Anda di halaman 1dari 12

URAIAN MATERI

A. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin
Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu’ai bin
Ghalib bin Fihr bin Malik al-Qurasy al-Taimy. Abu Bakar as-Shiddiq dilahirkan di
Makkah pada tahun 573 M. Ibu Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama Salma binti Sakhar
bin Amir bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah. Ia digelari dengan Ummu al-
Khair. Sedangkan bapaknya adalah Utsman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) yang
masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan kota Makkah). Beliau
termasuk di antara orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau yang
dikenal dengan sebutan al-sabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu
Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 Masehi.
Dia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau
khalifah yang diberi petunjuk. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan,
dan 14 hari.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Nama yang
sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (hamba Ka’bah), yang kemudian diubah oleh Nabi
menjadi Abdullah (hamba Allah). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq (yang
berkata benar) setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan
Nabi Muhammad Saw. kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan
nama "Abu Bakar ash-Shiddiq". Abu Bakar menghabiskan masa kecilnya seperti anak
Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama
Ahli-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain
dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta inilah yang
memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Sejak zaman Jahiliyyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah. Pada suatu hari,
dia hendak menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah, dia berkata,
"Wahai Abul Qosim (panggilan nabi), ada apa denganmu sehingga engkau tidak

5
terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata
buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lain lagi?" Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku mengajak kamu kepada Allah."
Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung masuk Islam. Melihat
keislamannya itu, dia gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua
gunung di Makkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia. Kemudian Abu
Bakar menemui Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan
Sa'ad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam. Lalu, mereka pun masuk
Islam. Abu Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh
penting dalam Islam lainnya. Abu Bakar termasuk orang yang pertama masuk Islam
di kalangan laki-laki dewasa yang bukan budak, sedangkan wanita yang pertama kali
masuk Islam adalah Khadijah. Zaid bin Haritsah adalah budak pertama yang masuk
Islam. Ali bin Abi Thalib adalah anak kecil pertama yang masuk Islam. Pada Jumadil
Akhir tahun 13 Hijriyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Abu Bakar wafat pada usia
ke-63 tahun.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia
juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Makkah yang mayoritas
masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami
oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak
disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para
budak tersebut dengan membeli dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan adalah Bilal bin
Rabah. Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M),
Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat
dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah
menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu
Bakar Ash-Shiddiq ditunjuk untuk menjadi imam shalat untuk menggantikan

6
Rasulullah, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar Ash-
Shiddiq akan menggantikan posisinya. Bahkan setelah Rasulullah telah meninggal
dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Rasulullah yang paling
tabah menghadapi meninggalnya Rasulullah. Segera setelah kematiannya, dilakukan
musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Saqifah Bani
Saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu
Bakar Ash-Shiddiq sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada
tahun 632 M.

2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11-13H/ 632-634M Abu bakar Ash-
Shiddiq memimpin menggantikan Nabi Muhammad Saw setelah wafat. Beliau mulai
menyebarkan agama sebagaimana tugas Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya.
Selama menjadi Khalifah, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat singkat tersebut lebih
diprioritaskan untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan
yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada
pemerintahan di Madinah sepeninggal Nabi Saw. Mereka beranggapan bahwa
perjanjian yang mereka buat dengan Nabi Saw, dengan sendirinya telah habis dan
batal (berakhir sendirinya) setelah Nabi meninggal dunia. Karenanya, mereka
menentang Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka itulah yang dikenal dengan orang-orang
murtad karena mereka tetap keras kepala, tidak mau tunduk, bahkan penentangan
mereka dipandang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, maka Abu Bakar
Ash-Shiddiq menyelesaikan masalah tersebut dengan perang yang disebut dengan
perang riddah (perang melawan kemurtadan). Masalah pemegang pucuk
kekhalifahan menjadi pemicu munculnya fanatisme kesukuan. Tampilnya di antara
suku-suku bangsa Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi, merupakan salah satu
bentuk ketidakpuasan suku bangsa terhadap kehidupan sosial-politik yang selama
ini mereka pendam.
Pada masa pemerintahannya, Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki keberhasilan
dalam kepemimpinannya. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari sifat kepribadian

7
dan kaum murtad. Namun, dalam perang tersebut banyak dari penghafal Al-Qur’an
yang gugur sebagai syuhada.
c. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
Di zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq baru dilakukannya penghimpunan
Al-Qur’an ke dalam satu mushaf atau lebih tepatnya setelah peperangan Yamamah.
Sekitar tujuh puluh orang syuhada yang hafal Al-Qur’an terbunuh. Zaid Bin Tsabit
memulai melakukan himpunan Al-Qur’an yang kemudian dipegang oleh Khalifah
Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga akhir hayatnya. Ketika kekhalifahan dipegang Umar
bin Khattab, himpunan Al-Qur’an pun beralih ke tangan Umar bin Khattab. Ketika
Umar bin Khattab meninggal, dan kekhalifahan dijabat Utsman Bin Affan, untuk
sementara waktu himpunan Al-Qur’an tersebut dirawat oleh Hafsah binti Umar
karena dua alasan : pertama, Hafsah seorang hafizah dan kedua, dia juga salah
seorang istri nabi di samping sebagai anak seorang khalifah.
d. Mengirim Pasukan ke Irak dan Syam
Abu Bakar Ash-Shiddiq mengirim pasukan ke wilayah luar Arab dengan
tujuan untuk menyebarkan ajaran agama Islam serta menjaga keutuhan wilayah
kaum muslimin. Di bawah pimpinan Khalid bin Walid, beliau mengirim pasukan ke
Irak yang akhirnya pada tahun 637 M berhasil menguasai Hirah. Selain mengirim
pasukan ke Irak, beliau juga mengirim pasukan ke Syam. Pimpinan tersebut berada
di bawah pimpinan tiga jenderal yaitu, Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan
Syurahbil bin Hasanah.

B. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Umar bin Khattab


1. Biografi Singkat Umar bin Khattab
Umar bin Khattab lahir di Makkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari
Suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Abdul Uzza. Ayahnya
bernama Khattab bin Nufail dan ibunya bernama Hantamah binti Hasyim. Lalu
saudaranya yaitu, Zaid bin Khattab dan Fatimah binti Al-Khattab. Istrinya bernama,
Ummi Kultsum binti Ali dan Atikah binti Zaid. Memiliki anak yaitu, Abdullah,
Hafsah, Asim, Zaid, Ubaydullah, Az-Zubair bin Bakkar, Fatima, Zainab,

16
Abdurrahman, Iyad, Ruqayyah, Abdul Rahman. Keluarga Umar tergolong keluarga
kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan
sesuatu yang sangat jarang terjadi. Umar bin Khattab dikenal memiliki fisik yang
kuat, bahkan ia menjadi juara gulat di Makkah. Umar bin Khattab tumbuh menjadi
pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Beliau memiliki watak yang keras
hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau termasuk pemuda yang amat
keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah
berhala serta menjaga adat istiadat mereka. Sebelum memeluk Islam beliau dikenal
sebagai peminum berat, namun setelah menjadi Muslim beliau tidak lagi menyentuh
alkohol (khamr) sama sekali, meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum
khamr secara tegas.
Pada masa itu, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di
Makkah, Umar bin Khattab bereaksi sangat antipati terhadap Rasulullah. Umar bin
Khattab juga termasuk orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan
kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad Saw. Pada puncak
kebenciannya terhadap Nabi Muhammad Saw, Umar bin Khattab memutuskan untuk
membunuh Rasulullah. Namun dalam perjalanannya, Umar bin Khattab bertemu
dengan salah seorang pengikut Rasulullah yang bernama Nu’aim bin Abdullah dan
memberikan kabar bahwa saudara perempuan Umar bin Khattab telah memeluk
Islam. Karena kabar tersebut, Umar bin Khattab menjadi terkejut dan kembali ke
rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya. Dalam riwayatnya, Umar
bin Khattab menjumpai saudarinya yang kebetulan sedang membaca Al-Qur’an surat
Thoha ayat 1-8, Umar bin Khattab semakin marah dan memukul saudarinya.
Namun, Umar bin Khattab merasa iba ketika melihat saudaranya berdarah
akibat pukulannya, beliau kemudian meminta agar ia melihat bacaan tersebut. Beliau
menjadi sangat terguncang oleh isi Al-Qur’an, dan beberapa waktu setelah kejadian
itu Umar bin Khattab menyatakan memeluk agama Islam. Keputusan tersebut
membuat hampir seisi Makkah terkejut karena seorang yang terkenal memiliki watak
yang keras dan paling banyak menyiksa pengikut Nabi Muhammad Saw kemudian

17
memeluk ajaran yang sangat dibencinya. Akibatnya, Umar bin Khattab dikucilkan
dari pergaulan Makkah dan ia tidak lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy.
Pada tahun 622, Umar bin Khattab ikut bersama Nabi Muhammad Saw serta
para pengikutnya berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Umar bin Khattab juga terlibat
dalam Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khaibar serta penyerangan ke Syria. Umar
bin Khattab dianggap sebagai orang yang disegani oleh kaum muslimin pada masa
itu selain karena reputasinya pada masa lalu yang sudah terkenal sejak masa
memeluk Islam. Umar bin Khattab juga dikenal sebagai orang terdepan yang selalu
membela Nabi Muhammad Saw dan ajaran Islam pada kesempatan yang ada. Bahkan
beliau tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama-sama ikut
menyiksa para pengikut Nabi Muhammad Saw.
Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi seorang khalifah, Umar bin
Khattab menjadi salah satu penasehatnya, setelah Abu Bakar bin Khattab meninggal,
Umar bin Khattab ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai
khalifah kedua dalam sejarah Islam. Selama di bawah pemerintahan Umar bin
Khattab, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia
dan Persia dari tangan Dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua
negara adi daya yaitu Persia dan Romawi, namun keduanya telah ditaklukkan oleh
kekhalifahan Islam di bawah pimpinan Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun 6 bulan 4 hari. Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu
Lu’lu’ah. Saat terluka parah, dari pembaringannya ia mengangkat syura (komisi
pemilih) yang akan memilih penerus pemerintahannya. Untuk menentukan
penggantinya, Umar bin Khattab tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Tapi ia justru menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada
mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang
tersebut adalah Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa`ad bin Abi Waqqash, dan
Abdurrahman bin `Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan menunjuk
Utsman bin Affan sebagai khalifah.

18
khalifah. Untuk memperlancar hubungan antar daerah, wilayah negara dibagi
menjadi 8 provinsi meliputi : Syiria, Hijaz, Iran, Irak, Mesir, Palestina, Mesopotamia,
Syiria Utara. Masa inilah mulai diatur pembayaran gaji dan pajak tanah. Pada masa
Umar bin Khattab, lembaga yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga
pengadilan, bahkan hingga di daerah-daerah. Untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, dibentuk jabatan kepolisian dan juga jabatan pekerjaan umum. Selain itu,
Umar bin Khattab mencetuskan kalender Hijriah, yang ditetapkan mulai pada saat
Nabi Muhammad Saw Hijrah dari Makkah ke Madinah. Alasannya karena hijrah
merupakan titik balik kemenangan Islam. Hijrah juga menandai dua periode dakwah
Islam, yakni periode Makkah dan Madinah.
Khalifah meletakkan prinsip-prinsip dasar demokratis dalam
pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna,
dan menjamin kesamaan hak. Selain mahir dalam menciptakan pemerintahan baru,
ia juga memperbaiki dan mengkaji ulang kebijakannya yang lalu untuk kemaslahatan
umat. Misalnya mengenai tanah yang diperoleh dari hasil peperangan, Umar
membiarkan tanah digarap oleh pemiliknya sendiri, sebagai gantinya, terhadap tanah
itu dikenakan pajak (al-kharaj).

C. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Utsman bin Affan


1. Biografi Singkat Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang termasuk
dari Assabiqunal Awwalun (orang yang pertama masuk Islam). Beliau masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau berasal dari suku Quraisy. Nama lengkapnya
adalah Usman bin Affan bin Abu Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdu Shams bin Abdul
Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdu
Manaf bin Qushay. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin
Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay. Utsman bin Affan merupakan cucu bibi dari
Rasulullah. Karena nenek Utsman bin Affan dari jalur ibunya, yaitu Ummu Hukaim
Al-Baidha’ binti Abdul Muthalib adalah saudara perempuan sekandung dari
Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah.

24
Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi Muhammad Saw yang termasuk
Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Beliau dijuluki dzun nurain, yang berarti memiliki dua
cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi putri kedua dan ketiga
dari Rasulullah yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Beliau juga dikenal sebagai
pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal namun sangat dermawan. Banyak
bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah
musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah
yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya
Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara
masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua,
serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan
Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul
mapan dan terstruktur.
Utsman bin Affan adalah khalifah pertama yang melakukan perluasan masjid
al-Haram (Mekah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan haji. ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat
bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya
dilakukan di masjid, membangun pertanian, menaklukkan Syiria, Afrika Utara,
Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang
kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk
mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf. Selama masa jabatannya, Utsman
banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan
menggantikannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak
membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah.

25
b. Masjid Madinah (Nabawi). Masjid ini didirikan oleh Rasulullah pada saat
pertama kali ke Madinah. Pada masa Umar bin Khattab masjid ini
diperluas, dan pada masa Utsman bin Affan diperluas lagi dan diperindah.
Dindingnya diganti dengan batu, dan dihiasi dengan ukiran-ukiran. Tiang-
tiangnya dibuat dari beton bertulang dan ditatah dengan ukiran, plafonnya
dari kayu pilihan, unsur estetis mulai diperhatikan.
c. Masjid al-`Atiq. Masjid inilah yang pertama kali didirikan di Mesir pada
masa Umar bin Khattab. Terletak di utara Babylon, tidak bermihrab,
mempunyai tiga pintu, dilengkapi dengan tempat berteduh para musafir.
d. Dibangun sebuah bendungan yang besar untuk melindungi Madinah dari
bahaya banjir, mengatur persediaan air untuk kota, membangun jalan,
jembatan, rumah tamu di berbagai wilayah dan memperluas masjid
Nabawi.

D. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib


1. Biografi Singkat Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.
Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599
Masehi atau 600. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia
Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat
menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan
32 tahun. Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah
seorang paman dari Muhammad Saw. Assad yang berarti singa adalah harapan
keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh
pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekah. Setelah mengetahui
anaknya yang baru lahir diberi nama Assad, Ayahnya memanggil dengan Ali yang
berarti tinggi (derajat di sisi Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad
merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan
Hasyim dari sisi bapak dan ibu. Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan

35
bagi Nabi Muhammad Saw karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan
fakirnya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi Muhammad Saw
bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal
ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh nabi sejak
kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad
Saw. Ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti
Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut
atau orang ke-2 yang percaya setelah Khadijah istri nabi sendiri. Pada saat itu Ali
berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari nabi
Muhammad Saw karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan nabi
hal ini berkelanjutan hingga dia menjadi menantu nabi. Hal inilah yang menjadi bukti
bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani
(spirituality dalam Bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah Ihsan)
atau yang kemudian dikenal dengan istilah tasawuf yang diajarkan nabi khusus
kepada dia tetapi tidak kepada murid-murid atau sahabat-sahabat yang lainnya.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur
ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima nabi harus disampaikan dan
diajarkan kepada umatnya, sementara masalah rohani hanya bisa diberikan kepada
orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing. Didikan langsung dari nabi
kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (syariah) dan bathin
(tasawuf) menjadikan Ali sebagai seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan
bijak.
Pada malam hari menjelang hijrah Nabi ke Madinah, Ali bersedia tidur di
kamar Rasulullah untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan
hijrah Rasululah. Dia tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk
waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu
malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu
Bakar.

36
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali menikah dengan Fatimah az-
Zahra putri Nabi Muhammad. Ali tidak menikah dengan wanita lain ketika Fatimah
masih hidup. Tertulis dalam Tarikh Ibnu Atsir, setelah itu Ali menikah dengan Ummu
Banin binti Haram, Laila binti Mas'ud, Asma binti Umais, Sahba binti Rabia, Umamah
binti Abil Ash, Khaulah binti Ja'far, Ummu Said binti Urwah, dan Mahabba binti Imru
Al Qais.
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah 'Utsman bin Affan mengakibatkan
kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke
Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang menguasai Madinah tidak mempunyai
pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha
menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah memaksa dia,
sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Ali satu-satunya Khalifah yang
dibaiat secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-
beda.
Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat
Islam: (a) Tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah; (b) Taat
dan bertaqwa kepada Allah serta mengabdi kepada negara dan sesama manusia; (c)
Saling memelihara kehormatan di antara sesama Muslim dan umat lain; (d)
Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum; dan (e) Taat dan patuh
kepada pemerintah.
Tidak lama setelah dia di bai’at, Ali menghadapi pemberontakan Thalhah,
Zubair dan Aisyah. Yang dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta). Dengan
demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling kritis karena
pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari pembunuhan Utsman bin Affan.
Namun Ali menyatakan ia berhasil memecat sebagian besar gubernur yang korupsi
dan mengembalikan kebijaksanaan Umar pada setiap kesempatan yang
memungkinkan. Ia membenahi dan menyusun arsip negara untuk mengamankan
dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta
mengkoordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka.

37
URAIAN MATERI

A. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Umayyah di Damaskus


1. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Damaskus
Dinasti Bani Umayah berdiri selama lebih kurang 90 tahun (40-132 H atau 661-
750 M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Muawiyah bin Abi
Sufyan (661-680 M) adalah pendiri Dinasti Bani Umayah dan penguasa imperium
yang sangat luas. Selama 20 tahun masa pemerintahannya, ia terlibat dalam sejumlah
peperangan dengan penguasa Romawi baik dalam pertempuran darat maupun laut.
Wilayah kekuasaan dinasti ini meliputi daerah Timur Tengah, Afrika Utara dan
Spanyol. Muawiyah meninggal dunia pada Kamis pertengahan Rajab 60 H dalam usia
78 tahun. Secara berturut-turut, para Khalifah Daulah Umayyah di Damaskus adalah
sebagai berikut.
a. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-61 H/661-680 M)
b. Yazid bin Muawiyah (61-64 H/680-683 M)
c. Muawiyah II bin Yazid (64-65 H/683-684 M)
d. Marwan bin al-Hakam (65-66 H/684-685 M)
e. Abd al-Malik ibn Marwan (66-86 H/685-705 M)
f. Al-Walid bin Abd al-Malik (86-97 H/705-715 M)
g. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99 H/715-717 M)
h. Umar bin Abdul Aziz (99-102 H/717-720 M)
i. Yazid II bin Abd al-Malik (102-106 H/720-724 M)
j. Hisyam bin Abd al-Malik (106-126H/724-743 M)
k. Al-Walid II bin Yazid (126-127 H/743-744 M)
l. Yazid III bin al-Walid (127 H/744 M)
m. Ibrahim bin al-Walid (127 H/744 M)
n. Marwan II bin Muhammad (127-133 H/744-750 M)

50

Anda mungkin juga menyukai