Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASIDIN

( MADINAH )

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“SEJARAH PERADABAN ISLAM”

OLEH KELOMPOK 2 PAI B

ALFIATUL FAIZAH 201220032

ARTIANI 201220055

Dosen Pembimbing

ALFIAN DHANY MISBAKHUDDIN, S.Th.I., M.Ag.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

1
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Agama Islam diturunkan secara langsung dan diwahyukan kepada


nabi besarMuhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.
Perkembangan Agama Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
dijalankan dengan bentuk pemerintahan yang berpedoman pada
prinsipdan norma-norma ajaran Agama. Sebelum Agama Islam datang
wilayah semenanjung Makkah dan Madinah, situasi dan kondisi wilayah
itu sangat tidak mencermin kan kehidupanumat manusia yang terpuji.
Sejarah peradaban islam adalah catatan tafsiran pristiwa-pristiwa
tentang pertumbuhan dan perkembangan islam sejak lahirnya zaman
Nabi Muuhammad SAW dan para khulafaur rasyidin hingga saat ini.

Adapun hal ini di bahas karena sejarah memang sangat perlu di


ketahui karena tanpa adanya suatu sejarah kita akan buta dengan masa
lampau. Dari sejarah kita dapat mengambil pelajaran serta hikmah dari
setiap peristiwa-peristiwa yang kita ketahui.

Maka dari itu kita akan membahas mengenai “Sejarah Islam Pada Masa
Khulafaur Rasyiddin” dengan membahas tentang pola kepemimpinan,
sistem politik pemerinah dan bentuk negara para khulafaur rosyidin dan
unsur-unsur yang ada di dalamnya.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian dan siapakah Khulafaur Rasyidin ?
b. Bagaimana kepemimpinan pada masa khulafaur rasyidin ?

3. TUJUAN

Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk pembahasan atas


rumusan masalah dalam makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah,
sebagai berikut :

a. Mengetahui perkembangan sejarah islam pada masa khulafau rasyidin


b. Memahami tipe kepemimpinan khulafau rasyidin

2
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah latar belakang berdirinya pemerintahan islam pasca
Rsulullah SAW ( khulafa’urrasyidin)
Setelah sakit beberapa minggu, rasulullah wafat pada hari senin
tanggal 8 juni 632 (12 rabi’ul awal, 10 hijriah) tanpa meninggalkan
surat wasiat kepada seseorang untuk meneruskan kepemimpinannya
(kekhalifahan). Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu bakar lebih
berhak atas kekhalifahan. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar
Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yakni kekhalifahan.
Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin
Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Dalam pertemuan dibalai pertemuan
Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan Saad bin Ubadah,
pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan, Muhajirin
mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling
layak untuk menggantikan nabi. Di pihak lain, terdapat sekelompok
orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi telah merujuk
secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali merupakan
menantu dan kerabat nabi. Namun, berkat tindakan tegas dari tiga orang,
yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang
dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok,
memaksa Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi.

Sebagai pemimpin kaum muslimin harus tergantikan, sebagaimana


diketahui dalam sejarah bahwa pengganti tersebut dinamakan
“Khulafaur Rasyidin,” yang terdiri dari dua kata, al-khulafa’ bentuk
jama’ dari khalifah yang berarti pengganti, dan ar-Rasyidin ialah berarti
benar, halus, arif, pintar, dan bijaksana. Jika digabungkan Khulafaur
Rasyidin ialah berarti para (pemimpin) pengganti Rasulullah SAW.
yang arif dan bijaksana. Akan tetapi perlu diketahui bahwa jabatan
sebagai khalifah disini bukanlah jabatan warisan turun menurun
sebagaimana yang dilakukan oleh para raja Romawi dan Persia, namun
dipilih secara demokratis. Pada masa khulafaur rasyidin terhitung
selama 30 tahun, yang terdiri dari 4 khalifah.
3
1) Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)
Abu Bakar As-Shidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad
SAW. yang mempunyai nama lengkap AbdullahAbi Quhafah At-
Tamimi. Pada zamanpra Islam iabernama Abu Ka’bah, kemudian
diganti oleh Nabi SAW. menjadi Abdullah. Beliau lahirpada tahun
573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H.
bertepatandengan bulan Agustus 634 M, dalam usianya 63 tahun,
usianya lebih muda dari Nabi SAW. 3 tahun. Diberi julukan Abu Bakar
atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk orang laki-laki yang
masuk Islam pertamakali. Sementara gelar “As-Shidiq” diperoleh
karena beliau senantiasa membenarkan semua hal yang dibawa Nabi
SAW terutama pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj. Setelah Rasulullah
wafat, Umar mencalonkan Abu Bakar untuk menggantikan kedudukan
Rasulullah dan penduduk Madinah membai’atnya dengan suka rela
tanpa adanya paksaan.1 kekhalifahannya berlangsung selama 2 tahun 3
bulan 11 hari.
Hal-hal penting yang terjadi pada masa beliau, diantaranya.2
 Memerangi murtadin dan para pembangkang zakat

 Pengiriman pasukan Usamah ke Syam yang telah di persiapkan


Rasulullah
 Pembukuan Al-Quran

 futuhat ke Melakukan wilayah Persia dan Romawi3


2) Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
Umar bin Khatthab (583-644) nama lengkapnya adalah Umar bin
Khatthab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi.
Umar dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi
Muhammad .41

1
Abul Ala Al-Maududi, 2007, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Karisma), hlm. 104.
2
Imam As-Suyuthi, 2015, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qisthi Press), hal. 79.
3
Taufikurrahman dan Muhammad Usman, Peradaban Islam Pada Masa Al-Khulafa Al-Rasyidin
4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 98

4
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar
biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan
pengawasan

langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan


rakyatnya.Dalam banyak hal Umar bin Khatthab dikenal sebagai tokoh
yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius.Setelah Abu Bakar
meninggal, para sahabat menerima dan sepakat untuk membaiat
Umar sebagai khalifah dan secara langsung beliau diterima sebagai
khalifah yang resmi yang akan menuntun umat Islam pada masa yang
penuh dengan kemajuan dan akan siap membuka cakrawala di dunia
muslim. Beliau diangkat sebagai khlifah pada tahun 13H/634M,
kekhalifahannya berlangsung selama 10 tahun 37 hari.
3) Khalifah Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M)

Khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah


Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia
memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi sahabat dekat
nabi muhmmad SAW. pada waktu itu, Ia sangat kaya namun tetap
sederhana dan sebagian besar kekayaan nya digunakan untuk
kepentingan Islam Ia juga mendapat julukan zun nurain, artinya yang
memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi Muhammad
secara berurutan setelah salah satu meninggal.
Utsman adalah orang yang menuliskan wahyu yang diturunkan
Allah kepada Rasul pada masa pemerintahan Abu Bakar hingga sampai
pada zaman pemerintahan Umar, Utsman tetap menjadi penulis yang
Utama. Utsman dipercaya untuk memegang kumpulan surat-surat
penting dan rahasia-rahasia besar.5
2

25
HAMKA, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 171.

6
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2018 hlm. 134.

5
Pasca Umar bin Khattab wafat, orang-orang yang dipilih Umar
sebelumnya (pada saat sakit) membentuk sebuah tim formatur yang
terdiri dari enam orang calon untuk diangkat sebagai khalifah baru,
yaitu
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah.6 Melalui persaingan yang agak
ketat dengan Ali, sidang Syura akhirnya memberi mandat kekhalifaan
kepada Utsman. Masa pemerintahan Utsman ialah merupakan masa
pemerintahan terpanjang yaitu selama 12 tahun (24-36 H/644-656 M),
tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat
yang baik dan sukses baginya.

4) Khalifah Ali bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 M)

Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdul Muthalib ibnu Hasyim. Ali adalah
putera putra Abu Thalib, paman Rasulullah. Nama ibunya adalah
Fatimah, Ali dilahirkan sepuluh tahun sebelum Nabi saw. Sejak kecil ia
telah dididik dalam rumah tangga Nabi saw. segala peperangan yang
ditempuh oleh Nabi juga diikuti oleh Ali, kecuali pada peperangan
Tabuk sebab ia disuruh menjaga kota madinah.7 Ketika ditinggalkan
menjaga kota madinah, ia kelihatan agak kecewa. Kemudian, Nabi saw.
berkata kepadanya, “Tidaklah engkau rela wahai Ali agar kedudukanmu
di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa?”. Ini telah
membuktikannya sendiri setelah diambilnya Ali menjadi menantunya,
suami dari anaknya Fathimah. Dalam kebanyakan peperangan besar, Ali
yang membawa bendera. Ali termasyhur gagah berani, tangkas dan
perwira, amat pandai bermain pedang.
Abu hurairah meriwayatkan bahwa umar ibnu al-Khattab berkata,
“Ali ibnu Abi Thalib adalah orang yang paling pandai menghukum di
antara kami semuanya. “Ibnu Mas’ud juga berkata demikian.8
Pengetahuannya dalam agama Islam sangat luas. Karena dekatnya
dengan Rasulullah beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan.
3

37
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Yogyakarta:2017) h 215
6
hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan hampir seluruh
peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada di barisan
terdepan, kekhalifahannya berlangsung selama 6 tahun

2. Perkembangan sosial politik pemerintahan, keagamaan dan


proses peralihan
a) Proses peralihan dan perkembangan sosial politik pada masa
Abu Bakar As-shidiq

Rasulullah Saw pernah mengisyaratkan bahwa manusia yang


paling berhak untuk menjadi khalifah umatnya setelah adalah Abu
Bakar ash-Shiddiq, Pernyataan tersebut dikuatkan oleh beberapa dalil
(hadits) yang telah diriwayatkan oleh beberapa ahli sejarah yang
tsiqat dan oleh al-Ashhab ath-Thabaqat. Di antara dalil tersebut adalah
sabda Nabi Saw yang artinya: “Andaikan aku menentukan pilihan dari
umatku untuk menjadi khalifah, tentu aku akan memilih Abu Bakar”.
Dan sabdanya juga (dalam hadits lain) yang artinya: “Manusia yang
paling kasih saying di antara umatku adalah Abu Bakar”.9

berikut ini mengenai peradaban yang berkembang pada masa


pemerintahan Abu Bakar yang berlangsung selama dua tahun tiga
bulan:10

a. Membudayakan musyawarah yang lebih demokratis dalam


pemerintahan dan masyarakat
b. Menumbuhkan loyalitas umat islam dan tentara kepada pemerintah
yang memberi dukungan atas semua kebijakan khalifah

c. Membudayakan musyawarah dalam menyikapi setiap masalah yang


timbul 4

8
HAMKA, Sejarah Umat Islam, hlm. 179
49
Muhammad Yusuf Musa, Nidham al-Hukm fi al-Islam, (Jakarta;Al-Kautsar), 91

10
Abd. Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dengan
Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5 (Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019), Hal,
77.

7
d. Membangun pemerintah yang tertib di pusat dan di daerah

e. Membangun milter yang disiplin dan tangguh di medan tempur

f. Menyusun mushaf al-Qur’an seperti yang dimiliki umat Islam sekarang


g. Menyejahterakan rakyat secara adil dengan membangun baitul mall
serta memperbadayakan zakat, infaq, serta ghanimah dan jizyah.
Dalam pemerintahan Abu Bakar, ciri-ciri ekonominya adalah:11
a. Menerapkan praktek akad– akad perdagangan yang sesuai
dengan prinsip syariah.
b. Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau
membayar zakat.
c. Tidak menjadikan ahli badar sebagai pejabat Negara, tidak
mengistimewakan ahli badar dalam pembagian kekayaan Negara.
d. Mengelolah barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak,
perunggu, besi, dan baja sehingga menjadi sumber pendapatan
Negara.

e. Tidak merubah kebijakan Rasullah SAW dalam masalah jizyah.


Sebagaimana Rasullah Saw Abu Bakar tidak membuat ketentuan
khusus tentang jenis dan kadar jizyah, maka pada masanya, jizyah
dapat berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, atau
benda benda lainya.
f. Penerapan prinsif persamaan dalam distribusi kekayaan Negara.

g. Memperhatikan akurasi penghitunga Zakat. Hasil penghitungan zakat


dijadikan sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul
Maal dan langsung di distribusikan seluruhnya pada kaum Muslimin.

b) Proses peralihan dan perkembangan sosial pada masa Umar bin


Khatab

Proses peralihan kekuasaan pada masa Umar bin Khattab berbeda


dengan pendahulunya. Jika pada masa Abu Bakar proses suksesi sempat
didahului oleh perdebatan yang sengit antara front Muhajirin dengan
Anshar, maka pada periode Umar bin Khattab hal tersebut berlangsung 5

511
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 9
8
cukup tenang. Kondisi ini disebabkan karena Abu Bakar secara
langsung menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya dalam
suatu dokumen tertulis setelah melalui konsultasi informal dengan
beberapa orang sahabat utama.
Kebijakan Abu Bakar tersebut pada prinsipnya dapat disetujui seluruh
sahabat yang hadir pada masa pertemuan itu, kecuali hanya beberapa
orang dengan memberi sedikit catatan. Abdurrahman misalnya,
mengingatkan Abu Bakar asy-Syiddiq sifat keras Umar bin Khattab.
Peringatan itu dijawab oleh Abu Bakar dengan penjelasan yang cukup
rasional, sehingga memuaskan pihak yang meragukan terhadap Umar
bin Khattab.
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar
Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan
mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin
Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh
Umar.
Umar merencanakan administrasi tata negara (susunan
kekuasaan), yaitu
a. Kholifah (Amiril Mukminin)

Berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai wewenang


kekuasaan.
b. Wali (Gubernur)

Berkedudukan di ibu kota Provinsi yang mempunyai kekuasaan atas


seluruh wilayah Provinsi.
c. Tugas pokok pejabat

Tugas pokok pejabat, mulai dari khalifah, wali beserta bawahannya


bertanggung jawab atas maju mundurnya Agama Islam dan Negara.
Disamping itu mereka juga sebagai imam shalat lima waktu di masjid.
d. Membentuk dewan-dewan Negara

9
Guna menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar
membentuk dewan-dewan Negara yang bertugas mengatur dan
menyimpan uang serta mengatur pemasukan dan pengeluaran uang
negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara.

c) Proses peralihan dan perkembangan sosial pada masa Utsman


bin Affan

Utsman bin Affan terpilih menjadi seorang khalifah melalui proses


panjang dan relatif tidak mulus (lancar), karena proses itu dimulai dari
inisiatif beberapa shahabat senior yang merasa khawatir akan terjadinya
perpecahan di kalangan umat Islam, apalagi Umar bin Khattab wafat
sebelum ada kepastian penggantinya. Sementara kesehatan Umar bin
Khattab pada waktu itu semakin memburuk akibat tikaman dari Abu
Luluah.12

Abdurrahman bin Auf yang diangkat sebagai ketua dewan


“formatur” setelah bermusyawarah dengan yang lain, dan akhirnya
memutuskan bahwa hanya dua orang calon jabatan seorang khalifah
yaitu Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan. Kemudian
Abdurrahman bin Auf menanyakan kepada Ali, apakah ia sanggup
mengemban tugas sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits jika ia terpilih
sebagai khalifah. Ali menjawab bahwa dirinya berharap dapat berbuat
sejauh pengetahuan dan kemampuannya. Pertanyaan yang sama juga
diajukan kepada Utsman, lalu ia menjawab dengan tegas: “Ya! Saya
sanggup” Berdasarkan jawaban tersebut, Abdurrahman menyatakan
bahwa Utsman bin Affan sebagai seorang khalifah ketiga dan dia segera
akan dilaksanakannya bai’at. Sedangkan waktu itu usia Utsman adalah
sudah mencapai tujuh puluh tahunan, oleh karena itu melihat kenyataan
ini, maka Ali bin Abi Thalib sangat kecewa atas cara yang dipakai
oleh Abdurrahman tersebut dan menuduhnya bahwa sejak semula dia
sudah 6

612
Abu Luluah alias Fairus adalah seorang bangsa Persia yang menyusup ke dalam mesjid dan menikam
Umar bin Khattab ketika dia akan melaksanakan shalat shubuh. Lihat A. Syalabi, Op. Cit., 264 dan lihat
juga munawir Sjadzali

10
merencanakannya dengan Utsman bin Affan, sebab jika Utsman yang
menjadi khalifah berarti kelompok Abdurrahman bin Auf yang akan
berkuasa.

Pada masa khalifah Utsman bin Affan terdapat ketidak seragaman


qira’at dan menimbulkan perpecahan, Orang pertama yang mensinyalir
adanya perpecahan adalah sahabat Huzaifah ibnu Yaman. Kemudian
Huzaifah melaporkan kepada Utsman agar segera mengambil langkah-
langkah untuk menertibkannya. Usul ini diterima oleh Utsman dan
beliau mengambil langkah antara lain: Meminjam naskah yang telah
ditulis oleh
Zaid bin Tsabit pada masa Abu Bakar yang disimpan oleh Hafshah binti
Umar. Kemudian membentuk panitia yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah
bin Zubair, Sa’id ibnu Ash, Abdurrahman ibnu Harits. Utsman
memberikan tugas kepada mereka untuk menyalin kembali ayat-ayat
Al-Qur`an dari lembaran-lembaran naskah Abu Bakar sehingga
menjadi mushaf yang sempurna.13 Sehingga pada akhirnya, seiring
berjalannya waktu para panitia berhasil mengumpulkan dan
menghimpun semua Al-Qur`an kedalam sebuah mushaf yang dikenal
dengan sebutan Mushaf Usmani.
Sementara pencapaian beliau tidak sampai disitu, bahkan beliau
meninggalkan jejak peradaban yang bermakna dalam kehidupan
manusia saat itu hingga sekarang, antara lain:14
 Membudayakan sistem musyawarah dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
 Menyeragamkan cara membaca al-Qur’an yang ditandai dengan
penyusunan ayat-ayatnya dalam satu mushaf.

 Membangun fasilitas umum

 Menertibkan administrasi pemerintahan dengan deskripsi

 pekerjaan yang jelas. 7

713
Muhammad Adnan, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5 (Cendikia: Jurnal studi Keislaman,
2019), hlm. 97-98.

14
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 138-139
11
d) Proses peralihan dan perkembangan sosial pada masa Ali bin
Abi Thalib

Dari segi hubungan darah, Ali bin Abi Thalib tergolong termasuk
masih dekat dengan Rasulullah Saw., karena dia adalah merupakan
saudara sepupu dan (juga) salah satu dari menantu Rasulullah Saw.
yang melalui dari putrinya Fatimah.
Munawir Sjadzali mengatakan bahwa kota Madinah pada saat itu
adalah sedang kosong, karena para shahabat banyak yang berkunjung
ke wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan sehingga para shahabat yang
tinggal di kota Madinah sangat sedikit sekali, mereka itu antara lain
Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. Sedangkan mereka
tersebut tidak semuanya mendukung Ali bin Thalib untuk menjadi
khalifah. Sehingga munculah Thalhah, Zubair, dan Saad membaiat Ali
bin Abi Thalib yang akhirnya diikuti oleh banyak orang, baik dari
kalangan anshar maupun Muhajirin dan bahkan yang paling awal
membai’atnya adalah Thalhah bin Ubaidillah.15

kebijakan-kebijakan politik Ali, antara lain:

1. Mengembalikan prinsip-prinsip Baitul Mal yang telah dikuasai oleh


Bani Umayah pada masa Utsman.
2. Mengambil alih kembali tanah-tanah negara yang diberikan kepada
keluarga Utsman pada masa kekhalifahannya.
3. Mengganti semua gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat dengan
pejabat yang lebih baik.
4. Dia berhasil menyusun arsip negara, menyelamatkan dokumen-
dokumen khalifah, mendirikan kantor hajib (bendaharawan), membuat
kantor pasukan pengawal, dan mengorganisasi serta menetapkan tugas-
tugas polisi.
5. Dia berhasil pula memperluas daerah kekuasaan Islam walaupun
sedikit, antara lain melakukan serangan laut sampai ke Koukan
(Bombay).8

815
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UIP, 1990), 27-28
12
3. Perkembangan ilmu agama

Kelanjutan dari meluasnya kekuasaan Islam ada dua gerakan


perpindahan manusia, dari Arab ke luar daerah Arab dan orang ‘Ajam
datang ke daerah Arab. Proses Asimilisai ini membawa dampak positif
dan negatif. Orang Ajam yang pernah mewarisi kebudayaan lebih tinggi
yang kemudian masuk Islam dan berbahasa dengan bahasa Arab serta
berkeyakinan dengan keimanan Islam, mendorong Umar untuk
memerintahkan membuat tata bahasa Arab dan penafsiran Alquran agar
mereka terhindar dari kesalahan dalam membaca dan menafsirkan
Alquran dan hadis. Untuk kepentingan mengajar di luar Jazirah Arab,
dikirim guru-guru yang terdiri dari para sahabat yang ahli ilmu. Usaha
tersebut tidak terlalu lama, karena Umar terbunuh oleh orang yang sakit
hati kepadanya. Namun Umar diakui oleh para sarjana Muslim dan
bukan Muslim bahwa
ia adalah orang kedua sesudah Nabi yang paling menentukan jalannya
kebudayaan Islam. Selain yang telah disebutkan di atas, secara umum
kemajuan yang berhasil dicapai pada masa Khulafaurrasyidin adalah:
1. Pembukuan Alquran

Khalifah Usman berhasil menyusun Mushaf standar untuk dijadikan


pegangan bagi seluruh umat Islam, yang kemudian dibagikan ke
beberapa wilayah Islam untuk menghindari terjadinya perbedaan dialek
dalam membaca Alquran.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan klasik Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu ‘Ulum
an-naqliyah, yang bersumber pada Alquran atau dalil Naql (disebut juga
‘Ulum al-Syariah, dan ‘Ulûm al-‘Aqliyah (‘ulum al-‘ajam). Dalam
periode Khulafaurrasyidin masih didominasi oleh ilmu-ilmu naqliyah.
Lahirnya ilmu Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari
Alquran. Pada masa ini, muncul ilmu tafsir yang berguna untuk

13
memahami ayat-ayat Alquran. Ilmu Hadis belum dikenal pada masa
ini, namun pengetahuan tentang hadis sudah berkembang luas di
kalangan umat Islam. Ilmu Nahwu berkembang di Basrah dan Kufah,
Ali ibn Abi Thalib adalah pembina dan penyusun pertama dasar-dasar
ilmu nahwu. Khat al-Qur’an berkaitan erat dengan penulisan dan
penyebaran Alquran. Pada masa ini Alquran ditulis dengan tulisan Kufi,
Perkembangan ilmu Fiqh tidak dapat dilepaskan dari Alquran dan hadis
sebagai sumbernya. Karena itu, tidak heran jika ahli fiqh pada umumnya
ahli dalam Alquran dan hadis.
1) Perkembangan Sastra

Pada masa ini, pengamat sastra pada umumnya terbagi menjadi dua
pendapat besar:
a. Sastra mengalami stagnasi karena per- hatian lebih pada Alquran,

sehingga syair kurang berkembang.


b. Alquran sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra, karena dalam

berdakwah diperlukan bahasa yang indah.


Prosa yang tertuang dalam 2 bentuk, yaitu khithabah (bahasa pidato)
dan kitabah (bahasa korespondensi). Khithabah men- jadi alat paling
efektif, namun sastra kurang berkembang pada masa ini.
2) Perkembangan Arsitektur

Arsitektur dalam Islam dimulai tumbuhnya dari Mesjid. Beberapa


masjid yang dibangun pada masa ini:

a. Masjid al-Haram. Masjid ini dibangun oleh Nabi Ibrahim, dan pada

masa Umar masjid ini diperluas dengan membeli rumah-rumah di


sekitarnya. Masjid dikelilingi dengan tembok batu bata setinggi 1,5
meter. Lalu pada masa Usman, masjid ini diperluas lagi.
b. Masjid Madinah (Nabawi). Masjid ini di- dirikan oleh rasulullah pada

saat pertama kali ke Madinah. Pada masa Umar masjid ini diperluas,
dan pada masa Usman di- perluas lagi dan diperindah. Dindingnya
diganti dengan batu, dan dihiasi dengan ukiran-ukiran. Tiang-tiangnya
dibuat dari breton bertulang dan ditatah dengan ukiran, plafonnya dari
kayu pilihan. Unsur estetis mulai diperhatikan.
14
c. Masjid al-`Atiq. Masjid inilah yang pertama kali didirikan di Mesir pada

masa Umar. Terletak di utara Babylon, tidak bermihrab, mempunyai


tiga pintu, dilengkapi dengan tempat berteduh para musafir.
Setelah Mesir dan Iraq ditaklukkan, Khalifah Umar memerintahkan
membangun korta-kota baru. Di Irak dibangun kota Basrah dan
Kufah, di Mesir dibangun Kota Fustat. Kampung konsentrasi militer
dibangun di kota baru ini. Bangunan- bangunan utama dari sebuah kota
baru adalah perumahan, masjid jami` serta mesjid-mesjid kecil lainnya;
perkantoran dibangun dekat masjid; dan bangunan sarana umum, seperti
kamar mandi umum, saluran, dan bak penampung air serta pasar.
Bagian-bagian kota dipisahkan oleh jalanan- jalanan dan lorong-lorong
yang ditata rapi. Materi bangunan masih sederhana, terdiri dari jerami,
tanah liat dan batu bata.
Pada masa Usman, dibangun sebuah bendung- an yang besar untuk
melindungi Madinah dari bahaya banjir dan mengatur persediaan air
untuk kota itu. Ia juga membangun jalan, jembatan, rumah tamu di
berbagai wilayah dan memperluas masjid Nabawi.

15
C. KESIMPULAN
1. Kekhalifahan Rasyidin adalah kekhalifahan yang berdiri setelah
wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, atau tahun 11 H.
Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifah pertama dalam sejarah
Islam, yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Pada puncak
kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab,
sampai ke Levant, Kaukasus dan Afrika Utaradi barat, serta sampai ke
dataran tinggi Irandan Asia Tengah di timur. Kekhalifahan Rasyidin
merupakan negara terbesar dalam sejarah sampai masa tersebut.

2. Masa pemerintahan khulafaurrasyidin merupakan awal dari


perkembangan agama Islam dan sistem peralihan kekuasaannya
dilaksanakan dengan cara musyawarah yang menumbuhkembangkan
kepada pemerintahan politik.
3. Pertumbuhan ilmu pengetahuan masa Khulafaur Rasyidin masih
berkisar pada ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist, hal
ini karena pertumbuhan ilmu pengetahuan masih dekat dengan
sumbernya, yaitu para sahabat Nabi yang sanadnya langsung pada
Rasulullah SAW dan berkembangnya ilmu-ilmu tersebut seiring
dengan penyebaran Islam ke berbagai daerah pada masa itu.

16
D. DAFTAR PUSTAKA

Adnan Muhammad, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5 (Cendikia:


Jurnal Studi Keislaman, 2019), hlm. 97-98.

Al-Maududi Abul Ala, 2007, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Karisma),


hlm. 104.

Amin Munir Samsul, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 98

As-Suyuthi Imam, 2015, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qisthi Press), hal. 79.

Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik Yogyakarta:2017), h.


215

Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 171.

Pulungan Suyuti, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2018 hlm.
134.

Rahman Taufik dan Muhammad Usman, Peradaban Islam Pada Masa Al-
Khulafa Al-Rasyidin

Sjadzali Munawir, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UIP, 1990), 27-28

Wahab Abd, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5
(Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019), Hal, 77.

Yususf Musa Muhammad, Nidham al-Hukm fi al-Islam, (Jakarta;Al-Kautsar), h. 91

17

Anda mungkin juga menyukai