Anda di halaman 1dari 30

2.1. Pengertian Khulafaur Rasyidin.

Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin,
khulafa itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti
pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat
melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah
ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi khulafaurrasyidin mempunyai arti
pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka tiu terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW
yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki khulafaurrasyidin sebagai
berikut:
a.
Arif dan bijaksana
b.
Berilmu yang luas dan mendalam
c.
Berani bertindak
d.
Berkemauan yang keras
e.
Berwibawa
f.
Belas kasihan dan kasih sayang
g.
Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
1. Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 13 H = 632 634 M)
2.
Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 23 H = 634 644 M)
3.
Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 35 H = 644 656 M)
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 40 H = 656 661 M)[1]
2.1.1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634M).
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tammi. Di zaman pra Islam
bernama Abdul Kabah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. Gelar Ash-Shiddiq
diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan nabi dalam berbagai pristiwa, terutama Isra
dan Miraj.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya
terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya Nabi.[2]
A. Langkah-langkah kebijakan Abu Bakar
1.
Menumpas nabi palsu
2.
Memberantas kaum murtad
3.
Menghadapi kaum yang ingkar zakat
4.
Mengumpulkan ayat-ayat Al-Quan
Mengumpulkan ayat-ayat Al-Quan. Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam
berlangsung, khalifah Abu Bakar menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat kepada
para sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar bin Khattab. hal ini
dilakukan guna menghindari perpecahan diantara kaum muslimin.
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk
menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar
bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu
ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.
Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 13 / 632 634 M),khalifah Abu Bakar wafat
pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.[3]

B. Manajemen Pemerintahan Abu Bakar (Wilayah Provinsi dan Gubernur).


Di masa pemerintahan Khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan perselisihan antara
Negara Islam dan sisa-sisa kabilah arab yang masih berpegang teguh pada warisan jahiliyah
Tentang memehami agama Islam. Namun demikian, kegiatan (proses) pengaturan manajemen
pemerintan Khalifah Abu Bakar telah dimulai. Wilayah Jazirah Arab dibagi menjadi beberapa
provinsi, wilayah Hijah terdiri dari 3 provinsi, yakni Makkah, Madinah dan Thaif. Wilayah
Yaman terbagi menjadi 8 provinsi yang terdiri dari Shana, Hadramaut, Haulan, Zabid, Rama,
al-Jund, Najran, Jarsy, kemudian Bahrain dan wilayah sekitar menjadi satu provinsi.
Adapun para gubernur yang menjadi pemimpin di provinsi tersebut adalah Itab bin Usaid, Amr
bin Ash, Utsman bin Abi al-Ash, Muhajir bin Abi Umayah, Ziyad bin Ubaidillah al-Anshari,
Abu Musa al Asyari, Muadz bin Jabal, Ala bin al-Hadrami, syarhabi bin Hasanah, Yazid bin
Abi Sufyan, Khalid bin walid dan lainnya. Diantara tugas para gubernur adalah mendirikan
shalat, menegakkan peradilan, menarik, mengelola dan membagikan zakat, melaksanakan had,
dan mereka memiliki kekuasaan pelaksanaan dan peradilan secara simultan.[4]
2.1.2.
Umar bin Khaththab (13-23H/634-644M)
Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisi dari suku Adi; salah satu suku terpandang mulia. Umar dilahirkan di mekah
empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang berbudi luhur, fasih
dan adil serta pemberani.[5]
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati
dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar Singa padang pasir, dan
karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki Abu Faiz.
Itulah sebabnya pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW bedoa kepada Allah,
Allahumma Aizzul Islam bi Umaraini artinya: Ya Allah, kuatkanlah Agama Islam dengan
salah satu dari dua Umar yang dimaksud dua Umar oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin
Khattab dan Amru bin Hisyam (nama asli Abu Jahal).
Meskipun peristiwa diangkatnya Umar sebagai Khalifah itu merupakan fenomena yang baru, tapi
haruslah dicatat bahwa proses pralihan kepemimpinan tetap dalam bentuk musyawarah, yaitu
berupa usulan atau rekomendasi dari Abu Bakar yang diserahkan kepada persetujuan umat Islam.
Untuk menjajagi pendapat umum, Khalifah Abu Bakar melakukan serangkaian konsultasi
terlebih dahulu dengan beberapa sahabat, antara lain Abdurrahman bin Auf dan Usman bin
Affan. Setelah mendapat persetujuan dari para sahabat dan baiat dari semua anggota masyarakat
Islam Umar menjadi Khalifah. Ia juga mendapat gelar Amir Al-Mukminin (komandan orng-orang
beriman).
Di jaman pemerintahan Umar pusat kekuasaan Islam di Madinah mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Khalifah Umar telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahaan
yang handal untuk melayani tuntunan masyarakat baru yang terus perkembang. Umar
mendirikan beberapa dewan yaitu : membangun Baitul Mal, Mencetak Mata Uang, membentuk
kesatuan tentara untuk melindungi daerah tapal batas, mengatur gaji, mengangkat para hakimdan
menyelenggarakan hisbah.
Khalifah Umar jaga meletakkan prinsip-prinsip demokrasi dalam pemerintahannya dengan
membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna. Kekuasaan Umar menjamin hak yang
sama bagi setiap warga negara. Kekuasaan bagi Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu
sehinnga tidak ada perbedaan antara pengusa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat
dihubungi oleh rakyat.

Khalifah Umar dikenal bukan saja pandai menciptakan peraturan-peraturan baru, ia juga
memperbaiki dan mengkaji ulang terhadap kebijaksanaan yang telah ada jika itu diperlukan demi
tercapainnya kemaslahatan umat Islam. Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6
bulan 4hari. Kematiannya sangt tragis, seorang budak Persia bernama Fairuz atau Abu Luluah
secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan menunaikan
shalat subuh yang telah di tunngu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah
Umar wafat tiga hari setelah pristiwa penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23H/644M.[6]
Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan berjajar dengan makam
Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat seorang khalifah yang bijaksana itu
dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang wajib kita lanjutkan.
A. Manajemen Pemerintahan Umar bin Khattab
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. sudah di peraktikkan konsep dasar hubungan
antara negara dan rakyat, pentingnya tugas pegawai pelayanan politik dan menjaga kepentinggan
rakyat dari otoritas pemimpin. Umar r.a. melakukan pemisahan antara kekuasaan peradilan
dengan kekusaan eksekutif, beliau memilih hakim dalam sistem peradilan yang independen guna
memutuskan persoalan masyarakat. Sistem peradilan ini terpisah dari kekusaan eksekutif, dan ia
bertanggung jawab terhadap khalifah secara langsung.[7]
2.1.3.
Utsman bin Affan (23-36H/644-656M).
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil
Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi
salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sedehana, dan sebagian
besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya
memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu
meninggal. Dan Utsman pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis. Seperti halnya
Umar, Utsman diangkat menjadi Khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya, Umar dipilih atas
penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas penunjukan tiadak langsung, yaitu
melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.
A. Pencapian Pada Masa Pemerintahan Utsman.
Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya,
terutama dalam perlusan wilayah kekusaan Islam. Daerah-daerah sterategis yang sudah dikuasai
Islam seperti Mesir dan Irak. Karya monumental Utsman yang dipersembahkan kepada umat
Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Quran.
Penyusunan Al-Quran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan AlQuran antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu
membuatbeberapa salinan naskah Al-Quran untuk dikirimkan ke berbagai wilayah
kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.[8]
B. Manajemen Pemerintahaan Utsman bin Affan.
Khalifah Utsman r.a. berusaha menjaga dan melestarikan sistem pemerintahaan yang telah
ditetepkan oleh Khalifah Umar r.a. surat yang dituliskan khalifah Utsman mencerminkan
pelestarian tersebut : khalifah Umar r.a. telah menentukan beberapa sistem yang tidak hilang
dari kita, bahkan melingkupi kehidupan kita. Dan tidak ditemukan seorang pun di antara kalian
yang melakukan perubahaan dan penggantian. Allah yang berhak mengubah dan menggantinya.
Di awal kekhalifahannya, umur Utsman r.a. relatif tua. Akan tetapi, di saat umur khalifah
melebihi 70 tahun, beliau masih sanggup memberangkatkan pasukan perang.
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam
pengumpulan mushaf Al-quran menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa

kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok
sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga kerabat sebagai
pejabat pemerintahaan.[9]
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya,
muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan
Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di
bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu.[10]
Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat Islam. Dikalangan
ummat Islam yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab (sehingga perwujudan
islam pada masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang dipengaruhi kebudayaan
Helinesia dan persi. Pembenturan itu membawa kegoncanggan dan kericuhan dalam beberapa
bidang sebagai berikut :
a.
Bidang Bahasa Arab.
b.
Bidang Akidah.
c.
Bidang Politik.[11]
2.1.4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 40 H = 656 661 M).
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi. Ali adalah
putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki kelebihan, selain itu ia
adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan
wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana,
penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang
lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua
yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad.[12]
A. Gelar-gelar yang disandang oleh Ali antara lain:
Babul Ilmu gelar dari Rasulullah yang artinya karena beliau termasuk orang yang banyak
meriwayatkan hadistv v Zulfikar karena pedangnya yang bermata,juga disebut Asadullah
(singa Allah) dua dan setiap Rasulullah memimpin peperangan Ali selalu ada dibarisan depan
dan memperole kemenangan. v Karramallahu Wajhahu gelar dari Rasulullah yang artinya
wajahnya dimuliakan oleh Allah, karena sejak kecil beliau dikenal kesalehannya dan kebersihan
jiwanya. v Imamul masakin (pemimpin orang-orang miskin), karena beliau selalu belas kasih
kepada orang-orang miskin, beliau selalu mendahulukan kepentingan orang-orang fakir, miskin
dan yatim. Meskipun ia sendiri sangat membutuhkan. v Ali termasuk salah satu seorang dari tiga
tokoh yang didalamnya bercermin kepribadian Rasulullah SAW. Mereka itu adalah Abu Bakar
Asshiddiq, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib. Mereka bertiga laksana mutiara
memancarkan cahayanya, itulah sebabnya Ali dijuluki Almurtadha artinya orang yang diridhai
Allah dan Rasulnya.[13]
B. Proses dan Khalifahan Ali bin Abi Thalib.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai
pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil.
Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman. Dia
yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga
menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali siatem distribusi pajak tahunan dia antara
orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.

Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakkan Thalhah, Zubair, dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman dan mereka menuntut
bela terhadap darah Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau
berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut ditolak.
Akhirnya pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang
Jamal (Unta) Karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Ali berhasil
mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.[14]
C. Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan system pemerintahaan sebagaimana Khalifah
sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam mengangkat seorang
pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan kekuasaan atas wilayah yang dipimpinnya.
Seorang memiliki kewenangan penuh untuk mengelola wilayah yang dikuasainya, namun
khalifah tetap melakukan pengawasan terhadap kinerja pemimpin tersebut. Khalifah senantiasa
mengajak pegawainya untuk untuk hidup Zuhud, berhemat dan sederhana dalam kehidupan,
begitu juga untuk selalu memperhatikan dan berbelas kasihan terhadap kehidupan rakyatnya.
Beliau juga mengjarkan system renumirasi. Selain itu, beliau juga konsisten terhadap
kepentingan masyarakat secara umum.[15]
D. Peristiwa Tahkim dan Dampaknya
Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka timbullah golongan Khawarij
dan Syiah. Khawarij adalah golonga yang semula pengikut Ali , setelah berhenti perang Siffin
mereka tidak puas, dan keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan peperangan
yang sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan perundingan Daumatul Jandal.
Mereka berkomentar mengapa harus bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat
bertahkim kecuali allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah. khawrij
menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang melaksanakan hukum
tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang kafir.
Sebaliknya golongan kedua Syiah (golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah)
memberi tanggapan bahwa tidak menutup kemungkinan kepemimpinan Muawwiyah bertindak
salah, karena ia manusia biasa, selain itu golongan Syiah beranggapan bahwa hanya Ali satusatunya yang berhak menjadi Khalifah.
Mengingat perdebatan ini tidak titik temunya dan mengakibatkan perundingan Daumatul Jandal
gagal sehingga perdamaian tidak terwujud.
E. Ali bin Abi Thalib Wafat
Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Isalam, dan mereka
berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena adanya 3 orang imam,
yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr.
Kemudian kaum Khawarij membulatkan tekadnya, tiga orang imam itu harus dibunuh dalam
satu saat, bila hal itu tercapai umat Islam akan bersatu kembali. Demikian tekad mereka. Saya
membunuh Ali, kata Abdurrahman bin Muljam, Saya membunuh Muawwiyah, sambut Barak
bin Abdullah Attamimi, Dan saya membunuh Amr, demikian kesanggupan Amr bin Bakr
Attamimi.
Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/24 Januari
661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij tiu. Hanya Ibnu Muljam yang berhasil
membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid Kufah tetapi Ibnu Muljam pun

tertangkap dan juga dibunuh.


Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat Subuh
di Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin Ash ketika
ia sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak mengimami sholat, sedang
sakit perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat.
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi Khalifah
yang berkedudukan di Kufah.[16]
2.2. KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin
Abi Thalib, merupakan masa kekusaan khalifah Islam yang berhasil dalam mengembangkan
wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di
arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin.
Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang
relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah Arabia,
ekspansi kekuasaan Islam menembus luar Arabia memasuki wilayah-wilayah Afrika, Syiria,
Persia, bahkan menembus ke Bizantium dan Hindia.
Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dalam waktu tidak lebih dari
setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak
pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai
berikut :
1.
Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia dengan Tuhan,
juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.
Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang
kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3.
Bizaitun dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negri masing-masing.
4.
Pertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat.
5.
Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6.
Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
7.
Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu pengusa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.[17]
Pada masa kekuasaan para khulafaur rasyidin, banyak kemajuan peradaban telah dicapai. Di
antaranya adalah muculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran yang
menonjol pada masa khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :
1.
Menjaga keutuhan Al-Quran Al-Karim dan mengumpulkan dalam bentuk mushaf pada
masa Abu Bakar.
2.
Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan.
3.
Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan
berIslam pada penduduk negri. Oleh sebab itu, para sahabat pada masa Utsman dikirim ke
berbagai pelosok untuk menyiarkan Islam. Mereka mengajarkan Al-Quran dan As-sunnah
kepada banyak penduduk negeri yang sudah dibuka.

4.
Sebagai orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke-19
banyak mempelajari fenomena futuhat al-Islamiyah dan menafsirkan dengan motif baiduwi.
5.
Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahaan antara dakwah dan Negara, antara daI
maupun panglima.
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya Tarikh Al-Islam As-Siyasi, menjelaskan bahwa organisasiorganisasi atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya
sebagi berikut :
1.
Lembaga Politik.
2.
Lembaga Tata Usaha Negara.
3.
Lembaga Keuangan Negara.
4.
Lembaga Kehakiman Negara.
Peristiwa-peristiwa Penting Pada Masa Khulafaur rasyidin[18]
Tahun Pristiwa
Masa kekusaan Khlifah
11H
Rasullah SAW wafat (Rabiul Awal)
Abu Bakar Ash-shiddiq
12H
Perang Riddah
13H
Perang Yarmuk
13H
Abu Bakar Wafat (jumadil akhir)
14H
Penaklukan Damaskus
Umar bin Khathab
15H
Pearang Qadisiyah
17H
Penaklukan Persia
20H
Penaklukan Mesir
21H
Perang Nahawand
23H
Penaklukan Khurasan, Persia
27H
Penaklukan Tarablusi dan Afrika
Utsman bin Affan
28H
Penaklukan Cyprus
31H
Perang Dzatu Sawari
32H
Khurasan Kembali dilakukan
35H
Utsman wafat
36H
Perang Jamal
Ali bin Abi Thalib
37H
Perang Siffin dan Tahkim
38H
Perang Nahawand
41H
Ali bin Abi Thalib wafat
2.2.1.
Pembarui Organisasi Negara
Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaannya, oranisasi negara masih sederhana. Tetapi ketika
masa khalifah Umar, di mana ummat islam sudah terdiri dari macam-macam bangsa dan
urusannya makin meluas, maka disusunlah organisasi negara sebagai berikut:
A. Organisasi Politik yaitu terdiri :
a) Al-Khalifaat, (Kepala Negara).
Dalam memilih kepala negara berlaku sistem baiah. Pada masa sekarang mungkin sama
dengan sistem demokrasi. Hanya waktu itu sesuai dengan al-amru syuro bainahun sebagimana
yang digariskan Allah dalam Al-Quran.
b) Al-Wazaraat, (Menteri).

Khalifah Umar menetapkan Usman sebagai pembantunya untuk mengurus pemerintahan umum
dan kesejahteraan, sedangkan Ali untuk mengurus kehakiman, surat-menyurat dan tawanan
perang.
c) Al-Kitabaat, (sekretaris Negara)
Umar bin Khattab mengkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqom menjadi sekretaris untuk
menjelaskan urusan penting. Usman bin Affan juga mengangkat Marwan bin Hakam.
B. Admistrasi Negara.
Sesuai dengan kebutuhan, khalifah Umar bin Khatab menyusun administrasi negara menjadi :
a)
Diwan-diwan (Departemen-departemen) :
1)
Diwan al-Jundiy/Diwan al-Harby (Badan Pertahanan Keamanan)
Orang muslim pada masa Rasul dan Abu Bakar semuanya adalah perajurit ketika perang.
Namun perang telah selesai dan ghanimah telah dibagikan, mereka kembali penduduk sipil.
Pada masa Umar keadaan telah berubah, disusunlah satu badan yang mengurusi Tentara.
Disusunlah angkatan bersenjata khusus, asrama, latihan militer, kepangkataan, gaji, persenjataan
dan lain-lain. Mulai juga membangun angkataan laut oleh Muawiyah (Gubernur Syam) dan oleh
Ali bin Hadharamy (Gubernur Bahrain).
2)
Diwan al-Kharaj/Diwan al-Maaly/Bait al-Maal (Mengurusi keuangag Negara).
Digunakan untuk mengurusi pemasukan dan pengeluaran anggaran belanja negara. Sumber
pemasukan keungan negara islam adalah :
Al-Kharaj (Pajak hasil bumi)
Al-usyur (10% dari pedagang dan kapal-kapal orang asing yang datang ke negara Islam bea
cukai.
Al-zakah (zakat harta 2,5% dari harta yang sampai nisab)
Al-jizyah (pajak ahli dzimmah, orang bukan islam yang bertempat tinggal di negara Islam.
Al-fai dan ghanimah (uang tebusan dari orang musyrik yang kalah perang dan harta rampasan
perang.
3)
Diwan-al-Qudhat (departemen kehakiman).
Umar mengkat hakim-hakim khusus untuk tiap wilayah dan menetapkan persyaratannya.
C. Al-Imarah ala al-buldan (Administrasi pemerintahan dalam Negri).
a)
Negara dibagi menjadi beberapa provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur (amil),
yaitu :
Ahwaz dan Bahrain
Sijistan, Iraq, Makran dan Karman.
Syam, Palestina, Mesir, Padang Sahara Libia.
b) Al-Barid : perhubungan, kuda pos memakai kuda pos.
c) Al-Syurthah : polisi penjaga keamanan negara.
D. Mengembangkan Ilmu
Kelanjutan meluaskan islam ada dua gerakan perpindahan manusia, orang Arab Muslim keluar
Jaziriah Arab, orang Ajam datang ke jaziriah Arab. Dua gerakan perpindahan ini membawa
dampak tersendiri, baik positif maupun negatif. Orang Ajam yang berasal dari luar Jazirah Arab
adalah bangsa yang pernah mewarisi kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa
Arab. Walaupun nyala api ilmu pengetahuan mereka hampir padam, namun bekasnya masih
nyata. Hal ini terlihat pada adanya kota-kota tempat perkembangan kebudayaan yunani seperti
Iskandariyah, Antiokia, Harran dan Yunde Sahpur.[19]
2.2.2. Tanggung Jawab Negara yang pokok.

Prinsip persamaan di bidang ekonomi ini merupakan dasar masyarakat Islam dan merupakan
suatu jaminan untuk mempertahankan keseimbangan. Cirri utama dan prinsip jaminan
masyarakat dari kebijakan ini dirumuskan sebagai berikut :
a.
Hak Kaum Miskin.
b.
Larangan menumpuk Harta.
c.
Setiap orang membayar sesuai dengan kemampuan.
d.
Setiap orang (dibantu) sesuai kebutuhannya
e.
Jaminan social.
f.
Cadangan social.
2.2.3.
Pembayaran Bantuan Keuangan.
Prinsip jaminan social telah di mulai dan dijalankan pada mas Khulafah Umar dan dibentuk pula
departemen-departemen lain untuk mendistribusikan uang bantuan dan sumbangan kepada
masyarakat dan lain-lain yang dilakukan untuk tujuan tersebut. Departemen-departemen yang
dibentuk antara lain :
a.
Departemen pelayanan militer.
b.
Departemen kehakiman dan eksekutif.
c.
Departemen pendidikan dan pengembangan Islam
d.
Departemen jaminan social.
e.
Jamin social untuk semua.[20]
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khalifah di pilih berdasarkan musyawarah. Setelah
Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah melalui pertemuan saqifah atas
usulan umar. Problem besar yang dihadapi Abu Bakar ialah munculnya nabi palsu dan kelompok
ingkar zakat serta munculnya kamum murtad Musailimah bin kazzab beserta pengikutnya
menolak. membayar zakat dan murtad dari islam yang mengakibatkan terjadinya perang
Yamamah. Pasukan islam dipimpin Khalid bin Walid berusaha menumpas kaum ingkar zakat
yang dipimpin Musailamah bin Kazzab tersebut hingga mengakibatkan banyak sahabat yang
gugur termasuk 70 penghafal Al-Quran. Perang tersebut terjadi pada tahun 12 H.
Umar yang tahu akan hal itu merasa khawatir akan kelestarian Al-Quran hingga dia
mengusulkan kepada Abu Bakar agar membukukan/mengumpulkan mushaf yang ditulis pada
masa nabi menjadi satu mushaf Al-Quran. Mushaf yang sudah terkumpul disimpan oleh Abu
Bakar, ketika Abu Bakar sakit dia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menggantikan
beliau menjadi khalifah pada masa Umar gelombang exspansi pertama terjadi. Umar membagi
daerah kekuasaan islam menjadi 8 propinsi yaitu : Makkah, Madinah, Syiria, Basrah, Kofah,
Palestina, dan Mesir. Umar membentuk panitia yang beranggotakan 6 orang sahabat dan
meminta salah satu diantaranya menjadi khalifah setelah Umar wafat. Panitia berhasil
mengangkat Utsman menjadi khalifah. Pada masa pemerintahan utsman wilayah islam meluas
sampai ke Tripoli barat, Armenia dan Azar Baijan hingga banyak penghafal Al-Quran yang
tersebar dan tarjadi perbedaan dialek, yang menyebabkan masalah serius. Utsman membentuk
tim untuk menyalin Al-Quran yang telah dikumpulkan pada masa Abu Bakar, tim ini
menghasilkan 4 mushaf Al-Quran dan Utsman memerintahkan untuk membakar seluruh mushaf
selain 4 mushaf induk tersebut.
Utsman dibunuh oleh kaum yang tidak puas akan kebijakannya yang mengangkat pejabat dari
kaumnya sendiri (Bani Umayah). Setelah Utsman wafat umat islam membaiak Ali menjadi

khalifah pengganti utsman, kaum Bani Umayah menuntut Ali untuk menghukum pembunuh
Utsman, karena merasa tuntutannya tidak dilaksanakan Bani Umayah dibawah pimpinan
Muawiyah memberontak terhadap pemerintahan Ali. Perang Sifin mengakibatkan perpecahan
pada kelompok Ali. Dipenghujung pemerintahan Ali umat islam terpecah menjadi tiga golongan,
yaitu, Muawiyah, Syiah (pengikut Ali), dan Khawarij (orang yang keluar dari barisan Ali).
Setelah Ali meninggal, ia diganti oleh anaknya, Hasan. Hasan mengadakan perundingan damai
dengan Muawiyah dan umat islam dikuasai oleh Muawiyah. Dengan begitu berakhirlah
pemerintahan yang berdasarkan pemilihan (khulafaur rasyidin) berganti dengan sistem kerajaan).
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Khalifah

adalah

jabatan

tertinggi

dalam

kepemimpinan

Islam

pacsa

Rasulullah Saw. Wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah. Seorang
khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah
Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, tugas utama mereka dalam hal
keagamaan adalah memimpin shalat jumat di masjid Nabawi dan menyampaikan
khutbah jumat.
Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat
sebagai panglima pasukan Islam yang memiliki kewenangan luas dalam hal
pemerintahan. Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad Saw. Sebagai kepala
pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara
berurutan. Termasuk dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagamaan
umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur
Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang
mendapat petunjuk. Keempat khalifah tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq
(memerintah 632 834 M), Umar bin Khatab (634-644M), Usman bin Affan (644-656
M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
I. Abu Bakar As Shiddiq
1. Biogra Abu Bakar As Shidiq
Nama asli beliau adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa
jahiliyah bernama Abdul Kabah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya
menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama
ini diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa
Arab, Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq
atau yang tampan, karena ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memberikan

Abu Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan kisah Isra Miraj nabi
ketika banyak penduduk Mekkah mengingkarinya.
Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa lama setelah Nabi
Muhammad lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat
dengan Nabi. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun
sesudah Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika
sama-sama berjuang menegakkan agama Allah.
Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, berbagai kebaikan telah melekat pada
Abu Bakar sejak kecil. Lembut dalam bertutur kata, dan sopan dalam bertindak
merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia juga perasa dan sangat mudah tersentuh
hatinya. Selain itu Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas. Abu Bakar adalah
seorang sahabat Nabi yang terkenal akan kedermawanannya. Demi membela kaum
muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan
hartanya. Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan kedermawanannya tentu
saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin
Khalaf. Lewat perantara Abu Bakar, Allah memberi pertolongan kepada hambaNya
yang teguh imannya.
Melalui

perantara

Abu

Bakar

pula

banyak

penduduk

Mekkah

yang

menyatakan diri masuk Islam, seperti Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf,
Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin
Jarrah adalah beberapa sahabat yang masuk Islam atas ajakan Abu Bakar.
Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang
paling kukuh, baik ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani
nabi melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar
tinggal di Sunh, daerah di pinggiran kota Madinah. Di kota tersebut, Abu Bakar
dipersaudarakan dengan seorang dari suku Khazraj yang bernama Kharijah bin Zaid
dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua
orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama
Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi petani.
2. Proses terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq

Setelah Rasulullah Saw. Wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema


yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan
siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul
tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini karena Mereka sama
sekali tidak siap kehilangan

beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun

sebagai pembimbing yang mereka cintai.


Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar
yang

berkumpul di tempat Saqifah Bani Saidah, sebuah tempat yang biasa

digunakan

sebagai

pertemuan

dan

musyawarah

penduduk

kota

Madinah.

Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Saidah tersebut dipimpin seorang


sahabat yang sangat dekat Rasulullah Saw., ia adalah Saad bin Ubadah tokoh
terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan
tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah
ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia
mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan Ansharlah yang
telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan
orang-orang kar Quraisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para
sahabat dari golongan Anshar. Pada saat beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu
Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang
lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke
Saqifah Bani Saidah. Dan pada saat orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani
Saidah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk untuk mengangkat dan membaiat
Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh Muhajirin
juga datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin
Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili abu Bakar

menolaknya dengan

tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar
bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu
Bakar adalah merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin
dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya
mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kar Quraisy di
Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. Golongan Anshar tidak dapat membantah
usulannya.

Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum


Nabi dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam, bukankah di antara
mereka sering

terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas

tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang pantas
menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum
muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di
sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan
Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di antara
keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar
sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon
usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya dan keduanya justru
balik

menunjuk

dan

memilih

Abu

Bakar.

Secara

cepat

dan

tegas

Umar

mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar
dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu
Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad
bin Ubadah.
Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan
untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar
berpidato sebagai berikut:
Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya
bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantu-lah saya.
Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan.
Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya
melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.
Demikianlah,

proses

terpilihnya

Abu

Bakar

menjadi

Khalifah

sebagai

pengganti Rasulullah Saw.


Lain Abu Bakar lain pula Umar bin Khatab. Pada Saat Khalifah Abu Bakar
merasa dekat dengan ajalnya, Ia menunjuk Umar Bin Khatab untuk menggantinya,
namun sebelum menyampaikan ide dan gagasannya untuk menunjuk Umar, Abu
Bakar memanggil beberapa sahabat terkemuka seperti Abdurrahman bin Auf,
Utsman bin Afan, Asid bin Hudhair al-Anshari, Said bin Ziad dan Sahabat lain dari

golongan muhajirin dan anshar untuk dimintai penilaian dan pertimbangan dan
akhirnya mereka menyetujui.
Setelah Umar bin Khatab meninggal, Khalifah dipegang oleh Utsman bin
Affan. Pada waktu Umar hendak mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang oleh
Luluah Fairuz dan berhasil menikam perut Umar Bin Khatab namun tidak langsung
meninggal. Pada saat-saat tersebut, Proses pemilihan terjadi paskah tragedi
Shubuh, Umar membentuk Dewan yang beranggota enam orang sahabat yaitu
Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib dan dalam sidang yang a lot dan
waktu yang panjang akhirnya Utsman yang berusia 70 tahun terpilih untuk
mengganti Umar Bin Khatab.
Setelah Utsman meninggal dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni 656 M
terjadilah kekosongan kekuasaan, Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk mengganti Utsman, dan pada awalnya Ali
menolak, namun setelah banyaknya dukungan yang mengalir dan atas desakan
banyak sahabat akhirnya Ali menerima dan dibaiat menjadi Khalifah di Masjid
Nabawi tanggal 24 Juni 656 M.
II. Umar bin Khattab
a. Biogra Umar bin Khattab
Umar ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu
kabilah suku Quraisy. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan.
Ia

dibesarkan

layaknya

anak-anak

lainnya.

Memasuki

usia

remaja,

Umar

menggembalakan unta ayahnya, Khatab bin Nufail, di pinggiran kota Me-kkah.


Selain bergulat, berkuda

merupakan keahlian Umar lainnya.. Secara sik, tubuh

Umar kekar, kulitnya putih kemerah-merahan dan kumisnya lebat.


Seperti pemuda pada masa Jahiliyah lainnya, Umar akrab dengan minuman
keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam membela agama nenek
moyangnya. Tak akan ia biarkan orang, siapa pun dia, mengusik agama nenek
moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam, Umar merupakan
seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah. Pada waktu masa awal dakwah
Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), Umar merupakan

tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin , karena kekejaman dan
permusuhannya

terhadap

Islam.

Umar

pernah

menghajar

seorang

budak

perempuan karena budak tersebut memeluk Islam. Ia menghajar sampai capek dan
bosan sendiri karena terlalu banyak memukul. Sang budak akhirnya dibeli oleh Abu
Bakar dan dibebaskan.
Karena begitu berbahanya kedua orang tersebut (Umar bin Khatab dan Abul
Hakam bin Hisyam) itu, sehingga Rasulullah pernah berdoa kepada Allah agar salah
satu dari keduanya masuk Islam. Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan
Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khatab demikian doa Nabi. Doa Nabi
terkabul dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam. Keislaman Umar terbukti
membawa kemajuan pesat bagi Islam . Kaum muslimin menjadi berani terangterangan melakukan salat dan thawaf. Umar juga tidak takut menantang paman
sendiri, Abu Jahal, seorang paling membenci Islam. Ia menemui Abu Jahal dan
terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam. Karena ketegasannya itu,
Umar mendapat julukan Al Faruq yang artinya pembeda antara yang baik dan
buruk.
Ketika Nabi memutuskan untuk hijrah ke Yastrib, Umar bersma kaum
Muhajirin lainnya berangkat mendahului Rasulullah dan abu Bakar. Di kota Madinah,
Umar dipersaudarakan dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar, Umar juga ikut
menggarap tanah subur Madinah untuk ditanami berbagai macam tanaman.
Karena sifatnya yang tegas, tak jarang Umar mendebat Rasulullah, seperti
dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia merasa perjanjian tersebut merugikan kaum
muslimin. Namun di balik badannya yang kekar dan kuat serta wataknya yang keras
dan tegas, Umar menyimpan sifat lembut dan perasa. Hatinya mudah tersentuh
sampai menangis terharu. Tak jarang para sahabat menyaksikan Umar menangis
setelah shalat karena teringat dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.
b. Proses pengangkatan dan gaya kepemimpinan Umar bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan
Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berkir untuk menunjuk satu
orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang

jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk
menggantikannya.
Namun

demikian,

sebelum

menentukan

orang

yang

akan

menjadi

penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar mengenai
Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair
al anshari, said bin Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan Muhajirin dan Anshar.
Pada umumnya , para sahabat itu memuji dan menyanjung Umar.
Setelah

semua

sepakat

mengenai

Umar,

Khalifah

abu

Bakar

lantas

memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang
menunjuk Umar sebagai penggantinya, sebagai berikut :
Bismillahirrahmanirrahiim. Ini adalah pernyataan Abu Bakar, khalifah
penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., saat mengakhiri kehidupannya
di dunia dan saat memulai kehidupannya di akherat. Dalam keadaan dipercayai
oleh orang kar dan ditakuti oleh orang durhaka, sesungguhnya aku menganggkat
Umar bin Khatab sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia adalah orang baik dan
adil, sejauh pengetahuan dan pemnilaian diriku tentangnya. Bilamana dia
kemuaidan seorang pendurhaka dan zalim, sungguh aku tidak pernah tahu akan hal
yang bersifat gaib. Sungguh aku bermaksud baik dan segala sesuatu bergantung
pada apa yang dilakukan. Dan orang yang zalim kelak akan mengetahui tempat
mereka kembali.
Maka demikiannlah, kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat
Umar sebagai khalifah. Setelah dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato:
Kalau bukan karena harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu,
yang terkuat atas kamu, dan yang paling sadar akan apa yang Wahai manusia, aku
telah ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu,
aku tidak akan menerima amanat darimu.
menunggu

perhitungan

untuk

Cukuplah suka dan duka bagi Umar

memberikan

pertanggung

jawaban

mengenai

zakatmu, bagaimana aku menariknya darimu dan bagaimana akau menyalurkannya


dan caraku memerintah kamu, bagaimana aku harus memerintah. Hanya Tuhanku
yang menjadi penolongku, karena Umar tidak akan dapat menyandarkan pada

kekuasaan ataupun strategi yang cerdas, kecuali jika Tuhan mempercepat rahmat,
pertolongan dan dukungan kepada orang yang didukungnya.
III. Usman bin Affan
a.

Biogra Usman bin Affan


Usman bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani
Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang dihormati karena kekayaannya.
Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga
kaya raya. Pada usia remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke
berbagai negeri. Abu Bakar, salah satu sahabat nabi dan sebagai teman dagang.
Lewat Abu Bakar inilah Usman masuk Islam.
Akhirnya Usman menerima ajakan Rasulullah memeluk Islam tanpa ragu. Tidak
berapa lama, Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw.. Keimanannya
tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang pamannya dari Bani
Umayyah untuk meninggalkan Islam dan kembali ke pangkuan agama nenek
moyang.
Selain sifatnya lemah lembut dan tutur katanya halus, Usman seorang laki-laki
pemalu. Suatu ketika, Rasulullah bersabda: Hai umatku yang paling malu adalah
Usman bin Affan. Karena kelembutannya banyak orang mencintai Usman. Karena
pemalu, Usman disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran terkenal mengenai Usman adalah kedermawanannya, sehingga orang
akan mengatakan boros. Yang jelas, dia selalu
yang

melimpah

sama

sekali

tidak

siap mendermawankan hartanya

menjadikan

Usman

kikir.

Ia

pernah

menyumbangkan 300 ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi menyeru kaum
muslimin untuk melakukan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium.
Sejak masuk Islam , Usman tidak bisa dipisahkan dari perjuangan menegakkan
agama Islam. Karena mendapatkan permusuhan yang sengit dari penduduk
Mekkah, Rasulullah menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Bersama istrinya,
Usman melakukan hijrah ke Habsyi.
Di hadapan Rasulullah Usman mempunyai kedudukan mulia. Nabi sangat
mengagumi ketampanan Usman. Dan kemuliaan budi pekertinya. Karena itulah
setelah Ruqayah wafat, Nabi menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum salah satu
putri Rasulullah. Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang menjadikan
Usman dijuluki Dzun Nurain yang artinya pemilik dua cahaya. Sayangnya
pernikahan dengan Umu Kulsum juga tidak terlalu lama karena Ummu kulsum
meninggal terlebih dahulu. Bagitu sayangnya Nabi kepada Usman maka Nabi

pernah berkata, Seandainya aku punya putri yang lain lagi, pasti akan aku nikahkan juga dengan Usman.
Kedudukan Usman yang begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati
oleh kaum muslimin. Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa
didengarkan dan diperhatikan. Tidaklah mengherankan jika Umar bin Khatab
menunjuknya sebagai salah satu anggota Dewan syura. Lewat Dewan Syura itu pula
b.

Usman diangkat sebagai khalifah ketiga.


Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Usman bin Affan
Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak
mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak
dari Persia milik Mughirah bin Syubah yang bernama Abu Luluah Fairuz. Setelah
penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia
membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain
Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal
dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura adalah para sahabat
Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat itu. Mereka semua harus
bersidang

untuk

menentukan

siapa

di

antara

mereka

yang

menggantikan

kedudukan Umar sebagai khalifah.


Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang.
Sidang berjalan a lot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin
Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa
hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat,
usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib
sebagian karena pertimbangan usia.
Setelah dibaiat, Usman berkhutbah

di

depan

kaum

muslimin

Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian


pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin
kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah
sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah
malam. Ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya. Jangan kalian
terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya
kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian.

Sebelum menjadi khalifah, Usman adalah seorang dermawan. Ketika menjadi


khalifah, kedermawanan Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi dermawan
seperti sebelum menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan
tunjangan untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. Harta kekayaan
berupa jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari daerah taklukan
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
Selain dermawan, Usman juga seorang yang lemah lembut. Meskipun
demikian, khalifah Usman juga seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera
mengirimkan pasukan untuk mengamankan wilayah-wilayah yang memberontak
terhadap kekuasaan Islam.
Kelemahan Usman adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari bani
Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi
gubernur di beberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering
dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuntungan. Ia
kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.
IV. Ali Bin Abi Thalib
a. Biogra Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jumat tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar
tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti
Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun sang
ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah kakak
Abdullah ayah Nabi Muhammad. Jadi Ali dan Muhammad adalah saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah
asuhannya. Nabi tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu
Thalib. Ketika

dalam asuhan sepupunya inilah, Ali mendapat cahaya kebenaran

yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia memutuskan untuk menyatakan beriman
kepada Allah dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika
umurnya baru 10 tahun. Secara keseluruhan, ia adalah orang ketiga yang memeluk
Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
Di bawah asuhan Rasulullah Saw., Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan
perilaku diajarkan oleh Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi pemuda
cerdas, pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya
sangat menonjol. Ia merupakan sahabat Nabi yang paling faham tentang Al-Quran
dan

Sunnah,

karena

merupakan

salah

satu

sahabat

terdekat

Nabi.

Ia

menerimalangsung pengajaran Al-Quran dan Sunnah dari Rasulullah Saw.. Setelah


hijrah ke Madinah, Ali bekerja sebagai petani, seperti Abu Bakar dan Umar. Dua

tahun setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan
Rasulullah Saw.. Dari pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. Yang bernama
Hasan dan Husain.
Dari Madinah, bersama Nabi dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama
sama. Ali hampir tidak pernah absen di dalam mengikuti peperangan bersama
rasulullah, seperti perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan kota
Mekkah.
Pada ekspedisi ke

Tabuk, Ali tidak ikut dalam barisan perang kaum muslimin

atas perintah Nabi. Ali diperintahkan tingal di Madinah menggantikannya mengurus


keperluan warga kota. Kaum munak menebarkan tnah dengan mengatakan
bahwa Nabi memberi tugas itu untuk membebaskan Ali dari kewajiban perang.
Mendengar hal tersebut, Ali merasa sedih, dengan pakaian perang lengkap, ia
menyusul Rasulullah Saw. Dan meminta izin bergabung dengan pasukan.
Namun Nabi Saw. Bersabda : Mereka berdusta. Aku memintamu tinggal untuk
menjaga yang kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluarga dan harta
benrdaku. Tidakkah engkau bahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku seperti
Harun di sisi Musa. Ingatlah bahwa sesudahku tidak ada Nabi. Dengan patuh Ali
kembali ke Madinah.
Sepeninggal Nabi Saw., Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat.
Begitu terhormat posisi Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar, Umar dan
Usman ketika menjabat sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan nasehatnasehat Ali. Meskipun tegas dankeras dalam setiap pertempuran, namun Ali memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah
tidak berdaya. Bahkan ia pernah tak jadi membunuh musuhnya dikarenakan sang
musuh meludahinya, sehingga membuatnya marah.
Dalam hidup keseharian, Ali hidup dengan bersahaja. Meskipun miskin, Ali tetap
gemar bersedekah. Ali tak segan-segan menyedekahkan makanan yang yang
semestinya untuk keluarganya. Bahkan, Ali dan keluarganya tidak makan berharihari karena makanan milik mereka diberikan kepada peminta-minta.
Melihat berbagai keutamaannya, tidaklah mengherankan jika Khalifah Abu Bakar
sering kali meminta pendapat Ali sebelum mengambil tindakan. Sebena-rnya ia
bahkan sempat berkir untuk menunjuk Ali sebagai khalifah pengganti-nya. Namun
karena berbagai pertimbangan, maka Abu Bakar membantalkan niatnya menunjuk
Ali

sebagai

khalifah.

Ketika

Umar

menjabat

khalifah,

ia

juga

tak

pernah

mengabaikan saran-saran Ali. Umar bahkan memasukkan Ali sebagai salah satu

calon khalifah sesudahnya. Ketika khalifah Usman memerintah, nasehat-nasehat Ali


b.

juga nenjadi bahan pertimbangan sebelum keputusan ditetapkan.


Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
Pada saat kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus
dua putra lelakinya yang bernama Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah
Usman. Namun hal itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah
Usman dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal
17 Juni 656 M.
Beberapa sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah
yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil
tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun
ragu-ragu untuk membuat suatu keputusan dan tindakan. Setelah terus menerus
didesak, Ali akhirnya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M,
bertempat di Masjid Nabawi. Hal ini menyebabkan semakin banyak dukungan yang
mengalir, sehingga semakin mantap saja ia mengemban jabatan khalifah. Namun
sayangnya, ternyata tidak seluruh kaum muslimin membaiat Ali bin Abu Thalib
sebagai khalifah. Selama masa kepemimpinannya, khalifah Ali sibuk mengurusi
mereka yang tidak mau membaiat dirinya tersebut. Sama seperti pendahulunya
yaitu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar, Usman, khalifah Ali juga hidup sederhana
dan zuhud. Ia tidak senang dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang
mereka yang hidup bermewah-mewahan.
Ali bin Abu Thalib adalah seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh
pendirian dan pemberani. Tak ada yang meragukan keperwiraannya. Berkat
keperwiraannya tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah,

yang artinya singa

Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang


tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan
memerangi mereka yang melakukan pemberontakan. Di antara peperangan itu
adalah Perang Jamal dan Perang Sifn. Berkat ketegasan dan keteangkasannya,
perang Jamal dapat dimenanginya. Namun dalam perang Sifn, Khalifah Ali tertipu
oleh muslihat pihak Muawiyah. Ali hampir memenangi, namun pihak Muawiyah
meminta kepada Ali agar diadakan perjanjian damai yang disebut perjanjian di
Daumatul Jandal.
Ibrah yang Dapat Diambil
Adapun Ibrah/pelajaran yang dapat kalian ambil dari sejarah perkembangan
Islam masa Khulafaur Rasyidin adalah sebagai berikut:

1. Abu Bakar adalah seorang

gur pemimpin yang memiliki jiwa bersih, jujur, dan

sangat demokratis. Siap dikritik dan diberi saran, peduli terhadap keselamatan dan
kesejahteraan umat. Apabila sosok pemimpin seperti Abu Bakar ada pada masa
kini, pastilah kemakmuran dan keadilan akan merata pada setiap lapisan
masyarakat.
2. Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang pemberani terhadap yang benar,
tegas menghadapi kebatilan dan pandai berdiplomasi. Beliau telah merubah anakanak padang pasir yang liar menjadi bangsa pejuang yang gagah berani, tangguh,
disiplin tinggi serta mampu menghancurkan Persia dan Byzantium. Beliau juga
mampu membangun imperium yang cukup kuat dan luas meliputi Persia, Irak,
Kaldea, Syria, Palestina, dan Mesir. Apabila para pemimpin pada masa sekarang
mau meneladani kepribadian Umar bin Khattab, tentulah akan terwujud stabilitas
bangsa dan Negara yang ampuh.
3. Usman bin Affan adalah seorang pemimpin yang berjuang meneruskan perjuangan
para

Khalifah

pendahulunya.

Beliau

mampu

melakukan

perluasan

wilayah

kekuasaan yang patut dikenang. Beliau mampu membentuk Angkatan Laut Arab.
Corak kepemimpinan beliau yang patut dicontoh dan diterapkan yaitu sifat
keterbukaan dan demokratis.
4. Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang alim, gagah berani, tangkas, dan
pandai bermain pedang. Seluruh potensinya dipergunakan untuk mengatasi
perpecahan dan kekacauan dalam negeri. Beliau dilantik menjadi khalifah dalam
situasi dan kondisi yang kacau balau, akan tetapi ia mampu menjalankan roda
pemerintahan dengan baik. Perjuangan beliau senantiasa untuk keutuhan umat.
Apabila para pemimpin zaman sekarang mau meniru kepemimpinan Ali bin Abi
Thalib, pasti perpecahan dan kekacauan dapat diatasi dengan mudah.

Ibrah Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin


Dari perjalanan kepemimpinan yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin, kita
sebagai umat Islam dapat mengambil beberapa pelajaran atau ibrah yang sangat
berharga untuk kehidupan umat Islam. Khalifah Abu Bakar as-Siddiq merupakan
sosok pemimpin yang tegas serta teguh dalam menjalankan kebenaran. Kita
dapat pula mencontoh terhadap Khalifah Umar bin Khattab sebagai peletak
dasar-dasar demokrasi dalam Islam.

Usman bin Affan dalam memimpin umat Islam selalu menyelesaikan permasalahn
dengan mengutamakan pendekatan secara persuasif. Khalifah yang terakhir, Ali
bin Abi Talib, dalam kepemimpinannya selalu bersikap tegas, disiplin, serta
memiliki watak yang agak keras ketika harus membela sebuah kebenaran. Dari
Khulafaur Rasyidin dengan berbagai prestasi-prestasinya, kita dapat mengambil
suatu hikmah atau ibrah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk kepentingan masa sekarang dan juga untuk masa yang akan datang,
antara lain:
1.
Umat Islam hendaknya selalu menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai
figur panutan dalam segala urusan kehidupan.
2.

Umat Islam hendaknya dapat menjaga persatuan dan kesatuan.

3.
Umat Islam diharapkan selalu memiliki semangat kerja dan etos kerja yang
tinggi, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Khulafaur Rasyidin dalam
mengemban amanat untuk menyiarkan ajaran agama Islam.

HIKMAH-HIKMAH YANG DAPAT DIAMBIL DARI KEPEMIMPINAN ISLAM KLASIK


1. Kita dapat meneladani sikap intelektual dan semangat keislaman para Khalifah
pada zaman keemasan tersebut
2. Kita dapat mengambil berbagai tauladan dari para Khalifah
3. Dapat menumbuhkan semangat kepedulian social
4. Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan Islam atau dijadikan
pandangan hidup dalam kegiatan sehari hari
5. Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan sehari-hari
6. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

KHULAFAUR RASYIDIN
Khulafaur Rasyidin merupakan penerus serta pemegang kepemimpinan Islam setelah
Rasulullah saw. wafat. Khulafaur Rasyidin mengandung makna orang-orang yang terpilih serta
mendapatkan petunjuk untuk menggantikan Nabi Muhammad saw. sebagai pejuang penyiar
ajaran agama Islam setelah beliau wafat. Namun, Khulafaur Rasyidin bukan sebagai nabi
ataupun rasul.
A. Keberhasilan yang Dicapai oleh Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulaf dari Khalifah yang mempunyai makna
pemimpin. Sedangkan ar-rsyidn mengandung makna mendapatkan petunjuk. Dari peengertian
di atas, Khulafaur Rasyidin memiliki arti para pemimpin yang mendapatkan petunjuk.
1. Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (11-13 H/ 632-634 M)
Abu Bakar as-Siddiq merupakan keturunan dari Abu Quhafah. Abu Bakar as-Siddiq lahir
pada tahun ke-2 dari tahun gajah, sehingga dua tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw.
Abu bakar as-Siddiq terpilih sebagai penerus Rasulullah saw. setelah beliau wafat untuk
memimpin umat Islam serta mengurusi persoalan umat. Abu Bakar as-Siddiq banyak melakukan
berbagai macam usaha untuk memajukan pemerintahan Islam. Usaha-usaha tersebut antara lain:
a.

1)
2)
3)
4)
b.

c.

1)
2)
3)

Memerangi kaum murtad atau pembangkang


Di awal masa pemerintahan Abu Bakar as-Siddiq, banyak muncul berbagai macam
permasalahan yang dapat mengganggu stabilitas pemerintahan Islam. Namun dalam praktiknya,
Abu Bakar as-Siddiq selalu berpesanuntuk tetap mengadakan pendekatan kepada masyarakat
dengan cara damai, sehingga tidak terjadi perlawanan yang lebih besar. Tidak semua kaum
murtad menolak pendekatan secara damai dari umat Islam. Tetapi, tidak sedikit pula yang terangterangan menolak justru mereka mengajak perang. Kelompok yang secara terang-terangan
mengajak perang tersebut biasanya dipimpin oleh orang yang mengaku dirinya sebagai nabi atau
dikenal sebagai nabi palsu. Di antara nabi-nabi palsu tersebut antara lain:
Aswad al-Ansi
Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi
Malik bin Nuwairah
Musailamah al-Kazab
Pembukuan Al-Quran
Pada awalnya, ayat-ayat Al-Quran masih dituliskan pada benda-benda yang berserakan
seperti kulit, kayu, dan pelepah daun kurma. Atas nasehat Umar bin Khattab kepada Abu Bakar
as-Siddiq mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran tersebut untuk dijadikan satu dalam bentuk
sebuah kitab. Zaid bin Sabit sebagai pemimpin pengumpulan ayat-ayat Al-Quran yang masih
berserakan tersebut. Hasil dari pengumpulan ayat-ayat Al-Quran yang sudah selesai menjadi
mushaf, kemudian disimpan oleh Khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Setelah Khalifah Abu Bakar asSiddiq meninggal, mushaf tersebut disimpan oleh putri dari Umar bin Khattab dan juga salah
satu istri Nabi Muhammad saw.
Ekspansi Kekuasaan Islam (perluasan wilayah)
Ada beberapa hal yang dijadikan pedoman utama para juru dakwah dan para tentara Islam dalam
melakukan perluasan wilayah penyebaran ajaran agama Islam, atau memasuki wilayah baru yang
akan dijadikan tempat penyebaran agama Islam, diantaranya yaitu:
Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta hartanya akan mendapat perlindungan.
Boleh tidak memeluk ajaran agama Islam, tetapi harus membayar jizyiah maka jiwa dan
hartanya akan dilindungi.
Jika melakukan perlawanan terhadap umat Islam maka akan diperangi.
Wilayah-wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Persia dan Kerajaan Bizantium
menjadi daerah-daerah yang menjadi sasaran penyebaran ajaran agama Islam. Atas dasar itu,
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq mempunyai keinginan untuk menguasai wilayah tersebut, dengan
cara memerintahkan dua panglimanya yang bernama Khalid bin Walid dan Musanna bin Harisah.

Abu Bakar as-Siddiq memerintahkan Khalid bin Walid untuk ikut serta membantu pasukan
Bizantium untuk menguasai wilayah Suriah.
Dalam perkembangannya, Kerajaan Bizantium menjadikan Kota Damaskus, di Suriah
sebagai pusat pemerintahan di kawasan wilayah Arab dan daerah-daerah sekitarnya. Dalam
peperangan tersebut, pasukan Islam berjumlah 18.000 orang, sedangkan pasukan Romawi yang
akan dilawan berjumlah 240.000 orang. Melihat kondisi yang demikian, Khalifah Abu Bakar asSiddiq memerintah Khalid bin Walid untuk membawa pasukan menuju Syam. Keberanian
pasukan muslim semakin bertambah setelah bergabungnya pasukan yang dibawa oleh Khalid bin
Walid, akhirnya pertempuran terjadi di dekat Sungai Yarmuk. Ketika peperangan berlangsung,
terdengar kabar bahwa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq meninggal dunia dan beliau digantikan
oleh Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Perang
Yarmuk ini akhirnya dimenangkan oleh pasukan Islam.
2. Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab menjadi Khalifah tidak berdasarkan pemilihan maupun musyawarah
bersama secara terbuka, melainkan Umar diangkat menjadi Khalifah atas penunjukan atau wasiat
serta kepercayaan yang diberikan oleh Abu Bakar as-Siddiq. Umar bin Khattab juga dikenal
sebagai seorang sosok yang tegas dalam menghadapi masalah. Atas sikap yang tegas seperti itu,
maka Umar bin Khattab diberikan gelar oleh Rasulullah saw. dengan sebutan al-Faruq, yang
artinya pemisah atau pembeda. Umar bin Khattab banyak menghasilkan berbagai prestasi ketika
menjabat sebagai Khalifah, prestasi-prestasi tersebut antara lain:
a.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.

Ekspansi wilayah (perluasan wilayah)


Ketika pemerintahan Umar bin Khattab, umat Islam melaksanakan perluasan wilayah kekuasaan
Islam secara besar-besaran. Perluasan secara besar-besaran ini lebih dikenal dalam sejarah Islam
dengan sebutan Futuhal al-Islamiyah. Wilayah Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar
bin Khattab semakin banyak dan luas, serta wilayah-wilayah di Eropa timur. Karena wilayah
kekuasaan Islam semakin luas, maka untuk memudahkan pengawasan jalannya pemerintahan,
Khalifah Umar bin Khattab membagi wilayah kekuasaan Islam menjadi beberapa wilayah
provinsi dengan dipimpin seorang Gubernur. Wilayah yang dibagi menjadi delapan provinsi,
yaitu:
Muawiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Suriah, dengan ibukota Damaskus
Nafi bin Abu Haris, Gubernur Hijaz, dengan ibukota Mekah
Abu Musa al-Asyary, Gubernur Iran, dengan ibukota Bashrah
Mughirah bin Subah, Gubernur Irak, dengan ibukota Kufah
Amr bin As, Gubernur mesir, dengan ibukota Fustat
Alqamah bin Majaz, Gubernur Palestina, dengan ibukota Jerussalem
Umair bin Said, Gubernur Jazirah Mesopotamia, dengan ibukota Hims
Khalid bin Walid, Gubernur di Suriah Utara dan Asia Kecil
Penataan administrasi dan keuangan negara
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, dibentuklah suatu lembaga yang diberi
nama Baitul Mal serta Dewan Perang. Baitul Mal mengelola masalah yang berkenaan
dengan keuangan negara, mengelola keluar masuknya keuangan mulai dari provinsi-provinsi
sampai tingkat pusat, dengan pengawasan yang sangat ketat dan hati-hati. Sedangkan, Dewan
Perang mengurusi masalah pencatatan administrasi militer.

Keuangan yang ada di Baitul Mal dapat digunakan untuk memberikan pembayaran gaji
kepada para pegawai pemerintahan serta gaji untuk tentara, yang pembayarannya harus
disesuaikan dengan pangkat dan kedudukannya. Keuangan yang ada di Baitul Mal tidak hanya
untuk membayar gaji para pegawai, tetapi juga untuk memberikan santunan kepada rakyat
miskin.
c. Penetapan kalender Hijriah
Khalifah Umar bin Khattab mempunyai pendapat sendiri untuk penetapan dimulainya
kalender Islam, yaitu saat Nabi Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah, sebab dari hijrah itulah
umat Islam mengawali kemenangannya (sebagai titik balik kemenangan umat Islam). Umar bin
Khattab wafat pada hari Rabu, tanggal 2 Zulhijjah 23 H karena dibunuh oleh Abu Luluah.
Beliau ditikam dengan sebilah pisau yang telah dilumuri dengan racun.

3. Khalifah Usman bin Affan


Usman bin Affan adalah seorang saudagar yang berhasil sehingga beliau banyak mempunyai
harta yang berasal dari Mekah. Hartanya banyak yang digunakan untuk mendukung dakwah
yang dilakukan Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan ajaran agama Islam. Umat Islam
memberikan julukan kepada Khalifah Usman bin Affan dengan sebutan Zun Nurain yang
memiliki maksud memeiliki dua cahaya. Julukan tersebut diberikan kepada Usman bin Affan
setelah beliau menikahi putri kedua dan ketiga Rasulullah saw. yaitu Ruqayah dan Ummu
Kulsum. Usman bin Affan menjadi Khalifah menggantikan Umar bin Khattab, yaitu pada tahun
23 H. Usman bin Affan terpilih menjadi Khalifah atas pembicaraan enam anggota dewan yang
dibentuk oleh Umar bin Khattab. Usman bin Affan ketika dipilih sebagai Khalifah berusia 70
tahun. Beliau memimpin umat Islam selama 12 tahun. Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai
oleh Khalifah bin Affan, antara lain:
a.

Pembukuan mushaf Al-Quran


Usman bin Affan membentuk sebuah panitia yang akan menyusun Al-Quran. Kepanitiaan
yang akan menyusun Al-Quran tersebut dipimpin oleh Zaid bin Sabit, serta beranggotakan
Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas dari panitia tersebut adalah menyalin
kembali ayat-ayat Al-Quran ke dalam sebuah kitab yang dinamakan mushaf. Atas kebijakan
dari panitia, mushaf diperbanyak menjadi lima mushaf. Satu mushaf berada di kota Madinah,
sedangkan yang empat lainnya dikirim ke berbagai wilayah-wilayah lain, yaitu ke Mekah,
Suriah, Basra dan Kufah.mushaf yang tetap tinggal di Madinah dinamakan Mushaf al-Imam
atau Mushaf Usmani.
b. Renovasi (pemugaran) Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang merupakan masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah saw. mulai
di renovasi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahan Usman bin
Affan dilakukan perluasan masjid. Selain diperbaiki secara fisik atau bangunannya, masjid
tersebut juga direnovasi masalah bentuk serta corak dari masjid tersebut sehingga akan kelihatan
lebih bagus dan indah.
c. Pembentukan angkatan laut
Pada waktu pemerintahan Usman bin Affan, kekuasaan Islam sudah sangat luas hingga ke
Afrika, Siprus, sampai Konstantinopel. Agar wilayah-wilayah tersebut tetap dalam penjagaan
serta pengawasan tentara Islam, maka Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai Gubernur Suriah

mengajukan usulan untuk membentuk angkatan laut. Oleh Khalifah Usman bin Affan tersebut
mendapat respons positif. Islam datang ke Indonesia juga melalui jalur laut.
d. Ekspansi wilayah
Perluasan wilayah kekuasaan Islam yang dilakukan umat Islam pada masa pemerintahan
Usman bin Affan sudah sangat luas, perluasan wilayah telah sampai ke wilayah Azerbaijan yang
dipimpin oleh Said bin As dan Huzaifah bin Yaman. Sedangkan wilayah lain yang berhasil
dikuasai oleh pasukan umat Islam adalah wilayah Armenia yang dipimpin oleh Salam bin
Rabiah al-Bahiy.
4. Khalifah Ali bin Abi Talib (35-40 H / 656-661 M)
Ali bin Abi Talib menjadi Khalifah menggantikan Usman bin Affan yang meninggal dibunuh
oleh kaum munafik. Khalifah Usman dibunuh dirumahnya sendiri oleh kaum munafik ketika
beliau sedang puasa sunah dan sedang membaca Al-Quran. Dalam masa kepemimpinannya,
banyak prestasi yang dicapainya. Prestasi Khalifah Ali bin Abi Talib, antara lain:
a.

Mengganti pejabat pemerintahan yang kurang cakap


Khalifah Ali bin Abi Talib banyak mengganti para pejabat yang kurang cakap dalam bekerja.
Ali bin Abi Talib menginginkan bentuk sebuah pemerintahan yang efektif serta efisien.
b. Membenahi keuangan negara (Baitul Mal)
Para pejabat yang digantikan oleh Khalifah Ali bin Abi Talib ternyata banyak mendapatkan
harta kekayaannya dengan cara yang tidak benar menurut agama. Oleh Khalifah Ali bin Abi
Talib, harta-harta yang diperoleh para pejabat pemerintahan yang digantikannya tersebut disita,
kemudian diserahkan kepada Baitul Mal untuk dikelola dengan sebaik-baiknya.
c. Memajukan ilmu bahasa
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, mulai dikembangkan ilmu nahwu, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang tata bahasa Arab. Dengan pembelajaran ilmu nahwu tentunya banyak
manfaatnya, diantaranya orang-orang non-Arab dapat mempelajari Al-Quran dan hadis dengan
baik dan benar, karena kedua sumber hukum Islam tersebut menggunakan bahasa Arab.
d. Memajukan pembangunan
Fokus pembangunan yang pertama kali dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Talib adalah
membangun Kota Kufah. Banyak ahli sejarah yang mengatakan bahwa kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin adalah kepemimpinan yang paling mendekati tipe kepemimpinan Rasulullah saw.
dalam memimpin umat Islam dan pemerintahan Islam.
B. Ibrah Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Dari perjalanan kepemimpinan yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin, kita sebagai umat
Islam dapat mengambil beberapa pelajaran atau ibrah yang sangat berharga untuk kehidupan
umat Islam. Khalifah Abu Bakar as-Siddiq merupakan sosok pemimpin yang tegas serta teguh
dalam menjalankan kebenaran. Kita dapat pula mencontoh terhadap Khalifah Umar bin Khattab
sebagai peletak dasar-dasar demokrasi dalam Islam.
Usman bin Affan dalam memimpin umat Islam selalu menyelesaikan permasalahn dengan
mengutamakan pendekatan secara persuasif. Khalifah yang terakhir, Ali bin Abi Talib, dalam
kepemimpinannya selalu bersikap tegas, disiplin, serta memiliki watak yang agak keras ketika
harus membela sebuah kebenaran. Dari Khulafaur Rasyidin dengan berbagai prestasiprestasinya, kita dapat mengambil suatu hikmah atau ibrah yang dapat kita terapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk kepentingan masa sekarang dan juga untuk masa yang akan datang,
antara lain:
1. Umat Islam hendaknya selalu menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai figur panutan dalam
segala urusan kehidupan.
2. Umat Islam hendaknya dapat menjaga persatuan dan kesatuan.
3. Umat Islam diharapkan selalu memiliki semangat kerja dan etos kerja yang tinggi, sebagaimana
yang ditunjukkan oleh Khulafaur Rasyidin dalam mengemban amanat untuk menyiarkan ajaran
agama Islam.
C. Strategi Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Strategi serta karakteristik kepemimpinan keempat Khalifah dalam Khulafaur Rasyidin
berbeda satu sama lain. Abu Bakar as-Siddiq lebih mengedepankan kelembutan dan ketegasan,
walaupun suasana pemerintahan sedang kacau. Sikap yang seperti ini diperlukan ketika
mendapatkan permasalahan dalam jalannya pemerintahan.
Umar bin Khattab selalu bersikap tegas, cerdas, serta harus mementingkan kepentingan
rakyatnya. Untuk membangun dasar-dasar negara yang kuat serta memiliki corak masyarakat
uang Islami, dibutuhkan seorang pemimpin yang cerdasdalam menjalankan pemerintahannya.
Usman bin Affan seorang pemimpin Islam yang memiliki sifat saleh, penyantun, serta selalu
sabar dalam menghadapi persoalan. Sifat serta karakteristik seperti Usman bin Affan sangat
diperlukan dalam membangun masyarakat yang santun serta saleh sehingga negara dapat
memakmurkan rakyatnya.
Pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Talib mengalami kondisi negara yang kacau. Pada
kondisi ini, dibutuhkan pemimpin yang memiliki sikap tegas persoalan serta selalu
mengutamakan kebenaran. Karakter yang seperti itu ada pada diri Khalifah Ali bin Abi Talib,
beliau tegas dalam membela kebenaran seperti apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab.
D. Meneladani Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Nabi Muhammad saw. meninggal dunia tanpa meninggalkan pesan tentang siapa yang akan
menggantikan beliau menjadi pemimpin umat Islam yang akan meneruskan dakwah Islam.
Akhirnya, umat Islam yang terdiri dua kelompok, yaitu Ansar dan Muhajirin, berkumpul
bersama di Saqifah Bani Saidah untuk membicarakan siapa yang akan menggantikan Rasulullah
saw. Dalam musyawarah tersebut, Abu Bakar as-Siddiq dipilih sebagai pengganti Rasulullah
saw.
Banyak peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq yang
menunjukkan beberapa hal dan prinsip, antara lain:
1. Pengangkatan Abu Bakar as-Siddiq berlangsung melalui syura atau musywarah.
2. Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah Bani Saidah adalah hal yang lumrah dalam
musyawarah.
3. Nasihat Ali bin Abi Talib agar Abu Bakar tidak ikut serta dalam menumpas kaum murtad itu
adalah suatu bukti bentuk pengakuan Abu Bakar as-Siddiq sebagai Khalifah.
4. Sikap tegas Abu Bakar terhadap kaum yang murtad merupakan bukti adanya hikmah bahwa
Allah swt. mengangkat orang yang tepat untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
5. Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai pengganti Abu Bakar adalah hasil musyawarah dari
kaum muslimin, bukan penunjuk dari Abu Bakar.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, pemerintahan Islam telah berhasil melakukan
perluasan wilayah kekuasaan yang sangat luas, serta dilakukan dengan cepat sampai ke daerahdaerah yang sangat jauh dari pusat pemerintahan Islam. Faktor-faktor yang menyebabkan
ekspansi atau perluasan wilayah kekuasaan Islam dapat sangat cepat, antara lain:
Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, Islam juga
agama yang mementingkan soal-soal kemasyarakatan.
Dalam diri para sahabat, tertanam keyakinan tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam
(dakwah) ke seluruh penjuru dunia.
Kerajaan Bizantium dan Kerajaan Persia yang ketika menjadi dua kekuatan yang menguasai
timur tengah mulai melemah, memasuki masa kemunduran.
Pertentangan masalah agama di wilayah Kerajaan Bizantium menyebabkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyatnya.
Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap yang simpatik serta toleran, tidak
memaksakan rakyatnya untuk mengubah agamanya dan masuk agama Islam.
Bangsa Sami di Syira dan Palestina dan Bangsa Hami di Mesir menganggap Bangsa Arab lebih
dekat dengan mereka dari pada bangsa Eropa, Bizantium yang menguasai mereka.
Mesir, Suriah dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya.

E. Gaya Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin


Karakteristik dari keempat Khulafaur Rasyidin dalam menjalankan kepemimpinannya
berbeda-beda, dipengaruhi oleh situasi dan kondisi negara. Abu Bakar memiliki karakter yang
lemah lembut. Ketika kondisi negara dalam keadaan kacau, dengan kelembutannya, Abu Bakar
as-Siddiq berhasil menyadarkan orang-orang yang terbujuk untuk berbuat menentang
pemerintah.
Umar bin Khattab memimpin ketika negara dalam keadaan lebih aman dan tentram.
Kepemimpinannya dilakukan dengan cerdas, tegas dan mengutamakan kepentingan rakyatnya.
Usman bin Affan, memerintah ketika kondisi negara dalam suasana sudah aman. Sifat penyantun
serta sabar sangat dibutuhkan sekali dalam memimpin negara besar. Pada masa transisi atau
peralihan dari Khalifah Usman kepada Khalifah Ali bin Abi Talib, negara kembali dalam
keadaan kacau. Ketegasan Ali bin Abi Talib serta sikap yang selalu mengutamakan kebenaran
sangat dibutuhkan dalam menjalankan kepemimpinannya.
Ibrah atau keteladanan yang dapat diambil dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin adalah
meneladani prestasi yang dicapai.

Khalifah Abu Bakar as Shidiq merupakan satu sosok pemimpin yang tegas dan teguh
memegang kebenaran. Kholifah Abu Bakar as Shidiq segera membrantas suatu gerakan
yang dinilai menyalahi Islam, tanpa memberi kesempatan gerakan tersebut berkembang .

Khalifah Umar bin Khattab merupakan salah satu pemimpin yang meletakkan dasardasar demokrasi Islam. Beliau benar-benar memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan rakyat. Dalam pemerintahan beliau memilih pejabat yang benar-benar dapat
dipercaya. Khalifah Umar bin Khattab juga selalu membuka diri untuk menerima suara
langsung dari rakyatnya.

Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut dan
sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka mengadakan
pendekatan persuasif jika terjadi gejolak.

Kholifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang disiplin, tegas,keras dalam
membela kebenaran. Dalam kondisi tertentu, Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih
mengutamakan kebenaran yang diyakininya, dari pada persatuan. Khalifah Ali bin Abi
Thalib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan.

Anda mungkin juga menyukai