NIM : 52206150007
MATA KULIAH : PERADABAN PERKEMBANGAN ISLAM
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq juga menginstruksikan kepada Khalid bin Walid bersama
rombongannya ke Irak dan Syam. Mereka diperintahkan untuk menarik hati masyarakat dan
mengajak mereka memeluk Islam. Kepemimpinan Abu Bakar juga memberikan jasa
terbesarnya, yaitu mengumpulkan Al-Qur'an. Ia memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit agar
menggabungkan al-Qur'an dari berbagai tempat penulisan, baik di kulit-kulit, dedaunan,
maupun yang dihafal kaum muslim.
Peristiwa tersebut terjadi setelah para penghafal Al-Qur'an banyak yang wafat dalam
peperangan Yamamah. Sehingga Abu Bakar khawatir jika penghafal Al-Qur'an semakin
sedikit, sehingga mengakibatkan hilangnya sebagian besar ayatnya.
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab adalah Khulafaur Rasyidin kedua. Pengangkatan Umar bin Khattab menjadi
khalifah melalui proses musyawarah. Abu Bakar memberi usulan agar Umar bin Khattab
menjadi penggantinya, lalu diserahkan kepada persetujuan umat Islam. Pemilihan Umar bin
Khattab menjadi khalifah didasari adanya kekhawatiran peristiwa di Tsaqifah Bani Sa'idah,
kaum Anshar dan Muhajirin mengaku sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah, dan
saat itu umat Islam baru saja menumpas kaum murtad.
Umar bin Khattab meraih prestasi dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan. Suriah
ditundukkan oleh pasukan Islam pada tahun 636 M. Penaklukan juga dilakukan di Hamah,
Qinnisrin, Laziqiyah, dan Aleppo. Tak hanya itu, Baysan dan Yerussalem juga dikepung
selama empat bulan, hingga akhirnya menyerahkan diri.
Pada masanya, Umar bin Khattab mendirikan beberapa dewan, baitul mal, mencetak uang,
membentuk kesatuan tentara untuk melindungi perbatasan, mengatur gaji, mengangkat
para hakim dan menyelenggarakan hisbah, yakni mengawasi pasar.
Khalifah Umar meletakkan prinsip demokratis dalam pemerintahannya. Bukan hanya pandai
menciptakan peraturan baru, ia juga memperbaiki dan mengkaji ulang kebijaksanaan yang
berlaku jika diperlukan demi tercapainya kemaslahatan umat Islam.
Utsman bin Affan
Utsman bin Affan memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah satu sahabat
Rasulullah. Ia mendapat julukan dzun nurain, yang artinya yang memiliki dua cahaya, karena
menikahi dua putri Rasul secara berurutan setelah salah satu meninggal.
Kekhalifahan Utsman bin Affan mempersembahkan karya terbaik kepada umat Islam, yakni
menyusun pembukuan Al-Qur'an. Hal itu dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-
perbedaan dalam bacaan Al-Quran.
Hingga akhirnya dewan penyusunan Qur'an membuat sejumlah salinan naskah Al Qur'an
untuk dikirimkan ke berbagai wilayah sebagai pedoman yang benar.
Pada masa khalifah Utsman, perluasan wilayah Islam juga terus dilanjutkan. Daerah strategis
yang telah dikuasai Islam, seperti Mesir dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan.
Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib masuk Islam ketika masih belia. Ia merupakan kalangan anak-anak pertama
yang masuk Islam, sehingga termasuk golongan As-Sabiqunal Awwalun. Ali merupakan
keponakan dan menantu Nabi Muhammad. Ia adalah putra Abu Thalib bin Abdul Muthalib,
yakni paman Rasul. Dan ia juga menikahi putri Rasulullah, yakni Fatimah Az-Zahra. Rasulullah
mengungkapkan kedudukan Ali di sisinya seperti kedudukan Nabi Harun di sisi Nabi Musa.
Diriwayatkan dari Sa'ad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, dari Ibrahim bin Sa'ad bin
Waqqash, dari ayahnya yang menuturkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Ali:
'Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa?'.
Ali bin Abi Thalib terpilih untuk menggantikan Utsman bin Affan sebagai khalifah. Ia dilantik
oleh Thalhah bi Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abi Waqqash, yang kemudian
diikuti oleh banyak orang, baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin. Pada masa
kekhalifahannya, Ali bin Abi Thalib menarik kembali tanah hibah yang telah dibagikan
Utsman bin Affan kepada kerabatnya ke kepemilikan negara. Ia juga menurunkan gubernur
yang tidak disenangi rakyat.
5. Jelaskan perkembangan pemikiran islam pada masa Bani Umayyah !
Setelah masa pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir, pemerintahan Islam dilanjutkan
oleh Bani Umayyah. Bani Umayyah didirikan oleh seorang sahabat dari suku Quraisy
bernama Mu‟awwiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41 H/661 M hingga tahun 132 H/750 M
melalui peristiwa tahkim.1 Nama dinasti ini dinisbahkan kepada Umayyah bin „Abd Asy-
Syams, yaitu kakek buyut dari khalifah pertama bani Umayyah, Mu‟awwiyah bin Abu Sufyan.
Muawiyah adalah seorang penguasa yang ahli dan menguasai masalah politik, ahli siasat,
cerdik, kuat dan memiliki planning yang bagus dalam urusan pemerintahan. Maka bukan
sesuatu yang mengherankan jika dia dapat menjadi gubernur selama 22 tahun. Muawiyah
sebagai pendiri dinasti Bani Umayyah pada awalnya dipandang negatif oleh sebagian besar
sejarawan. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara
di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai
pengkhianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan dalam Islam, karena dialah yang
memulai mengubah sistem kepemimpinan negara menjadi monarki atau kekuasaan raja
yang diwariskan turun-temurun.
Sistem Politik Kenegaraan Bani Umayyah
Sistem politik kenegaraan yang diterapkan pada masa pemerintahan Bani Umayyah
merupakan perpaduan antara sistem Islam dengan sistem Bizantium-Persia. Perpaduan ini
ternyata membawa kemajuan bagi Islam yang mana hal tersebut merupakan sebuah prestasi
yang mampu dicapai oleh Bani Umayyah, dan dapat juga dikatakan Bani Umayyah ini
mampu menanamkan dan memadukan Chauvimisme dan militerisme dalam aspek
pemerintahan. Kecakapannya dalam bidang politik dan militer sangat luar biasa, militer dan
tentara bani Umayyah dikenal sebagai tentara yang paling disiplin dalam sejarah peperangan
Islam.
d) Bidang Kemiliteran
Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah, dibentuk organisasi militer yang
terdiri dari angkatan laut (al-bahriyah) dan angkatan kepolisian (as-syurtah).
e) Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Abdul Malik, perkembangan bidang perdagangan dan ekonomi
dan teraturnya pengelolaan pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan
ketertiban yang terjamin telah membawa masyarakatnya pada tingkat kemakmuran.
Realisasinya dapat dilihat dari hasil penerimaaan pajak di wilayah Syam saja tercatat
1.730.000 dinar emas dalam setahun.14 Kemakmuran masyarakat Bani Umayyah juga
terlihat pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Kemiskinan dan kemelaratan telah
dapat diatasi pada masa pemerintahan khalifah ini.
f) Bidang Pendidikan dan ilmu pengetahuan
Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan), terdapat beberapa kemajuan yang
diraih pada masa Bani Umayyah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan,
diantaranya sebagai berikut:
1) Pengembangan bahasa Arab.
2) Marbad sebagai kota pusat kegiatan ilmu.
3) Ilmu qira‟at.
4) Ilmu tafsir.
5) Ilmu hadist
6) Ilmu fiqh.
7) Ilmu nahwu.
8) Ilmu tarikh.
9) Usaha penerjemahan.
Diantara ilmu pengetahuan lain selain ilmu keagamaan juga dikembangkan
seperti ilmu pengobatan, ilmu hisab dan sebagainya. Mereka mengkhususkan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa Latin yang berkembang dari
Yunaniditerjemahkan ke bahasa Arab.
g) Bidang Pengembangan Bahsa Arab
Khalifah Bani Umayyah berupaya meneruskan tradisi menjaga kemurnian bahasa Arab
sebagaimana yang telah dilakukan pada masa-masa sebelumnya. Pada masa tersebut,
tepatnya ketika pemerintahan khalifah Abdul Malik, dinyatakan dengan tegas bahwa bahasa
resmi kerajaan adalah bahasa Arab. Dengan demikian bahasa-bahasa lain yang mendominasi
di wilayah kekuasaan semakin tergantikan oleh bahasa Arab. Selain penetapan kebijakan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan, juga dilakukan beberapa kebijakan-kebijakan
lain yang bertujuan untuk mengembangkan bahasa Arab pada masa pemerintahan Bani
Umayyah, diantaranya:
1) Menggantikan mata uang yang sebelumnya memakai bahasa Persia dan
Bizantium dengan mata uang baru yang berisi tulisan-tulisan
berbahasa Arab.
2) Penyempurnaan konten bahasa Arab yang mencakup penambahan
titik-titik pada huruf Arab dan perumusan tanda vokal dhommah ,
fathah , dan kasroh agar memudahkan bagi orang-orang non-
Arab untuk membaca tulisan berbahasa Arab. Selain itu juga pada
aspek kosakata, sehingga muncul istilah-istilah berbahasa Arab yang
cukup memadai yang bisa digunakan dalam bidang hukum, tata negara,
retorika, tata bahasa, dan lain sebagainya. Namun sayangnya
belum merambah pada bidang kedokteran, filsafat, dan ilmu sains.