Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni
632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di
kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak
menunjuk calon penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak
dicalonkan sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum
Anshar.

Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi
Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang
pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum
muhajirin mengusulkan Abu Bakar AshSidiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka
memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash Shidiq adalah orang yng
menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.

Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat
berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat
pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai
pengganti.

Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara
damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar
menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rosulullah orang-
orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin
Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin
Ubadah.

Rumusan Masalah
Bagaimana kehidupan Abu Bakar?
Bagaimana pengangkatan ke khalifahan Abu Bakar?
Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash Sidiq?
Apa saja prestasi dan pesan Abu Bakar Ash Shidiq?
Wafatnya Abu Bakar Ash Shidiq?

BAB II

PEMBAHASAN

A. KEHIDUPAN ABU BAKAR ASH SHIDIQ


1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq[1]
Ka’ab
Tamim
Kilab
Murrah
Abdullah
Saad
Muhammad
Abd Muthalib
Abu Bakar Ash Shiddiq
Abi Quhafah
Qushay
Amir
Amr
Hasyim
Abdul Manaf
2. Biografi Abu Bakar Shiddiq
Sebelum memeluk aga islam beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk islam
namanya di ganti oleh Rosululloh SAW menjadi Abdullah ibnu Abi Quhafah At-Tamim.[2]

Panggilan Abu Bakar Shidiq ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya
bapak, “Bakar” artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk
Islam dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya “yang
amat membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran
yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau lahir pada
tahun 568 M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama
Salma Ummul Khair.

Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Abu Bakar itu tidak
terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan,
tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya.
Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang
dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini
pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint
Sakhr bin Amir.

Sekalipun keluarga Abu Bakar berdiam pada bagian bawah kota Mekkah yang bernama
Masfalah, (bekas rumah kediamannya itu sekarang ini dijadikan sebuah mesjid kecil
dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima ke Tanah Suci),
dan keluarga Muhammad berdiam pada bagian atas kota Mekkah yang dewasa ini
dipanggilkan dengan Syiab-Ali , (bekas rumah kelahiran Nabi Muahmmad itu sekarang
ini dijadikan Gedung Perpustakaan dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang
menunaikan Rukun Kelima Ke Tanah Suci), akan tetapi antara kedua anak muda itu
semenjak kecilnya terikat persahabatan yang akrab.

Dan ada juga yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak
ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia
melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan
kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq ,
seolah ia telah dibebaskan dari maut.

Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya,
melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi
malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu Bakar diberi
nama Atiq ia menjawab: Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya: Ini yang
dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakar datang bersama
sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata: Barang siapa yang ingin melihat orang
yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini.

3. Perjuangan Abu Bakar Ash Shiddiq


Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-
anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat
sukses. Usaha dagangannya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba
yang cukup besar. Kejujuran dan kesucian hatinya membuat ia selalu berhasil dalam
berdagang.

Keberhasilannya dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan
wataknya. Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka
lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat
tangan yang tampak jelas, begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.
[3]
Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur,
cerdas, cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai
orang yang rendah hati pemaaf dan dermawan.

Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya. Ia sering melakukan
perjalanan perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam pekerjaannya sebagai
saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang diperolehnya karena
percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus terbawa sampai ia
masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan duka.

Beliau mempunyai kekayaan yang besar sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia
menyatakan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah,
harta kekayaannya tinggal sedikit. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat
adanya penganiayaan seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya.

Oleh karena semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam,
tetapi juga orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang
tenang dan patuh di antara para sahabat Nabi yang lain.

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih
memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka
yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih
dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak
tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan
membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.

Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain : Bilal bin Rabah, Abu Fukaifah, Ammar,
Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira

4. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq


Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah
demi agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan
mendengarkan pembicaraannya. besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula itu
dalam islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima islam ialah Usman bin
Affan, abdur-Rahman bin auf, talhah bin ubaidillah, sa’ad bin abi waqqas dan zubair
bin awam. sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk islam atas ajakan abu bakar
ialah abu ubaidah bin jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.

Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima
Islam ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena
menerimanya tanpa ragu itu kemudian Rasulullah berkata : “Tak seorang pun yang
pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati
dan ragu, kecuali Abu Bakar bi abu Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu
ketika kusampaikan kepadanya.”

5. Membela dan melindungi Rasulullah


Ketika agama Islam yang dibawa Rasulullah belum banyak pengikutnya, masyarakat
kafir Quraisy dengan segala cara menghalang-halangi dakwah yang disamaikan
rasulullah. Bahkan seringkali orang-orang kafir Quraisy menggunkan cara-cara
kekerasan untuk melawan Rasulullah dan pengikutnya.

Abu Bakar Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju
Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di Mekah
sangat besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan
untuk perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan duka.
Beberapa contoh peristiwa yang memperlihatkan betapa Abu Bakar sangat membela dan
melindungi Rasulullah, yakni:

Pengorbanan dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha


melindungi Nabi Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan menganggap
Nabi Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan perlindungan Nabi saat
mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha mengejar Nabi waktu
perjalanan ke Madinah.
Pada waktu Rasulullah sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba seorang kafir quraisy
yang bernama Uqbah bin abi Muaith menjerat leher rasulullah. Melihat rasulullah
dalam keadaan bahaya,Abu Bakar langsung mendekati Uqbah dan membantingnya, sehingga
rasulullah selamat tanpa cidera.
Pada waktu peristiwa Isra’ Mi’raj orang-orang kafir quraisy menentang apa yang
diceritakan oleh Rasulullah, diantara kaum Quraisy yang termasuk golongan awal yang
mempercayai certa tentang Isra’ Mi’raj adalah Abu Bakar.
Pada waktu menghadapi perang badar yaitu: perang pertama antara kaum muslimin
dengan kafir Quraisy, Abu Bakar lah yang pertama menjawab pertanyaan Rasulullah
tentang kesiapan pasukan kaum muslimin. Abu Bakar menjawab siap membela islam dan
Rasulullah SAW. Jawaban Abu Bakar menjadi pemicu semangat para sahabat lainnya,
baik dari Anshar maupun Muhajirin.[4]
Ketika berada di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan
berusaha membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat
Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan penganut
kepercayaan lainnya.

Peran Abu Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah
berperang melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain
dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya
pada waktu itu.

Demikian setianya Abu Bakar kepada Nabi dan agama Islam, sehingga seluruh kekuatan
yang dimilikinya semua dikerahkan untuk kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak
hanya ketika ia berada di kota Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. jasa beliau
sangat dalam upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah,terlebih saat ia
terpilih sebagai seorang khalifah rasyidah yang pertama, yang menggantikan
kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam.

B. PENGANGKATAN ABU BAKAR MENJADI KHALIFAH (11-13 H/632-634 M)


Sesudah Rasulullah wafat, kaum Anshor menghendaki agar orang yang akan jadi
Khalifah dipilih dari antara mereka. Dalam pada itu Ali ibnu Abi Thalib
menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi khalifah, berdasarkan kedudukan
beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib Nabi. Tetapi bahagian
terbanyak dari kaum Muslimin menghendaki Abu Bakar, maka dipilihlah beliau jadi
khalifah.

Orang-orangyang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar, di kala
golongan terbanyak dari kaum Muslimin telah membai’ahnya segera pula memberikan
bai’ahnya.

Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatonya itu
dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Di bawah ini kita kutip
beberapa prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya itu, antara lain beliau
berkata : “Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal
aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku
dengan baik, ikutlah aku, tetapi aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang
kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak dari padanya,
sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat
mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila mana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu
tak perlu menaatiku”.

C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN KHALIFAH ABU BAKAR


Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan
tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain
munculnya penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk
memberikan bai’at kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini tidak
mengherankan karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam
disebabkan oleh perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian beliau,
maka batallah perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang belum memahami
prinsip-prinsip keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan belum cukup waktu
bagi nabi yang sangat tidak mungkin dapat dijangkau oleh utusan agama yang datang
pada mereka. Berikut langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh khalifah Abu
Bakar, yaitu:

1. Menghadapi gerakan Riddah (pindah agama)


Dapat digolongkan menjadi 3 kelompok:

Orang-orang murtad.
Orang yang tidak mau membayar zakat.
Orang yang mengaku sebagai nabi palsu.
Orang yang mengaku sebagai nabi palsu diantaranya yaitu Thulaihah Al-Asadi,
Musailamah Al Kadzab, dan Aswad Al ausi. Setelah peperangan antara pasukan abu
Bakar dengan Thulaihah Al-Asadi menang,akhirnya Tulaihah masuk Islam kembali.

Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang
Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa.
Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula.
Karena mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah
pemimpinnya, Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Di samping itu mereka tidak dapat
memisahkan antara agama dan Rasul pembawanya. Maka setelah meninggalnya Rasulullah,
mereka tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya
semula.

Golongan orang yang tidak mau membayar zakat, kebanyakan berasal dari kabilah yang
banyak yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gathfan , Bani Bakar, dan lain-
lain. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad, dan
setelah Nabi wafat, maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat.

Sedangkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, sudah mulai muncul pada hari-hari
terakhir kehidupan Nabi Muhammad, walaupun mereka masih menyembunyikan tujuan
mereka sebenarnya.Namun setelah Nabi Muhammad wafat, mereka semakin berani
menunjukkan keinginan mereka, sebagai pengacau dan nabi-nabi palsu.

Untuk mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para
sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama,
semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah
perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran.

Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan
Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan
pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak diantara
sahabat yang hafal Al-Qur’an (Qori) karena keikut sertaan mereka dalam perang
tersebut.

Mereka adalah penghafal bagian-bagian Al-Qur’an. Melihat situasi ini, Umar merasa
cemas karena mungkin makin bertambahnya para Qori yang tewas akan menghilangkan
sebagian Al-Qur’an. dengan alasan inilah akhirnya Umar mengusulkan kepada Abu Bakar
untuk membukukan Al-Qur’an.Abu Bakar pada mulanya tidak setuju dengan usulan
tersebut, karena tidak ada otoritas dari nabi untuk membukukan Al-Qur’an, namun
kemudian ia setuju dan memberikan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit untuk
menuliskannya.

2. Perluasan Wilayah
Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. ada dua
ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu :

Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini
(tahun 634 M), pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan
Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab
dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah di
belahan timur dan utara.
Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash,
Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan
Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng
pertahanan dari serbuan Persia.
Usaha Abu Bakar melakukan dakwah Islam itulah yang dikagumi. Barang kali ada juga
orang yang berpandangan semacam dia, merasa sudah cukup puas dengan mempercayainya
secara diam-diam dan tak perlu berterang-terang di depan umum agar perjalananya
selamat, berjalan lancar.

Dan barang kali Nabi Muhammad pun merasa cukup puas dengan sikap demikian itu dan
sudah boleh dipuji. Tetapi Abu Bakar dengan menyatakan terang-terangan keislamannya
itu, lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan
dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad
dan mengikuti ajaran agamnya, inilah yang belum pernah dilakukan orang;kecuali
mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya, yang sudah sampai pada tingkat membela
kebenaran.

Orang demikian ini sudah berada diatas kepentingan pribadinya sehari-hari. Kita
lihat, dalam membela agama, dalam berdakwahuntuk agama, segala kebesaran dan
kemewahan hidup duniawinya dianggapnya kecil belaka.

Dalam menjalankan dakwah itu tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan
meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang
disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya
dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya.
Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya,
yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh
musuh kebenaran itu.

Tetapi abu bakar sendiri pun tidak bebas dari gangguan quraisy. sama halnya dengan
Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu dengan kedudukannya yang
sudah demikian rupa di kalangan kaum nya serta perlindungan bani hasyim kepadanya.
setiap Abu Bakar melihat Muhammad di ganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya
dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan,bahwa
perlakuan yang paling jahat dilakukan quraisy terhadap rasulullah ialah setelah
agama dan dewa-dewa mereka di cela.

Khalifah abu bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang
menunjuk panglima besar dan kepala-kepala pasukan.Strategi dan taktik perang banyak
yang didiktekan dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita
lihat banya di beri kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah sendiri
yang memimpin angkatan jihad ke medan perang. tetapi front dan medan pertempuran
telah dua tiga dan urusan kenegaraan telah begitu berjalin, maka untuk komando umum
ditunjukkan sahabat-sahabat yang ahli dalam ketentaraan. adapun shalat jama’ah dan
shalat jum’at di ibu kota tetap di tangan khalifah abu bakar, karena shalat dan
jum’at adalah tiang agama.

Organisasi dan mekanisme pemerintahan abu bakar adalah begitu kuat dan merata.
perhubungan antara pusat (madinah) dengan daerah sampai kepada instansi yang
terendah di suku-suku kabilah rapat sekali. itu adalah juga sebagai hasil dari
kemenangan abu bakar di peperangan Riddah.

Hal yang demikian sangat memberikan kemungkinan kepada ’’Hukum“ untuk timbul
menonjol tinggi, dan kepadanya, ’’ Kekuasaan“ untuk mengembangkan sayapnya. maka
sebagai kelanjutannya dari itu, lahirlah masa baru dan zaman gemilang yaitu masa
kemakmuran dan kebahagiaan hidup menuruti filsafat islam yang tersimpul di dalam
’’Baldatun taiyiban wa rabbun gafur“(Negara makmur dilindungi tuhan yang
pengampun).

D. PRESTASI DAN PESAN ABU BAKAR


Sifat yang dimiliki Abu Bakar
Khalifah Abu Bakar memiliki akhlak yang mulia dan terpuji. Sifat lain yang
dimilikinya antara lain:

kemauan dan pendiriannya kuat.


Hatinya kuat mendukung Islam.
Jujur dan amanah.
Pemaaf dan dermawan.
Percaya pada diri sendiri.
Hemat.
Prestasi/ jasa Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya.
Bukankah ini merupakan salah satu keajaiban sejarah?! Dalam jangka waktu dua tahun
tiga bulan bangsa-bangsa yang memberontak itu dapat kembali tenang dan menjadi
bangsa bersatu yang kuat, disegani dan berwibawa, yang akhirnya malah dapat
menerobos dua imperium besar yang ketika itu menguasai dunia dan menentukan arah
kebudayaannya. Kedaulatan ini pula yang kemudian mengemban peradaban di dunia
selama berabad-abad sesudahnya. (Abu Bakar muhammd haikal husain hal 341)

Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an.
Lembaran tersebut banyak yang disimpan oleh para sahabat. Banyak diantara lembaran
itu berupa kulit kayu, tulang belulang, dan ada juga para sahabat yang menuliskan
diatas batu. Karena banyak orang yang hafal al Qur’an meninggal dunia saat
peperangan maka Umar bin khatab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan
mushaf alQur’an. Kemudian dibntuklah panitia penghimpun mushaf al Quran yang
diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Setelah terkumpul lalu disimpannya di rumah Hafsah
binti Umar bin Khatab.

Adapun jasa yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah:

Perbaikan sosial (masyarakat).


Perluasan dan penyebaran agama Islam
Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat
Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi.
Adapun pesan-pesan yang disampaikan oleh Abu Bakar adalah sebagai berikut.

Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara yaitu:
Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah La ilaha illallah Muhammadur
Rasulullah.
Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di
belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat
menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat. Keinginan hawa
nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat.
Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya.
Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan
nafsu terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat,
terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya.
Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala
kebaikan.
Sayidina Abu Bakar berkata: Terdapat delapan perkara yang menjadi perhiasan, kepada
delapan perkara:
Menjaga perkara yang haram.
Perhiasan kepada fakir.
Syukur perhiasan kepada nikmat.
Sabar perhiasan kepada bala.
Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan.
Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu.
Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.
Meninggalkan riya perhiasan kepada kebaikan.
Khusyuk perhiasan kepada sembahyang.
Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia
nescaya Allah memurkainya hingga dia menceraikan perhiasan itu.
Moga-moga aku jadi pokok kayu dicantas kemudian dimakan.
Dia berkata kepada para Sahabat: Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu,
tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku,
kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan
aku.
E. WAFATNYA ABU BAKAR
Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang
15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya
berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari.

Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi saat-saat yang amat penting.
Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat penting itu Abu Bakar
adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan keyakinannya yang kuat, maka kaum
Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung pendapat dan buah pikirannya.

Dalam keadaan yang demikian beliau dapat mengerahkan kaum muslimin menghancurkan
syirik dan memberantas keragu-raguan dan waham, malah beliau dapat pula mengerahkan
mereka menggulingkan singgasana Kisrah (raja Persia) dan Kaisar (raja Romawi).
Kalau ada suatu peristiwa besar yang terjadi di masa permulaan Islam, maka nama Abu
Bakar selalu kelihatan dengan jelas di dalamnya. Semoga Allah yang Maha Kuasa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada arwah beliau.Beliau telah mencerminkan
seluruh nilai-nilai dan norma-norma keislaman yang tinggi dan murni.

BAB III

KESIMPULAN

Nama Abu Bakar aslinya adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi. Di masa
jahiliyah bernama Abdul Ka’bah.
Abu Bakar diberi gelar Ash-Shiddiq artinya yang amat membenarkan. Diberikan gelar
itu karena Abu Bakar selalu membenarkan apa yang diajarkan Rasulullah saw.
Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah merupakan hasil musyawarah antara kaum
muhajirin dan Anshar.
Abu Bakar menghadapi kaum riddah:
Orang-orang murtad.
Orang yang tidak mau membayar zakat.
Orang yang mengaku sebagai nabi palsu.
Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi:
Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash,
Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil.
Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an.
Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang
15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya
berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin. 2008. Pendidikan Agama Islam: Sejarah
Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Tim Bina Karya Guru. 2008. Bina Sejarah Kebudayaan Islam: untuk madrasah Ibtidaiyah
kelas VI. (Jakarta: Erlangga).

http://imsakjakarta.wordpress.com/2010/11/09/kepemimpinan-dakwah-abu-bakar-as-
shidiq

Anda mungkin juga menyukai