NPM : 10060119052
Kelas :B
Khulafaur Rasyidin atau khalifah rasyidin adalah pemimpin pertama islam yang terdiri dari
empat orang yaitu Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.
1. Islam Masa Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq (11-13 H atau 632 – 634 M)
Abu Bakar nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafa at-Tamimi. Dijuluki Abu
Bakar karena dari pagi-pagi betul (orang yang paling awal) memeluk islam. Gelar Ash-Shiddiq
diperoleh karena ia dengan segera membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa, terutama Isra`
dan Mi`raj. Rasulullah pun mempercayakan sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas
keagamaan dana tau mengurusi persoalan-persoalan aktual di Madinah
Dalam pidato pertamanya Abu bakar Siddiq, ra, antara lain disebutkan:
“Saudara-saudara! Saya telah dipilih sebagai orang yang diserahi amanah (dipercaya)
menjadi pemimpin kalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di antara kalian. Karena itu
bantulah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran adalah kepercayaan, dan kebohongan
adalah penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat dalam pandangan saya
hingga saya menjamin hak-haknya seandaninya Allah menghendaki dan orang yang kuat di antara
kalian adalah lemah dalam pandangan saya sehingga saya dapat merebut hak dari padanya.
Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan
Rasuln-Nya, janganlah ikuti saya.”
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja keras yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur`an. Abu Bakar
memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur`an dari pelapah kurma,
kulit binatang, dan dari hafalan kaum muslimin. Hal tersebut dilakukan sebagai usaha untuk
menjaga kelestarian Al-Qur`an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur`an pada
perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kalinya penghimpunan Al-Qur`an ini.
Sejak saat itulah Al-Qur`an dikumpulkan dalam satu mushaf.
Peradaban islam pada masa Abu Bakar terbagi pada beberapa tahapan, diantaranya :
a. Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial masyarakat. Untuk kemashlahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan
sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta Ghanimah yang dihasilkan dari
rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan
baitul mal. Penghasilan ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para
pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhak menerimanya.
b. Dalam bidang yang menyangkut keagamaan :
Memerangi Nabi palsu, orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan
zakat.
Pengumpulan Al-Qur`an
Ilmu Pengetahuan
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid/keimanan, ibadah,
akhlak, kesehatan, dsb. Menurut Ahmad Syalabi (2003: 102-104) lembaga untuk
belajar membaca dan menulis disebut dengan kuttub, yang merupakan lembaga
pendidikan yang dibentuk setelah masjid.
Yudikatif
Sosial Ekonomi
Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan Jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada
permasalahan luar Negeri.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukan Persia. Pada bulan Muharram
tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabiah dimulai. Musanna dan pasukannya
dikirim ke Persia menghadapi perlawanan sengit dan tentara kerajaan Persia. Abu Bakar pun
segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa
pasukannya untuk membantu Musanna. Kota Ubullah yang terletak di Pantai teluk Persia,
segera diserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah islam
disebut dengan Mauqi`ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukan kerajaan Romawi dengan membentuk
empat barisan pasukan. Keempat kelompok panglima dan tentaranya adalah :
a. Abu Ubaidah bin Jarrah betugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia.
b. Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
c. Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang untuk menundukan Tabuk dan Yordania.
d. Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukan Damaskus dan Suriah
Selatan.
2. Islam Masa Khalifah Umar bin Khattab (Tahun 13-23 H / 634-644 M)
Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin Abd Al-Uzza
bin Rabbah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin `adi bin Ka`ab bin Lu`ay adalah khalifah kedua
yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar bin Khattab lahir di Mekah pada 513 H
dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat.
Umar masuk islam pada tahun kelima setelah kenabian. Dengan memilih dan membai`at
Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah Sehingga beliau mendapat penghormatan tinggi dan
dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang baru itu. Sebelum meninggal
dunia Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khattab menjadi penerusnya.
Masa pemerintahan Umar bin Khattab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan. Selama masa
pemerintahannya oleh Umar bin Khattab dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran islam dan
memperluas kekuasaan ke seluruh semenanjung Arab.
Beliau wafat pada usia 64 tahun yakni tahun 644 M karena ditikam oleh Fairuz (Abu
Lukluk), budak Mughirah bin Abu Sufyan dari perang Nahrawain yang sebelumnya adalah
bangsawan Persia. Menurut Suaib alasan pembunuhan politik pertama kali dalam sejarah islam
adalah adanya rasa syu`ubiyah (fanatisme suku) yang berlebihan pada bangsa Persia dalam
dirimya.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara, dan Armenia dari kekaisaran Romawi
(Byzantium).
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik, termasuk membangun system administratif untuk daerah yang baru
ditaklukan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh kekuasaan islam.
Tahun 638 M, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hokum islam. Pada
tahun ke 17 H, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
penanggalan islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa Hijrah.
Lembaga formal yang mulai berkembang disebut juga dengan lembaga penerangan dan
pembinaan hokum islam. Di masa ini juga terbentuknya system atau badan kemiliteran. Pada
masa Umar bin Khattab ekspansi islam meliputi daerah Arabia, Syiria, Mesir, dan Persia.
Umar bin Khattan juga memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan Masjid sebagai tempat ibadah dan
pendidikan.
Dalam masalah pendidikan, Umar bin Khattab merupakan pendidik yang melakukan
penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid
dan pasar-pasar serta mengangkap dan menunjuk guru-guru dari tiap-tiap daerah penaklukan
untuk bertugas mengajarkan isi Al-Qur`an dan fiqh kepada penduduk yang baru masuk islam.
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah
Abdurrahman bin Ma`qal dan Imran bin al-Hashim (Basyrah), Abdurrahman bin Ghanam
(Syiria), dan Hasan bin Abi Jabalah (Mesir). Metode yang mereka pakai adalah guru duduk
dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis Al-Qur`an dan menghafalnya
serta belajar pokok-pokok agama islam. Pada masa ini juga sudah terdapat pengajaran Bahasa
Arab.
System sosial pada masa khalifah umar bin Khattab, melindungi penduduk yang berbeda
agama (ahli al-adzimmah), yaitu penduduk yang memeluk agama selain islam dan berdiam di
wilayah kekuasaan islam. Ahli al-adzimmah terdiri dari pemeluk yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Mereka mendapat perhatian, pelayanan serta perlindungan pada masa Umar. Dengan membuat
perjanjian yang antara lain berbunyi ;
“Keharusan orang-orang nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi bagi para tentara
muslim yang memasuki kota mereka, selama tiga hari berturut-turut.”
Pada masa Umar sangat memperhatikan keadaan sekitarnya, seperti kaum fakir, miskin,
dan anak yatim piatu, juga mendapat perhatian yang besar dari Umar bin Khattab.
Perkembangan agama di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)
pertama terjadi: