Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG KHALIFAH

Oleh:
Indah Latifatun Nisak
XII IIS 2

MADRASAH ALIYAH QOMARUL HIDAYAH


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul "Khalifah". Atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.KH.Ahmad Bajuri ,selaku kepala Madrasah Aliyah Qomarul Hidayah, yang memberikan
bimbingan, saran, ide dan kesempatan.

2.Bapak Suyatno, selaku guru pembimbing kami, yang memberikan dorongan, masukan kepada
penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Trenggalek,18 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam telah menetapkan sistem pemerintahan dengan sistem khilafah dan


menjadikannya sebagai satu-satunya sistem pemerintahan bagi daulah khilafah atau khilafah
Islamiyah.1 dengan melihat nash dan fakta sejarah kejayaan yang pernah dicatat dalam
lembaran sejarah kegemilangan Islam sejak pertama kali tegaknya Islam di Madinah sebagai
mabda’ (ideologi) sampai runtuhnya khilafah Islam terakhir di Turki pada tanggal 3 Maret 1924,
serta sisa-sisa penerapan Islam di negeri kaum Muslimin, terbukti bahwa Islam merupakan
agama politik dan Spiritual.

Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah ke segenap penjuru dunia.
Dengan demikian, dapat dipahami makna khilafah digunakan oleh Al-Qur’an untuk siapa yang
diberi kekuasaan mengelolah wilayah, baik luas maupun terbatas.3 Secara ringkas, Taqiyuddin
an-Nabhani sebagai pendiri Hizbut Tahrir mendefenisikan daulah khilafah sebagai
kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum
syariat Islam dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.4 Kata lain dari khilafah
adalah Imamah, imamah dan khilafah mempunyai arti yang sama.

Deretan defenisi khilafah dengan imamah sulit untuk membedakannya, hal ini di akui
oleh Qamaruddin Khan, bahwasanya penggunaan terma khilafah dan imamah senantiasa
dicampuradukan sehingga membuat kebingungan tersendiri. Ia sendiri mengusulkan khilafah
dan imamah diartikan sebagai negara atau pemerintahan. Dari defenisi di atas, jelas bahwa
daulah khilafah adalah hanya satu untuk seluruh dunia. Karena nash-nash syara’ memang
menunjukkan kewajiban umat Islam untuk bersatu dalam satu institusi negara.

B.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang telah diuraikan diatas, maka

muncul permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya

sebagai berikut:
1. bagaimana perkembangan dan penyebaran Agama Islam pada masa Khalifah Utsman bin

Affan?

2. bagaimana dampak perkembangan Agama Islam pada masa Khalifan

Utsman bin Affan?

3. bagaimana akhir perjalanan Khalifah Utsman bin Affan sebagai Khalifah?

C.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat dicapai pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan dan penyebaran Agama Islam pada masa Khalifah Utsman

bin Affan.

2. Untuk mengetahui dampak perkembangan Agama Islam pada masa Khalifah Utsman bin
Affan.

3. Untuk mengetahui seberapa jauh pandangan masyarakat terhadap Khalifah Utsman bin
Affan hingga akhir hayatnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Khalifah Utsman bin Affan

Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu selama
12 tahun (644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang menjadi Khulafaur
Rasyidin ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa kekuasaannya,
pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada 650, dan beberapa
wilayah Khorasan (sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya berturut-turut dengan dua
putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik
Dua Cahaya. Kehidupan awal Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579 Masehi
atau 42 tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Utsman bin Affan
adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, ayahnya bernama Affan bin Abi al-As dan
ibu Khalifah Utsman bin Affan bernama Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affan lahir dari
keluarga kaya dan berpengaruh di suku Quraisy. Ayahnya adalah pedagang kaya dari Makkah.
Sejak kecil, ia sudah mendapatkan pendidikan yang baik hingga menjadi salah satu orang di
Makkah saat itu yang pandai membaca dan menulis. Sebelum datangnya Islam, ayahnya
meninggal dan meninggalkan warisan yang cukup besar. Berbekal warisan tersebut, ia
memantapkan diri sebagai seorang pedagang, seperti ayahnya. Baca juga: Umar bin Khattab,
Sahabat yang Pernah Berniat Membunuh Rasulullah Meski berasal dari keturunan dua suku
kaya dan terpandang di Mekkah, ia tidak tumbuh menjadi pribadi yang sombong. Kisah Utsman
bin Affan yang dermawan bahkan terkenal di penjuru kota. Ia kemudian melakukan perjalanan
bisnisnya hingga ke Syam dan Habasyah untuk memperluas jaringan. Setelah berhasil
mengembangkan usahanya, ia menjadi salah satu pedagang kaya yang terpandang di Makkah.
Dalam menggeluti dunia bisnis, Utsman menjadi teman dekat dari Abu Bakar karena sesama
seorang pebisnis.
Ketika Abu Bakar ditunjuk menjadi Khulafaur Rasyidin pertama pada 632, Utsman dipercaya
untuk membantunya. Utsman banyak berperan sebagai penasihat Abu Bakar ketika terjadi
pertempuran di masa pemerintahannya. Setelah Abu Bakar wafat pada 634, Umar bin Khattab
menggantikan kedudukannya hingga akhir hayatnya pada 644.
Setelah itu, diadakan pembicaraan mengenai sosok yang akan menjadi khalifah
selanjutnya. Ada enam calon yang diusulkan, yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Namun, dari enam calon itu, empat di antaranya mengundurkan diri, sehingga tersisa Utsman
dan Ali saja. Berdasarkan pemilihan suara, Utsman yang meraih suara terbanyak. Oleh sebab
itu, Utsman bin Affan menjadi khalifah pada usia 70 tahun. Baca juga: Abu Ubaidah bin Jarrah,
Sahabat Nabi yang Dijuluki Kepercayaan Umat Selama memerintah, Utsman menerapkan gaya
militer yang bersifat otonom, di mana ia mendelegasikan banyak wewenang militer kepada
orang-orang yang ia percayai, seperti Abdullah bin Amir, Mu'awiyah, dan Abdullah bin Sa'ad.
Masa kekhalifahan Utsman adalah masa yang paling makmur dan juga sejahtera. Bahkan
banyak rakyatnya bisa haji sampai berkali-kali.

Beliau menjadi khalifah pertama yang berhasil melakukan perluasan Masjid al-Haram
(Mekkah) dan Masjid Nabawi (Madinah) agar bisa menampung lebih banyak umat Islam yang
akan menjalankan ibadah haji. Beliau juga menjadi pencetus ide polisi keamanan bagi
rakyatnya serta membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara.

Beberapa prestasi yang diraih oleh Utsman bin Affan selama menjadi khalifah adalah
sebagai berikut. Menaklukan daerah Arjan dan Persia serta menaklukan Khurasan dan
Nashabur di Iran. Pada setiap hari Jumat, beliau akan memerdekakan seorang budak.

Meresmikan mushaf Utsmani, yaitu kitab suci Alquran yang digunakan oleh seluruh umat
muslim di dunia. Pencapaiannya lainnya yakni mengangkat Amr bin Ash sebagai gubernur di
Afrika Utara.

Pada dasarnya Kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan salah satu keberhasilan yang
sangat cemerlang. Tetapi, dalam kecemerlangan ini, mungkin ada rasa sedikit kecewa dalam
setiap orang yang tidak dipilih oleh Utsman bin Affan sebagai salah satu gubernur contohnya.

Maka dari itu banyak orang-orang yang ingin bekerja sama dalam membunuh Khalifah
Utsman bin Affan. Sampai hingga titik dimana benar benar Khalifah Utsman bin Affan
terbunuh oleh kepungan para musuh-musuhnya

Pasca Nabi Muhammad wafat, misi dalam siar ajaran Agama Islam dilanjutkan oleh
khalifah Abu Bakar As Shidiq dan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab. Dalam masanya
untuk menegakan pilar-pilar ajaran agama Islam, bahwa kedua khalifah tersebut telah berhasil
dalam mengembangkan ajaran agama Islam.
Pasca kedua khalifah ini telah wafat, misi dalam siar ajaran agama Islam telah dilanjutkan oleh
khalifah ketiga, khalifah Utsman bin Affan. Pasca terpilihnya Utsman bin Affan sebagai
khalifah, bahwa beliau telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan Agama
Islam. Salah satu prestasinya dalam memajukan perkembangan ajaran Agama Islam adalah,
dalam sistem pembukuan Al-Qur’an (kodifikasi Al-Qur’an) yang menjadikan sebuah
mahakaryanya yang sangat fenomenal. Selain prestasinya dalam hal sistem pembukuan Al-
Qur’an, khalifah Utsman bin Affan juga telah menunjukan prestasinya yang lain dalam safari
dakwah Agama Islam. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana latar belakang
pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah; (2) bagaimana usaha khalifah Utsman bin
Affan pada tahun dalam mengembangkan ajaran agama Islam 644- 656 M; (3) bagaimana
tindakan khalifah Utsman bin Affan dalam penyebaran agama Islam pada tahun 644-656 M.
Tujuan dalam penelitian ini adalah, untuk menganalisis tentang proses pengangkatan Utsman
bin Affan sebagai khalifah; menganalisis usaha khalifah Utsman bin Affan dalam
mengembangkan ajaranajaran agama Islam; serta menganalisis tindakan khalifah Utsman bin
Affan dalam penyebaran agama Islam. Manfaat dari penelitian ini adalah bagi almamater
sebagai upaya untuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, bagi peneliti untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan penguasaan keilmuanya, terutama
berkaitan dengan masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan dalam bidang agama Islam;
bagi mahasiswa untuk meningkatkan penguasaan dan kemampuan keilmuan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Langkah-langkah dalam
penelitian sejarah terdiri dari empat metode, Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi.
Penulis menggunakan pendekatan sosiologi agama serta menggunkan teori peran. Pada tahap
ini, peneliti melakukan penulisan secara kronologis, logis, dan sistematis dengan cara
merangkai fakta-fakta sejarah sebagai hasil penafsiran atas fakta-fakta tersebut sehingga terjadi
suatu kisah sejarah ilmiah. Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa: (1) latar belakang
pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah tidak lepas dari cerminan akhlak Utsman bin
Affan, bersahabat dengan nabi Muhammad SAW, serta pandangan masyarakat terhadap sosok
Utsman bin Affan; (2) Usaha khalifah Utsman bin Affan dalam mengembangkan ajaran-ajaran
agama Islam juga didasarkan pada ajaran Rasulullah; (3) Tindakan khalifah Utsman bin Affan
dalam penyebaran agama Islam merupakan suatu prestasi emas dalam memajukan peradaban
Islam.
B. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan

Di antara para khulafaur rasyidin, nama Utsman bin Affan dikenang sebagai pribadi yang
lembut, bijaksana, dan berpendirian teguh. Meneruskan kepemimpinan Umar bin Khaththab,
Khalifah Utsman juga berupaya memperluas wilayah hingga ke luar Jazirah Arab.

Pada tahun ke-24 Hijriah, Utsman mengirimkan pasukan yang dipimpin Alwalid bin
Aqobah. Mereka bergerak menuju negeri di utara, khususnya Azerbaijan dan Armenia. Para
pemimpin dari dua negeri itu telah mengkhianati perjanjian dengan kaum Muslimin pada era
Umar bin Khaththab.

Betapa takutnya penduduk Azerbaijan dan Armenia begitu mendengar kabar kedatangan
balatentara Muslimin. Hal itu semata-mata lantaran besarnya kekuatan umat Islam. Toh mereka
sendiri tahu, dalam hal perjanjian tersebut, para pemuka merekalah yang bersalah. Maka,
pasukan yang dikirim Khalifah Utsman itu tidak melakukan suatu pertempuran. Sebab,
penduduk setempat sudah mengaku takluk.

Mirip dengan dua negeri di utara Arab, orang-orang Iskandariah di Mesir juga menolak
perjanjian dengan kaum Muslimin. Sebab, mereka merasa mendapat sokongan dari Romawi.
Pada tahun 25 Hijriah, pasukan Muslimin datang berjihad ke sana, sehingga Iskandariah takluk
ke dalam wilayah umat Islam.

Pada tahun ke-26 Hijriah, sebanyak 3.300 orang pasukan Muslimin dapat menaklukan
Sabur. Mereka dipimpin Utsman bin Abil Aash. Setahun kemudian, Khalifah Utsman
mengamanatkan kepada Abdullah bin Sa'ad bin Abbi Abi Sarah untuk menaklukan Afrika
Utara. Ibnu Sa'ad merupakan gubernur Mesir yang menggantikan Amr bin Ash.Saat itu,
pasukan Muslimin terdiri dari 20 ribu orang. Adapun jumlah pasukan lawan, yakni dari kaum
Berber, terdiri atas 120 ribu orang alias enam kali lipat balatentara Muslimin.Salah seorang
sahabat, Abdullah ibnu Azzubair, kemudian tampil berhadap-hadapan dengan Raja Berber,
Jarjir. Dalam pertempuran itu, Jarjir berhasil ditumpas. Sesudah penaklukan Afrika Utara, kaum
Muslimin menargetkan pembebasan Andalusia (Spanyol).

Pada tahun ke-28 Hijriah, pasukan Muslimin yang dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan
dapat menaklukan Pulau Siprus. Setahun berikutnya, Abdullah bin Amir memimpin pasukan
hingga menguasai wilayah kerajaan Persia.
Pada tahun ke-30 Hijriah, Tibristan dapat dikuasai. Pada tahun ke-31 Hijriah, pecah peperangan
Dzatish-Shawari. Lalu, setahun berikutnya, Muawiyah bin Abi Sufyan mencoba menyerang
daerah-daerah jajahan Romawi. Pasukannya sampai pula ke Konstantinopel.Pada tahun yang
sama tentara yang dipimpin Ibnu Aamir menguasai Marwarrauz, Thaliqon, Fariab, Jauzjan dan
Thakharstan. Banyak sejarawan menilai, era Khalifah Utsman sebagai zaman kemenangan
kaum Muslimin. Umat Islam begitu disegani para negeri adidaya kala itu, semisal Romawi,
Parsi dan Turki.

C. Akhir perjalanan Khalifah Utsman bin Affan

Gunjang-ganjung politik yang terjadi dalam sejarah Islam adalah cerita tentang politik di
masa lalu sebagaimana yang telah dijelaskan di atas sekiranya kalau pandangan tersebut kita
terima maka sejarah umat Islam adalah sejarah perpecahan. Mungkin terasa agak berlebihan
jika dikatakan demikian. Namun pada kenyataannya, masalah politik merupakan sumber
perpecahan umat Islam yang terbesar, sehingga Al-Syahrastani (wafat th. 548 H) dalam
bukunya Al-Milal wa al-Nihal mengatakan bahwa perselisihan terbesar di antara umat adalah
perselisihan mengenai imamah (kepemimpinan), karana tidak pernah pedang dihunus dalam
Islam dengan alasan agama sebagaimana (sesering) dihunus karena imamah pada setiap
zaman).

Masalah kepemimpinan adalah masalah politik, masalah menentukan siapa yang akan
memimpin umat. Walaupun sebenarnya perselisihan mengenai imamah itu sudah bermula sejak
Rasulullah s.a.w. wafat, terutama antara golongan Muhajirin dan golongan Anshar, tetapi ianya
dapat diselesaikan dengan damai, iaitu dengan mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah. Sejak
Terbunuhnya Usman bin Affan (tahun 35 H) sehingga hari ini umat Islam tidak lagi memiliki
pemimpin yang diakui oleh semua pihak. Setiap kelompok mempunyai pemimpinnya tersendiri
dan tidak mengakui pemimpin dari kelompok lain. Terbunuhnya Usman itu sendiri sebenarnya
disebabkan oleh masalah politik juga. Kelompok pemberontak yang tidak senang dengan para
gabernur yang diangkat oleh Usman dan kebijaksanaannya menuntut agar khalifah ketiga itu
meletakkan jabatan, tetapi Usman enggan melakukannya. Keengganan Usman melakukan
tuntutan kelompok tersebut membuat mereka marah dan akhirnya Usman terbunuh di rumah
ketika sedang membaca Al- Qur`an.30
Tragedi politik yang berujung terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan sesungguhnya menjadi
titik tolak bagi perpecahan umat Islam.

Menurut Al-Baghdadi (wafat th. 429 H) dalam bukunya Al-Farq bayna al-Firaq mengatakan
bahwa Mereka para shahabat berselisih setelah terbunuhnya khalifah Usman dalam masalah
orang-orang yang telah membunuhnya dan orang-orang yang membiarkannya terbunuh,
perselisihan yang kekal akan berbekas sampai hari kita sekarang ini.

Suatu rangkaian dalam peristiwa politik yang berkaitan dengan pergantian kekuasaan (suksesi
kepemimpinan) biasanya memang selalu diwarnai dengan intimidasi, kekerasan sampai dengan
perlawanan dan pemberontakan. Hal ini terjadi tidak hanya di akhir masa kepemimpinan Usman
bin Affan tapi juga dialami oleh banyak pemimpin besar di dunia ini, termasuk di Indonesia
pada saat lengsernya presiden Soeharto.

Sehingga bisa dipahami ketika konflik politik pada masa Usman semakin meruncing maka
terjadilah banyak peristiwa kekerasan massa (chaos) yang terjadi di antaranya adalah beberapa
perang saudara yang tidak bisa dihindari. Perang pertama yang terjadi adalah perang unta
(perang jamal) tahun 36 H. Antara kelompok yang dipimpin oleh Aisyah isteri Rasul saw., yang
menuntut bela atas kematian Usman, dengan kelompok Ali bin Abi Thalib yang diangkat
menjadi khalifah sesudah Usman. Kelompok pemberontak setelah membunuh Usman
bergabung dengan Ali, itulah sebabnya kelompok Aisyah dan kelompok Muawiyah bin Abi
Sufyan menuntut agar Ali menegakkan hukum terhadap mereka. Tetapi Ali tidak dapat
melaksanakan tuntutan itu. Hal ini menyebabkan krisis politik yang berpanjangan.

Problematika politik yang terjadi di era pemerintahan Usman ini merupakan puncak yang
disebut dengan al-Fitnah al-Kubra (bencana besar) di kalangan umat Islam. Umat Islam
berpecah kepada tiga kelompok: Pertama: kelompok Ali, kedua: kelompok Muawiyah, dan
ketiga: kelompok moderat/netral yang tidak memihak kepada salah satu dari dua kelompok
tersebut. Dua kelompok pertama memiliki pengikut yang banyak, sedangkan kelompok
moderat karena tidak ikut campur dalam masalah politik maka jumlahnya tidak diketahui, tetapi
kelompok ini merupakan mayoritas umat, di antara para sahabat yang bergabung di dalam
kelompok moderat ini adalah: Abdullah bin Umar, Saad bin Malik, Saad bin Abi Waqqas,
Muhammad bin Maslamah, Usamah bin Zaid, dan lain-lain. 32 Kemudian Pasca terjadinya
perang Shiffin bertambah satu kelompok lagi yaitu kelompok Khawarij.
Kelompok khawarij ini adalah kelompok pendukung Ali yang membelot karena menolak
keputusan Ali untuk melakukan Arbitrase kepada Muawiyah pada saat peristiwa perang Shiffin
tersebut.

Pada tanggal 17 Juni 656, pemberontak Mesir berhasil menemukan gerbang rumah
Utsman, yang sudah dijaga dengan sangat ketat. Para pemberontak yang berhasil memanjat
dinding segera masuk ke dalam kamar Utsman dan memukul kepalanya hingga wafat. Khalifah
Utsman bin Affan wafat pada tahun 656 dan jenazahnya kemudian disemayamkan oleh para
pendukungnya.
Selama berkuasa, Utsman menjadi khalifah pertama yang memperluas Masjidil Haram
di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga dikenal sebagai sosok yang memerintahkan
untuk mengumpulkan Alquran dalam satu mushaf.
Jasa-Jasa Utsman bin Affan

• Melakukan perluasan Masjidil Haram (Mekah) dan Masjid Nabawi (Madinah).


• Mencetuskan ide polisi kemanan bagi rakyatnya.
• Membuat bangunan khusus untuk mahkamah.
• Membangun pertanian.
• Mendakwahkan Suriah, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, dan Rhodes.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslimin di dunia untuk menegakkan
hukum-hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah ke segenap penjuru dunia. Dengan
demikian, dapat dipahami makna khilafah digunakan oleh Al-Qur’an untuk siapa yang diberi
kekuasaan mengelolah wilayah, baik luas maupun terbatas.

Pasca Nabi Muhammad wafat, misi dalam siar ajaran Agama Islam dilanjutkan oleh khalifah
Abu Bakar As Shidiq dan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab. Dalam masanya untuk
menegakan pilar-pilar ajaran agama Islam, bahwa kedua khalifah tersebut telah berhasil dalam
mengembangkan ajaran agama Islam.

Pasca kedua khalifah ini telah wafat, misi dalam siar ajaran agama Islam telah dilanjutkan oleh
khalifah ketiga, khalifah Utsman bin Affan

Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu selama 12 tahun
(644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang menjadi Khulafaur Rasyidin
ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa kekuasaannya, pemerintahan Islam
memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada 650, dan beberapa wilayah Khorasan
(sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi
Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua
Cahaya.

Di antara para khulafaur rasyidin, nama Utsman bin Affan dikenang sebagai pribadi yang
lembut, bijaksana, dan berpendirian teguh. Meneruskan kepemimpinan Umar bin Khaththab,
Khalifah Utsman juga berupaya memperluas wilayah hingga ke luar Jazirah Arab.

Pada tanggal 17 Juni 656, pemberontak Mesir berhasil menemukan gerbang rumah Utsman,
yang sudah dijaga dengan sangat ketat. Para pemberontak yang berhasil memanjat dinding
segera masuk ke dalam kamar Utsman dan memukul kepalanya hingga wafat. Khalifah Utsman
bin Affan wafat pada tahun 656 dan jenazahnya kemudian disemayamkan oleh para
pendukungnya.
Jasa-Jasa Utsman bin Affan

1.Melakukan perluasan Masjidil Haram (Mekah) dan Masjid Nabawi (Madinah).

2.Mencetuskan ide polisi kemanan bagi rakyatnya.

3.Membuat bangunan khusus untuk mahkamah.

4.Membangun pertanian.

5.Mendakwahkan Suriah, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, dan Rhodes.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uin-suska.ac.id/8354/2/BAB%20I.pdf

https://retizen.republika.co.id/posts/29875/perkembangan-islam-pada-masa-utsman-bin-affan

https://sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/01/GABUNGAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai