Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan Agama Islam

Sejarah Kejayaan Islam

KELOMPOK 5 :
1. SILFANI FEBRIERNITA
2. KATHRINE RIANZA MELANI
3. MUTIA RAMAHDANI
4. AURIA DEFRIL SYAFITRI
5. FIRDA AZZAHRA

GURU : ZULKA EFFENDI S.Pd

SMAN 4 PADANG
XI MIPA 2
TP : 2023
1
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Sejarah keyayaan
islam". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak zul, yang telah turut
memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalh ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap
makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Melalui makalah ini, kita akan memahami bagaimana sejarah kejayaan Islam telah
membentuk dunia kita saat ini dan memberikan inspirasi bagi generasi-generasi yang akan datang.
Mari kita mulai perjalanan ini dengan memahami akar-akar kejayaan Islam yang megah.

DAFTAR ISI :
Sub-Bab
❖ Masa KhalifaurRasyiddin………………………………………...3
❖ Masa Bani Umayyah……………………………………………...7
❖ Masa Bani Abassiyah……………………………………………..9
❖ Tokoh tokoh Pendidikan islam masa kejayaan…………………...11
❖ Kisah Tokoh Islam Pada Masa Kejayaan…………………...........12

1. MASA KHULAFAUR RASYIDIN

A. Pengertian

2
Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata, khulafah dan ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk
jamak dari khalifah, yang artinya pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat setelah Nabi
Muhammad untuk melanjutkan tugas beliau sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan,
tetapi bukan sebagai nabi atau rasul. Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari ar-rasyid
yang artinya orang yang mendapat petunjuk. Jadi menurut bahasa, Khulafaur Rasyidin adalah
orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin, atau penguasa yang selalu mendapat petunjuk
dari Allah.

B. Pemerintahan Khulafaurrasyidddin
● Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)
Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamini. Di zaman pra islam bernama Abdullah ibnu
Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang
utama. Julukannya Abu Bakar (bapak Pemagi) karena dari pagi-pagi betul memeluk agama islam,
gelarnya ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa, terutama Isra’
Mi’raj. Jadi nabi Muhammad sering kali menunjukkannya untuk mendampinginya di saat penting
atau jika berhalangan, dan Rasul tersebut mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani
tugas-tugas keagamaan.
Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya
menyerahkan persoalan tersebut pada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena
itulah, tidak lama setelah beliau wafat dan jenazahnya belum dimakamkan, sejumlah tokoh
muhajirin dan anshar berkumpul dibalai kota bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan
siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.
Musyawarah cukup alot karena masing-masing pihak, baik muhajirin maupun anshar, sama-sama
merasa berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun dengan semangat ukhuywah islamiah yang
tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan Abu Bakar yang tinggi
mendapat penghargaan yang tinggi dari umat islam, sehingga masing- masing pihak menerima dan
membaiatnya.
Masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak di guncang oleh pemberontakan orang-orang
murtad yang mengaku-ngaku menjadi Nabi dan enggan membayar zakat, karena hal inilah khalifah
lebih memusatkan perhatiannya memerangi para pemberontak, maka dikirimlah pasukan untuk
memerangi para pemberontak ke yamamah, dalam insiden itu banyak para khufadhil quran yang
mati syahid kemudian karena khawatir hilangnya Al-Quran sayyidina Umar mengusulkan pada
khalifah untuk membukukan al-quran, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah
Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al- quran, pola pendidikan khalifah Abu
Bakar masih seperti Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Abu bakar
menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Selain menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi dalam tubuh umat islam, Abu Bakar juga mengembangkan wilayah
ke luar arab.

Kebijakan yang dilakukan Abu Bakar :


1. Menumpas nabi palsu

3
2. Memberantas kaum murtad
3. Menghadapi kaum yang ingkar zakat
4. Mengumpulkan ayat ayat al quran
5. Perluasan pengembangan wilayah islam

● Khalifah Umar bin Khathab (13-23 H / 634-644 M)


Dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya
bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki
dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-
merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy.
Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar secara diam-diam melakukan tinjauan
pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat mengenai pribadi yang layak
untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar ibn al-Khaththab.
Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus memangku jabatan
panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-mukminin (panglima orang-orang
beriman).
Pada masa umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam
memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa umar bin Khattab meliputi
Semenanjung Arabiah, Palestina, Syria, Irak, Persia dan Mesir.
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang
melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-
Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab
dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena tidak hanya
memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada. Khalifah umar juga telah
juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu dengan menjamin hak yang sama bagi
setiap warga Negara. Khalifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah
dari negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya,
sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak

Kebijakan yang dilakukan Umar Bin Khattab :


1. Mendirikan Baitul mal
2. Membentuk majlis syura
3. Membentuk dewan-dewan dalam pemerintahan
4. Kebijakan pembagian wilayah kekuasaan

● Khalifah Ustman bin Affan (23-35 H / 644-656 M)


Nama lengkapnya ialah Ustman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari pihak Quraisy. Ia
memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi. Melalui
persaingan ketat dengan ali, tim formatur yang dibentuk oleh Umar bin Khaththab akhirnya

4
member mandate kekhalifahan kepada Ustman ibn Affan. Masa pemerintahannya adalah yang
terpanjang dari semua khalifah di zaman al-Khulafa’ ar- Rasyidin yaitu 12 tahun.
Tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses bagi
beliau. Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Ustman ibn Affan menjadi dua periode,
enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah
merupakan masa pemerintahan yang buruk.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Ustman
adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting
diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan,
sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa
pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Ustman berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga
membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid di Madinah.
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis kembali al-Quran yang telah ditulis
pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Khafsoh binti Umar.
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman semakin mencekam dan timbul
pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Ustman. Ustman akhirnya
wafat sebagai syahid pada hari jumat tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/ 655 M. ketika para pemberontak
berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Ustman saat membaca al-Quran. Persis seperti yang
disampaikan Rasulullah perihal kematian Ustman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di
pekuburan Baqi di Madinah.

Kebijakan yang dilakukan Ustman Bin Afan :


1. Membuat mushaf
2. Kodifikasi mushaf al quran
3. Renovasi masjid Nabawi
4. Pembentukan Angkatan laut
5. Perluasan wilayah islam

● Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)


Peristiwa pembunuhan Utsman mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia islam yang waktu itu
sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu mnguasai
Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali Bin Abi thalib menjadi khalifah. Waktu itu Ali
berusaha menolak, tetapi Zubair Bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah memaksa beliau

5
sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka. Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat
secara massal. Karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahanyya, ia menghadapi berbagai
pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam
pemerintahannya stabil. Persoalan dihadapi Ali adalah pemberontakan yang dilakukan oleh
Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, ali tidak mau menghukum para pembunuh Ustman
dan mereka menuntut bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim.
Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
gubernur di Damaskus. Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan.17
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu Ali dan kubu
Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini disebut sebagai
perang Siffin.
Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai penasehat Mu’awiyah yang
dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah memerintahkan pasukannya
mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai isyarat berdamai dengan cara tahkim
(arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah terhindar dari kekalahan total.
Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk berbicara lebih dahulu.
Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka berdua, Abu Musa menyatakan
pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai khalifah dan menyerahkan urusan penggantiannya
kepada kaum muslimin. Tetapi ketika tiba giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas
pemberhentian Ali dan menetapkan jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash
menyalahi kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa. Sepak terjangnya dalam peristiwa
ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak keputusan tahkim tersebut, dan tetap
mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua bagian, dan kelompok yang
keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok Khawarij (orang-orang yang keluar).
Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kuffah, ia terkena
hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang tersebut yang mengenai otaknya, diayunkan oleh
seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam
atas kematian keluarga seorang wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan.

Kebijakan yang dilakukan Ali Bin Abi Thalib :


1. Mengganti pejabat dan penataan administrasi
2. Memberi tunjangan kepada kaum muslimin dan non muslm
3. Mengatur tata laksana pemerintahan
4. Memejukan bidang ilmu Bahasa
5. Karena perang saudara, ali memindahkan ibukota dari Madinah ke Kuffah tahun 657 M
2. MASA BANI UMAYYAH
Periode pemerintahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus berlangsung selama
90 tahun pada tahun 660-750 M.
Kemudian, pemerintah Bani Umayyah di Spanyol atau Andalusia berlangsung selama 275 tahun
pada tahun 756-1031 M.

6
Berdirinya Bani Umayyah tidak lepas dari masa krisis pada pemerintahan Khulafur Rasyidin.
Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, estafet kekhalifahan Islam digantikan oleh putranya, Hasan bin
Ali bin Abi Thalib.
Kemudian, di tahun 661 M, Hasan mengundurkan diri dari kekhalifahan yang menyebabkan
khilafah kaum muslimin dipegang oleh Muawiyah. Kejadian ini yang menyebabkan berdirinya
Bani Umayyah dengan memindahkan ibukota kerajaan dari Madinah ke Damaskus di Syam.
Kemudian, menurut Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Umayyah karya Topaji Pandu
Barudin, kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus runtuh pada Januari 750 M, ketika Khalifah
Marwan II, Khalifah ke-14 Bani Umayyah Damaskus, dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah di
pertempuran Zab Hulu. Setelah mengalami kekalahan saat pertumbuhan tersebut, Marwan II
memutuskan untuk melarikan diri ke Mesir. Sayangnya, Marwan tetap saja terbunuh dan itulah
menjadi awal mula keruntuhan Bani Umayyah Damaskus. Selang beberapa saat, keturunan dari
Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil melarikan dirinya ke Afrika Utara dan menyebrang ke Spanyol,
tepatnya Andalusia. Karena keberhasilanya tersebut, ia memutuskan untuk membangun kembali
kekuasaan Bani Umayyah yang baru di Andalusia dan memusatkan pemerintahannya di Corcdoba.
Menurut salah satu sejarawan Islam, Prof Badri Yatim, kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia
runtuh karena berbagai faktor. Salah satunya adalah konflik Islam dengan Kristen.

Nama-nama khalifah yang memerintah :


● Mu'awiyyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M) Yazid bin Mu'awiyah (tahun
61-64 H/680-683 M)
● Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-65 H/683-684 M) Marwan bin Hakam (tahun 65-66
H/684-685 M)
● Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-86 H/685-705 M) Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-
97 H/705-715 M)
● Sulaiman bin Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
● 'Umar bin 'Abdul Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M) Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-
106 H/720-724M)
● Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M) Walid bin Yazid [tahun 126
H/744 M)
● Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
● Ibrahim bin Walid [tahun 127 H/744 M)
● Marwan bin Muhammad [tahun 127-133 H/744-750

Kemajuan yang dicapai :

Kemajuan dalam sistem pemerintahan :


1. Pendirian departemen pencatatan (diwanul khatam)
2. Pendirian pelayanan pos (Diwanul Barid)

7
3. Pemisahan urusan keuangan dari urusan pemerintahan dengan mengangkat pejabat bergelar
sahibul kharaj
4. Penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi dalam pemerintahan
5. Pencetakan mata uang
6. Pembangunan fasilitas umum misal gedung, masjid, sumur, jalan raya
7. Pengurangan pajak dan menghentikan pembayaran upeti (jizyah) bagi orang yang baru masuk
Islam.

Kemajuan dalam agama dan ilmu pengetahuan


1. Penyempurnaan tulisan mushaf al-Quran dengan titik pada huruf-huruf tertentu
2.Pembangunan masjid Al Amawi di Damaskus dan al Aqsha di Yerussalem
3.Perluasan masjid Nabawi di Madinah
4.Pembangunan rumah sakit bagi penderita kista
5. Pengumpulan hadits
6. Menyamakan kedudukan orang Arab dan non Arab sehingga kembali bersatu.

Keruntuhan Bani Umayyah


-Munculnya kelompok yang tidak puas terhadap Bani Umayyah misal Khawarij, Syiah, dan non-
Arab (mawali)
-Tidak adanya ketentuan jelas tentang sistem pergantian khalifah
-Perpecahan antara etnis suku Arabiah Utara (Bani Qais) dengan suku Arabiyah Selatan (Bani
Kalb)
-Senang hidup mewah
-Terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad yang dilakukan tentara Dinasti Abbasiyah
sebagai akhir Dinasti Bani Umayyah di Damaskus
-Munculnya kekuatan baru yang dipimpin keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthalib sebagai
saingan Bani Umayyah.

3. MASA BANI ABASSIYAH


Kekuasan Dinasti (759-1258 M) merupakan lanjutan dari kekuasaan Dinasti umayyah .
Dinamakan Abbasiyah karena penderi dan penguasa Dinasti in adalah keturunan Abbas
paman Nabi Muhamad SAW Dinasti Abbasiyah didirikan olch Abdullah Al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas

8
Masa Abbasiyah adalah masa keemasan dan kejayaan umat Islam sebagai pusat dunia dalam
berbagai aspek peradaban karena pada masa ini lebih menekankan pembentukan dan
perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Berbeda dengan Bani Umayyah, yang lebih
menekankan pada perluasan wilayah dan kekuasaan Abdul Abbas dan Al- Mansyur telah
berhasil meletakkan dasar-dasar bangunan kekhalifahan, maka sejumlah khalifah berikutnya
melanjutkan hingga Bani Abbasiyah mencapai kejayaannya Popularitas Daulah Abbasiyah
mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (780-809 M) dan putranya Al-
Makmun (813-833 M) Harun Al-Rasyid banyak memanfaatkan kekayaan untuk keperluan
sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan. kedokteran, dan farmasi

Masa Kejayaan :

Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid dikenal sebagai masa
keemasan Islam (the golden age of islam), dimana saat itu Bagdad menjadi salah satu pusat
ilma pengetahuan di dunia Di masa pemerintahannya beliau melakukan hal-hal berikut:
● Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat
● Membangun kota bagdad yang terletak di antara sungai Eufrat dan Tigris dengan
bangunan-bangunan megah.
● Membangun tempat-tempat peribadatan
● Membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan
● Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai
● perguruan tinggi perpustakaan dan penelitian f Membangun majelis Al-Muzakarah,
yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di
rumah-rumah, masjid-masjid dan istana

Adapun Al-Makmun, pengganti Al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta pada
ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan la
juga mendirikan sekolah-sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemah yang berfungs sebagai perguruan tinggi
dengan perpustakaan yang besar Pada masa Al-Makmun inilah Bagdad mulai menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, Al-Muktasim. Khalifah berikutnya (833-842 M) member
peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Tentara dibina
secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti
Abbasiyah menjadi sangat kuat.
Dari penjabaran periodisasi perkembangan islam, diketahui bahwa puncak kejayaan umat
islam terjadi di masa khalifah Abdurahma ad-Dakil (756-785 M) dan khalifah Harus Ar-
Rosyid (786-809 M). Pada masa itu, hanya ada dua negara superpower, yaitu barat yang
berkedudukan di Cordova dan timur yang berkedudukan di Bagdad. Keduanya sama-sama
negara yang merupakan sumber ilmu pengetahuan. Umat Islam pernah berjaya selama kurang
lebih 7 abad (antara abad VII dan XIII).

pemimpin yang berhasil membawa Kekhalifahan Abbasiyah pada masa keemasannya adalah
● Al-Mahdi (775-785 M)
● Al-Hadi (775- 786 M)

9
● Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
● Al-Ma'mun (813-833 M)
● Al-Mu'tashim (833-842 M)
● Al-Watsiq (842-847 M)
● Al-Mutawakkil (847-861 M)

Runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah:
Runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
Persaingan antarbangsa Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu
dengan orang-orang Persia. Namun dalam prosesnya, orang-orang Persia tidak merasa
puasdan menginginkan sebuah dinasti dengan staf dari negaranya. Sementara bangsa Arab
beranggapan bahwa mereka istimewa dan menganggap rendah bangsa non-Arab. Oleh karena
itu, muncullah dinasti-dinasti yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad.
Kemerosotan ekonomi Meski sempat bergelimang kekayaan, Kekhalifahan Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran di bidang ekonomi karena pendapatan terus menurun sementara
pengeluaran mereka terus meningkat. Perang Salib Perang Salib yang berlangsung selama
beberapa periode tidak hanya menelan banyak korban, tetapi juga menimbulkan kerugian
yang besar. Serangan Bangsa Mongol dan jatuhnya Baghdad Pada 1258 masehi, tentara
Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang menyerang Baghdad. Penguasa terakhir
Kekhalifahan Abbasiyah benar-benar tidak berdaya membendung tentara mongol sebanyak
itu. Jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol secara otomatis mengakhiri kekuasaan Bani
Abbasiyah.

4. TOKOH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

Tokoh Islam di bidang kedokteran :


1. Ibnu Sina, tokoh Islam yang terkenal di masa kejayaan Islam yang memperkenalkan dunia
medis lewat Kitab Al-Qanun Fi At-Tibb

10
2. Ar-Razi, penemu penyakit cacar dan pencetus etika kedokteran yang menyusun Kitab Al-
Hawi
3. Ibnu Al-Nafis, Bapak Fisiologi Peredaran Darah yang memilki karya berjudul Al-Shamil
fi al-Tibb
4. Ibnu Al-Quff, perintis embriologi modern yang memiliki karya berjudul Kitab Al-Umda fi
I-Giraha
5. Ibnu Zuhr, tokoh Islam dunia yang menginspirasi dan memiliki karya berjudul Kitab al-
Taysir

Tokoh islam di bidang matematika :


1. Al-Khawarizmi, Bapak Aljabar Dunia yang menyusun Al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-
jabr wa-l-muqabala
2. Al-Battani
3. Umar Al-Farukhan

Tokoh islam di bidang astronomi :


1. Al-Fazari Abu Ishaq Al-Zarqali Jabir bin Aflah Abul Wafa
2. Al-Farghani
3. di bidang ilmu tafsir
4. Ibnu Athiyah al-Andalusy
5. Ibnu Ishaq Al-Qurthubi

Tokoh islam di bidang ilmu hadis :


1. Imam Bukhari
2. Imam Muslim Ibnu Majah
3. Imam Abu Dawud At-Tirmidzi

Tokoh islam di bidang ilmu fikih :


1. Imam Hanafi
2. Imam Malik
3. Imam Syafi'i
4. Imam Hambali

Tokoh islam di bidang ilmu tasawuf :


1. Rabiah al-Adawiyah
2. Abu Yazid al-Busthami
3. bidang Sejarah
4. Ibnu Qutaibah

Kisah Tokoh Islam Pada Masa Kejayaan

1. AI-Kindi (188‒260 H)
Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang salah satu kota
di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat kontribusinya di bidang

11
filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab. Selama masa hidupnya, Al-Kindi
terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya di banyak sejumlah disiplin ilmu,
mencakup metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan
lain sebagainya. Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila
Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-Masa’il
Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi An-Nahu La
Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.

2. Al-Farabi (258‒339 H)
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir
di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus, Suriah, pada tahun
339 H. Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat istimewa. Ia menguasai banyak
bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan Kurdi. Di bidang filsafat, kontribusi
pentingnya adalah dengan menggabungkan filsafat Yunani dan filsafat Islam. Ia juga amat
ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan lain sebagainya. Saking ahlinya di
bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua, setelah Aristoteles yang disebut guru
pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u
Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha, dan lain sebagainya.

3. Ibnu Haitham (354-430 H)


Ibnu Haitham bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitham lahir di Basrah
(Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H. Hingga sekarang, Ibnu Haitham dikenal
sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham
menjelaskan bagaimana cara kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara
detail. Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari hingga saat
ini. Karya Ibnu Haitha yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku Optik). Hingga kini, buku
itu diakui sebagai salah satu rujukan kajian optik di banyak universitas di dunia.

4. Ibnu Sina (370-428 H)


Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana
dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada 428 H di Hamazan
(kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran). Ibnu Sina menguasai bahasa Arab,
geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun,
ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.
Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul Al-
Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil
mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab. Karya-karyanya tentang kedokteran
menjadi referensi penting disiplin kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan
primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).

5. Al-Ghazali (450-505 H)
Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu Hamid
al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad pertengahan. Di
Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel. Al-Ghazali memperoleh pendidikan di Madrasah

12
Imam AI-Juwaeni. Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat
pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas Nizamiyya di
Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya. Karya Al-Ghazali yang berjudul Ihya
Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus dipelajari di berbagai belahan
dunia hingga sekarang.

6. Ibnu Rusyd (520-595 H)


Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd lahir di
Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H. Ibnu Rusyd
menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan
filsafat. Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib,
Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan lain sebagainya. Ibnu Rusyd
berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para
penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.

7. Jabir Al-Hayyan (721-815 H)


Jabir Al-Hayyan memiliki nama asli Abu Musa Jabir bin Hayyan. Jabir bin Hayyan disebut
sebagai ilmuwan muslim pertama yang mengenalkan ilmu kimia. Hingga sekarang, ia diakui
sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab. Jabir lahir di Kufah, Irak, pada 721 dan wafat pada 815
H. Ia memperoleh pendidikan dari Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Jakfar Shadiq, serta
Barmaki Vizier di Bagdad. Di antara kontribusi Jabir adalah ia mengembangkan secara ilmiah
dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode
penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi. Beberapa buku hasil karangannya masih
menjadi rujukan hingga sekarang mencakup Kitab At-Tajmi', Az-Zi’baq As-Syarqi, Kitab Ar-
Rahmah, dan lain sebagainya.

8. Ibnu Khaldun (1332-1406)


Tokoh muslim selanjutnya adalah Ibnu Khaldun, ilmuwan Islam yang dikenang sebagai
sejarawan besar sekaligus Bapak Sosiologi. Selain itu, Ibnu Khaldun dikenal sebagai Bapak
Ekonomi Islam karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan
realistis, yang dikemukakan jauh sebelum Adam Smith dan David Ricardo. Ibnu Khaldun
terlahir dengan nama 'Abd al-Rahman bin Muhammad bin Muhammad al-Hassan bin
Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin 'Abd al-Rahman bin Khaldun, pada
Ramadhan 732 H/1332 M. Sejak kecil, Ibnu Khaldun menjadi seorang pembelajar, petualang
yang haus ilmu dengan mencari banyak guru. Hingga, pada 748 H terjadi wabah sampar yang
merenggut nyawa warga-warga Tunisia dan beberapa gurunya. Apalagi, gurunya al-Abili
meninggalkan Tunisia untuk bergabung dengan Abu 'Inan di Fez. Ibn Khaldun berada di
puncak kebimbangan, antara tetap sebagai penasihat Raja, atau mengejar ilmu untuk belajar
dari Sang Guru. Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi di antaranya, at-
Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah
(pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-
Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat
teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-
Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi). Karya-karya Ibnu Khaldun berada di

13
pinggiran (marginal) dalam struktur ilmu sosial modern. Bukan berarti diabaikan, namun
belum mendapatkan tempat pada perbincangan karya-karya ilmuan Eropa, semisal Marx,
Weber, Durkheim, dan ilmuan sosiologi dan disiplin ilmu sosial lainnya. Karya-karya Ibn
Khaldun juga memiliki kontribusi signifikan untuk ilmu sosial, yakni:
(1) perkembangan argumen-argumen alternatif untuk topik-topik lama dalam kajian Islam;
(2) Perkembangan sosiologi Khaldunian dalam konteks ilmu sosial modern.

14

Anda mungkin juga menyukai