menjalar dari tepi warna putih dimulai dari Tepi ulkus akan
ke central kekuning-an daerah sentral terlihat menyebar
Warna:kuning infiltrat berbatas warna abu-abu ke satu arah
keabu-abuan tegas tepat dengan secret infiltrasi sel yang
dibawah defek mukopurulen penuh dan
epitel kehijauan berwarna
bentuk cincin kekuning-kuningan
Hipopion
KERATOMIKOSIS
riwayat terkena ranting pohon, daun dan tumbuh-tumbuhan
Lesi bercak putih warna keabu-abuan
Berbatas tegas irregular
tampak penyebaran seperti bulu
Lesi satelit
Terdapat injeksi siliar dan hipopion
VIRUS
Herpes Zoster Herpes Simpleks
• Diawali rasa sakit pada kulit • Terjadi tanpa gejala klinik
• Mata ditemukan vesikel kulit, edem • Injeksi siliar
palpebra, konjungtiva hiperemis. • Hipertesi pada kornea
• Infiltrat berbentuk dendrit warna abu-abu • Dendrit herpes kecil. Tampak jelas dengan
kotor dengan fluoresin lemah. fluoresin
• Kornea hipestesi • Pembesaran kel preauricular.
ACANTHAMOEBA
air yang tercemar, pengguna kontak lensa
ulkus kornea indolen
infiltrate perineural pada epitel kornea terlihat abu-abu pada superfisial.
Infiltrat berbentuk cincin.
ULKUS
PERIFER
MARGINAL
Suatu ulkus menahun yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya
bergaung dan berjalan progresif.
Penyebabnya belum diketahui.
Ulkus ini menghancurkan membrane bowman dan stroma kornea.
TATALAKSANA
Antibiotik
Gunakan spektrum luas.
Contoh : Sulfonamide 10-30% , Basitrasin 500 U, Tetrasiklin 10mg, Gentamisin 3mg, Neomisin 3,5 –
5 mg , Tobramisin 3mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10mg, Ciprofloksasin 3mg, Ofloksasin 3mg,
Polimisin B 10.000 U
Antiprotozoa
poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0,02%
TATALAKSANA
Anti Jamur
– Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5
mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
– Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
– Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol Micafungin tetes mata
– Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik
TATALAKSANA
Anti Viral
salep asiklovir 3% tiap 4 jam
simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala,
antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder,
analgetik bila terdapat indikasi
Bedah
Keratoplasi.
– Keratoplasti lamellar : Penggantian sebagian kornea
– Keratoplasti penetrans : Penggantian kornea seutuhnya.
KOMPLIKASI
– Kebutaan
– Glaukoma sekunder
– Perforasi ulkus kornea
– Jaringan parut kornea
– Iridosiklitis toksik
PROGNOSIS
1. Lassaline M. Equine Internal Medicine Fourth Edition: Disorders of the Eye and Vision. Elsavier. 2018.
2. Deschenes J. Ophthalmology: Corneal Ulcer. Medscape. 2019.
3. Saratha D. Predisposing Factors & Microbiological Profile of Corneal Ulcer. Madurai, India. Scholars Journal of Applied Medical Sciences (SJAMS). 2017.
4. Council of Medical Schems. Corneal Ulcers. CMScript. 2017.
5. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000.
6. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke 2. Sagung Seto.
Jakarta. 2002.
7. Ilyas HS,Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata (Edisi Kelima, Cetakan Keenam). Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2018.
8. Mehta S, Mehta M. Clinical and Microbiological Profile and Treatment Outcome of Infective Corneal Ulcers: A Study in Central India. International Journal of Scientific
Study. Vol 4. Issue 12. 2017. Diakses dari https://www.ijss-sn.com/uploads/2/0/1/5/20153321/ijss_mar_oa50_-_2017.pdf pada 3 januari 2019 pukul 15.00 WIB.
9. Asroruddin M, Nora RLD, Edwar L, Sjamsoe S, Susiyanti M. Various factors affecting the bacterial corneal ulcer healing: a 4-years study in referral tertiary eye hospital in
Indonesia. Medical Journal of Indonesia. 2015.
10. Farida Y. Corneal ulcers Treatment. J Majority. Vol 4 Nomor 1. 2015.
11. Sharma N, Vajpayee RB. Corneal Ulcers: Diagnosis and Management. Jaypee Brothers Medical Publishers. New Delhi, India. 2008.
12. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology: Four Edition. New Age International. India. 2007.
13. World Health Organization. Guidelines for the Management of at Corneal Ulcer: Primary, Secondary & Tertiary Care health facilities in the South-East Asia Region.
World Health Organization Regional Office for South-East Asia. 2004.
14. Mills TJ. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine. Emedicine. 2018. Diakses dari http://www.emedicine.com/emerg/topic115.htm oleh pada
3 januari 2019 pukul 15.00 WIB.
15. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.
16. Farouqui SZ .Central Sterile Cornea Ulceration. Emedicine. Diakses dari : www.emedicine.com oleh pada 3 januari 2019 pukul 15.00 WIB.