NIM : 12312060
Judul Makalah : Sejarah Peradaban Islam Fase Abu Bakar
Kelas : Hukum Keluarga Islam 1B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah, selanjutnya pemerintahan islam di pimpin
oleh empat orang sahabat terdekatnya, yaitu Abu Bakar as-Siddik, Umar
ibn al-Khattab, Usman Ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib. Kepemimpinan
para sahabat Rasul ini disebut dengan periode Khulafa’ al- Rasydin.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, Abu Bakar
diangkat sebagai khalifah pertama dalam sejarah Islam. Pemilihan Abu
Bakar sebagai khalifah didasarkan pada kepercayaan dan pengakuan umat
Islam terhadap kepemimpinan dan kebijaksanaannya
Pada awal masa kekhalifahan Abu Bakar, terdapat banyak
tantangan yang dihadapi oleh umat Islam. Salah satunya adalah munculnya
kaum murtad yang memisahkan diri dari jama'ah Muslim. Abu Bakar
berhasil mengatasi tantangan ini melalui perang melawan kaum murtad.
Salah satu kontribusi terbesar Abu Bakar dalam sejarah peradaban Islam
adalah pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an. Beliau memerintahkan
Zaid bin Thabit untuk mengumpulkan semua ayat-ayat Al-Qur'an yang
tersebar dalam berbagai bentuk tulisan. Hasil dari upaya ini adalah
penyusunan Al-Qur'an yang kita kenal saat ini.
Selama masa kekhalifahan Abu Bakar, wilayah Islam mengalami
perluasan yang signifikan. Beliau mengutus beberapa sahabat untuk
menjadi wakil khalifah di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh negara
Islam, serta wilayah-wilayah taklukan lainnya. Tugas mereka adalah
memelihara keamanan dan kestabilan wilayah, menyebarkan agama Islam,
berjihad di jalan Allah, mengajari kaum Muslim tentang agama Islam,
1
memelihara kesetiaan kepada khalifah, mendirikan shalat, menegakkan
hukum Islam, dan melaksanakan syariat Allah. Meskipun fase permulaan
kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan, beliau tetap berkeras
dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Beliau berhasil mengatasi
berbagai masalah dan mencapai kemajuan dalam pemerintahan
Salah satu ciri khas kepemimpinan Abu Bakar adalah keadilan.
Beliau selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Kepemimpinan yang
adil ini menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan peradaban
Islam pada masa itu
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Bagaimana proses pembai’atan abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimana Proses-proses berat yang dihadapi Abu bakar Ash-Shiddiq?
4. Kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq?
C. Tujuan
1. Mengetahui Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Mengetahui proses pembaiatan Abu bakar Ash-Shiddiq.
3. Mengetahui proses-proses berat yang dihadapi Abu Bakar Ash-Shiddiq.
4. Mengetahui kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalifah
Khalifah adalah seorang pemimpin dalam agama Islam yang
dipilih oleh umat Muslim untuk memimpin dan mengatur urusan umat.
Kata "khalifah" berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti
"pengganti" atau "penerus". Dalam konteks Islam, khalifah adalah penerus
Nabi Muhammad dalam memimpin umat Muslim setelah beliau wafat.
Khalifah memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan,
kestabilan, dan kemakmuran umat Muslim serta memperluas wilayah
kekuasaan Islam
Dalam sejarah Islam, terdapat empat khalifah pertama yang dikenal
sebagai "Khulafaur Rasyidin" atau "khalifah yang diberi petunjuk".
Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib. Khalifah pertama, Abu Bakar, dipilih oleh para sahabat
Nabi Muhammad setelah beliau wafat. Ia dianggap sebagai khalifah yang
sukses dalam memimpin umat Muslim pada masa itu
Peran khalifah dalam Islam sangat penting karena ia bertanggung
jawab atas menjaga keamanan dan kestabilan umat Muslim serta
memperluas wilayah kekuasaan Islam. Khalifah juga memiliki tanggung
jawab dalam menjaga keutuhan agama Islam dan memperkuat ajaran-
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, khalifah juga
memiliki peran dalam mengatur keuangan dan perekonomian umat
Muslim serta memastikan keadilan sosial bagi seluruh umat Muslim
Dalam sejarah Islam, khalifah telah memainkan peran penting
dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam dan memperkuat ajaran-
ajaran Islam. Khalifah juga telah memimpin umat Muslim dalam
menghadapi berbagai tantangan dan krisis yang terjadi pada masa itu.
Meskipun peran khalifah telah berubah seiring berjalannya waktu, namun
pentingnya peran khalifah dalam Islam tetap menjadi hal yang sangat
penting hingga saat ini
3
B. Riwayat Singkat Abu Bakar
Nama lengkap Abu Bakar adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir
bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay
bin Ghalib bin Quraisy. Beliau bertemu nasabnya dengan nabi pada
kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah
Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim
yang artinya kedua orangtuanya sama-sama dari kabilah Bani Taim, dan
ber sub-suku bangsa Quraisy. Menurut dari beberapa sejarawan yang telah
tercatat beliau adalah seorang hakim dengan kedudukan tinggi, pedagang,
orang yang terpelajar, dan juga terpercaya menjadi sebagai seseorang yang
bisa menafsirkan mimpi.
Abu Bakar adalah ayah dari sayyidina Aisyah yang merupakan istri
dari Nabi Muhammad SAW. Nama asli Abu Bakar sebelum masuk islam
adalah Abdul Ka’bah yang artinya ‘hamba Ka’bah’. Setelah masuk islam
namanya diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah yang artinya ‘hamba
Allah.
Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di
makkah. Setelah lepas masa kanak-kanaknya pada masa usia remaja
beliaupun bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini termasuk usaha
yang sukses. Dalam usia muda ini ia menikah dengan Kutailah binti Abdul
Uzza, dari perkawinan ini Abu Bakar memiliki dua anak yaitu Abdullah
dan Asma’ (Zatun-ni-taqoin). Sesudah dengan Kutailah beliau menikah
lagi dengan Umm Rauman binti Amir bin Awaimar dari perkawinan ini
Abu Bakar memiliki anak Abdurrahman dan Aisyah.
Saat Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid,
ia pindah dan pada akhirnya bertetanggan dengan Abu Bakar. Pada saat
itulah mereka saling berkenalan di dukung oleh usia mereka yang
cenderung seumuran dan juga latar belakang yang mana sama sama
menjadi ahli berdagang. Abu bakar memeluk Islam oleh ajakan nabi.
4
Nabi Muhammad SAW memberinya gelar Ash-Shiddiq yang
artinya ‘yang berkata benar’ setelah beliau membenarkan dan
mempercayai peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad
SAW kepada para pengikutnya. Dan dari situlah ia lebih dikenal dengan
nama “Abu Bakar ash-Shiddiq”. Dan setelah itu beliau meneruskan
dakwah islaminya kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting
dalam Islam lainnya.
Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah (622 M), Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Setelah beberapa saat
Hijra, Nabi Muhammad SAW menikah dengan anak Abu Bakar, sehingga
ikatan kekeluargaannya makin erat.
5
hadirin mengangkat salah satu dari sesepuh Muhajirin yang hadir di
pertemuan tersebut, yaitu Sayyidina Umar atau Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.
Mendengar saran yang penuh dengan keikhlasan dari Sayyidina
Abu Bakar tersebut, Sayyidina Umar langsung menyahut : “Tidak, tidak
mungkin saya diangkat sebagai pemimpin satu kaum sedang dalam kaum
itu ada engkau.” Yang dimaksud oleh Sayyidina Umar tersebut adalah tak
ada orang yang lebih pantas untuk menduduki jabatan khalifah, melebihi
Sayyidina Abu Bakar. Keutamaan Sayyidina Abu Bakar sudah menjadi
rahasia umum bagi para sahabat. Demikian diantara kata-kata Sayyidina
Umar, selanjutnya seraya mengulurkan tangannya beliau berkata kepada
Sayyidina Abu Bakar : “Ulurkan tanganmu, untuk aku bai’at.”
Bahwa sahnya seorang Khalifah, tidak harus dengan di bai’at oleh
seratus persen Muslimin, tapi yang penting dibai’at oleh mayoritas
Muslimin. Hal ini dikuatkan dengan keterangan Imam Ali, dimana ketika
Imam Ali berkirim surat kepada Muawiyah, beliau memberitahukan
bahwa pengangkatan beliau sebagai Khalifah itu sah, karena beliau juga
telah di bai’at oleh orang-orang yang telah membai’at Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Umar serta Sayyidina Ustman.
Yang terpenting untuk dipetik dari permusyawaratan di Saqifah
Bani Saidah adalah, bahwa yang mengadakan pertemuan itu, adalah orang-
orang Anshar, bukan Sayyidina Abu Bakar atau Sayyidina Umar atau
orang-orang Muhajirin yang lain. Karenanya kita umat Islam wajib
berterima kasih kepada tokoh-tokoh Muhajirin, yang begitu mendapat
informasi mengenai adanya pertemuan di Saqifah, segera mendatangi
pertemuan tersebut. Sehingga perpecahan tidak sampai terjadi. Sebab
dapat kita bayangkan, apa yang akan terjadi andaikata orang-orang Anshar
sampai mengangkat Khalifah sendiri.
6
1. Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang tertua, besar
pengorbanannya kepada Islam dan Rasul baik secara moril dan
materil
2. Abu bakar adalah seorang yang berkedudukan tinggi
(bangsawan) dikalangan kaumnya, dermawan, jujur dan
bijaksana.
3. Pada waktu Rosul sakit dan menjelang wafatnya, Abu bakarlah
yang diserahi tugas sebagai imam solat berjamah, disamping
banyak pula tugas-tugas Rosulullah yang diamanatkan
kepadanya dikala Rosulullah sedang uzur/berhalangan.
dengan didasarkan kepada beberapa pertimbangan itulah, maka pilihan
sebagian besar umat islam jatuh kepada Abu Bakar.
7
a) Orang-orang yang Enggan Membayar Zakat ;
Banyak umat Muslim yang murtad atau keluar dari Islam
akibat enggan membayar zakat, mereka menganggap
membayar zakat hanya berlaku pada masa Rasulullah masih
hidup. Orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan
terdapat di Yaman, Yamamah dan Oman. mereka yang
membangkang untuk mengeluarkan zakat. Mereka adalah
sebagian penduduk bani Tamim yang dipimpin oleh Malik bin
Nuwairah, Bani Hawazin dan yang lain. Mereka mogok tak
mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini
mereka tidak tunduk kepada Abu Bakar.
Mereka beranggapan bahwa zakat adalah suatu bentuk upeti
terhadap Rasullullah sehingga mereka menolaknya. Setelah
pemberontakan dan berbagai masalah internal telah teratasi, ia
melanjutkan misi Rasulullah untuk menyiarkan syi’ar Islam ke
seluruh pelosok negeri.
Abu Bakar mengadakan rapat dengan para sehabat besar itu
guna meminta saran dalam memrangi mereka yang tak mau
menunaikan zakat. Umar Ibn Khattab dan beberapa orang
sahabat berpendapat untuk tidak memerangi umat yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan lebih baik meminta
bantuan kepada mereka dalam menghadapi musuh bersama dan
sebagian kecil yang lain menghendaki jalan kekerasan.
Abu Bakar melibatkan diri mendukung gerakan minoritas,
betapakerasnya ia membela pendiriannya itu, tampak dari kata-
katnya ini: “demi Allah, orang yang keberatan menunaikan
zakat kepadaku, yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah,
akan aku perangi”.
8
Pemurtadan yang lain itu akibat timbul banyak nabi-nabi
palsu, dan disitulah banyak umat muslim yang ikut ajaran nabi
palsu tersebut. Muncul di Yaman (al-Aswad), Yamamah
(Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah
(Sajah) pada masa pemerintahan Abu Bakar, Mereka adalah
Bani Thayyi’, Bani Asad dan orang-orang dari Ghatafan yang
dipimpin oleh Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi dan Bani
Hanifah yang dipimpin oleh Musailamah bin Tsamamah
(Musailamah Al-Kaddzab), serta penduduk Yaman yang
dipimpin oleh Al-Aswad Al-‘Ansi.
9
Dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit,
mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal
al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang,
kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian
disimpan oleh Abu Bakar. Abu bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit
mengingat beberapa hal:
a. Kedudukannya dalam Qiraat dan penulisan Alqu’ran
b. Pemahaman dan kecerdasannya
c. Kehadirannya pada pembacaan yang terakhir kali.
10
ia tidak berhak mengambil sesuatu dari Baitul Mal umat Islam. Oleh
karena itu, selama ia menjadi khalifah, ia tetap berdagang untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.
11
Selain itu, Abu Bakar meminta untuk mengembalikan uang yang
diterimanya sebagai khalifah ke baitul mal. Hal itu dilakukan agar dia
benar-benar bersih dari segala urusan dunia ketika wafat. Dia
menghembuskan nafasnya yang terakhir pada sore hari, setelah matahari
terbenam. Dia dimakamkan pada malam hari di samping makam Nabi
Muhammad.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini mengulas sejarah peradaban Islam pada fase Abu Bakar as-
Shiddiq, khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Dalam latar
belakang, kita melihat bahwa fase Abu Bakar adalah periode transisi yang sangat
penting dalam sejarah Islam, di mana Abu Bakar diangkat sebagai khalifah
pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Pemilihan beliau sebagai khalifah
didasarkan pada kepercayaan dan pengakuan umat Islam terhadap kepemimpinan
dan kebijaksanaannya.
Proses pembai'atan Abu Bakar sebagai khalifah pertama merupakan titik awal
yang menandai stabilitas dan kontinuitas kepemimpinan dalam Islam setelah
12
wafatnya Nabi Muhammad. Dalam pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an, Abu Bakar
berperan penting dalam menjaga kesucian teks Al-Qur'an.
Meskipun banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi pada awal masa
pemerintahannya, Abu Bakar berhasil mengatasi mereka dengan tekad dan
keteguhan. Kepemimpinan yang adil dan kebijaksanaan Abu Bakar memberikan
kontribusi besar terhadap kesuksesan peradaban Islam pada masanya.
13
DAFTAR PUSAKA
Rachman, Taufik. "Bani Umayyah Di Lihat Dari Tiga Fase." JUSPI (Jurnal
Sejarah Peradaban Islam) 2.1 (2018): 86-98.
14