Anda di halaman 1dari 15

SANG

KHULAFAUR RASYIDIN
PERTAMA

Abu bakar
ash-shiddiq

JANUARY 16, 2023


KELAS
10 IPS 3
DISUSUN OLEH:
1.ACHMAD FATIR HASANUDIN
2.ADISTRI AULIA
3.GITTA FITRI AURELLIA
4.INAYAH MUTIARA FERDIAN
5.MUHAMMAD ABIMANYU DWI PRASETYO
6.MUHAMMAD SOFIYULLAH
7.NABILA ADELIA
8.RAFI HAIDAR AZIS
9.REZKY FADHIL
10. SITI NABILA

1
A. Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq

1. Mengenal Abu Bakar as-Shidiq

Abu Bakar Ash Shiddiq lahir di Mekah pada tahun 573 Masehi Abu Bakar Berarti

"Ayah si gadis" atau ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW adalah yang dimaksud

oleh Abu Bakar. Nama yang paling sering digunakan adalah Abdul Ka'bah (harfiah, "hamba

Ka'bah") yang kemudian diubah menjadi Abdullah (harfiah, "hamba Allah") oleh Rasulullah.

Sumber lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah

kunya atau nama panggilan ayahnya). Gelar As-Sidiq (yang dipercaya) diberikan Nabi

2
Muhammad SAW sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Ash Shiddiq, membuat

namanya cukup di kenal oleh banyak orang. Assabiqunal Awwalun Sebagaimana orang-

orang yang pertama masuk Islam, cobaan yang dideritanya cukup banyak, namun ia

senantiasa tetap setia menemani Nabi dan bersama beliau menjadi satu-satunya teman hijrah

ke Madinah pada 622 Masehi.

Tahun yang sama dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan merupakan

keturunan dari Bani Taim, suku Quraisy. Abdullah ibni Abi Quhaafah merupakan nama asli

dari Abu Bakar Ash Shiddiq. Ayahnya bernama Uthman Abu Quhafa dan ibu nya bernama

Salma Umm-ul-Khair. Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Tahun Gajah yang bertepatan

dengan tahun kelahiran Rasulullah Saw. nama asli Abu Bakar adalah Abdullah, dan diberi

julukan Abu Bakar (Bakr adalah nama unta yang masih muda). Nama lengkapnya adalah Abu

Bakar bin Abu Quhafah bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr.

Menurut sejumlah cendekiawan Islam Sahabat Rasulullah dikenal sebagai pedagang,

hakim dengan kedudukan yang tinggi, terpelajar, dan orang yang mampu menafsirkan mimpi.

Sahabat Rasulullah SAW Berdasarkan peristiwa saat itu, dimana dakwah Nabi Muhammad

SAW lebih banyak disuarakan oleh anak - anak muda, orang miskin, kaum marjinal, dan para

budak.

Abu Bakar justru mengacu pada orang - orang yang memeluk Islam pada periode

awal dan yang juga berhasil mengajak para penduduk mekkah dan kaum Quraisy lainnya

yang ikut serta di dalamnya (memeluk Islam).

Pada masa jahiliyah Abu Bakar adalah teman akrab Rasulullah Saw yang selalu

bersama-sama mencari Tuhan dan tetap konsisten dengan akhlak mulia. Abu Bakar sering

menemani Rasulullah Saw dalam perjalanan dagang ke Negeri Syam, demikian juga ketika

seorang pendeta yang menyampaikan tanda-tanda kenabian kepada Abu Thalib dalam sebuah

perjalanan dagang ke Negeri Syam, Abu Bakar turut serta dalam rombongan tersebut.

3
Saat dewasa, Abu Bakar

menjadi penduduk Quraisy yang

sangat banyak pengetahuannya,

khususnya tentang sejarah dan

peninggalan masa lalu. Dia pun

menjadi saudagar yang kaya raya,

berakhlak mulia, dan selalu menepati

janji. Abu Bakar dikenal sebagai orang yang cerdas, bijaksana dan lemah lembut.

Sejak memasuki usia baligh beliau tidak pernah menyembah berhala, Abu Bakar

sangat menyadari betapa batil dan semrawutnya kehidupan beragama di Makkah kala itu.

Dalam jiwanya terdapat keberanian bagai singa yang dapat menggoncang orang yang

berusaha menggoyangkan keiamanannya. Ketika Rasulullah Saw dimuliakan dengan

kerasulannya, Abu Bakar menjadi Assabiqunal Awwalun tanpa keragu-raguan sedikitpun

dalam hatinya, sampai-sampai Rasulullah Saw berkata “Tidaklah aku mengajak seseorang

memeluk Islam melainkan dirinya dihinggapi keraguan”.

Ketika Rasulullah Saw diisrakan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, orang-

orang mempertanyakan kebenaran peristiwa itu, bahkan banyak diantara mereka yang

mendustakan Muhammad, tapi tidak demikian dengan Abu Bakar, beliaulah orang yang

pertama mempercayai peristiwa itu dan mengimaninya hingga beliau diberi gelar Ash-Shidiq.

Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Abu Bakar mendapat kehormatan menemani Rasulullah

Saw dan menjadi salah seorang yang berada dalam gua. Dalam sejarah peperangan membela

Islam, Abu Bakar selalu ikut serta, tidak ada satu pertempuranpun yang tidak diikutinya. Abu

Bakar menjadi pemegang ar-rayah dalam perang Tabuk. Abu Bakar diperintahkan oleh

Rasulullah Saw untuk memimpin rombongan haji pada tahun kesembilan hijriyah. Ketika

4
Rasulullah Saw sakit, Abu Bakar diperintahkan oleh beliau menggantikannya menjadi imam

sholat.

2. Proses pengangkatan Abu Bakar as-Shiddiq

Umat muslim terkejut karena kematian Rasulullah. Rasulullah telah berpulang ke sisi

Allah pada 12 Rabiulawal tahun 11 Hijriah (3 Juni 632 M). Subuh hari itu Rasulullah SAW

merasa sudah sembuh dari sakitnya. la keluar dari rumah Aisyah ke masjid dan ia sempat

berbicara dengan kaum Muslimin. Dipanggilnya Usamah bin Zaid dan diperintahkannya

berangkat untuk menghadapi Romawi. Setelah tersiar berita bahwa Rasulullah telah wafat tak

lama setelah duduk-duduk dan berbicara dengan mereka, mereka sangat terkejut sekali. Umar

bin Khattab yang berada di tengah-tengah mereka berdiri dan berpidato, membantah berita

itu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah tidak meninggal, melainkan sedang pergi menghadap

Tuhan seperti halnya dengan Musa bin Imran, yang menghilang dari masyarakatnya selama

empat puluh malam, kemudian kembali lagi setelah tadinya dikatakan meninggal. Umar terus

mengancam orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat. Dikatakannya

bahwa Rasulullah SAW akan kembali kepada mereka dan akan memotong tangan dan kaki

mereka. Sesudah tersiar berita kematian Nabi, orang menyusul Abu Bakar menyampaikan

berita sedih itu. Abu Bakar segera kembali. la melihat Muslimin dan Umar yang sedang

berpidato. la tidak berhenti tetapi terus menuju ke rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi SAW di

salah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubungi kain. la maju menyingkap kain itu dari

wajah Nabi lalu menciumnya dan mengatakan: "Alangkah indahnya sewaktu engkau hidup,

dan alangkah indahnya sewaktu engkau wafat". la keluar lagi menemui orang banyak lalu

berkata kepada mereka: "Saudara-saudara! Barang siapa menyembah Muhammad,

Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa menyembah Allah, Allah hidup selalu, tak

pernah mati."

5
Tak kala tersiar kabar tentang meninggalnya Rasulullah Saw, kaum muslimin diliputi

kebimbangan tentang siapa pengganti pemimpin mereka. Banyak diantara mereka yang tidak

mempercayai berita tersebut dan menganggap bahwa Rasulullah Saw belum meninggal.

Dalam keadaan seperti ini Abu Bakar berseru kepada seluruh kaum muslimin dengan

pidatonya: “Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah kepada Muhammad,

maka Muhammad telah meninggal dunia. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka

Allah tidak pernah akan mati selamanya”

Abu Bakar kemudian membaca kan firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 144:

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah

jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke

belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan

kepada orang yang bersyukur”. (QS. Ali Imran 3: 144)

Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur ke tanah.

Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa Rasulullah memang

sudah wafat. Orang semua terdiam setelah mendengar dan melihat kenyataan itu. Setelah

sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak tahu apa yang hendak mereka perbuat.

Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan beberapa kalangan terkemuka Muslimin

lainnya dan yang awam, sedang sibuk membicarakan kematian Rasulullah. Ketika itu Abu

Bakar, Ali bin Abi Talib dan keluarga Nabi yang lain sedang berada di sekeliling jenazah,

menyiapkan segala sesuatunya untuk pemakaman. Umar setelah yakin benar bahwa Nabi

memang sudah wafat, mulai berpikir apa yang akan terjadi sesudah itu. Tak terlintas dalam

pikirannya bahwa pihak Anshar sudah lebih dulu berpikir ke arah itu, atau mereka ingin

menguasai keadaan di luar yang lain.

6
Pada saat berita wafatnya Rasulullah menyebar. Masalah yang pertama dihadapi yaitu

masalah politik. Sejumlah tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di Balai Tsaqifah bani

Sa’idah, Madinah. Mereka bermusyawarah untuk memilih siapa yang ditunjuk menjadi

kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi perdebatan yang sangat alot karena masing-

masing kelompok. Di antara dua kelompok tersebut menganggap bahwa kelompoknya yang

paling

pantas menggantikan Nabi sebagai

khalifah. Orang-orang Muhajirin

mengatakan bahwa mereka yang paling

berhak menjadi khalifah karena mereka

lah yang mula-mula masuk Islam dan

Nabi berasal dari kalangan mereka.

Sementara orang-orang Anshar

menyebutkan mereka pula yang paling berhak karena mereka lah yang telah membantu dan

melindungi Nabi dari serangan kaum Quraisy pada waktu hijrah ke Madinah. Abu Bakar

mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari kaum

Anshar, tetapi orang Anshar menolak usul itu. mereka mengusulkan agar diangkat dua orang

pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan alasan bisa

membawa perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar terhadap hadits

Nabi yang mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.

Pada saat itu, beliau mengusulkan agar Umar bin Khathab diangkat menjadi khalifah.

Usul itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada, beliaulah yang

paling pantas menjadi khalifah. Akhirnya, Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin atas usul

Umar bin Khathab, ketika itu juga usia Abu Bakar 61 tahun. Rupanya, semangat keagamaan

Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam. Sehingga masing-masing

7
pihak menerima dan membaiatnya sebagai pemimpin umat Islam pengganti Rasulullah yang

dalam perkembangan selanjutnya disebut “Khalifah” saja. Di mana Umar dan Abu Ubaidah

bangkit menuju Abu Bakar lalu membaiatnya sebagai Khalifah. Setelah terlebih dahulu

Basyir bin Sad membaiatnya. Kemudian kaum Muhajirin dan kaum Anshar berturut-turut

membaiatnya. Baiat as-Saqifah ini dinamakan Baiat al-Kashshah, karena baiat tersebut hanya

dilakukan sekelompok kecil kaum muslimin, yakni hanya mereka yang hadir di as-Saqifah.

Sebenarnya pada masa itu pencalonan Abu Bakar mendapat perlawanan hebat dari

kaum Anshar maupun Ali bin Abi Thalib serta pengikutnya. Kelompok Ali ini adalah benih

kelompok Syi’ah. Mereka berpendapat bahwa Ali lah yang lebih berhak menduduki jabatan

Khalifah. Alasan mereka bahwa Ali adalah kemenakan sekaligus mantu Rasulullah. Selain

itu, didasarkan riwayat yang dikenal dengan hadits Ghadir Khum, bahwa Rasulullah pernah

meriwayatkannya. Mereka mengajukan sejumlah riwayat tentang keutamaan Ali. Dikatakan

bahwa "Aku merupakan kota ilmu pengetahuan sedangkan Ali pintunya. Atau "Aku dan Ali

ibarat Musa dan Harun". Ajaran Syi’ah yang terkenal, yang menyatakan bahwa Rasulullah

menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya ketika berada di Ghadir Khum tidak perlu

dipertimbangkan secara serius. Peristiwa semacam itu secara inheren tidak mungkin terjadi

mengingat adanya tradisi di kalangan bangsa Arab untuk tidak menyerahkan tanggung jawab

besar kepada orang orang muda dan yang tidak diketahui dengan pasti kemampuannya.

Pada saat itu Ali bin Abi Thalib tidak hadir dalam pertemuan itu karena sibuk

mengurusi pemakaman Nabi Muhammad SAW. Dan ia tidak segera memberikan baiatnya

kepada Abu Bakar kecuali 6 bulan kemudian, setelah istrinya Fatimah, puteri Nabi

Muhammad SAW meninggal dunia. Tetapi bagaimana pun juga Abu Bakar adalah orang

yang paling tepat menggantikan Nabi Muhammad SAW. Mengingat prestasinya dalam tiga

hal yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya. Pertama, sebagai orang yang pertama masuk

8
Islam dari kalangan dewasa. Kedua, menemani Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib. Ketiga, satu-

satunya orang yang ditunjuk oleh Nabi menjadi imam shalat ketika beliau sakit.

Kebimbangan selanjutnya adalah tentang siapakah sosok yang dapat menggantikan

kepemimpinan Rasulullah SAW. Saat itu, kaum Anshar terbagi menjadi dua golongan besar,

Aus dan Khazraj. Mereka berkumpul di Saqifah Bani Saidah (sebuah Balai Irung atau tempat

pertemuan) bermaksud memilih pengganti Rasulullah Saw dari kalangan mereka dengan

menunjuk Saad bin Ubadah. Kaum Anshar merasa berhak atas jabatan itu karena merekalah

yang menolong kaum muslimin ketika hijrah ke Madinah.

Pertemuan di Saqifah Bani Saidah tersebut didengar oleh kaum Muhajirin. Maka Abu

Bakar, Umar diikuti sahabat yang lainnya menuju Saqifah Bani Saidah. Muhajirin dan

Anshar merasa berhak atas kepemimpinan itu, maka Abu Bakar berkata: “Baik kami dari

golongan Muhajirin maupun kalian golongan Anshar merupakan saudara satu agama yang

senantiasa menyeru kepada kebaikan melawan kebatilan. Jika kalian menyebutkan tentang

kebaikan-kebaikan yang telah kalian lakukan, memang begitulah kenyataannya”.

Saat itu Abu Bakar bermaksud mempersilahkan kepada kaum Muhajirin dan Anshar

untuk memilih diantara Umar bin Khathab dan Abu Ubadah menjadi pemimpin mereka,

namun Umar bin Khathab berkata “Bukalah tanganmu wahai Abu Bakar, bukankah

Rasulullah SAW telah menyuruhmu menjadi imam sholat bagi kaum muslimin? Jika

Rasulullah SAW sudah percaya kepadamu mengenai soal agama, maka kami akan

mempercayai engkau untuk urusan keduniaan, kami serahkan urusan kepemimpinan ini

kepada engkau, engkaulah orang kedua yang berada dalam gua waktu itu, dan engkaulah

orang yang paling dicintai Rasulullah SAW daripada kami.

Kemudian Umar membaiat Abu Bakar diikuti kaum muslimin. Dengan demikian, selesai dan

sempurnalah pembaiatan Abu Bakar, karena mayoritas kaum muslimin membaiatnya, dimana

9
para sahabat terkemuka saat itu berada di Madinah, kecuali Ali bin Abi Thalib yang sedang

mengurus jenazah Rasulullah SAW.

3. Peristiwa yang terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq

Masa kepemimpinan Abu Bakar yang singkat banyak dihabiskan untuk mengatasi

masalah-masalah yang muncul akibat wafatnya Rasulullah SAW. Berbagai hal yang

dilakukan Abu Bakar dalam kepemimpinannya tidak lain adalah ingin mewujudkan stabilitas

dan membangun kembali masyarakat Muslim yang bersatu. Beberapa strategi dilakukan Abu

Bakar antara lain:

A. Peristiwa Riddah

Meninggalnya Rasulullah SAW banyak menimbulkan gejolak dikalangan umat Islam,

salah satunya adalah kaum murtad. Mereka menyatakan keluar dari Islam, ada juga yang

masih beriman dan menjalankan sholat tetapi tidak mau menunaikan zakat karena

beranggapan bahwa meninggalnya Rasulullah SAW berarti menggugurkan kewajiban mereka

untuk menunaikan zakat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar.

Karena sikap keras kepala dan penentangan yang dapat membahayakan agama dan

pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan

persoalan ini dengan apa yang disebut

perang Riddah (perang melawan

10
keumurtadan). Khalid bin Walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam perang Riddah

ini.

Masa pemerintahan Abu Bakar hampir sama dengan pada masa Rasulullah SAW,

bersifat sentral, kekuasaan legislatif, ekskutif, dan yudikatif terpusat ditangan khalifah. Selain

menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian,

seperti halnya Rasulullah SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya untuk

bermusyawarah.

B. Kodifikasi al-Qur’an

Munculnya perang Riddah menimbulkan banyak korban termasuk para penghafal al-

Qur’an. Kenyataan ini sangat menghawatirkan dan merugikan. Oleh karena itu Umar bin

Khatab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an

menjadi satu buku.

Khalifah kemudian menunjuk Zaid bin

Sabit untuk memimpin pengumpulan ayat-ayat

al-Qur’an tersebut. Zaid bin Sabit ditunjuk

karena ia adalah sosok pemuda yang cerdas dan

berpengalaman mencatat ayat-ayat al-Qur’an.

Proses kodifikasi ini berlangsung hingga masa

pemerintahan khalifah ketiga Utsman bin

Affan.

C. Perluasan Wilayah

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar berkonsentrasi

merealisasikan cita-cita Rasulullah Saw mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Syiria dibawah

pimpinan Usamah. Selain itu Abu Bakar menugaskan empat orang panglima yang

11
berkonsentrasi mempersiapkan ekspedisi militer ke Syam. Beliau mengirimkan lima devisi

pasukan dengan tugas sebagai berikut:

1) Abu Ubaidah Ibn Jarrah, sahabat yang dijuluki amin hadzihi al-ummah (orang terpercaya

dari umat Islam) dikirimkan ke Himsh dan Humah

2) Yazid bin Abu Sufyan dikirim ke Damaskus

3) Syurahbil ibn Hasanh dikirim ke Yordania

4) Amr bin Ash dikirim ke Palestina

5) Ikrimah ibn Abu Jahal, pasukannya ditugaskan untuk selalu siap siaga menyokong

keempat devisi diatas bila membutuhkan bantuan.

4. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Siddiq dalam Islam

Setelah terjadinya beberapa musyawarah yang sifatnya cukup serius, menyebabkan

Abu Bakar menjadi orang yang terpilih guna menduduki posisi sebagai seorang khalifah

menggantikan kepemimpinan Rasulullah SAW yang telah wafat. Mertua dari Rasulullah ini

menjadi khalifah dalam rentang waktu yang singkat. Bisa dibilang, khalifah pertama ini

menjabat selama 2 tahun lebih.

Tetapi dalam waktu yang singkat itu, Abu Bakar mendapatkan banyak cobaan. Meskipun

begitu, hal tersebut tidak menjadikannya menyerah begitu saja. Justru hal ini yang menjadi

penyebab dalam kepemimpinan Abu Bakar memiliki prestasi membanggakan.

Berikut ini adalah sedikit kisah kepemimpinan dari khalifah pertama Abu Bakar As

Siddiq. Untuk kepemimpinan Abu Bakar As Siddiq pertama bisa dilihat dari keberhasilan

menumpas kelompok-kelompok yang memerangi agama Islam.

Pada masa kepemimpinan khalifah pertama banyak sekali bermunculan konspirasi

nabi palsu. Hal tersebut menyebabkan adanya Perang Yamamah yang melibatkan pasukan

Musailamah Al-Kadzab dengan pasukan muslim. Akan tetapi, atas usaha Abu Bakar dan izin

12
Allah, kaum muslimin lah yang memenangkan perang tersebut. Walaupun banyak penghafal

Al-Qur’an yang wafat.

A. Kekuasaan Islam

Tidak hanya itu saja yang merupakan kepemimpinan Abu Bakar. Sebab Abu Bakar

juga melakukan perluasan wilayah agama Islam. Sebuah jurnal manajemen pemerintah

khalifah

Abu Bakar As Siddiq dalam pengembangan dakwah Islam tahun 2018 menjelaskan

bahwasannya bentuk pemerintahan dari khalifah pertama itu sangatlah ideal.

Alasannya adalah Abu Bakar memberikan ruang bagi rakyat untuk melakukan

partisipasi terhadap urusan pemerintah. Hal ini juga yang berdampak pada pengembangan

agama Islam. Salah satunya yakni penyebaran Islam dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin

Haritsah ke Suriah.

Sejatinya, pasukan ini sudah dipersiapkan. Persiapannya saja sudah mulai ketika

Rasulullah masih hidup. Namun karena Rasulullah wafat, tertundalah agenda tersebut untuk

beberapa waktu.

Hingga pada akhirnya pada masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-Siddiq. Sehingga Abu

Bakar yang harus meneruskan persiapan pasukan tersebut.

Semasa hidup ayah Aisyah ini hanya ia gunakan untuk menyelesaikan urusan umat.

Bisa di katakan juga khalifah pertama ini tidak mempunyai waktu untuk mengurusi

kebutuhan keluarganya. Sama seperti halnya gelar yang Abu Bakar dapatkan yakni Ash-

Siddiq. Artinya adalah jujur. Sehingga kepemimpinan Abu Bakar Ash-Siddiq selalu amanah

dan bersikap jujur dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Hal ini sesuai dengan

tuntunan dari Allah SWT dan Rasulullah SAW.

13
Meski menjadi Khalifah dengan daerah yang berhasil ditaklukkan sangat luas, namun

Abu Bakar dalam kesederhanaan. Ia tidak tinggal di istana berukuran megah dan berpakaian

mewah, sebaliknya dia hanya tinggal di tempat yang sederhana, bahkan Abu Bakar yang

semasa mudanya kaya raya, saat meninggal tak meninggalkan sepeserpun harta. Semua

hartanya sudah disedekahkan untuk perjuangan Islam. Hingga Aisyah bingung dengan kain

apa yang nanti akan mengkafani Abu Bakar jika wafat. Aisyah istri Rasulullah SAW sempat

menanyakan hal itu kepada sang ayah. "Dengan baju yang biasa saya pakai saat makmum

shalat bersama Rasulullah," jawab Abu Bakar. Aisyah tahu, baju itu sudah usang. Maka dia

pun menawarkan untuk membeli kain kafan baru. Namun Abu Bakar menolaknya. Menurut

Abu Bakar, orang yang hidup lebih berhak menggunakan barang yang baru ketimbang orang

yang meninggal. Suatu saat pada tanggal 22 atau 21 Agustus tahun 634 Masehi, Abu Bakar

Ash Shiddiq membuat wasiatnya. Beliau mewasiatkan agar ia dimakamkan dekat dengan

makam Rasulullah SAW. Masa kepemimpinan Abu Bakar yang sangat singkat yaitu 2 tahun

3 bulan 10 hari digunakan untuk menata kembali aqidah kaum muslim yang sudah

terguncang dengan kepergian Rasulullah SAW. Abu Bakar wafat pada 21 Jumadil Akhir

tahun 13 H/ 22 Agustus 634 M. Setelah menderita sakit selama kurang lebih 15 hari lama

nya, sang 'raja' ini dimakamkan dengan kain kafan lusuh bekas baju yang biasa dikenakannya

saat makmum sholat bersama Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khatab, bersama Utsman

bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abdur-Rahman bin Abu Bakar yang memakamkan

jenazah Abu Bakar. Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab menggantikannya sebagai

khalifah. Sama seperti Abu Bakar, Umar juga hidup sederhana saat memimpin umat Islam,

meski wilayah kekuasaannya kian luas.

14

Anda mungkin juga menyukai