Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H atau 8 Juni
632 M. Sesaat beliau wafat, situasi di kalngan umat Islam sempat kacau. Hal ini
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Dua
kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebgai pengganti Nabi
Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan Anshar.

Terdapat perbedaan pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar karena kaum
Muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangan kaum Anshar mengusulkan
Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat antara
dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin
Khattab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnnya, Umar menegaskan bahwa yang
paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy.
Alasan tersebut dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang Periode
Khulafaur Rsyidin. Tidak terlepas dari hal ini semoga makalh ini bisa membantu
kesulitan teman-teman dalam memahami tentang Periode Khulafau Rasyidin.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. ABU BAKAR (632-661 M).

a. Biografi
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin Amr bin Masud bin Taim
bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr at-Tamimi al-Quraishi 1, di zaman pra
Islam bernama Abdul Ka’bah, diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Abu Bakar Ash-
Shiddiq mendapatkan julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari karena ia termasuk orang
laki-laki yang masuk Islam pertama kali. Gelar Ash-Shiddiq diperoleh karena senantiasa
membenarkan semua hal yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, terutama saat
peristiwa Isra’ Mi’raj. Beliau lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil
Akhir tahun 13 H bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam usia 63 tahun. Ia
merupakan salah satu sahabat yang utama, ia seringkali mendampini Rasulullah di saat-
saat penting atau berhalangan, Rasulullah mempercayainya sebagai pengganti untuk
menangani tugas-tuagas keagamaan dan atau mengurusi persoalan-persoalan actual di
Madinah.

b. Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya.

Sebagai utusan Allah SWT., Nabi Muhammad SAW. mengemban dua jabatan,
yakni sebagai rasul dan kepala Negara. Jabatan beliau yang pertama berakhir
bersamaan dengan wafatnya. Akan tetapi, jabatan beliau yang kedua perlu ada
penggantinya. Oleh karena itu, umat Islam perlu seorang pemimpin ketika beliau
wafat.

Nabi Muhammad SAW wafat dalam usia 63 tahun, dan belum lagi jasad beliau
dikebumikan, di sebuah tempat bernama Saqifah bani Sa’idah, telah terjadi
perselisihan pendapat antara golongan Anshar dan Muhajirin tentang pengganti rasul
dalam pemerintahannya. Sebagian dari mereka mengusulkan untuk cepat-cepat
memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah perselisihan pertama yang terjadi setelah
wafatnya Nabi.2

1
Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Cetakan ke-5, 2015, hal. 93.
2
Suyuti Pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1994), hal. 102.
Berita perdebatan kedua golongan tersebut terdengar oleh sahabat-sahabat
terkemuka, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan yang sedang
berada dirumah Nabi Muhammad SAW., sedangkan sahabat Ali masih mengurus
jenazah beliau.

Abu Bakar dan Umar bin Khattab sangat terkejut, kemudian keduanya cepat-cepat
mendatangi Saqifah bani Sa’idah,3 tempat dua golongan tersebut yang sedang
berdebat. Dalam pertemuan tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan
Salad bin Ubaidah sebagai pengganti Rasulullah. Akan tetapi suku Aus belum
menjawab atas pandangan itu. Ketika terjadi perdebatan di antar mereka, Abu Bakar
berpidato dengan mengemukakan kelebihan-kelebihan Anshar dan Muhajirin,
kemudian Abu Bakar mengusulkan agar mereka memilih salah satu dari sahabat,
yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah. Akan tetapi, golongan kedua tersebut
menolak, dan mereka berkata, “Demi Allah, kami tidak akan menerima pekerjaan
besar ini selama engkau masih ada, hai Abu Bakar! Engkaulah orang Muhajirin yang
paling mulia, engkaulah sati-satunya orang yang menyertai Rasulullah di gua ketika
kejar-kejar oleh orang-orang Quraisy, engkaulah satu-satunya orang yang pernah
Rasulullah untuk menjadi imam shalat waktu Rasulullah sakit. Untuk itu,
tengadahkanlah tanganmu wahai Abu Bakar, kami hendak membaiatmu”.

Pada awalnya, Abu Bakar merasa keberatan dipilih menjadi pemimpin kaum
Muslimin. Namun kemudian, Umar bin Khattab memegang tangan Abu Bakar
sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu Ubaidillah. Setelah kedua
sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di Saqifah bani Sa’idah,
baik kaum Muhajirin maupun Anshar, setelah dibaiat sebagai khalifah pertama.hal
menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah
pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar
terhadap nilai-nilai Islam dan strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat
sepeninggal Raulullah. Dibawah ini adalah kutipan dari pidato Abu Bakar yang
terkenal itu:

“Wahai Manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal


aku bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Jikalau aku menjalankan tugasku
dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah maka luruskanlah! Orang
yang kamu pandang kuat aku pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak

3
Saqifah adalah tempat Abu Bakar Shiddiq pertama dibaiat menjadi khalifah sepeninggal Nabi Muhammad
SAW. Sahabat Anshar dan Muhajirin berkumpul, membicarakan pengganti beliau. Saqifah dulunya tempat mirip
aula, sering dipakai duduk, berteduh, sambil berbincang. Nabi pernah shalat ditempat ini, lalu duduk dan minum air.
Bagian Utara Saqifah terdapat sumur milik bani Sa’idah. Keluarga Sa’idah adalah sahabat Nabi yang menemani
beliau duduk-duduik di Saqifah. Tempat itu masih dipertahankan, dikelola dan dilestarikan dalam bentuk taman.
Posisinya disisi Barat Daya Masjid Nabawi, berjarak sekitar 200 Meter.
darinya, sedang orang yang kamu pandang lemah aku pandang kuat, sehingga aku
dapat mengembalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku
taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, tetpi bila mana aku tidak mentaati Allah dan
Rasul-Nya, kamu tidak perlui mentaati ku. Dirikanlah shalat, semoga Allah
merahmati kalian”.4

Pidato yang diucapkan setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas


kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi menilai
keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Pidato itu
menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan.
Disimpulkan terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat,
mewujudkan keadilan, mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai intisari
ketakwaan umat Islam.

Abu Bakar dipilih secara aklamasi, meskipun beberapa tokoh lain tidak ikut
membaiatnya, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalha, dan Zubair. Pembahasan-
pembahasan tentang khalifah akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran Islam,
Dengan terpilihnya Abu Bakar maka resmilah berdiri kekhalifahan pertama di dunia
Islam.

B. UMAR BIN KHATTAB (632-634 M)

a. Biografi

Umar bin Khattab nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail
keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Bani Adi, suku yang sangat terpandang
dan berkedudukan tinggi dikalangan orang-orang Quraisy.. Umar bin Khattab lahir di
Mekkah pada tahun 583 M, 12 tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW.
Ayahnya bernama Nufail ibnu Abdul ‘Uzza al-Quraisy, ibunya bernama Hantamah
binti Hasyim bin Mughirah bin Abdillah. Silsilahnya berhubungan dengan Nabi
Muhammad SAW. pada generasi kedelapan, yaitu Fihr. Umar adalah khalifah kedua
yang menggantikan Abu Bakaar ash-Shiddiq.

Umar bin Khattab adalah seorang yang berbudi luhur, fasih dan adil serta
pemberani, ia ikut memelihara ternak ayahnya dan berdang hingga ke Syiria, ia juga
dipercayai oleh suku bangsanya, Quraisy untuk berunding dan mewakilinya jika ada
persoalan dengan suku-suku lain. Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah
kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi serta dijadikan sebagai tempat
rujukan oleh Nabi menegnai hal-hal yang penting, ia dapat memecahkan masalah
yang rumit tentang siapa yang berhak mengganti Rasulullah dalam emimpin umat

4
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 69.
setelah wafatnya Rasulullah SAW. Dengan memilih dan membaiat Abu Bakar
sebagai khalifah Rasulullah sehingga dia mendapat penghormatan yang tinggi dan
dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan Khalifah yang baru itu. Sebelum
meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khattab menjadi penerusnya.
Rupanya masa 2 tahun bagi Khalifah Abu Bakar belumlah cukup menjamin stabilitas
keamanan terkendali, maka penunjukkan ini untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan di antara umat Islam. Ketika Umar telah menjadi Khalifah, ia berkata
kepada umatnya: “Orang-orang Arab seperti halnya seekor unta yang keras kepala
dan ini akan bertalian dengan pengendara di mana jalan yang akan dilalui dengan
nama Allah, begitulah aku akan menunjukkan kepada kamu ke jalan yang harus
engkau lalui”.

b. Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya

Sebelum wafat, khalifah Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khattab sebagai
penggantinya. Penunjukan ini berdasarkan pada kenangan Abu Bakar tentang
pertentangan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan Anshar. Ia khawatir kalau tidak
segera menunjuk pengganti dan ajalnya dating, maka dikhawatirkan timbul pertentangan
di kalangan umat Islam, yang mungkin dapat lebih parah daripada ketika Nabi
Muhammad SAW. wafat tedahulu.

Ketika mengangkat Umar bin Khattab sebagai khalifah, Abu Bakar terlebih dahulu
bermusyawarah dengan para sahabat senior, seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Usaid bin Khudur, dan beberapa
sahabat lainnya. Mereka menyetujui usulan Abu Bakar untuk mengangkat Umar sebagai
penggantinya. Pada saat itu pula, Umar di baiat oleh kaum Muslimin, dan secara
langsung di terima sebagai khalifah resmi yang akan menuntun umat Islam pada masa
yang penuh dengan kemajuan dan siap membuka cakralawa di dunia muslim. Umar
diangakat sebagai khalifah pada tahun 13H/634M.

Masa pemerintahan Umar bi Khattab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari
tahun 13 H/634 M sampai tahun 23H/644M. ia wafat pada usia 64 tahun, ia meninggal
pada tahun 644 M karena ditikam oleh Fairuz (Abu Lukluk) budak Mughirah bin Abu
Sufyan dari perang Nahrrawain yang sebelumnya adalah bangsa Persia. Sebelum
meninggal, Umar mengangkat Dewan Presidium untuk memilih khalifah pengganti dari
salah satu anggotanya. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf. Sedangkan putranya
(Abdurrahman bin Umar), ikut dalam dewan tersebut, tetapi tidak boleh dipilih, hanya
memberi pendapat saja. Akhirnya, Utsman yang terpilih setelah terjadi pedebatan yang
sengit antar anggotanya.

Meskipun diangkatnya Umar sebagai khalifah itu merupakan fenomena yang baru,
tetapi haruslah dicatat bahwa proses peralihan kepemimpinan tetap dalam bentuk
musyawarah, yaitu berupa usulan atau rekomendasi dari Abu Bakar yang diserahkan
kepada persetujuan umat Islam. Khalifah Abu Bakar melakukan serangkaian konsultasi
terlebih dahulu dengan beberapa orang sahabat, antara lain Abdurrahman bin Auf dan
Utsman bin Affan.

C. Tipe Kepemimpinan Khalifah.

a. Khalifah Abu Bakar (632-634 M).


Lankah-langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam istinbath al-ahkam pada
kepemimpinannya adalah:
 Mencari ketentuan hukum dalam Al-Qur’an, apabila ada, ia putuskan
berdasarkan ketetapan yang ada dalam Al-Qur’an.
 Apabila tidak dapat menemukannya dalam Al-Qur’an, ia mencari
ketentuan hukum dalam sunnah, bila ada ia putuskan berdasarkan
ketetapan yang ada dalam sunnah.
 Apabila tidak menemukannya dalan sunnah, ia bertanya kepada sahabat
lain apakah Rasulullah SAW. telah memutuskan persoalan yang sama
pada zamannya. Jika ada yang tahu, ia menyelesaikannya berdasarkan
keterangan dari yang menjawab setelah memenuhi beberapa syarat.
 Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia mengumpulkan
para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Jika ada kesepakatan diantara mereka, ia
menjadikan kesepakatan itu sebagai keputusan.

b. Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M).

Dalam mengambil keputusan hukum khalifah Umar ibn Khattab sama dengan
Abu Bakar. Sebelum mengumpulkan sahabat untuk bermusyawarah, ia
bertanya kepada sahabat lain: “Apakah kalian menegtahui bahwa Abu Bakar
telah memutuskan kasus yang sama? Jika pernah, ia mengikuti keputusan itu.
Jika tidak ada ia mengumpulkan sahabat dan bermusyawarah untuk
menyelesaikannya. Kepada seorang qadhi (hakim) pada zamanya, yaitu
syuraih.
Wasiat tersebut adalah:

 Berpeganglah kepada Al-Qur’an dalam menyelesaikan kasus.


 Apabila tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, hendaklah engkau
berpegang kepada sunnah.
 Apabila tidak didapatkan ketentuannya dalam sunnagh, maka
berijtihadlah.

D. Konstribusi Khalifah dalam Peradaban Islam

a. Abu Bakar (632-634 M).


Hal yang pertama kali menajdi perhatian beliau saat diangkat
menjadi khalifah adalah merealisasikan keinginan Nabi yang hamper tidak
terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah
pimpinan Usamah. Hal tersebut untuk membalas pembunuhan ayahnya,
Zaid, dan kerugian yang diderita umat Islam dalam perang mu’tah.
Salah satu program penting yang dijalankan Abu Bakar adalah
menjaga dan melindungi Al-Qur’an setelah terbunuhnya beberapa sahabat
penghafal Al-Qur’an dalam perang Yamamah. Ketika Umar ibn Khattab
merasa khawatir jika Al-Qur’an hilang dari tengah-tengah umat Islam
sehingga ia mengajukan usul kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan
catatan ayat-ayat Al-Qur’an yang tercecer pada lempeng-lempeng batu,
pada pelepah kurma, dan potongan-potongan kulit hewan. Abu Bakar
menyetujui usulan Umar dan menugasi Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan catatan tersebut.
Demi kesejahteraan umat Islam, Abu Bakar membuat kebijakan
internal, yaitu:
1. Gaji untuk khalifah diambil dari Baitul Mal dengan jumlah yang
mencukupinya, sehingga ia tidak perlu melakukanpekerjaan lain untuk
mencari rezki.
2. Menetapkan jalan musyawarah sebagai pemutus perkara dan
mengangkat Umar ibn Khattab sebagai dewan syura. Karena itu, Abu
Bakar tidak memperbolehkan Umar keluar Madinah untuk memimpin
peperangan.
3. Membentuk dewan syariah untuk bertugas memutuskan berbagai
perkara yang dihadapi umat Islam. Abu Bakar juga mengangkat Umar
sebagai hakim untuk wilayah Madinah.
4. Mengutus beberapa sahabat untuk menjadi wakil khalifah di beberapa
wilayah yang dikuasai Negara Islam, dan wilayah taklukan lainnya.
Mereka bertugas memelihara keamanan dan kestabilan wilayah,
menyebarkan agama Islam, berjihad di jalan Allah, mengajari kaum
muslimin tentang agama mereka, memelihara kesetiaan kepada khalifah,
mendirikan shalat, menegakkan hukum Islam, dan melaksanakan syariat
Allah.

b. Umar bin Khattab (634-644 M).

Kebijakan dan konstribusi khalifahUmar bin Khattab:

1. Penulisan penanggalan Islam.


Penulisan penanggalan Islam dihitung mulai hijrahnya Nabi
Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah
2. Mendirikan Baitul Mal.
Konstribusi Umar bin Khattab paling besar dalam menjalankan
roda pemerintahan adalah dibentuknya perangkat administrasi
yang baik. Beliau mendirikan institusi administrsi yang hamper
tidak mungkin dilakukan pada abad ketujuh sesudah masehi.
Beliau mendirikan Baitul Mal regular dan permanen di ibukota,
kemudian dibanun cabang-cabngnya di ibukota provinsi. Abdullah
bin Irqom ditunjuk sebagai pengurus baitul mal (sama dengan
mentri keuangan) bersama dengan Abdurrahman bin Ubaid Al-
Qari serta Muayqob sebagai asistennya.
3. Menghukum peminum khamr dengan 80 kali deraan.
Imam An-Nawawi berkata dalam Tahzibnya: Umar adalah orang
yang pertama kali menjadikan cemeti sebagai alat untuk
menghukum manusia yang melakukan pelanggaran.
4. Melakukan perluasan wilayah
Perluasan daerah Islam pada masa itu begitu pesat, menyebar
keseluruh Persia, mulai dari kawasan Timur hingga kawasan Barat,
Palestina, Mesir, Syuria.

Anda mungkin juga menyukai