Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

“Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah”

“Sejarah peradaban islam”


Dosen pengampu : Salim Hasan

Disusun oleh : Kelompok 2

MUH.AL-ABRAR (05220210015)

MUH.HILMY MUHARRAM (05220210013)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTASAGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat allah SWT. yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN” penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM. adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari agar
kami semua menjadi Mahasiswa yang berguna bagi agama bangsa dan Negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari terdapat masih banyak


kekurangan terhadap penunulisan makalah ini, demi kesempurnaan makalah ini kami
berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua lhususnya bagi saya
sendiri umumnya sebagai pemilik makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………..I

DAFTAR ISI ………………………………………………………………II

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 3

A. Latar Belakang ……………………………………………………………


B. Rumusan masalah ……………………………………………………

C. Tujuan …………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………... 4

A.
B.

BAB III PENUTUP………………………………………………………… 5

A. KESIMPULAN……………………………………………………….

B. SARAN …………………………………………………………………………

DAFTARPUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 Masehi atau tahun 11 H,
terdapat empat sahabat Rasulullah SAW yang kemudian dikenal dengan sebutan
Khulafaur Rasyidin. Siapa saja khulafaur rasyidin tersebut?
Mengutip dari laman resmi Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, pengertian khulafaur
rasyidin atau khalifah ar-rasyidin adalah empat orang khalifah yang dipercaya oleh umat
Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah beliau wafat.
Khulafaur Rasyidin ini dapat diartikan secara harfiah sebagai para pemimpin yang
mendapatkan petunjuk. Empat sahabat Rasul yang termasuk dalam khulafaur rasyidin
adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.

Keempat sahabat Rasulullah tersebut termasuk orang-orang yang mengakui kerasulan


Nabi Muhammad SAW sejak awal. Keempat khalifah tersebut juga dipilih berdasarkan
konsensus bersama umat Islam.Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa
yang penting dalam perjalanan Islam. Menurut buku Sejarah Hukum Islam karya Dr.
Fauzi, S.Ag., M.A., periode ini dianggap sebagai periode pertama pembentukkan fiqih
Islam.

Selain itu, setelah hukum-hukum syariat sempurna pada masa Rasulullah SAW, lalu
pindah ke zaman para sahabat di mana mereka harus memikul tanggung jawab mencari
sumber-sumber syariat. Hal ini diperlukan agar mereka dapat menjawab perkembangan
zaman yang tidak ada dalam Al Quran dan sunnah.Keempat khulafaur rasyidin ini
berhasil memperluas syiar agama Islam hingga ke luar jazirah Arab, menyelamatkan
Islam, serta meletakkan dasar-dasar kehidupan agama Islam terhadap umatnya.Pada
kesempatan kali ini kami akan membahasnya secara menyeluruh
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi dan cakupan khulafaur rasyidin


2. Bagaimana kebijakan politik khulafaur rasyidin
3. Bagaimana akhir masa khulafaur rasyidin
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui biografi dan cakupan khulafaur rasyidin


2. Untuk mengetahui kebijakan politik khulafaur rasyidin
3. Untuk mengetahui akhir masa khulafaur raasyidin
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi dan cakupan khulafau rasyidin


Khulafaur Rasyidin merupakan sebutan bagi empat pemimpin Islam di era setelah
wafatnya Nabi Muhammad. Setelah Nabi Muhammad wafat pada 632, kepemimpinan
Islam dipegang oleh empat sahabat,yaitu, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Di bawah kepemimpinan mereka, perjuangan Rasulullah
dalam berdakwah di awal kemunculan Islam dilanjutkan hingga menjangkau wilayah
yang lebih luas.

1. Abu Bakar Ash-siddiq


Abu Bakar Ash-Shiddiq bukan hanya orang terdekat Rasulullah yang disebut
sebagai sahabat yang paling utama, tetapi juga ayah mertua Nabi Muhammad SAW.
Ia diketahui berperan aktif dalam berbagai kegiatan umat Islam, mulai dari ikut
berperang, berdakwah, dan mengislamkan orang.
Abu Bakar merupakan keturunan Bani Taim dari suku Quraisy, yang lahir di
Mekkah pada sekitar tahun 573. Nama aslinya adalah Abdul Ka'bah. Sejak kecil, ia
sering menghabiskan waktu dengan bermain bersama unta dan kambing. Dari situlah
ia mendapatkan julukan Abu Bakar, yang berarti bapak anak unta. Abu Bakar tumbuh
menjadi orang terpelajar dan pedagang yang kaya. Ia termasuk dalam sepuluh orang
pertama yang memeluk Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
Setelah resmi menjadi Muslim, Abu Bakar turut serta dalam dakwah
menyebarkan Islam dan berhasil mengislamkan Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqas, serta beberapa tokoh penting
dalam Islam. Selain dipercaya menemani Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah,
Abu Bakar juga menjadi penasihat Nabi di sana. Periode setelahnya, Abu Bakar maju
membela Islam dalam berbagai pertempuran dengan kaum Quraisy, seperti Perang
Badar (624), Perang Khandaq (627), dan Perang Uhud (625). Ketika Nabi
Muhammad SAW mulai sakit, Abu Bakar sering menggantikan perannya sebagai
imam salat. Pada 632, Nabi Muhammad SAW wafat dan dalam musyawarah Abu
Bakar terpilih sebagai Khulafaur Rasyidin pertama, untuk meneruskan kepemimpinan
Islam.
semasa pemerintahan Abu Bakar, kekhalifahan Islam mampu menaklukkan Persia
dan Syam. Di masa pemerintahannya pula, mulai dilakukan kodifikasi Al Quran. Abu
Bakar meninggal karena sakit pada 23 Agustus 634 setelah memimpin selama sekitar
dua tahun.
2. Umar Bin Khattab

Sebelum meninggal, Abu Bakar mewasiatkan bahwa Umar bin Khattab


ditunjuk sebagai khalifah kedua yang menggantikannya. Umar bin Khattab lahir di
Mekkah pada sekitar tahun 583 dari keturunan keluarga yang terpandang. Karena itu,
ia tumbuh menjadi orang terpelajar dan sukses menekuni dunia perdagangan. Pada
awal masa kenabian, Umar menjadi salah satu dari kalangan kafir Quraisy yang
membenci bahkan sempat ingin membunuh Nabi Muhammad.
Umar baru tersadar dan masuk Islam setelah mendengarkan lantunan ayat Al
Quran yang dibacakan adiknya. Meski keputusan itu membuatnya dikucilkan oleh
para petinggi kafir Quraisy, Umar tetap memilih menjadi pembela Nabi Muhammad.
Baca juga: Umar bin Khattab, Sahabat yang Pernah Berniat Membunuh Rasulullah
Sejak memeluk Islam, Umar mendampingi Nabi Muhammad SAW dalam banyak
kesempatan, salah satunya adalah menjadi sekretaris Nabi setiap mendapatkan wahyu
dari Allah SWT. Umar juga berperan aktif dalam berbagai peristiwa penting, seperti
pada Perang Badar, Perang Uhud, dan lain sebagainya. Setelah Nabi Muhammad
wafat dan Abu Bakar memegang kepemimpinan umat Islam, Umar berperan sebagai
penasihat kepala.
Begitu Abu Bakar meninggal, Umar ditunjuk untuk menggantikan posisinya
menjadi Khulafaur Rasyidin kedua pada tahun 634. Umar bin Khattab merupakan
Khulafaur Rasyidin yang memimpin cukup lama, yakni selama 10 tahun (634-644).
Pada masa kepemimpinannya pula, Islam menyebar luas dan menjadi kekuatan baru
di wilayah Timur Tengah.

3. Utsman Bin Affan


Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu
selama 12 tahun (644-656). Ia bukan hanya dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin ketiga,
pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad dan Khadijah
membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua Cahaya.
Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579, dari salah satu keluarga
kaya dan berpengaruh di suku Quraisy. Utsman menjadi teman dekat Abu Bakar sebelum
masa kenabian karena sesama seorang pedagang. Ketika Utsman memutuskan masuk
Islam, Abu Bakar pula yang membawanya bertemu Rasulullah dan menyatakan imannya.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, Utsman tetap berada di Madinah
menjalankan bisnisnya dan ikut andil dalam pemerintahan.
Sepeninggal Umar, dilakukan musyawarah penentuan pemimpin selanjutnya, di
mana Utsman memperoleh mayoritas suara. Salah satu hal yang dilakukan Utsman bin
Affan selama menjadi khalifah adalah melakukan ekspansi wilayah dan membentuk
armada angkatan laut. Utsman juga membagi kekuasaan Islam menjadi sepuluh provinsi
dengan masing-masing amir atau gubernur, membangun kepolisian, dan pengadilan, yang
sebelumnya dilakukan di masjid.
Prestasi Usman yang paling gemilang yakni menyeragamkan Al Quran, yang
mengakhiri banyak perbedaan di antara umat Islam. Menjelang akhir pemerintahannya,
terjadi perpecahan dan pemberontakan karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan
diberikan Utsman kepada keluarganya dari Bani Umayyah. Pada tahun 655, sekitar 1.500
orang datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Utsman itu, tetapi tidak ditanggapi
sehingga protes tersebut berubah menjadi pemberontakan untuk menggulingkan
kekuasaannya. Khalifah Utsman bin Affan wafat pada tahun 656 setelah pemberontak
yang bernama Al-Gafiqi berhasil masuk lewat atap dan membunuhnya.

4. Ali Bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib adalah sepupu, sahabat, dan juga menantu Nabi Muhammad
yang menjadi Khulafaur Rasyidin keempat. Ia merupakan putra Abu Thalib (paman
Nabi) yang lahir di Mekkah pada tahun 600. Kelahiran Ali memberi hiburan bagi
Nabi Muhammad, yang tidak memiliki anak laki-laki.
Bahkan keluarga Abu Thalib memberi izin Nabi Muhammad dan istrinya,
Khadijah, untuk mengasuh Ali. Ketika Rasulullah menerima wahyu untuk pertama
kalinya, para ahli sejarah berpendapat bahwa Ali adalah lelaki pertama yang
mempercayai wahyu tersebut dan masuk Islam di usia 10 tahun. Ali pernah tidur di
tempat Nabi guna mengelabui orang Quraisy yang akan membunuh Rasulullah
sebelum hijrah ke Madinah. Begitu menyusul ke Madinah,
Ali menikah dengan Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Dari pernikahan
itu, mereka dikaruniai dua putra dan dua putri, yaitu Hasan, Husein, Zainab, dan
Ummu Kultsum. Sepeninggal Nabi, Ali selalu dilibatkan dalam urusan kenegaraan
hingga akhirnya menjadi penasihat resmi Khalifah Utsman bin Affan.
Setelah Khalifah Utsman wafat dalam sebuah pemberontakan, keadaan semakin
kacau. Kaum Muslimin mendesak agar Ali dibaiat sebagai khalifah. Ali dibaiat
sebagai Khulafaur Rasyidin keempat, tetapi kekacauan masih banyak terjadi yang
sebagian besar disebabkan oleh tuntutan untuk menghukum pembunuh Utsman.
Kasus tersebut sampai memicu terjadinya perang saudara Islam.
Di sisi lain, masa pemerintahan Ali juga diberlakukan berbagai kebijakan yang
memajukan kekhalifahan, salah satunya adalah penyempurnaan bahasa Arab. Ali juga
membangun Kota Kufah di Irak sebagai pusat pemerintahan dan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan.
Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari 661 karena serangan seseorang yang
bernama Abdurrahman bin Muljam ketika sedang salat subuh.

B. Kebijakan Politik Khulafaur rasyidin

Kebijakan-kebijakan para khalifa al-rasyidin,yakni abu Abu Bakar, Umar Bin


Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Keempat khalifa al-rasyidin
memiliki sisi kedekatan dengan NabinMuhammad SAW. Yang tidak di ragukan lagi
karena Abu Bakar dan Umar keduanya mertua Nabi,sementara Utsman dan Ali Bin Abi
Thalib keduanya adalah menantu Nabi, dan dari sisi perjuangan dalam menegakkan
islam,dan kebenaran keempat Khulafa al-rasyidin paling terdepan. Berikut penjelasan
mengenai kebijakan politik khulafaur rasyidin yaitu;

1. Abu Bakar Ash-Siddiq


 Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah
Sebelum Rosulullah SAW wafat, beliau telah memerintahkan sepasukan
perang yang dipimpin oleh seorang anak muda, Usamah, untuk berjalan
menuju tanah Al-Balqa yang berada di Syam, persisnya di tempat
terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Ibnu Rawahah. Namun di tengah
perjalanan terdengar berita wafatnya Rosulullah SAW, sehingga pasukan
tersebut kembali ke kota Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan
kembali. Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin
Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di kota
Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya.
Ternyata berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar
waktu itu. Disamping pulang dengan membawa kemenangan, juga sekaligus
telah menimbulkan kegentaran besar pada perkampungan Arab yang dilewati
sehingga tidak berani memberontak (Ibnu Katsir, 2006:73).

 Menumpas Kaum Murtad Dan Orang-orang Yang Menolak Membayar Zakat


Ketika Rosulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang kembali
murtad. Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang Arab berdatangan
ke Madinah mengakui kewajiban sholat namun mengingkari kewajiban zakat.
Abu Bakar bersikap tegas kepada mereka, dan merekapun ditumpasnya.
Melihat hal ini, Umar pun berkata: “Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah
melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah
yang benar” (Ibnu Katsir, 2006:76).

 Menumpas Orang-orang Yang Mengaku Menjadi Nabi


Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada pula
beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang paling
berpengaruh adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki pengikut mencapai
40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah (Ibnu Katsir, 2006:101).
Abu Bakar mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid untuk
menumpas mereka. Dalam perang Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid
memperoleh kemenangan yang besar.
 Mengirim Pasukan Ekspansi Ke Wilayah Iraq Dan Syiria
Setelah berhasil mengatasi persoalan dalam negeri, mulailah Abu Bakar
berkonsentrasi untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Kesungguhannya
untuk menaklukkan negeri Iraq pada periode ini merupakan langkah awal
menaklukkan wilayah-wilayah timur pada masa khulafaur rosyidun
berikutnya. Dan pada periode perdana ini pasukan dipimpin oleh Panglima
Perang Khalid bin Wahid (Ibnu Katsir, 2006:119), Abu Ubaidah, Amru bin
Ash, Yazid dan Syurahbil (Badri Yatim, 1993:36)
 Membukukan Al-Qur’an Dalam Satu Mushaf
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar, ia
berhasil membukukan al-Qur’an dalam satuan mushaf, sebab setelah banyak
penghafal al-Qur’an gugur dalam perang Riddah di Yamamah. Oleh karena
itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk membukukan al-Qur’an
dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah tersebut terkenal dengan naskah
Hafsah yang selanjutnya pada masa khalifah Usman membukukan al-Qur’an
berdasarkan mushaf itu, kemudian terkenal dengan Mushaf Utsmani yang
sampai sekarang masih murni menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada
perubahan atau pemalsuan. (Abdul Karim, 2007:84)

Demikianlah beberapa kebijakan politik penting yang dilakukan Abu Bakar.


Namun demikian, sebagaimana yang ditulis oleh Badri Yatim (1993:36), kekuasaan yang
dijalankan pada masa Abu Bakar ini masih sebagaimana pada masa Rosulullah SAW
bersifat sentral. Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan kholifah.
Meskipun demikian, seperti juga Nabi SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat
besarnya bermusyawarah.

Menjelang wafat, Abu Bakar menunjuk Umar ibn Khattab sebagai penggantinya.
Di sinilah tampak perbedaan, di mana Abu Bakar diangkat dan diakui oleh mayoritas
umat, sedang Umar ditunjuk langsung oleh seorang Abu Bakar. (Abdul Karim, 2007:83

2. Umar Bin Khattab


Umar menjabat sebagai kholifah selama 10 tahun (634-644 M). Selama masa
pemerintahannya ada beberapa kebijakan politik yang dijalankannya, antara lain;

 Melanjutkan Ekspansi Yang Telah Dirintis Abu Bakar


Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar melanjutkan kebijakan
perang yang telah dimulai oleh Abu Bakar untuk menghadapi tentara Sasania
maupun Bizantium baik di Front Timur (Persia), Utara (Syam) maupun di
Barat (Mesir). Pada periode Khalifah Umar, peta Islam meluas di Timur
sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika
Utara. (Abdul Karim, 2007:84)

 Reformasi dalam Pemerintahan


Beliaulah khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi, membuat
undang-undang perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap,
menempatkan para godhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan menjadi
beberapa gubernuran (propinsi) dan ada majlis syura. (Ibnu Katsir, 2006:170)
 Mengatur Tata Pertanahan
Kebijakan yang paling fenomenal adalah kebijakan ekonomi Umar di
Sawad (daerah subur). Umar mengeluarkan dekrit, bahwa orang Arab
termasuk tentara dilarang transaksi jual beli tanah di luar Arab. Hal ini
memancing reaksi anggota Syura’, namun Umar memberi alasan, mutu tentara
Arab menurun, produksi menurun, negara rugi 80% dari pendapatan, dan
rakyat akan kehilangan mata pencaharian (sawah) menyebabkan mereka akan
mudah berontak terhadap negara. (Abdul Karim, 2007:86)

 Reformasi dalam Budaya


Beliaulah yang pertama kali digelari Amirul Mukminin, yang menetapkan
penanggalan hijriyah mengumpulkan manusia untuk sholat taraweh
berjamaah, mendera peminum khomer 80x cambukan, dan berkeliling di
malam hari menghontrol rakyatnya di Madinah.

3. Utsman Bin Affan


Utsman menjabat sebagai kholifah selama 12 tahun. Selama pemerintahannya itu,
keadaan bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode kemajuan dan periode
kemunduran (Abdul Karim, 2007:90). Periode I pemerintahannya membawa
kemajuan luar biasa, sedang periode II kekuasaannya identik dengan kemunduran dan
huru-hara yang luar biasa sampai akhirnya beliau tewas di tangan pemberontak.

 Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam


Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli dan
berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar dari
perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front al-Maghrib bahkan
ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di al-Maghrib, di Utara sampai ke
Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di Timur Laut sampai ke Ma Wara al-Nahar
– Transoxiana – dan di Timur seluruh Persia, bahkan sampai di perbatasan
Balucistan (wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni. (Abdul
Karim, 2007:91)

 Membentuk Armada Laut yang Kuat


Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada laut
dengan kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau serangan-serangan
di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan
pertama kali di laut dalam sejarah Islam. (Abdul Karim, 2007:91)
 Menggiatkan Pembangunan
Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga arus banjir
yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau juga membangun
jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi
di Madinah. (Badri Yatim, 2003:39)

 Menulis Kembali Penulisan Mushaf Al-Qur’an


Diantara jasa Utsman yang besar adalah telah menyatukan kaum muslimin
pada satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Qur’an terakhir yang diajarkan
oleh Jibril kepada Rosulullah SAW yakni ketika Jibril mendiktekan Al-Qur’an
kepada Rosulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau. (Ibnu Katsir,
2006:349)
Utsman meminta mushaf yang disimpan oleh Hafshah yang merupakan
hasil pengumpulan pada masa Abu Bakar, untuk ditulis kembali. Maka
ditulislah satu mushaf Al-Qur’an untuk penduduk Syam, satu mushaf untuk
penduduk Mesir, satu mushaf untuk penduduk Basrah, satu mushaf dikirim ke
Kufah, begitu juga ke Makah dan Yaman, serta satu mushaf untuk Madinah.
(Ibnu Katsir, 2006:350).

Demikianlah beberapa jasa Utsman yang cukup menonjol. Pada paroh terakhir
masa kekholifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan
sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Utsman dibunuh oleh
kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu. (Badri Yatim,
1993:38)

Menurut Badri Yatim (1993:38), salah satu faktor yang menyebabkan banyak
rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi (nepotisme). Namun anggapan nepotisme yang
demikian ditolak oleh Abdul Karim. Menurut Abdul Karim (2007:105) bahwa nepotisme
Utsman tidak terbukti. Karena, pengangkatan saudara-saudara berangkat dari
profesionalisme kinerja mereka di lapangan. Akan tetapi memang pada masa akhir
kepemimpinan Utsman, para gubernur yang diangkat tersebut bertindak sewenang-
wenang terutama dalam bidang ekonomi. Mereka di luar kontrol Utsman yang memang
sudah berusia lanjut sehingga rakyat menganggap hal tersebut sebagai kegagalan Utsman,
sampai pada akhirnya Utsman mati terbunuh.

4. Ali Bin Abi Thalibn


Ali diangkat menjadi kholifah disaat negara sedang kacau akibat pemberontakan
yang menewaskan khalifah Utsman. Oleh sebab itu, masa pemerintahannya yang
berlangsung hampir 5 tahun, dihabiskan untuk urusan dalam negeri. Sedang urusan
ekspansi Islam ke luar wilayah, praktis terhenti.

 Memecat Gubernur yang Sewenang-wenang


Khalifah Ali segera memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman,
dikarenakan beliau yakin bahwa terjadinya pemberontakan-pemberontakan itu
disebabkan oleh keteladanan politik kebijaksanaan mereka.

 Menarik Kembali Tanah yang Dihadiahkan oleh Utsman


Salah satu kelemahan Utsman adalah mengijinkan orang-orang Arab
menguasai tanah-tanah subur disekitar wilayah yang baru dikuasainya. Hal ini
dimasa Umar tidak diperbolehkan terjadi. Akibatnya penduduk pribumi
kehilangan sumber perekonomiannya. Utsman juga menghadiahkan tanah-
tanah kepada para pendukung yang disayanginya.

Begitu Ali menjadi kholifah, beliau menarik kembali tanah yang oleh
pendahulunya dihadiahkan kepada para pendukungnya itu dan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara, serta memakai kembali. Sistem distribusi
persen tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan
Umar (Hasan Ibrahim Hasan, 1989:62)

 Menumpas Para Pembangkang


Tidak semua masyarakat Islam taat kepada pemerintahan Ali. Diantaranya
adalah Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap
darah Utsman. (Badri Yatim, 1993:39)
Ali mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau
berunding untuk menyelesaikan perkara ini secara damai. Namun ajakan itu
ditolak. Akhirnya pertempuran yang dahsyatpun berkobar. Perang ini dikenal
dengan nama perang “Jamal”. Zubair dan Tholhah terbunuh, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

 Memindahkan Pusat Pemerintahan dari Madinah ke Kufah


Ali memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah (Januari 657 M) di
karenakan para pengikut Ali paling banyak berada di Kufah. (Abdul Karim,
2007:107)

 Berusaha Menghentikan Perlawanan Mu’awiyah


Kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas
pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Dari Kufah Ali bergerak menuju Damaskus dengan sejumlah besar
tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Perang
ini diakhiri dengan tahkim, tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah,
bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, khowarij. Akibatnya,
dipenghujung pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi 3 kekuatan
politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Ali) dan Khowarij (orang-orang
yang keluar dari Ali)
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali, sementara posisi Mu’awiyah
semakin kuat. Pada tanggal 20 Romadhlon Tahun 40 H (660 M), Ali terbunuh
oleh salah seorang anggota Khawarij. (Badri Yatim, 1993:40). Dengan
demikian berakhirlah masa Al-Khulafaur Rosyidun.

C. Akhir Masa Khulafaur Rasyidin


Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang masuk Islam, yaitu setelah Khadijah.
Ali masuk Islam saat umurnya masih 10 tahun.
Abdul Syukur al-Azizi dalam bukunya “Sejarah Terlengkap Peradaban Islam”, Terbitan
Noktah, 2017, menuliskan kalau Ali masih keluarga dekat Rasulullah SAW. Ayahnya,
Abi Thalib bin Abdul Muthalib adalah paman Rasulullah.
Sejak masuk Islam di umur 10 tahun tersebut, Ali selalu berada di samping Rasulullah
SAW. Karena itu, Ali tumbuh dengan iman yang sangat kuat didadanya.Pada saat
Rasulullah SAW dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, kepergiannya harus dilakukan
diam-diam. Saat itu, untuk menipu kaum kafir Quraisy, Ali tidur di tempat tidur
Rasulullah, dengan resiko terbunuh oleh kaum kafir Quraisy.

Rasulullah SAW juga sangat mempercayai Ali. Bahkan, Ali dinikahkan dengan
puteri Rasulullah, Fatimah az-Zahra.Setelah khalifah Ustman bin Affan meninggal dunia,
para sahabat seperti Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam membaiat (sumpah
setia) Ali sebagai khalifah. Pembaiatan ini dilakukan pada hari Jumat, 13 Dzulhijjah 35
Hijriah.Masa pemerintahan Ali dipenuhi dengan pergolakan-pergolakan. Beberapa
perang besar antar kaum muslimin terjadi di masa Ali, seperti Perang Jamal dan Perang
Shiffin.Pada masa Ali, muncul beberapa kelompok, yang didasari ketidakpuasan kepada
Ali. Pertama adalah kelompok Khawarij. Kedua, kelompok Murji’ah, dan terakhir
muncullah kelompom Syiah.

Masing-masing kelompok memiliki pandangan yang berbeda, sehingga


menimbulkan kekacauan di pemerintahan Ali. Belum lagi Mua’wiyyah bin Abu Sufyan
yang memberontak kepada Ali.Pada 20 Ramadhan 40 Hijriah, ketika sedang
melaksanakan salat Subuh, Ali dibunuh dengan cara ditikam dengan pedang.
Pembunuhnya adalah Abdurrahman bin Muljam, kelompok Khawarij yang berkhianat
kepada Ali.Dengan kematian Ali, maka berakhirlah kepemimpinan khulafaur rasyidin,
dan bangkitlah Dinasti Bani Umaiyah di Dasmaskus
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Khulafaur Rasyidin merupakan sebutan bagi empat pemimpin Islam di era setelah
wafatnya Nabi Muhammad. Setelah Nabi Muhammad wafat pada 632, kepemimpinan
Islam dipegang oleh empat sahabat,yaitu, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Di bawah kepemimpinan mereka, perjuangan
Rasulullah dalam berdakwah di awal kemunculan Islam dilanjutkan hingga
menjangkau wilayah yang lebih luas.
Semasa pemerintahan Abu Bakar, kekhalifahan Islam mampu menaklukkan
Persia dan Syam. Di masa pemerintahannya pula, mulai dilakukan kodifikasi Al
Quran. Abu Bakar meninggal karena sakit pada 23 Agustus 634 setelah memimpin
selama sekitar dua tahun.
Begitu Abu Bakar meninggal, Umar ditunjuk untuk menggantikan posisinya
menjadi Khulafaur Rasyidin kedua pada tahun 634. Umar bin Khattab merupakan
Khulafaur Rasyidin yang memimpin cukup lama, yakni selama 10 tahun (634-644).
Pada masa kepemimpinannya pula, Islam menyebar luas dan menjadi kekuatan baru
di wilayah Timur Tengah.
Sepeninggal Umar, dilakukan musyawarah penentuan pemimpin selanjutnya, di
mana Utsman memperoleh mayoritas suara. Salah satu hal yang dilakukan Utsman
bin Affan selama menjadi khalifah adalah melakukan ekspansi wilayah dan
membentuk armada angkatan laut. Utsman juga membagi kekuasaan Islam menjadi
sepuluh provinsi dengan masing-masing amir atau gubernur, membangun kepolisian,
dan pengadilan, yang sebelumnya dilakukan di masjid.
Setelah Khalifah Utsman wafat dalam sebuah pemberontakan, keadaan semakin
kacau. Kaum Muslimin mendesak agar Ali dibaiat sebagai khalifah. Ali dibaiat
sebagai Khulafaur Rasyidin keempat, tetapi kekacauan masih banyak terjadi yang
sebagian besar disebabkan oleh tuntutan untuk menghukum pembunuh Utsman.
Kasus tersebut sampai memicu terjadinya perang saudara Islam. .
DAFTAR PUSAKA

https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/06/200000379/biografi-singkat-khulafaur-
rasyidin?page=all.

https://bertuahpos.com/islampedia/khalifah-ali-bin-abi-thalib-dan-berakhirnya-kepemimpinan-
khulafaur-rasyidin.html

https://mangunbudiyanto.wordpress.com/2011/09/30/kebijakan-politik-al-khulafaur-rosyidun-2/

Anda mungkin juga menyukai