( MADINAH )
ARTIANI 201220055
Dosen Pembimbing
1
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Maka dari itu kita akan membahas mengenai “Sejarah Islam Pada Masa
Khulafaur Rasyiddin” dengan membahas tentang pola kepemimpinan,
sistem politik pemerinah dan bentuk negara para khulafaur rosyidin dan
unsur-unsur yang ada di dalamnya.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian dan siapakah Khulafaur Rasyidin ?
b. Bagaimana kepemimpinan pada masa khulafaur rasyidin ?
3. TUJUAN
2
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah latar belakang berdirinya pemerintahan islam pasca
Rsulullah SAW ( khulafa’urrasyidin)
Setelah sakit beberapa minggu, rasulullah wafat pada hari senin
tanggal 8 juni 632 (12 rabi’ul awal, 10 hijriah) tanpa meninggalkan
surat wasiat kepada seseorang untuk meneruskan kepemimpinannya
(kekhalifahan). Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu bakar lebih
berhak atas kekhalifahan. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar
Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yakni kekhalifahan.
Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin
Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Dalam pertemuan dibalai pertemuan
Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan Saad bin Ubadah,
pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan, Muhajirin
mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling
layak untuk menggantikan nabi. Di pihak lain, terdapat sekelompok
orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi telah merujuk
secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali merupakan
menantu dan kerabat nabi. Namun, berkat tindakan tegas dari tiga orang,
yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang
dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok,
memaksa Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi.
1
Abul Ala Al-Maududi, 2007, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Karisma), hlm. 104.
2
Imam As-Suyuthi, 2015, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qisthi Press), hal. 79.
3
Taufikurrahman dan Muhammad Usman, Peradaban Islam Pada Masa Al-Khulafa Al-Rasyidin
4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 98
4
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar
biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan
pengawasan
25
HAMKA, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 171.
6
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2018 hlm. 134.
5
Pasca Umar bin Khattab wafat, orang-orang yang dipilih Umar
sebelumnya (pada saat sakit) membentuk sebuah tim formatur yang
terdiri dari enam orang calon untuk diangkat sebagai khalifah baru,
yaitu
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah.6 Melalui persaingan yang agak
ketat dengan Ali, sidang Syura akhirnya memberi mandat kekhalifaan
kepada Utsman. Masa pemerintahan Utsman ialah merupakan masa
pemerintahan terpanjang yaitu selama 12 tahun (24-36 H/644-656 M),
tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat
yang baik dan sukses baginya.
Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdul Muthalib ibnu Hasyim. Ali adalah
putera putra Abu Thalib, paman Rasulullah. Nama ibunya adalah
Fatimah, Ali dilahirkan sepuluh tahun sebelum Nabi saw. Sejak kecil ia
telah dididik dalam rumah tangga Nabi saw. segala peperangan yang
ditempuh oleh Nabi juga diikuti oleh Ali, kecuali pada peperangan
Tabuk sebab ia disuruh menjaga kota madinah.7 Ketika ditinggalkan
menjaga kota madinah, ia kelihatan agak kecewa. Kemudian, Nabi saw.
berkata kepadanya, “Tidaklah engkau rela wahai Ali agar kedudukanmu
di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa?”. Ini telah
membuktikannya sendiri setelah diambilnya Ali menjadi menantunya,
suami dari anaknya Fathimah. Dalam kebanyakan peperangan besar, Ali
yang membawa bendera. Ali termasyhur gagah berani, tangkas dan
perwira, amat pandai bermain pedang.
Abu hurairah meriwayatkan bahwa umar ibnu al-Khattab berkata,
“Ali ibnu Abi Thalib adalah orang yang paling pandai menghukum di
antara kami semuanya. “Ibnu Mas’ud juga berkata demikian.8
Pengetahuannya dalam agama Islam sangat luas. Karena dekatnya
dengan Rasulullah beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan.
3
37
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Yogyakarta:2017) h 215
6
hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan hampir seluruh
peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada di barisan
terdepan, kekhalifahannya berlangsung selama 6 tahun
8
HAMKA, Sejarah Umat Islam, hlm. 179
49
Muhammad Yusuf Musa, Nidham al-Hukm fi al-Islam, (Jakarta;Al-Kautsar), 91
10
Abd. Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dengan
Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5 (Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019), Hal,
77.
7
d. Membangun pemerintah yang tertib di pusat dan di daerah
511
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 9
8
cukup tenang. Kondisi ini disebabkan karena Abu Bakar secara
langsung menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya dalam
suatu dokumen tertulis setelah melalui konsultasi informal dengan
beberapa orang sahabat utama.
Kebijakan Abu Bakar tersebut pada prinsipnya dapat disetujui seluruh
sahabat yang hadir pada masa pertemuan itu, kecuali hanya beberapa
orang dengan memberi sedikit catatan. Abdurrahman misalnya,
mengingatkan Abu Bakar asy-Syiddiq sifat keras Umar bin Khattab.
Peringatan itu dijawab oleh Abu Bakar dengan penjelasan yang cukup
rasional, sehingga memuaskan pihak yang meragukan terhadap Umar
bin Khattab.
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar
Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan
mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin
Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh
Umar.
Umar merencanakan administrasi tata negara (susunan
kekuasaan), yaitu
a. Kholifah (Amiril Mukminin)
9
Guna menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar
membentuk dewan-dewan Negara yang bertugas mengatur dan
menyimpan uang serta mengatur pemasukan dan pengeluaran uang
negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara.
612
Abu Luluah alias Fairus adalah seorang bangsa Persia yang menyusup ke dalam mesjid dan menikam
Umar bin Khattab ketika dia akan melaksanakan shalat shubuh. Lihat A. Syalabi, Op. Cit., 264 dan lihat
juga munawir Sjadzali
10
merencanakannya dengan Utsman bin Affan, sebab jika Utsman yang
menjadi khalifah berarti kelompok Abdurrahman bin Auf yang akan
berkuasa.
713
Muhammad Adnan, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5 (Cendikia: Jurnal studi Keislaman,
2019), hlm. 97-98.
14
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 138-139
11
d) Proses peralihan dan perkembangan sosial pada masa Ali bin
Abi Thalib
Dari segi hubungan darah, Ali bin Abi Thalib tergolong termasuk
masih dekat dengan Rasulullah Saw., karena dia adalah merupakan
saudara sepupu dan (juga) salah satu dari menantu Rasulullah Saw.
yang melalui dari putrinya Fatimah.
Munawir Sjadzali mengatakan bahwa kota Madinah pada saat itu
adalah sedang kosong, karena para shahabat banyak yang berkunjung
ke wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan sehingga para shahabat yang
tinggal di kota Madinah sangat sedikit sekali, mereka itu antara lain
Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. Sedangkan mereka
tersebut tidak semuanya mendukung Ali bin Thalib untuk menjadi
khalifah. Sehingga munculah Thalhah, Zubair, dan Saad membaiat Ali
bin Abi Thalib yang akhirnya diikuti oleh banyak orang, baik dari
kalangan anshar maupun Muhajirin dan bahkan yang paling awal
membai’atnya adalah Thalhah bin Ubaidillah.15
815
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UIP, 1990), 27-28
12
3. Perkembangan ilmu agama
13
memahami ayat-ayat Alquran. Ilmu Hadis belum dikenal pada masa
ini, namun pengetahuan tentang hadis sudah berkembang luas di
kalangan umat Islam. Ilmu Nahwu berkembang di Basrah dan Kufah,
Ali ibn Abi Thalib adalah pembina dan penyusun pertama dasar-dasar
ilmu nahwu. Khat al-Qur’an berkaitan erat dengan penulisan dan
penyebaran Alquran. Pada masa ini Alquran ditulis dengan tulisan Kufi,
Perkembangan ilmu Fiqh tidak dapat dilepaskan dari Alquran dan hadis
sebagai sumbernya. Karena itu, tidak heran jika ahli fiqh pada umumnya
ahli dalam Alquran dan hadis.
1) Perkembangan Sastra
Pada masa ini, pengamat sastra pada umumnya terbagi menjadi dua
pendapat besar:
a. Sastra mengalami stagnasi karena per- hatian lebih pada Alquran,
a. Masjid al-Haram. Masjid ini dibangun oleh Nabi Ibrahim, dan pada
saat pertama kali ke Madinah. Pada masa Umar masjid ini diperluas,
dan pada masa Usman di- perluas lagi dan diperindah. Dindingnya
diganti dengan batu, dan dihiasi dengan ukiran-ukiran. Tiang-tiangnya
dibuat dari breton bertulang dan ditatah dengan ukiran, plafonnya dari
kayu pilihan. Unsur estetis mulai diperhatikan.
14
c. Masjid al-`Atiq. Masjid inilah yang pertama kali didirikan di Mesir pada
15
C. KESIMPULAN
1. Kekhalifahan Rasyidin adalah kekhalifahan yang berdiri setelah
wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, atau tahun 11 H.
Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifah pertama dalam sejarah
Islam, yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Pada puncak
kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab,
sampai ke Levant, Kaukasus dan Afrika Utaradi barat, serta sampai ke
dataran tinggi Irandan Asia Tengah di timur. Kekhalifahan Rasyidin
merupakan negara terbesar dalam sejarah sampai masa tersebut.
16
D. DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuthi Imam, 2015, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qisthi Press), hal. 79.
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 171.
Pulungan Suyuti, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2018 hlm.
134.
Rahman Taufik dan Muhammad Usman, Peradaban Islam Pada Masa Al-
Khulafa Al-Rasyidin
Sjadzali Munawir, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UIP, 1990), 27-28
Wahab Abd, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5
(Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019), Hal, 77.
17