Anda di halaman 1dari 47

KHULAFAU AR-RASYIDUN

Ketahuilah bahwa al-khulafau ar-rasyidun artinya


pemimpin yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Al-
khulafa’u ar-rasyidun adalah pengganti Rasulullah SAW.
Mereka berjumlah empat orang yaitu Abu Bakar as-
Siddiq, Umar bin Khattab,`Usman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib.

Tercatat dalam sejarah peradaban manusia, bahwa al-


khulafau ar-rasyidun adalah pribadi-pribadi terbaik
hasil didikan Raulullah SAW. Mereka telah teruji
kehebatan dan kepiawaiannya sebagai teladan dalam
kepemimpinan untuk membangun peradaban islam
yang lebih maju. Tidak ada pemimpin-pemimpin dunia
saat ini yang menghasilkan bangunan peradaban yang
dapat disejajarkan dengan mereka.

Mereka memiliki sifat-sifat terpuji yang patut menjadi


teladan umat Islam zaman sekarang. Pengabdiannya
kepada agama tidak diaasingkan lagi. Kepeduliannya

1|Page
terhadap sesama, membuat pribadi-pribadi ini dicintai
oleh rakyatnya.

Kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia dengan


Rasulullah SAW di saat susah maupun senang. Mereka
memiliki akhlak mulia karena mereka selalu meneladani
akhlak Rasulullah SAW.

2|Page
ABU BAKAR AS-SIDDIQ

Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi


khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga
tahun 634 Masehi.

Abu Bakar adalah satu di antara empat khalifah yang


diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi
petunjuk.

Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan, dan


14 hari sebelum meninggal karena sakit.



3|Page
Abu Bakar assidiq lahir pada tahun 572 M dan wafat
pada tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634
M, dengan nama lahir Abdullah bin Abi Quhafah.

Abu Bakar Assidiq juga termasuk dari sahabat yang


paling awal masuk Islam atau termasuk dengan
golongan Assabikun al-awwalin.

Abu Bakar menjadi Khalifah Islam setelah meninggalnya


Rasulullah Saw dan ia juga termasuk Khalifah pertama
yang memimpin umat Islam selama 2 tahun pada tahun
632 M sampai tahun 634 dan ia juga salah satu dari
empat Khalifah yang mendapat gelar Khalifatu Ar-
rasyidin (pemimpin yang diberi petunjuk).

Nama lengkap Abu Bakar Assidiq adalah Abdullah bin


Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin
Quraisy.

Nasabnya menyambung dengan Rasulullah Saw pada


kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang
berarti ayah ibunya sama dari kabilah Bani Taim.

Abu Bakar Assidiq adalah ayah Aisyah ra (istri Rasulullah


Saw). Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah yang
artinya hamba Ka’bah dan setelah Abu Bakar masuk

4|Page
Islam, namanya diganti oleh Rasulullah Saw dengan
nama Abdullah yang artinya hamba Allah Swt.

Rasulullah Saw memberikan gelar Assidiq (yang berkata


benar) setelah Abu Bakar membenarkan dengan adanya
pristiwa Isra Mi’raj Rasulullah Saw, sehingga ia lebih
dikenal dengan nama Abi Bakar Assidiq

Abu Bakar ash-Shiddiq dilahirkan di Mekah dari


keturunan Bani Tamim , dengan suku bangsa Quraisy.
Beberapa sejarawan Islam mencatat Abu Bakar adalah
seorang pedagang, seorang yang terpelajar, hakim
dengan kedudukan tinggi, serta dipercaya sebagai orang
yang bisa menafsirkan mimpi.

Ketika Nabi Muhammad SAW menikah dengan Ummul


Mukminin Khadijah binti Khuwailid, Rasulullah saw
pindah dan hidup bersama Abu Bakar assidiq. Sejak saat
itulah Nabi Muhammad saw menjadi tetangga Abu
Bakar dan berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua
berusia dan berprofesi sama, pedagang dan juga ahli
berdagang.



5|Page
Dari kitab Hayatussahabah (kehidupan para sahabat),
dalam bab Dakwah Nabi Muhammad saw kepada
perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar assidiq masuk
Islam setelah diajak oleh Rasulullah saw.

Abu Bakar kemudian mendakwahkan ajaran Islam


kepada Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah
bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqas dan beberapa
tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istri Abu Bakar yaitu Qutaylah binti Abdul Uzza tidak


menerima ajaran Islam sebagai agama, sehingga Abu
Bakar menceraikannya.

Istrinya yang lain, Ummu Ruman, memeluk Islam. Juga


semua anaknya kecuali dengan ‘Abd Rahman bin Abu
Bakar, sehingga Abu Bakar dan ‘Abd Rahman berpisah.



Sebagaimana yang juga dialami oleh para sahabat yang


mememeluk Islam pada masa awal. Abu Bakar juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk
Mekkah yang kebanyakan dari mereka masih memeluk
agama nenek moyangnya.

6|Page
Namun, penyiksaan paling kejam yang dialami oleh
mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara
para pemeluk islam yang bukan dari golongan budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan
sahabat mereka, sedangkan para budak disiksa
sekehendak tuannya.

Hal ini mendorong Abu Bakar guna membebaskan para


budak tersebut dengan membeli budak dari tuannya
kemudian memerdekakannya.

Pada saat Nabi Muhammad saw pindah ke Madinah


(622 M), ketika peristiwa Hijrah, Abu Bakar adalah satu-
satunya orang yang selalu menemaninya. Abu Bakar
juga terikat dengan Rasulullah saw secara kekeluargaan.
Aisyah, anak perempuan Abu Bakar menikah dengan
Nabi Muhammad saw beberapa saat setelah Hijrah.

Selama masa Rasulullah saw sakit saat menjelang wafat,


dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk
menggantikan Rasulullah Saw menjadi imam salat,
banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa
Abu Bakar yang pantas untuk menggantikan posisi
Rasulullah sebagai pemimpin Umat Islam.

Bahkan setelah Rasulullah SAW telah meninggal dunia,


Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat yang
paling tabah menghadapi meninggalnya Rasulullah SAW

7|Page
ini. Segera setelah kematian Rasulullah Saw, dilakukan
musyawarah di kalangan para pemuka kaum Muhajirin
dan Anshar di Madinah, yang akhirnya menghasilkan
ditunjuknya Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam
atau khalifah Islam tahun 632 M.



Semangat keagamaan Abu Bakar mendapatkan


penghargaan tinggi dari umat Islam, sehingga masing-
masing pihak dari kaum anshor juga muhajirin
menerima dan membaiatnya. Sebagai pemimpin umat
Islam setelah Rasulullah Saw.

Setelah pembaiatan Abu Bakar r.a. diangkat sebagai


Khalifah, beliau r.a. berpidato: “Hai saudara-saudara!
Kalian telah membaiat saya sebagai khalifah (kepala
negara). Sesungguhnya saya tidaklah lebih baik dari
pada kalian. Oleh karenanya, apabila saya berbuat baik,
maka tolong dan bantulah saya dalam kebaikan itu;
tetapi apabila saya berbuat kesalahan, maka nasihatilah
saya.

Taatlah kalian kepada saya selama saya taat kepada


Allah Swt dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian mentaati

8|Page
saya, apabila saya berbuat maksiat pada Allah Swt dan
Rasul-Nya.” (lihat Abdul Aziz Al Badri, Al Islam bainal
Ulama wal Hukkam).

Pidato Abu Bakar r.a. di atas menunjukkan bahwa


sebagai khalifah beliau tidak pernah menganggap
dirinya sebagai orang suci yang harus diagung-
agungkan.

Justru Beliau mengutamakan supremasi hukum syariah,


dan menjadikan ketaatan warga negara dan loyalitas
padanya merupakan satu paket dalam ketaatan kepada
Allah Swt dan rasul-Nya.

Beliau menjadikan hukum Allah sebagai standar untuk


menentukan salah dan benar yang harus diikuti tidak
hanya oleh rakyat, tapi juga penguasa.



Sebelum memeluk Agama Islam, Abu Bakar r.a. terkenal


sebagai orang baik, lembut hatinya, suka menolong dan
memberi maaf.

9|Page
Setelah Memeluk Agama Islam dan berkuasa sebagai
khalifah pengganti Rasullullah Saw dalam memimpin
negara dan umat.

Abu Bakar r.a. adalah orang yang benar-benar


memahami sabda Rasulullah Saw: “Ya Allah, siapa saja
yang diberi tanggung jawab memimpin urusan
pemerintahan umatku dan menimbulkan kesulitan bagi
mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa saja yang
memerintah umatku dengan sikap lembut (bersahabat)
kepada mereka, maka lembutlah kepadanya.” [HR.
Muslim].

Namun sebagai Khalifah, beliau harus menjalankan


kepemimpinannya dengan Al-qur’an dan Sunnah
Rasulullah SAw, dan wajib menjaganya agar supremasi
hukum syariah tetap terjaga. Oleh karena itu, dalam
mempertahankan kedaulatan hukum syariah, Abu Bakar
tidak segan-segan mengambil tindakan tegas bagi siapa
saja yang hendak menghancutrkan umat Islam.

Seperti yang beliau lakukan kepada kaum muslimin yang


murtad dan tidak mau membayar zakat setelah
mendengar kabar wafatnya Rasulullah Saw. Sekalipun
para sahabat yang diminta pendapatnya masih
mengampuni tindakan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat itu selama mereka masih sholat, tapi
Khalifah Abu Bakar tetap dalam pendiriannya.

10 | P a g e
Di depan kaum muslimin beliau berpidato: “Wahai kaum
muslimin, ketahuilah saat Allah mengutus Muhammad,
kebenaran itu (Islam) selalu diremehkan dan Islam
dimusuhi sehingga banyak orang yang enggan memeluk
Islam sebab takut disiksa. Namun Allah Swt
menolongnya sehingga seluruh bangsa Arab bisa
disatukan di bawah naungannya.

Demi Allah, aku akan tegakkan agama ini dan akan


berjuang di jalan Allah sampai Allah memberikan
kemenangan atau memberikan surga bagi orang yang
terbunuh di jalan Allah dan akan memberi kejayaan bagi
orang yang mendapat kemenangan sehingga ia akan
dapat menjadi hamba yang berbakti dengan aman.

Demi Allah, jika mereka tidak mau membayar zakat,


meski hanya seutas tali, pasti akan aku perangi
walaupun jumlah mereka banyak sampai aku terbunuh,
sebab Allah tidak memisahkan kewajiban zakat dari
kewajiban sholat.” (lihat Al Kandahlawy, Hayatus
Shahabat, juga Kanzul Ummal).



11 | P a g e
Setelah pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah,
beberapa masalah yang mengancam persatuan umat
Islam saat itu muncul.

Beberapa suku Arab yang berasal dari Nejed dan Hijaz


membangkang kepada Abu Bakar sebagai khalifah baru
dan sistem yang ada.

Beberapa di antaranya menolak untuk membayar zakat


walaupun tidak menolak agama Islam sepenuhnya.
Beberapa dari yang lain kembali memeluk agama dan
tradisi lamanya yaitu penyembahan berhala.

Suku-suku tersebut meyakini bahwa hanya memiliki


komitmen dengan Nabi Muhammad saw dan dengan
kematiannya komitmen itu sudah tidak berlaku lagi.

Berdasarkan hal ini Abu Bakar assidiq menyatakan


perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama
perang Riddah.

Dalam perang Ridda terbesar umat Islam memerangi


“Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama
Musailamah al-Kazab yang artinya Musailamah si
pembohong, yang mengaku dirinya sebagai Nabi baru
menggantikan Nabi Muhammad saw.

Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada perang


Akraba yang dipimpin oleh Khalid Bin Walid.

12 | P a g e
Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al-
Wahsy, seorang budak yang dibebaskan oleh Hindun
istri Abu Sufyan karena sudah berhasil membunuh
Hamzah Singa Allah di waktu Perang Uhud.

Al Wahsyi kemudian memeluk Islam dan bertaubat serta


mengakui bahwa dia melakukan kesalahan atas
pembunuhan Hamzah.

Al Wahsyi pernah berkata, “Dahulu aku membunuh


seorang yang sangat dicintai Rasulullah Saw (Hamzah)
dan kini aku telah membunuh orang yang sangat
dibenci oleh Rasulullah saw (yaitu nabi palsu
Musailamah al-Kazab).”



Setelah keadaan umat Islam sudah stabil dan secara


penuh sudah menguasai Arab, Abu Bakar Assidiq
memerintahkan para jendral Islam untuk melawan
kekaisaran Sassanid dan kekaisaran Bizantium.

Khalid bin Walid sebagai panglima perang telah


menaklukkan Irak dengan mudah, sedangkan
ekspedisinya ke Suriah juga meraih kesuksesan.

13 | P a g e


Abu Bakar juga berperan dalam mempertahankan teks-


teks tertulis Al Qur’an.

Dikatakan bahwa setelah mendapat kemenangan yang


sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam
perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang
ikut perang, mati syahid dalam pertempuran.

Umar bin Khottob lantas meminta Abu Bakar untuk


mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an.

Oleh sebuah tim yang diketuai oleh seorang sahabat


Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-
lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan
tulisan-tulisan al-Qur’an yang terdapat pada media tulis
seperti kulit, tulang, dan lain sebagainya, setelah
lengkap penulisan ini kemudian disimpan oleh Abu
Bakar.

Setelah Abu Bakar wafat maka disimpan oleh Umar bin


Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak
perempuan dari Umar bin Khottob dan juga istri dari
Nabi Muhammad saw.

14 | P a g e
Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan
kumpulan al-Qur’ani ini menjadi dasar penulisan teks al-
Qur’an yang dikenal saat ini.



Pada tanggal 23 Agustus 634 M Abu Bakar meninggal


dunia pada usia 61 tahun di Madinah karena sakit yang
dideritanya dan Abu Bakar dimakamkan di rumah
putrinya Aisyah ra di samping makam Nabi Muhammad
SAW. Di dekat Masjid Nabawi.



15 | P a g e

16 | P a g e
UMAR BIN KHATTAB

Salah satu keberhasilan dakwah Rasulullah adalah


mampu membuat orang-orang yang semula
menentangnya berbalik menjadi pendukung setia. Ada
beberapa sahabat Rasulullah yang melakoni takdir
macam itu, salah satunya Umar bin Khattab. Kelak,
setelah Rasulullah wafat, sosok yang dikenal tegas ini
menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar.

Watak tegas Umar serupa bapaknya, Khattab. Sang


bapak pernah mengusir Zaid, anak saudaranya alias
sepupu Umar, karena ia menjadi pengikut ajaran
monoteisme Nabi Ibrahim yang menentang berhala.

Dalam Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis


(2003), Karen Amstrong mencatat bahwa Zaid dikenal
masyarakat karena secara terbuka mengutuk
penyembahan berhala dan mencemarkan adat
kebiasaan yang telah dilakukan secara turun-temurun
itu.

17 | P a g e
“Sikap dan pendiriannya yang demikian ini
mengakibatkan rakyat menentangnya, dan di antara
musuh-musuhnya, yang paling kuat dan tidak berbelas
kasih adalah Khattab, ayah Umar,” tulis Amstrong.

Sikap Khattab yang kerap menyulitkan Zaid


membuatnya terpaksa melarikan diri ke Gua Hira, meski
sesekali ia tetap berkunjung ke Makkah secara diam-
diam.

Penentangan terhadap monoteisme yang dilakukan


bapaknya, dilakukan juga oleh Umar. Saat Rasulullah
berdakwah di Makkah, Umar menjadi salah satu
penentang yang paling keras. Hal ini membuat
Rasulullah berdoa agar salah satu dari dua Umar
menjadi pendukungnya.

“Ya, Allah, kuatkanlah Islam dengan salah satu dari dua


Umar,” ucap Rasulullah.

Dua Umar yang dimaksud adalah Amr bin Hisyam alias


Abu Jahal, dan satu lagi adalah Umar bin Khattab.
Beberapa tahun kemudian, keinginan Rasulullah itu
terkabul: Umar memeluk Islam dan menjadi salah satu
sahabat Nabi yang paling dekat.

18 | P a g e
Sebelum Umar memeluk Islam, ada sebuah kisah
terkenal yang menunjukkan bagaimana kerasnya Umar
dalam menentang agama baru itu.

Masih dalam buku yang ditulis Karen Amstrong,


disebutkan bahwa sekali waktu Umar berniat
membunuh Rasulullah. Ia menyusuri jalanan Makkah
menuju sebuah rumah di bukit Safa sambil membawa
pedang. Rumah tersebut adalah tempat Rasulullah
berada.

Sementara saat Umar pergi hendak membunuh


Rasulullah, saudarinya yang bernama Fatimah, yang
menikah dengan Sa’id (anak Zaid sepupu Umar),
mengundang Khabbab bin al-Arat, seorang pandai besi,
untuk membacakan ayat-ayat Alquran. Keduanya
memang telah menjadi Muslim.

“Dalam perjalanannya menuju bukit Shafa, Umar


didekati seorang Muslim dari klannya. Orang itu
berusaha membelokkannya dari tujuan membunuh
Nabi. Dia menyuruh Umar pulang dan menyaksikan apa
yang tengah terjadi di rumahnya sendiri,” tulis
Amstrong.

Umar bin Khattab kemudian kembali ke rumahnya. Saat


ia memasuki jalan menuju rumah, ia mendengar ayat-
ayat Alquran yang dilantunkan Khabbab bin al-Arat.

19 | P a g e
Mengetahui kedatangan Umar, sang pelantun Alquran
buru-buru bersembunyi.

“Suara apa itu?!” serunya sambil memasuki rumah.

Syibli Nu’mani dalam Umar bin Khattab yang Agung


(1994) mengisahkan Fatimah menjawab pertanyaan
Umar itu. Fatimah mengatakan suara itu bukan apa-apa
dan tidak ada artinya.

“Jangan mencoba menyembunyikan apapun dariku. Aku


telah mengetahui segala sesuatunya. Aku telah
mendengar bahwa engkau berdua telah ingkar agama,”
bentak Umar.

Umar kemudian menyerang Fatimah dan suaminya. Ia


memukuli saudarinya sampai jatuh ke tanah dan
berdarah. Mengetahui Fatimah terluka, Umar
menghentikan perbuatannya.

“Umar! Lakukan apa yang kau kehendaki, Islam tidak


akan pernah lepas dari hati kami,” ucap Fatimah.

Menurut Karen Amstrong, Umar kemudian memungut


manuskrip Alquran yang ditinggalkan Khabbab.
Sementara dalam catatan Syibli Nu’mani, Umar meminta
Fatimah untuk menunjukkan apa yang tadi ia dengar.
Lalu Fatimah menyodorkan manuskrip Alquran yang
sebelumnya ia sembunyikan.

20 | P a g e
Umar yang yang dapat membaca dan menulis dengan
fasih itu lalu mulai membaca ayat-ayat pembuka dalam
surat Thaha.

“Betapa indah dan agungnya ucapan ini!” gumamnya.

Itulah momen ketika Umar tergerak dan mulai tertarik


kepada agama yang dipeluk saudarinya. Ia lalu meraih
pedangnya dan berlari menuju bukit Safa untuk
menemui Rasulullah.

Sesampainya di tempat yang dituju, Rasulullah segera


menarik jubah Umar sambil bertanya, “Apa yang telah
membawamu kemari, hai anak Khattab?”

Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, aku datang


kepadamu untuk percaya kepada Allah dan Rasul-Nya,
dan pesan yang dibawanya dari Allah.”



Setelah masuk Islam, tidak seperti kaum Muslimin lain


yang sembunyi-sembunyi dalam memeluk keyakinan
baru mereka, Umar justru terang-terangan
mengumumkan keislamannya di depan kaum Quraisy
yang menentang dakwah Rasulullah.

21 | P a g e
Ia memang sosok yang disegani, sehingga para
penentang dakwah Rasulullah tidak ada yang berani
menyentuhnya. Hal ini membuat kaum Muslimin yang
semula tidak berani melaksanakan salat di dekat Kakbah
menjadi leluasa beribadah di sana.

“Ketika Umar memeluk Islam, ia berperang dengan


Quraisy sampai ia memenangkan perjuangan itu
demikian jauh sehingga ia masuk Ka’bah di mana ia salat
dan kita bersamanya,” kata Abdullah bin Mas’ud seperti
dikutip Muhammad Husain Haekal dalam Umar bin
Khattab (2002).

Keberanian Umar juga tergambar saat kaum Muslimin


hijrah ke Yatsrib atau yang kemudian bernama Madinah.
Mereka berangkat diam-diam karena menghindari
gangguan kaum Quraisy yang tak menghendaki ajaran
Islam.

Ali bin Abi Thalib, seperti dikutip Husain Haekal,


menyebutkan bahwa ketika semua kaum Muhajirin
(Muslim Makkah yang melakukan hijrah) melakukannya
secara diam-diam, Umar justru melakukannya dengan
terang-terangan sambil membawa pedang dan
menyelempangkan busur panah. Sementara tangannya

22 | P a g e
menggenggam anak panah dan sebatang tongkat
komando.

Sebelum hijrah, ia pergi ke Kakbah melakukan tawaf,


sementara orang-orang Quraisy berada di beranda
Kakbah. Ia tawaf sebanyak tujuh kali, menuju Maqom
Ibrahim, dan salat. Kepada kaum Quraisy yang
menentang Islam, yang ia datangi satu-persatu, Umar
berkata:

“Wajah-wajah celaka! Allah menista orang-orang ini!


Barang siapa ingin diratapi ibunya, ingin anaknya
menjadi yatim atau istrinya menjadi janda, temui aku di
balik lembah itu.”

Namun Husain Haekal menambahkan bahwa cerita


Umar tersebut tidak ada dalam kisah yang diriwayatkan
Ibnu Hisyam, Ibnu Sa’d, dan at-Tabari. Menurut mereka,
Umar berangkat hijrah secara diam-diam, sama seperti
kaum Muslimin lainnya.

“Dia melakukan itu [hijrah secara diam-diam] bukan


karena lemah atau takut, yang memang tak pernah
dikenalnya selama hidupnya, tetapi dia laki-laki yang
penuh disiplin. Dia mengikuti jemaah dan meminta yang
lain juga mengikuti mereka,” tulis Husain Haekal.

23 | P a g e


Dalam perjalanan Umar sebagai seorang Muslim,


bersama Rasulullah ia turut dalam pelbagai peperangan
antara kaum Muslimin dengan para penentang mereka.
Umar terlibat dalam Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Khandaq, Perang Khaibar, dan Perang Hunain.

Perang Badar yang dimenangkan kaum Muslimin


sempat melahirkan perbedaan pendapat soal perlakuan
terhadap para tawanan. Abu Bakar berpendapat untuk
melepaskan para tawanan perang harus melalui
mekanisme uang tebusan.

Sementara Umar dengan tegas menyatakan bahwa para


tawanan sepatutnya dipenggal lehernya, dengan
ketentuan setiap Muslimin memenggal kerabatnya
sendiri.

“Umar menentang [pendapat Abu Bakar] dan


menyatakan bahwa pertalian keluarga tidak harus
berurusan dengan masalah-masalah mengenai
kepentingan Islam yang vital,” tulis Syibli Nu’mani dalam
Umar bin Khattab yang Agung.

Pada akhirnya, pendapat Abu Bakar lah yang disetujui


Rasulullah.

24 | P a g e
Sementara dalam Perang Uhud yang berakhir dengan
kekalahan kaum Muslimin, Umar termasuk dalam 30
orang sahabat yang melindungi Rasulullah yang terluka
saat kaum Quraisy memburunya di celah bukit Uhud.

“Umar dan beberapa orang Muhajirin serta Ansar


menerjang ke depan dan menghalau kembali para
penyerbu,” imbuh Syibli Nu’mani.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, ekspedisi ke


pelbagai wilayah telah dilakukan tapi masih dalam tahap
awal. Sampai akhirnya khalifah pertama pengganti
Rasulullah tersebut meninggal dunia.

Umar yang menjadi khalifah kedua meneruskan apa


yang telah dilakukan khalifah pendahulunya. Di masa
kekhalifahannya, Islam berhasil menaklukkan Irak,
Suriah, Yerusalem, Persia, Mesir, dan lain-lain.



Pada tahun 23 Hijriyah atau 644 Masehi, di Madinah


terdapat budak Persia bernama Firoz atau Fairuz yang
nama keluarganya adalah Abu Lu’lu’i atau Abu Lu’lu’ah.
Dialah orang yang membunuh Umar. Dalam pelbagai

25 | P a g e
kisah yang menceritakan pembunuhan terhadap khalifah
kedua tersebut, nama pembunuh yang kerap dipakai
adalah Abu Lu’lu’ah.

Menurut sebagian sumber, motivasi Abu Lu’lu’ah


membunuh Umar adalah dendam atas ditaklukkannya
Persia oleh pasukan Muslim. Namun, terlepas dari benar
tidaknya motivasi tersebut, berdasarkan catatan Syibli
Nu’mani, pembunuhan terhadap Umar dilatari persoalan
pajak.

Sekali waktu, Abu Lu’lu’ah datang menghadapi khalifah.


Ia mengeluhkan pajak yang dibebankan tuannya,
Mughirah bin Syubah. Ia meminta kepada Umar untuk
mendesak tuannya agar menurunkan nilai pajak
tersebut.

Umar bertanya kepadanya ihwal pekerjaan yang ia


lakoni. Abu Lu’lu’ah menjawab bahwa ia bekerja sebagai
tukang kayu, tukang cat, dan pandai besi. Menurut
Umar, pekerjaan tersebut layak untuk dibebani pajak
sebesar yang ia keluhkan.

“Jumlah [pajak] itu tidak banyak dibandingkan dengan


pekerjaan yang menguntungkan ini,” kata Umar.

Abu Lu’lu’ah tidak terima dengan jawaban itu. Ia pun


marah dan merencanakan untuk menghabisi Umar.

26 | P a g e
Keesokan harinya, Umar pergi ke masjid hendak salat
Subuh berjamaah. Di sisi lain, Abu Lu’lu’ah yang Majusi
pun pergi ke masjid dengan membawa sebilah belati.
Saat Umar mulai mengimami salat Subuh, Abu Lu’lu’ah
tiba-tiba menerobos dari belakang dan menghunjamkan
belatinya sebanyak enam kali ke tubuh Umar. Salah
satunya mengenai panggul.

Sang khalifah terkapar dan berlumuran darah.


Sementara Abu Lu’lu’ah, dalam kondisi terpojok, juga
melukai jemaah lain dan akhirnya bunuh diri.

Umar kemudian dibawa ke rumah. Ia lalu bertanya,


“Siapa pembunuhku?”

“Firoz,” jawab orang-orang.

“Segala puji bagi Allah bahwa aku tidak dibunuh oleh


seorang Muslim!” jawab Umar kembali.

Mulanya kaum Muslimin sedikit terhibur karena mereka


mengira Umar akan pulih. Namun, saat tabib yang
memeriksanya memberikan minuman hangat berupa
campuran kurma dan susu yang diberikan kepada
khalifah, minuman itu keluar dari luka-lukanya.

Sebelum meninggal, Umar menyuruh anaknya,


Abdullah, untuk meminta izin kepada Aisyah, istri

27 | P a g e
Rasulullah, agar ia dikuburkan disamping makam
Rasulullah

. “Aku mempunyai pikiran untuk mencadangkan tempat


ini bagi diriku, tetapi hari ini aku mengizinkan Umar
didahulukan dari padaku,” ucap Aisyah.

Setelah mendapat jawaban dari Aisyah, Abdullah buru-


buru kembali menemui ayahnya.

“Berita apa yang kau bawa kepadaku, oh anakku?” tanya


Umar.

“Yang diharapkan memberikan kepuasan kepadamu,”


jawab Abdullah.

“Itu adalah keiginanku yang paling besar,” kata Umar.

Pada 25 Zulhijah 23 Hijriyah atau 3 November 644,


tepat hari ini 1374 tahun lalu, Umar bin Khattab, sahabat
Rasulullah yang semula amat keras menentang Islam
dan berbalik menjadi pembela Islam yang gigih itu,
akhirnya meninggal dunia.

Syibli Nu’mani menerangkan, pemakaman Umar


dilakukan oleh Shuhaib bin Sinan, Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi
Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf yang menurunkan
jenazah sang khalifah ke liang lahat.

28 | P a g e
“Dan sang cahaya yang menyinari dunia itu tersembunyi
dalam bumi untuk selama-lamanya,” tulis Nu’mani.



“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama


(masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar.”

(QS. At-Taubah: 100)

29 | P a g e
UTSMAN BIN AFFAN

Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga yang berkuasa


pada tahun 644 sampai 656 dan merupakan Khulafaur
Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama.
Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi
Muhammad membuatnya mendapat julukan Dzun
Nurrain (pemilik dua cahaya).

Terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera, 'Utsman


dikenal sebagai pribadi yang lembut dan murah hati.
Sumbangsihnya yang paling menonjol dan sangat
melekat padanya adalah kedermawanan dalam
memberikan harta. 'Utsman pernah membeli sumur
seorang Yahudi dengan harga sangat mahal saat
kemarau dan mempersilakan penduduk mengambil air
dari sana dengan cuma-cuma. Saat Perang Tabuk
meletus, 'Utsman turut serta menyumbangkan ratusan
unta dan kuda selain uang sejumlah ribuan dirham.

30 | P a g e


Utsman dilahirkan dari seorang yang ayah yang


bernama Affan bin Abi al-'As , dari suku bani Umayyah,
dan ibu yang bernama Arwa binti Kurayz , dari
Abdshams , kedua suku kaya dan terpandang Quraish di
Mekah . Utsman memiliki satu saudara perempuan,
Amina. Utsman lahir di Ta'if. Ia tercatat sebagai salah
satu dari 22 orang Mekah yang tahu cara menulis.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan
Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin
Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan
termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan
yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah S.A.W
sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai
pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum
muslimin

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan


berkecamuk, dimana Rasullullah S.A.W memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat wali kota Madinah.
Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor
unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama
dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin
Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala

31 | P a g e
membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang
lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia
wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah
memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta
untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim
kering.

Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan


perluasan Masjid al-Haram Mekkah dan Masjid Nabawi
Madinah karena semakin ramai umat Islam yang
menjalankan rukun Islam kelima (haji). Ia mencetuskan
ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan
khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang
sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian,
menaklukan beberapa daerah kecil yang berada
disekitar perbatasan seperti Syiria, Afrika Utara, Persia,
Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga
membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang
paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk
mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti


gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap
dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih
kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati

32 | P a g e
pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol
untuk membunuh khalifah.

Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga


khalifah rasyid yang lain. Mengapa dianggap
kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang
nepotisme, mengedepankan nasab dalam politiknya
bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu
tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua
cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.



Sekembalinya dari perjalanan bisnis ke Suriah pada


tahun 611, Utsman mengetahui tentang misi yang
dinyatakan Muhammad. Setelah berdiskusi dengan
temannya, Abu Bakar , Utsman memutuskan untuk
masuk Islam, dan Abu Bakar membawanya kepada
Muhammad untuk menyatakan imannya. Utsman
menjadi salah satu orang yang paling awal masuk Islam,
mengikuti Ali , Zaid , Abu Bakar dan beberapa lainnya.

33 | P a g e
Masuknya ia ke dalam agama Islam membuat marah
sukunya, Bani Ummayyah, yang sangat menentang
ajaran Muhammad.



Pada 622, Utsman dan istrinya, Ruqayyah, berada di


antara kelompok ketiga Muslim untuk bermigrasi ke
Madinah. Setelah sampai, Utsman tinggal bersama Abu
Talha bin Thabit sebelum pindah ke rumah yang ia beli
beberapa waktu setelahnya. Utsman adalah salah satu
pedagang terkaya di Mekkah, tanpa membutuhkan
bantuan keuangan dari saudara-saudara Ansari , karena
ia telah membawa kekayaan yang sangat besar yang
telah ia kumpulkan dengannya ke Madinah. Sebagian
besar Muslim Madinah adalah petani dengan sedikit
minat dalam perdagangan, dan orang Yahudi telah
melakukan sebagian besar perdagangan di kota. Utsman
menyadari ada peluang komersial yang besar untuk
mempromosikan perdagangan di kalangan umat Islam
dan segera memantapkan dirinya sebagai pedagang di
Madinah. Dengan kerja keras dan kejujuran, bisnisnya
berkembang pesat, membuatnya menjadi salah satu
orang terkaya di Madinah.

34 | P a g e
Ketika Ali menikahi Fatimah , Utsman membeli tameng
Ali seharga lima ratus dirham. Empat ratus disisihkan
sebagai mahar untuk pernikahan Fatimah, meninggalkan
seratus untuk semua pengeluaran lainnya. Kemudian,
Utsman mempersembahkan baju besi kembali ke Ali
sebagai hadiah pernikahan



Utsman memiliki hubungan yang sangat dekat dengan


Abu Bakar, karena itu karena dia yang telah pindah ke
Islam Uthman. Ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah,
Utsman adalah orang pertama setelah Umar
menawarkan kesetiaannya. Selama perang Ridda
Utsman tetap di Madinah, bertindak sebagai penasihat
Abu Bakar. Di ranjang kematiannya, Abu Bakar
mendiktekan keinginannya kepada Utsman, mengatakan
bahwa penggantinya adalah Umar

Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah


kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah
selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang
diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan ,
Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul
Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin

35 | P a g e
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri
hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara
masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang
berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman
menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-
betul mapan dan terstruktur.

Utsman adalah seorang saudagar kaya yang


menggunakan kekayaannya untuk mendukung Islam
namun tidak pernah sebelum kekhalifahannya
menunjukkan kualitas kepemimpinan atau benar-benar
memimpin pasukan. Tetapi meskipun demikian, menurut
Wilferd Madelung , ia dipilih oleh para pemilih sebagai
satu-satunya calon kontra yang kuat untuk Ali karena ia
sendiri dapat sampai batas tertentu menyaingi
hubungan kekerabatan dekat Ali dengan Nabi.

RVC Bodley percaya bahwa setelah pembunuhan Umar,


Ali menolak khalifah karena ia tidak setuju dengan
mengatur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
Abu Bakar dan Umar, dan bahwa Utsman menerima
ketentuan-ketentuan dan ia gagal untuk administrasi
selama sepuluh tahun kekhalifahannya.

36 | P a g e


Pada tanggal 17 Juni 656, ketika menemukan gerbang


rumah Utsman yang dijaga ketat oleh para
pendukungnya, pemberontak Mesir memanjat dinding
belakang dan merayap masuk, meninggalkan para
penjaga di gerbang yang tidak tahu apa yang sedang
terjadi di dalam. Para pemberontak memasuki kamarnya
dan memukul kepalanya. Naila , istri Utsman,
melemparkan dirinya ke tubuhnya untuk melindunginya
dan mengangkat tangannya untuk membelokkan
pedang. Dia memiliki jari-jarinya dipotong dan
disingkirkan. Pukulan berikutnya membunuh Utsman.
Beberapa budak Uthman menyerang balik, salah satunya
membunuh pembunuh bayaran itu dan pada gilirannya
dibunuh oleh para pemberontak.

Para perusuh mencoba memenggal mayat Uthman,


tetapi dua janda, Nailah dan Umm al-Banin,
melemparkan diri mereka ke tubuh dan berteriak,
memukul wajah mereka dan merobek pakaian mereka,
sampai para perusuh itu terhalang. Sebaliknya, mereka
menjarah rumah, bahkan merenggut cadar wanita. Para
pemberontak meninggalkan rumah dan para

37 | P a g e
pendukung Utsman di gerbang mendengar mereka dan
masuk, tetapi sudah terlambat

Setelah mayat Utsman sudah ada di rumah selama tiga


hari, Naila, istri Utsman, mendekati beberapa
pendukungnya untuk membantu penguburannya, tetapi
hanya sekitar selusin orang yang menjawab. Ini termasuk
Marwan, Zayd ibn Thabit , 'Huwatib bin Alfarah, Jubayr
ibn Mut'im , Abu Jahm bin Hudaifa, Hakim bin Hazam
dan Niyar bin Mukarram. Tubuh diangkat saat senja, dan
karena blokade, tidak ada peti mati yang bisa diperoleh.
Tubuh tidak dicuci, karena ajaran Islam menyatakan
bahwa tubuh para martir tidak seharusnya dicuci
sebelum dimakamkan. Dengan demikian, Utsman
dibawa ke kuburan di pakaian yang dia kenakan pada
saat pembunuhannya.

Tubuhnya dikuburkan oleh Hassan, Hussein, Ali dan


lainnya, namun; beberapa orang menyangkal bahwa Ali
menghadiri pemakaman Naila mengikuti pemakaman
dengan lampu, tetapi untuk menjaga kerahasiaan lampu
itu harus dipadamkan. Naila ditemani oleh beberapa
wanita termasuk putri Uthman, Aisha.

38 | P a g e
Mayat itu dibawa ke Jannat al-Baqi , kuburan Muslim.
Tampaknya bahwa beberapa orang berkumpul di sana,
dan mereka menolak penguburan Utsman di kuburan
kaum Muslim. Para pendukung Utsman bersikeras
bahwa tubuh harus dimakamkan di Jannat al-Baqi.
Mereka kemudian menguburkannya di kuburan orang
Yahudi di belakang Jannat al-Baqi. Beberapa dekade
kemudian, para penguasa Umayyah menghancurkan
tembok yang memisahkan dua kuburan dan
menggabungkan pemakaman Yahudi ke pemakaman
Muslim untuk memastikan bahwa makamnya kini berada
di dalam pemakaman Muslim.

Doa pemakaman dipimpin oleh Jabir bin Muta'am, dan


mayat itu diturunkan ke dalam kubur tanpa banyak
upacara. Setelah dimakamkan, Naila janda Utsman dan
Aisha putrinya ingin berbicara, tetapi mereka disarankan
untuk tetap diam karena bahaya yang mungkin dari para
perusuh.



“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah


Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama
Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman,

39 | P a g e
yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah
Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran
adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui
ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat
mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang
terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin
al-Jarrah.”

(HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)

40 | P a g e
ALI BIN ABI TALIB

‘Alī bin Abī Thālib adalah khalifah keempat yang


berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk
golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu
sahabat utama Nabi. Secara silsilah, 'Ali adalah sepupu
dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali dengan Fatimah
az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi
Muhammad.

Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, 'Ali telah terlibat


dalam berbagai peran besar sejak masa kenabian, meski
usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat
utama Nabi yang lain. 'Ali mengikuti semua perang,
kecuali Perang Tabuk, pengusung panji, juga berperan
sebagai sekretaris dan pembawa pesan Nabi. 'Ali juga
ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang
Khaibar.



41 | P a g e
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab,
pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan
10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). Muslim
Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah.
Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih
diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut
berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang
30 tahun bahkan 32 tahun.

Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad


adalah salah seorang paman dari Muhammad S.A.W.
Assad yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu
Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan
Quraisy Mekkah.

Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi


nama Assad,[butuh rujukan] Ayahnya memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah)

Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad,


di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga
menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi
bapak dan ibu.

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan


bagi Nabi S.A.W karena dia tidak punya anak laki-laki.

42 | P a g e
Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Nabi S.A.W bersama istri dia Khadijah
untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat.
Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu
Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga
dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan
Muhammad.



Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui


orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah
Nabi. Dia tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur
sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka
mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam
perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke
Madinah bersama Abu Bakar

Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali


sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan
debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad
pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil
berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab
yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab.

43 | P a g e
Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh
Ali



Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang


riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai
tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah
berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir
Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi S.A.W
wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada
saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka
orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu
Bakar.

Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya


Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut.
Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan
ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah S.A.W
bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah
yang dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu
adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari
kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil
memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam
khutbahnya itu antara lain dia berkata: "Barang siapa

44 | P a g e
menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah
pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui
kepemimpinannya dan musuhilah orang yang
memusuhinya"

Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak


disetujui keluarga Nabi, Ahlul Bait, dan pengikutnya.
Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-
an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai
Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan
setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari
setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membai'at
Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan
setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah
perpecahan dalam ummat

Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk


menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang
masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa
kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di
tangan Bani Hasyim.



45 | P a g e
Pada tanggal 19 Ramadan 40 Hijriyah, atau 27 Januari
661 Masehi, saat sholat di Masjid Agung Kufah, Ali
diserang oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman
bin Muljam. Dia terluka oleh pedang yang diracuni oleh
Abdurrahman bin Muljam saat ia sedang bersujud ketika
sholat subuh.[6] Ali memerintahkan anak-anaknya untuk
tidak menyerang orang Khawarij tersebut, Ali malah
berkata bahwa jika dia selamat, Abdurrahman bin
Muljam akan diampuni sedangkan jika dia meninggal,
Abdurrahman bin Muljam hanya diberi satu pukulan
yang sama (terlepas apakah dia akan meninggal karena
pukulan itu atau tidak).[7] Ali meninggal dua hari
kemudian pada tanggal 29 Januari 661 (21 Ramadan 40
Hijriyah).[8][6] Hasan bin Ali memenuhi Qisas dan
memberikan hukuman yang sama kepada Abdurrahman
bin Muljam atas kematian Ali.



Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata, “Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi tugas Ali
bin Abi Thalib saat perang Tabuk (untuk menjaga para
wanita dan anak-anak di rumah). Ali pun berkata, ‘Wahai
Rasulullah, engkau hanya menugasiku untuk menjaga
anak-anak dan wanita di rumah ?’ Maka beliau
menjawab, ‘Tidakkah engkau rela mendapatkan

46 | P a g e
kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi
Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku ?”

(Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 4416 dan Muslim no.


2404).

47 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai