Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rolinny Ittiqaiyah

NIM : 12312060
Judul Makalah : Sejarah Peradaban Islam Fase Abu Bakar
Kelas : Hukum Keluarga Islam 1B

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah, selanjutnya pemerintahan islam di pimpin
oleh empat orang sahabat terdekatnya, yaitu Abu Bakar as-Siddik, Umar
ibn al-Khattab, Usman Ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib. Kepemimpinan
para sahabat Rasul ini disebut dengan periode Khulafa’ al- Rasydin.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, Abu Bakar
diangkat sebagai khalifah pertama dalam sejarah Islam. Pemilihan Abu
Bakar sebagai khalifah didasarkan pada kepercayaan dan pengakuan umat
Islam terhadap kepemimpinan dan kebijaksanaannya
Pada awal masa kekhalifahan Abu Bakar, terdapat banyak
tantangan yang dihadapi oleh umat Islam. Salah satunya adalah munculnya
kaum murtad yang memisahkan diri dari jama'ah Muslim. Abu Bakar
berhasil mengatasi tantangan ini melalui perang melawan kaum murtad.
Salah satu kontribusi terbesar Abu Bakar dalam sejarah peradaban Islam
adalah pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an. Beliau memerintahkan
Zaid bin Thabit untuk mengumpulkan semua ayat-ayat Al-Qur'an yang
tersebar dalam berbagai bentuk tulisan. Hasil dari upaya ini adalah
penyusunan Al-Qur'an yang kita kenal saat ini.
Selama masa kekhalifahan Abu Bakar, wilayah Islam mengalami
perluasan yang signifikan. Beliau mengutus beberapa sahabat untuk
menjadi wakil khalifah di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh negara
Islam, serta wilayah-wilayah taklukan lainnya. Tugas mereka adalah
memelihara keamanan dan kestabilan wilayah, menyebarkan agama Islam,
berjihad di jalan Allah, mengajari kaum Muslim tentang agama Islam,

1
memelihara kesetiaan kepada khalifah, mendirikan shalat, menegakkan
hukum Islam, dan melaksanakan syariat Allah. Meskipun fase permulaan
kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan, beliau tetap berkeras
dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Beliau berhasil mengatasi
berbagai masalah dan mencapai kemajuan dalam pemerintahan
Salah satu ciri khas kepemimpinan Abu Bakar adalah keadilan.
Beliau selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Kepemimpinan yang
adil ini menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan peradaban
Islam pada masa itu

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Bagaimana proses pembai’atan abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimana Proses-proses berat yang dihadapi Abu bakar Ash-Shiddiq?
4. Kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq?

C. Tujuan
1. Mengetahui Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Mengetahui proses pembaiatan Abu bakar Ash-Shiddiq.
3. Mengetahui proses-proses berat yang dihadapi Abu Bakar Ash-Shiddiq.
4. Mengetahui kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalifah
Khalifah adalah seorang pemimpin dalam agama Islam yang
dipilih oleh umat Muslim untuk memimpin dan mengatur urusan umat.
Kata "khalifah" berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti
"pengganti" atau "penerus". Dalam konteks Islam, khalifah adalah penerus
Nabi Muhammad dalam memimpin umat Muslim setelah beliau wafat.
Khalifah memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan,
kestabilan, dan kemakmuran umat Muslim serta memperluas wilayah
kekuasaan Islam
Dalam sejarah Islam, terdapat empat khalifah pertama yang dikenal
sebagai "Khulafaur Rasyidin" atau "khalifah yang diberi petunjuk".
Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib. Khalifah pertama, Abu Bakar, dipilih oleh para sahabat
Nabi Muhammad setelah beliau wafat. Ia dianggap sebagai khalifah yang
sukses dalam memimpin umat Muslim pada masa itu
Peran khalifah dalam Islam sangat penting karena ia bertanggung
jawab atas menjaga keamanan dan kestabilan umat Muslim serta
memperluas wilayah kekuasaan Islam. Khalifah juga memiliki tanggung
jawab dalam menjaga keutuhan agama Islam dan memperkuat ajaran-
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, khalifah juga
memiliki peran dalam mengatur keuangan dan perekonomian umat
Muslim serta memastikan keadilan sosial bagi seluruh umat Muslim
Dalam sejarah Islam, khalifah telah memainkan peran penting
dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam dan memperkuat ajaran-
ajaran Islam. Khalifah juga telah memimpin umat Muslim dalam
menghadapi berbagai tantangan dan krisis yang terjadi pada masa itu.
Meskipun peran khalifah telah berubah seiring berjalannya waktu, namun
pentingnya peran khalifah dalam Islam tetap menjadi hal yang sangat
penting hingga saat ini

3
B. Riwayat Singkat Abu Bakar
Nama lengkap Abu Bakar adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir
bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay
bin Ghalib bin Quraisy. Beliau bertemu nasabnya dengan nabi pada
kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah
Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim
yang artinya kedua orangtuanya sama-sama dari kabilah Bani Taim, dan
ber sub-suku bangsa Quraisy. Menurut dari beberapa sejarawan yang telah
tercatat beliau adalah seorang hakim dengan kedudukan tinggi, pedagang,
orang yang terpelajar, dan juga terpercaya menjadi sebagai seseorang yang
bisa menafsirkan mimpi.
Abu Bakar adalah ayah dari sayyidina Aisyah yang merupakan istri
dari Nabi Muhammad SAW. Nama asli Abu Bakar sebelum masuk islam
adalah Abdul Ka’bah yang artinya ‘hamba Ka’bah’. Setelah masuk islam
namanya diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah yang artinya ‘hamba
Allah.
Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di
makkah. Setelah lepas masa kanak-kanaknya pada masa usia remaja
beliaupun bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini termasuk usaha
yang sukses. Dalam usia muda ini ia menikah dengan Kutailah binti Abdul
Uzza, dari perkawinan ini Abu Bakar memiliki dua anak yaitu Abdullah
dan Asma’ (Zatun-ni-taqoin). Sesudah dengan Kutailah beliau menikah
lagi dengan Umm Rauman binti Amir bin Awaimar dari perkawinan ini
Abu Bakar memiliki anak Abdurrahman dan Aisyah.
Saat Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid,
ia pindah dan pada akhirnya bertetanggan dengan Abu Bakar. Pada saat
itulah mereka saling berkenalan di dukung oleh usia mereka yang
cenderung seumuran dan juga latar belakang yang mana sama sama
menjadi ahli berdagang. Abu bakar memeluk Islam oleh ajakan nabi.

4
Nabi Muhammad SAW memberinya gelar Ash-Shiddiq yang
artinya ‘yang berkata benar’ setelah beliau membenarkan dan
mempercayai peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad
SAW kepada para pengikutnya. Dan dari situlah ia lebih dikenal dengan
nama “Abu Bakar ash-Shiddiq”. Dan setelah itu beliau meneruskan
dakwah islaminya kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting
dalam Islam lainnya.
Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah (622 M), Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Setelah beberapa saat
Hijra, Nabi Muhammad SAW menikah dengan anak Abu Bakar, sehingga
ikatan kekeluargaannya makin erat.

C. Proses Pembai’atan Abu Bakar As-shiddiq


Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan
bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya,
banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan
menggantikan posisinya.
Setelah Rasulullah saw. Wafat pada bulan Rabiul Awal 11 H, kaum
Muslimin merasakan bencana besar yang menimpa mereka. Namun, Abu
bakar ash- Shiddiq r.a. menemui mereka dan menyampaikan pidatonya
yang terkenal : “ Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah
Muhammad maka sesungguhnya ia telah wafat. Akan tetapi, barangsiapa
yang menyembah Allah maka sesungguhnya Dia Maha hidup dan tidak
akan mati.” Mereka yang mendengar pidato Abu bakar, Segera mereka
mendapatkan hidayah kembali.
Setelah Sayyidina Abu Bakar berpidato dan menerangkan
keutamaan Muhajirin untuk menduduki jabatan Khalifah, maka pada
akhirnya orang-orang kaum Anshar menyadari atas hal tersebut lalu
menerima saran-saran dari Sayyidina Abu Bakar. Setelah itu Sayyidina
Abu Bakar mengakhiri pidatonya dengan sarannya, diperuntukkan agar

5
hadirin mengangkat salah satu dari sesepuh Muhajirin yang hadir di
pertemuan tersebut, yaitu Sayyidina Umar atau Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.
Mendengar saran yang penuh dengan keikhlasan dari Sayyidina
Abu Bakar tersebut, Sayyidina Umar langsung menyahut : “Tidak, tidak
mungkin saya diangkat sebagai pemimpin satu kaum sedang dalam kaum
itu ada engkau.” Yang dimaksud oleh Sayyidina Umar tersebut adalah tak
ada orang yang lebih pantas untuk menduduki jabatan khalifah, melebihi
Sayyidina Abu Bakar. Keutamaan Sayyidina Abu Bakar sudah menjadi
rahasia umum bagi para sahabat. Demikian diantara kata-kata Sayyidina
Umar, selanjutnya seraya mengulurkan tangannya beliau berkata kepada
Sayyidina Abu Bakar : “Ulurkan tanganmu, untuk aku bai’at.”
Bahwa sahnya seorang Khalifah, tidak harus dengan di bai’at oleh
seratus persen Muslimin, tapi yang penting dibai’at oleh mayoritas
Muslimin. Hal ini dikuatkan dengan keterangan Imam Ali, dimana ketika
Imam Ali berkirim surat kepada Muawiyah, beliau memberitahukan
bahwa pengangkatan beliau sebagai Khalifah itu sah, karena beliau juga
telah di bai’at oleh orang-orang yang telah membai’at Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Umar serta Sayyidina Ustman.
Yang terpenting untuk dipetik dari permusyawaratan di Saqifah
Bani Saidah adalah, bahwa yang mengadakan pertemuan itu, adalah orang-
orang Anshar, bukan Sayyidina Abu Bakar atau Sayyidina Umar atau
orang-orang Muhajirin yang lain. Karenanya kita umat Islam wajib
berterima kasih kepada tokoh-tokoh Muhajirin, yang begitu mendapat
informasi mengenai adanya pertemuan di Saqifah, segera mendatangi
pertemuan tersebut. Sehingga perpecahan tidak sampai terjadi. Sebab
dapat kita bayangkan, apa yang akan terjadi andaikata orang-orang Anshar
sampai mengangkat Khalifah sendiri.

Faktor yang melatarbelakangi pemilihan sekaligus pembai’atan


Abu bakar sebagai khalifah pertama sebagai pengganti Rasulullah yaitu
seperti yang dicetuskan oleh Mudjab Mahali sebagai berikut :

6
1. Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang tertua, besar
pengorbanannya kepada Islam dan Rasul baik secara moril dan
materil
2. Abu bakar adalah seorang yang berkedudukan tinggi
(bangsawan) dikalangan kaumnya, dermawan, jujur dan
bijaksana.
3. Pada waktu Rosul sakit dan menjelang wafatnya, Abu bakarlah
yang diserahi tugas sebagai imam solat berjamah, disamping
banyak pula tugas-tugas Rosulullah yang diamanatkan
kepadanya dikala Rosulullah sedang uzur/berhalangan.
dengan didasarkan kepada beberapa pertimbangan itulah, maka pilihan
sebagian besar umat islam jatuh kepada Abu Bakar.

D. Peradaban Islam Masa Abu Bakar As shiddiq


Pada masa khalifah Abu bakar sebagaimana pada masa Rasululla
itu bersifat sentral yang berarti bahwa kekuasaan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif terpusat ditangan khalifah. Selain menjalankan roda
pemerintahan, Abu Bakar juga menjalankan hukuk. Meskipun demikian,
Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Secara
umum, kebijakan internal Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan kebijakan
Nabi Muhammad.

Melaksanakan pemerintahan yang demokrasi, untuk menjaga


stabilitas dan keamanan dalam pemerintahannya, maka Abu baker
membuka pintu seluas-luasnya kepada rakyat untuk menyampaikan
aspirasi dengan cara yang Islami dan memberikan peluang kepada seluruh
lapisan masyarakat untuk mengkitik pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya.

1. Proses-proses berat yang di hadapi Abu Bakar di awal pemerintahannya,


adapun beberapa kesulitan yang dihadapi oleh khalifah Abu Bakar adalah :

7
a) Orang-orang yang Enggan Membayar Zakat ;
Banyak umat Muslim yang murtad atau keluar dari Islam
akibat enggan membayar zakat, mereka menganggap
membayar zakat hanya berlaku pada masa Rasulullah masih
hidup. Orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan
terdapat di Yaman, Yamamah dan Oman. mereka yang
membangkang untuk mengeluarkan zakat. Mereka adalah
sebagian penduduk bani Tamim yang dipimpin oleh Malik bin
Nuwairah, Bani Hawazin dan yang lain. Mereka mogok tak
mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini
mereka tidak tunduk kepada Abu Bakar.
Mereka beranggapan bahwa zakat adalah suatu bentuk upeti
terhadap Rasullullah sehingga mereka menolaknya. Setelah
pemberontakan dan berbagai masalah internal telah teratasi, ia
melanjutkan misi Rasulullah untuk menyiarkan syi’ar Islam ke
seluruh pelosok negeri.
Abu Bakar mengadakan rapat dengan para sehabat besar itu
guna meminta saran dalam memrangi mereka yang tak mau
menunaikan zakat. Umar Ibn Khattab dan beberapa orang
sahabat berpendapat untuk tidak memerangi umat yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan lebih baik meminta
bantuan kepada mereka dalam menghadapi musuh bersama dan
sebagian kecil yang lain menghendaki jalan kekerasan.
Abu Bakar melibatkan diri mendukung gerakan minoritas,
betapakerasnya ia membela pendiriannya itu, tampak dari kata-
katnya ini: “demi Allah, orang yang keberatan menunaikan
zakat kepadaku, yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah,
akan aku perangi”.

b) Munculnya Nabi-Nabi Palsu ;

8
Pemurtadan yang lain itu akibat timbul banyak nabi-nabi
palsu, dan disitulah banyak umat muslim yang ikut ajaran nabi
palsu tersebut. Muncul di Yaman (al-Aswad), Yamamah
(Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah
(Sajah) pada masa pemerintahan Abu Bakar, Mereka adalah
Bani Thayyi’, Bani Asad dan orang-orang dari Ghatafan yang
dipimpin oleh Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi dan Bani
Hanifah yang dipimpin oleh Musailamah bin Tsamamah
(Musailamah Al-Kaddzab), serta penduduk Yaman yang
dipimpin oleh Al-Aswad Al-‘Ansi.

c) Memerangi Kaum Murtad ;


Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh keyakinan
mereka terhadap ajaran Islam belum begitu mantap, dan
wafatnya dan wafatnya Rasulullah SAW menggoyahkan
keimanan mereka. Mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy
tidak akan bangun lagi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Dan mereka merasa tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu
kembali kepada ajaran agama sebelumnya.
Tekad Abu Bakar memerangi kaum penyeleweng telah
menyelamatkan Negara Islam yang masih muda itu. meskipun
untuk itu harus dibayar mahal dengan gugurnya 70 orang
penghafal Al-Qur’an. Bagaimana pun juga, Abu Bakar telah
bertindak tepat dalam mengatasi krisis itu dan untuk itu ia
pantas disebut sebagai “juru selamat Islam”.

2. Pengumpulan ayat-ayat Alquran.


Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al
Qur’an. Setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah
al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang
ikut tewas dalam pertempuran. Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an.

9
Dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit,
mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal
al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang,
kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian
disimpan oleh Abu Bakar. Abu bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit
mengingat beberapa hal:
a. Kedudukannya dalam Qiraat dan penulisan Alqu’ran
b. Pemahaman dan kecerdasannya
c. Kehadirannya pada pembacaan yang terakhir kali.

Abu bakar menceritakan kekhawatirannya dan usulan Umar pada


Zaid bib tsabit . Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu bakar
sebelum itu. Keduanya lalu bertukar pendapar, sampai akhirnya Zaid
menerima dengan lapang dada perintah penulisan Alquran.
Dalam pengumpulan nas-nas al-Quran tersebut ia bersandar pada
hafalan yang ada dalam hati para Qurra dan catatan yang ada pada penulis.
Setelah Abu bakar wafat, al-Quran disimpan pleh Khalifah Umar, dan
setelah Umar wafat, Al-quran tersebut disimpan oleh Hafsah istri
Rasulullah.Saw.

3. Pranata Sosial Ekonomi


Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan
dan kesejahteraan sosial rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia
mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin,
ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-
muslim, sebagai sumber pendapatan Baitul Mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara
ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara,
dan kepada rakyat yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-
Quran.
Diriwayatkan bahwa Abu Bakar sebagai khalifah tidak pernah
mengambil atau menggunakan uang dari Baitul Mal. Karena menurutnya,

10
ia tidak berhak mengambil sesuatu dari Baitul Mal umat Islam. Oleh
karena itu, selama ia menjadi khalifah, ia tetap berdagang untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

E. Akhir Pemerintahan Abu Bakar.


Abu Bakar wafat pada Senin malam, 21 Jumadil Akhir tahun ke-13
H (22 Agustus 634 M). Ia meninggal di usia yang sama dengan Nabi
Muhammad, yaitu 63 tahun. Ia mengalami sakit demam beberapa hari
sebelum wafat.
Periode pemerintahan yang singkat yaitu selama dua tahun tiga
bulan sepuluh hari , di tandai oleh keteguhannya meneruskan kebijakan
Rasulullah Saw. dalam berbagai bidang, kendati tidak jarang di usulkan
untuk diubah. Dalam hal itu ia juga di kenal sebagai orang yang lemah
lembut tetapi tidak menurangi sikap tegasnya sebagai khalifah. Sumber
yang dapat diterima mengenai sakitnya Abu Bakar sampai meninggalnya,
dengan mengacu kepada puterinya, ummul mukminin Aisyah dan kepada
puteranya Abdurrahman. Mereka berkata: “Abu Bakar sakit dimulai pada
saat hari yang sangat dingin ia mandi, lalu selama lima belas hari ia
merasa demam, tidak keluar rumah untuk melaksanakan shalat, ia
meminta Ummar Ibn Khattab mengimami shalat” Tetapi selama dua
minggu dalam sakit sampai wafatnya itu pikiran Abu Bakar selalu
tertumpu pada nasib kaum muslimin,
Sebelum wafat, Abu Bakar berwasiat agar dikafani dengan pakaian
yang biasa dipakainya sehari-hari dan dimandikan oleh istrinya, Asma
binti Umais, dan anaknya, Abdur Rahman. Adalah Aisyah yang
mendampingi Abu Bakar di akhir-akhir hidupnya. Abu Bakar meminta
agar anaknya itu menyerahkan seorang hamba sahaya, unta penyiram
tanaman, sepotong kain, unta penghasil susu, dan wadah untuk mencelup
makanan kepada Umar bin Khattab ketika dirinya wafat. Maka Aisyah
langsung memberikan itu semua kepada Umar sesaat setelah sang
ayahanda wafat.

11
Selain itu, Abu Bakar meminta untuk mengembalikan uang yang
diterimanya sebagai khalifah ke baitul mal. Hal itu dilakukan agar dia
benar-benar bersih dari segala urusan dunia ketika wafat. Dia
menghembuskan nafasnya yang terakhir pada sore hari, setelah matahari
terbenam. Dia dimakamkan pada malam hari di samping makam Nabi
Muhammad.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah ini mengulas sejarah peradaban Islam pada fase Abu Bakar as-
Shiddiq, khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Dalam latar
belakang, kita melihat bahwa fase Abu Bakar adalah periode transisi yang sangat
penting dalam sejarah Islam, di mana Abu Bakar diangkat sebagai khalifah
pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Pemilihan beliau sebagai khalifah
didasarkan pada kepercayaan dan pengakuan umat Islam terhadap kepemimpinan
dan kebijaksanaannya.

Selama masa kekhalifahan Abu Bakar, banyak tantangan dihadapi, termasuk


perang melawan kaum murtad, pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an, serta
ekspansi wilayah Islam. Abu Bakar dikenal sebagai pemimpin yang adil dan
bijaksana, yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan rakyat dan mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Di bawah kepemimpinannya,
peradaban Islam mengalami perkembangan signifikan.

Proses pembai'atan Abu Bakar sebagai khalifah pertama merupakan titik awal
yang menandai stabilitas dan kontinuitas kepemimpinan dalam Islam setelah

12
wafatnya Nabi Muhammad. Dalam pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an, Abu Bakar
berperan penting dalam menjaga kesucian teks Al-Qur'an.

Meskipun banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi pada awal masa
pemerintahannya, Abu Bakar berhasil mengatasi mereka dengan tekad dan
keteguhan. Kepemimpinan yang adil dan kebijaksanaan Abu Bakar memberikan
kontribusi besar terhadap kesuksesan peradaban Islam pada masanya.

Akhirnya, wafatnya Abu Bakar menjadi akhir dari periode kekhalifahan


beliau, tetapi warisan kepemimpinan dan kontribusinya dalam membentuk fondasi
awal peradaban Islam tetap menginspirasi dan menjadi bahan kajian yang penting
dalam sejarah Islam. Abu Bakar ash-Shiddiq tetap dikenang sebagai salah satu
sahabat terdekat Nabi Muhammad dan sebagai pemimpin yang memainkan peran
kunci dalam mengarahkan peradaban Islam menuju masa depan yang cerah.

13
DAFTAR PUSAKA

Jasman, Jasman. "Sejarah Peradaban Islam." At-Tadabbur: Jurnal Penelitian


Sosial Keagamaan 8.2 (2018): 97-112.

Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, j.1 (Jakarta: Pt al-


Husna Zikra, 1997), h. 232 – 233\

Rachman, Taufik. "Bani Umayyah Di Lihat Dari Tiga Fase." JUSPI (Jurnal
Sejarah Peradaban Islam) 2.1 (2018): 86-98.

Fauzi, M., & Jannah, S. A. (2021). Peradaban Islam; Kejayaan dan


Kemundurannya. AL-IBRAH, 6(2), 1-26.

NASUTION, Syamruddin. sejarah peradaban Islam. 2013.

Zainudin, Ely. "Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin." Intelegensia:


Jurnal Pendidikan Islam 3.1 (2015).

II, BAB. "A. PEMBAHASAN PERADABAN ISLAM DI MASA KHALIFAH ABU


BAKAR ASH-SHDIQ."

14

Anda mungkin juga menyukai