Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi Khulafaur Rasyidin mempunyai arti
pemimpim yang bijaksana setelah nabi muhammad wafat. Para Khulafaur Rasyidin itu adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang
berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
c. Berani bertindak
e. Berwibawa
Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M)
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tammi. Di zaman pra Islam
bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang
sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. GelarAsh-Shiddiq diperolehnya karena ia
dengan segera membenarkan nabi dalam berbagai pristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama
untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya Nabi.[1]
Di masa pemerintahan Khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan perselisihan antara
Negara Islam dan sisa-sisa kabilah arab yang masih berpegang teguh pada warisan jahiliyah “Tentang
memehami agama Islam”. Namun demikian, kegiatan (proses) pengaturan manajemen pemerintan
Khalifah Abu Bakar telah dimulai.
Adapun para gubernur yang menjadi pemimpin di provinsi tersebut adalah Itab bin Usaid, Amr
bin Ash, Utsman bin Abi al-‘Ash, Muhajir bin Abi Umayah, Ziyad bin Ubaidillah al-Anshari, Abu Musa
al Asy’ari, Muadz bin Jabal, Ala’ bin al-Hadrami, syarhabi bin Hasanah, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid
bin walid dan lainnya.Diantara tugas para gubernur adalah mendirikan shalat, menegakkan
peradilan, menarik, mengelola dan membagikan zakat, melaksanakan had, dan mereka memiliki
kekuasaan pelaksanaan dan peradilan secara simultan.[2]
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk
menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin
Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis
sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.
Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu Bakar wafat
pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.
Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisi dari suku Adi; salah satu suku terpandang mulia. Umar dilahirkan di mekah empat
tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang berbudi luhur, fasih dan adil
serta pemberani.[3]
Untuk menjajagi pendapat umum, Khalifah Abu Bakar melakukan serangkaian konsultasi
terlebih dahulu dengan beberapa sahabat, antara lain Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan.
Setelah mendapat persetujuan dari para sahabat dan baiat dari semua anggota masyarakat Islam
Umar menjadi Khalifah. Ia juga mendapat gelar Amir Al-Mukminin (komandan orang-orang beriman).
Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4hari. Kematiannya sangat tragis,
seorang budak Persia bernama Fairuz atau Abu Lu’lu’ah secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman
pisau tajam ke arah khalifah yang akan menunaikan shalat subuh yang telah di tunngu oleh
jama’ahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah Umar wafat tiga hari setelah pristiwa
penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23H/644M.[5]
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash
bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah
seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sedehana, dan sebagian besar
kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya memiliki
dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal.
Dan Utsman pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis. Seperti halnya Umar, Utsman
diangkat menjadi Khalifah melalui proses pemilihan.
Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Al-
Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu
membuatbeberapa salinan naskah Al-Qur’an untuk dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran
sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.[6]
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam
pengumpulan mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa
kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok
sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat
pemerintahaan.[7]
Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan
umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-
orang kecewa itu.[8]
Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat Islam. Dikalangan
ummat Islam yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab (sehingga perwujudan islam
pada masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang dipengaruhi kebudayaan Helinesia
dan persi. Pembenturan itu membawa kegoncanggan dan kericuhan dalam beberapa bidang sebagai
berikut :
b. Bidang Akidah.
c. Bidang Politik.[9]
4. Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M).
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi. Ali adalah
putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki kelebihan, selain itu ia
adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan
wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana,
penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan
yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang
berpengaruh setelah Nabi Muhammad.[10]
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai
pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil.
Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman. Dia
yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan dia antara
orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan sistem pemerintahaan sebagaimana Khalifah
sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam mengangkat seorang
pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan kekuasaan atas wilayah yang dipimpinnya.
Seorang memiliki kewenangan penuh untuk mengelola wilayah yang dikuasainya, namun khalifah
tetap melakukan pengawasan terhadap kinerja pemimpin tersebut. Khalifah senantiasa mengajak
pegawainya untuk hidup Zuhud, berhemat dan sederhana dalam kehidupan, begitu juga untuk selalu
memperhatikan dan berbelas kasihan terhadap kehidupan rakyatnya. Beliau juga mengjarkan system
renumirasi. Selain itu, beliau juga konsisten terhadap kepentingan masyarakat secara umum.[11]
Barak menikam Muawwiyah mengenai punggungnya, ketika Muawwiyah sedang sholat Subuh
di Masjid Damaskus. Sedang Amr bin Bakr berhasil membunuh wakil imam Amr bin Ash ketika ia
sedang sholat Subuhdi Masjid Fusthat Mesir. Amr bin sendiri tidak mengimami sholat, sedang sakit
perut di rumah kediamannya sehingga ia selamat.
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan menjadi Khalifah
yang berkedudukan di Kufah.
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin Abi
Thalib, merupakan masa kekusaan khalifah Islam yang berhasil dalam mengembangkan wilayah
Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di arab, setelah
beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin. Pengembangan agama
Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah
membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat
kekusaan, dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari
suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai
berikut :
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa
rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih
dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu pengusa Islam
untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.[12]
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa organisasi-
organisasi atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya sebagi
berikut :
1. Lembaga Politik.
Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaannya, oranisasi negara masih sederhana. Tetapi ketika
masa khalifah Umar, di mana ummat islam sudah terdiri dari macam-macam bangsa dan urusannya
makin meluas, maka disusunlah organisasi negara sebagai berikut:
Dalam memilih kepala negara berlaku sistem “bai’ah”. Pada masa sekarang mungkin sama
dengan sistem demokrasi. Hanya waktu itu sesuai dengan al-amru syuro bainahun sebagimana yang
digariskan Allah dalam Al-Qur’an.
b. Al-Wazaraat, (Menteri).
Umar bin Khattab mengkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqom menjadi sekretaris untuk
menjelaskan urusan penting. Usman bin Affan juga mengangkat Marwan bin Hakam.
2) Admistrasi Negara.
Sesuai dengan kebutuhan, khalifah Umar bin Khatab menyusun administrasi negara menjadi :
Orang muslim pada masa Rasul dan Abu Bakar semuanya adalah perajurit “ketika perang
Umar mengkat hakim-hakim khusus untuk tiap wilayah dan menetapkan persyaratannya.
a) Negara dibagi menjadi beberapa provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur (amil), yaitu :
Ahwaz dan Bahrain
4) Mengembangkan Ilmu
Kelanjutan meluaskan islam ada dua gerakan perpindahan manusia, “orang Arab Muslim keluar
Jaziriah Arab, orang Ajam datang ke jaziriah Arab”. Dua gerakan perpindahan ini membawa dampak
tersendiri, baik positif maupun negatif. Orang Ajam yang berasal dari luar Jazirah Arab adalah bangsa
yang pernah mewarisi kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa Arab. Walaupun
nyala api ilmu pengetahuan mereka hampir padam, namun bekasnya masih nyata. Hal ini terlihat
pada adanya kota-kota tempat perkembangan kebudayaan yunani seperti Iskandariyah, Antiokia,
Harran dan Yunde Sahpur.[13]
Prinsip persamaan di bidang ekonomi ini merupakan dasar masyarakat Islam dan merupakan
suatu jaminan untuk mempertahankan keseimbangan. Ciri utama dan prinsip jaminan masyarakat
dari kebijakan ini dirumuskan sebagai berikut :
e. Jaminan social.
f. Cadangan social.
Prinsip jaminan social telah di mulai dan dijalankan pada mas Khulafah Umar dan dibentuk pula
departemen-departemen lain untuk mendistribusikan uang bantuan dan sumbangan kepada
masyarakat dan lain-lain yang dilakukan untuk tujuan tersebut. Departemen-departemen yang
dibentuk antara lain :
Unknown at 1:16 AM
Share
No comments:
Post a Comment
‹
›
Home