Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan.
Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau.
Perkembangan islam pada masa Rasulullah dan sahabat adalah masa keemasan, hal itu bisa terlihat
bagaimana kemurniaan islam dengan adanya Rasulullah saw.
Pada saat Rasulullah wafat terjadi perdebatan diantara kaum yang satu dengan yang lain. Pada
saat itu para umat islam kebingungan untuk mencari pemimpin pengganti Rasulullah. Karena sampai
akhir hayat Rasulullah, beliau tidak pernah mengumumkan atau memberitahukan siapa yang akan
menggantikan beliau.
Setelah wafatnya Rasulullah tersebut maka zaman berganti kepada zaman para sahabat, atau
lebih dikenal dengan khalifaur rasyidin.Khalifah yang pertama kali menjabat adalah Abu Bakar, atau
lebih dikenal dengan Abu Bakar As-Shiddiq.

Abu Bakar juga termasuk dalam Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang pertama kali
masuk islam. Setelah sepeninggalan Rasulullah saw kekhalifahan umat islam dialihkan oleh Abu
Bakar As-Shidiq. Abu Bakar dipilih karena dianggap sebagai orang yang sering bersama Rasulullah
saw dan dialah orang yang pertama kali membenarkan peristiwa isra mi’raj yang dialami oleh
Rasulullah. Karena peristiwa tersebut Abu Bakar mendapat gelar As-Shidiq.

Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam mendapat
pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa pemerintahan beliau terdapat
beberapa peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan zakat dan
sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani beliau dengan baik. Bahkan
kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan
rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq ?
B. Berapa lama kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq ?
C. Bagaimanakah cara kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq ?
D. Apa saja tugas Abu Bakar Ash-Shiddiq selama menjadi khalifah ?
E. Bagaimanakah proses terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq ?
F. Bagaimanakah gaya kepeminpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq ?
G. Bagaimanakah kemajuan kebudayaan pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq ?

1
C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq


2. Untuk mengetahui lama kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
3. Untuk mengetahui cara kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
4. Untuk mengetahui tugas Abu Bakar Ash-Shiddiq selama menjadi khalifah
5. Untuk mengetahui proses terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq
6. Untuk mengetahui gaya kepeminpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
7. Untuk mengetahui kemajuan kebudayaan pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib al-Quraisyi at-Taimi, yang lebih dikenal dengan
Abu Bakar ash-Shiddiq bin Abu Quhafah. Dijuluki ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan) ini
setiap kali Rasulullah SAW mengabarkan sesuatu, Abu Bakar selalu menjadi orang yang paling
pertama membenarkan dan mengimaninya. Karena beliau begitu yakin bahwa Rasulullah SAW tidak
berbicara berdasarkan nafsu. Abu Bakar dilahirkan dua tahun enam bulan setelah peristiwa
penyerangan Ka’bah oleh tentara gajah. Beliau berkulit putih, berperawakan kurus, tipis kedua
pelipisnya, kecil pinggangnya sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya, wajahnya tirus,
matanya cekung, berkening lebar, dan selalu mewarnai jenggotnya jenggotnya dengan inai maupun
katam (sejenis tumbuhan yang digunakan untuk menghitamkan rambut). Beliau tumbuh di bawah
naungan ayahnya Abu Quhafah yang masuk islam pada peristiwa Fathu Makkah, dan ibunya Ummul
Khair, Salma binti Sakhr bin Amir (sepupu Abu Quhafah) yang masuk islam dan menjadi salah satu
shahabat Rasulullah SAW bersama sang putra.

Masa muda Abu Bakar tidak ternodai oleh keburukan dan perilaku negatif kaum jahiliyyah,
kerena beliau memegang teguh sifat-sifat luhur bangsa Arab. Abu Bakar dikenal sebagai pribadi yang
berakhlak mulia, sosok yang menyenangkan, mudah membantu sesama, jujur dalam setiap
perkataannya, baik pergaulannya, bahkan mengharamkan atas dirinya khamar sejak masa jahiliyyah.

Pada masa kecilnya Abu Bakar bernama Abdul Ka'bah. Nama ini diberikan kepadanya sebagai
realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu ditukar oleh Nabi Muhammad
SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW karena
ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-Siddiq yang berarti 'amat membenarkan'
adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat segera memberikrar Rasulullah SAW dalam
berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa "Isra Mikraj".

Ayahnya bernama Usman (juga disebut Abi Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Saad bin Taim bin
Murra bin Kaab bin Luayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Ibunya bernama Ummu Khair
Salma binti Sakhr. Garis keturunan ayah dan ibunya bertemu pada neneknya bernama Kaab bin Sa'd
bin Taim bin Muarra. Kedua orang tuanya berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan banyak
tokoh terhormat.

3
Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang baik dan sabar, jujur, dan lemah lembut, dia
merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati. Sifat-sifat yang mulia itu membuat ia disenangi oleh
masyarakat. la menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW semenjak keduanya masih remaja. Setelah
dewasa ia mencari nafkah dengan jalan berdagang dan ia dikenal sebagai pedagang yang jujur, berhati
suci dan sangat dermawan, dan ia dikenal sebagai pedagang yang sukses.

Selain itu, Abu Bakar adalah seorang pemikir Makkah yang memandang penyembahan berhala
itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka, ia adalah orang yang menerima dakwah tanpa ragu dan ia
adalah orang pertama yang memperkuat agama Islam serta menyiarkannya. Di samping itu ia suka
melindungi golongan lemah dengan hartanya sendiri dan kelembutan hatinya. Di samping itu, Abu
Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai silsilah keturunan). la menguasai
dengan baik berbagai nasab kabilah dan suku-suku arab.

Dalam usia muda itu ia menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza. Dan perkawinannya ini
lahir dua orang anak bernama Abdur Rahman dan Aisyah. Kemudian setelah di Madinah ia menikah
dengan Habibah binti Kharijah, setelah itu menikah dengan Asma' binti Umais yang melahirkan
Muhammad.

B. Lama Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa
sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan
oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Abu Bakar
menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan)
dan pahlawan yang banyak berjasa dalam perang tersebut adalah Khalid bin Walid.

Abu Bakar wafat pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada
usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping
makam Nabi Muhammad SAW.

C. Cara Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Pemerintahan Abu Bakar adalah pemerintahan pertama yang mengobarkan peperangan dan
mempersenjatai bala tentara untuk membela hak-hak kaum kafir yang lemah. Dalam hal ini Abu
Bakar sangat di kenal dengan sebuah ungkapannya sekaligus yang menjadi komitmennya : “Demi
Allah jika mereka tidak mau membayar zakat dari harta yang mampu mereka bayar , padahal (dahulu)
mereka membayarkannya kepada Rasulullah SAW. Maka niscaya aku akan memerangi mereka.”

Abu Bakar yang memulai penakhlukan dan perluasan Islam pada masanya, Islam mampu
menakhlukan Persia dan Romawi, bahkan beliau meninggal pada saat perang yarmuk melawan

4
imperium Romawi. Dalam setiap peperangan yang diperintahkan beliau adalah selalu menanamkan
nilai-nilai etika yang berdasar al Qur’an dan as sunnah. Beliau mewasiatkan pada kaum Muslimin :
“Janganlah sekali-kali membunuh pendeta biarlah mereka melaksanakan peribadatan sesuai
keyakinan mereka.

Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah
saw, bersifat sentral : kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti
juga Nabi Muhammad saw, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke
luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al Hirah pada tahun 634 M. Ke
Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibnu ‘Ash, Yazid
ibnu Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18
tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibnu Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan
melalui gurun pasir yang jarang dijalani, dia sampai ke Syria.

Abu Bakar ash Sidiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis al Quran. Dikatakan
bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak
penghafal al Qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar ash Sidiq lantas meminta Umar
bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari al Qur’an. Setelah lengkap koleksi ini, yang
dikumpulkan dari para penghafal al Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti
tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, lalu
disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad saw.
Kemudian pada masa pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al
Qur’an hingga yang dikenal hingga saat ini.

D. Tugas Abu Bakar Ash-Shiddiq selama menjadi khalifah

Di masa awal pemerintahan Abu Bakar, diwarnai dengan berbagai kekacauan dan
pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang mengaku diri
sebagai nabi (nabi palsu), pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-orang
yang ingkar membayar zakat.

Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh keyakinan mereka terhadap ajaran Islam
belum begitu mantap, dan wafatnya Rasulullah SAW menggoyahkan keimanan mereka. Mereka
beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dan
mereka merasa tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agama sebelumnya.
Tentang orang-orang yang mengaku diri nabi sebenarnya telah ada sejak masa Rasulullah SAW,

5
tetapi kewibawaan Rasulullah SAW menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya.
Diantara nabi palsu seperti Musailamah Al Kadzab dari Bani Hanifah, Tulaihah bin Khuwailid dari
Bani As'ad Saj'ah Tamimiyah dari Bani Yarbu, dan Aswad Al Ansi dari Yaman.

Pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian perdamaian yang
dibuat bersama Nabi SAW bersifat pribadi dan berakhir dengan wafatnya Nabi SAW, sehingga
mereka tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada penguasa Islam yang baru. Orang-orang yang enggan
membayar zakat hanyalah karena kelemahan iman mereka. Terhadap semua golongan yang
membangkang dan memberontak itu Abu bakar mengambil tindakan tegas. Ketegasan ini didukung
oleh mayoritas umat.

Untuk menumpas seluruh pemberontakan, ia membentuk sebelas pasukan masing-masing


dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin
Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dan pemberontakan
yang terjadi dalam negeri dapat ditumpas dengan sukses.

Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan, ia tetap
berkeras melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirim pasukan ke Daerah Suriah di bawah
pimpinan Usamah bin Zaid. Pada mulanya keinginan Abu Bakar ditentang oleh para sahabat dengan
alasan suasana dalam negeri sangat memprihatinkan akibat berbagai kerusuhan yang timbul. Akan
tetapi setelah ia meyakinkan mereka bahwa itu adalah rencana Rasulullah SAW, akhirnya pengiriman
pasukan itu pun disetujui.

Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu ternyata sangat strategis dan membawa dampak
yang positif. Pengiriman pasukan pada saat negara dalam keadaan kacau menimbulkan interpretasi di
pihak lawan bahwa kekuasaan Islam cukup tangguh sehingga para pemberontak menjadi gentar.

Di samping itu, bahwa langkah yang ditempuh Abu Bakar tersebut juga merupakan taktik untuk
mengalihkan perhatian umat Islam dalam perselisihan yang bersifat intern. Pasukan Usamah berhasil
menunaikan tugasnya dengan gemilang dan kembali dengan membawa harta rampasan perang yang
berlimpah.

E. Proses terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Berita wafatnya Nabi Muhammad SAW, bagi para sahabat dan kaumslimin adalah seperti petir
di siang bolong karena sangat cinta mereka kepada Rasulullah. Apalagi bagi para sahabat yang biasa
hidup bersama di bawah asuhannya. Sehingga ketika kabar wafatnya Rasulullah beredar ada orang
tidak percaya akan kabar tersebut. Di antaranya adalah sahabat Umar bin Khattab yang dengan tegas
membantah setiap orang yang membawa kabar wafatnya beliau. Di saat keadaan gempar yang luar
biasa ini datanglah sahabat Abu Bakar untuk menenangkan kegaduhan itu, ia berkata di hadapan

6
orang banyak; "Wahai manusia, siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat,
dan barang siapa menyembah Allah, Allah hidup tidak akan mati selamanya".

Sejarah mencatat, bahwa masalah yang paling krusial setelah nabi wafat adalah masalah politik,
yaitu penentuan siapa yang berhak menggantikan nabi sebagai kepala Negara (khalifah). Begitu
penting masalah ini, sehingga penguburan Nabi tertunda. Tentang penggantian Nabi sebagai R asul
sudah di atur oleh wahyu dan memang Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, sedangkan
penggantian sebagai kepala Negara tidak diatur oleh wahyu dan Nabi pun tidak ada berwasiat.

Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang wafatnya Rasulullah SAW, maka
Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanya perselisihan faham antara kaum Muhajirin dan Anshar
tentang siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin. Pihak Muhajirin
menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki pihak yang memimpin. Situasi
yang memanas inipun dapat diatasi oleh Abu Bakar, dengan cara Abu Bakar menyodorkan dua orang
calon khalifah untuk memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun
keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat memilih Abu Bakar.

Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:

a. Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah
berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang
berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).
b. Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena beberapa
keutamaan yang dimilikinya, antara ia adalah laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam,
ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah
dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk
mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan
berakhlak mulia.
c. Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama maupun
kekeluargaan. Beliau seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk kepentingan
Islam.

Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di Saqifa Bani Saidah yang
dikenal dengan Bai 'at Khassah dan kedua di Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal
dengan Bai’at A 'mmah.

Seusai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai khalifah yang baru terpilih
berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah
SWT dan menyatakan ketidak berambisiannya untuk menduduki jabatan khalifah tersebut. Abu Bakar

7
selanjutnya mengucapkan "Saya telah terpilih menjadi pemimpin kamu sekalian meskipun saya bukan
orang yang terbaik di antara kalian. Karena itu, bantulah saya seandainya saya berada di jalan yang
benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran adalah kepercayaan dan
kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat dalam pandangan
saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki dan orang yang kuat di antara
kalian adalah lemah dalam pandangan saya hingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya
selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,
janganlah ikuti saya".

F. Gaya Kepeminpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala Negara dan pimpinian umat Islam, Abu Bakar
senantiasa meneladani perilaku Rasulullah SAW. Prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan,
seperti yang dijalankan oleh Nabi SAW, selalu praktekannya. Ia sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap sesama sahabat,
perhatiannya juga sangat besar. Sahabat yang telah menduduki suatu jabatan pada masa Nabi SAW
tetap dibiarkan tetap pada jabatannya, sedangkan sahabat yang lain yang belum mendapatkan jabatan
dalam pemerintahan dengan keterampilan yang ia miliki.

Untuk meningkatkan kesejahteraan umum, Abu Bakar membentuk lembaga Bait al-Mal,
semacam kas Negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kapada Abu Ubaidah,
sahabat nabi yang digelari amin al-ummah (kepercayaan umat). Selain itu didirikan pula lembaga
pengadilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin Khatab. Kebjiksanaan lain yang ditempuh
Abu Bakar adalah membagai sama rata hasil rampasan peran (ganimah). Dalam hal ini, ia berbeda
pendapat dengan Umar bin Khatab yang menginkan pembagian dilakukan jasa tiap-tiap sahabat.
Alasan yang dikemukakan Abu Bakar adalah semua perjuangan yang dilakukan atas nama Islam akan
mendapat pahala dari Allah SWT di akhirat. Karena itu, biarkanlah didunia mereka mendapat bagian
yang sama.

G. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar


1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram
tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim
ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu
Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk
membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak
menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu.
Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan
Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.

8
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk
empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas
menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu
adalah sebagai berikut :
1. Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia.
2. Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada
di bawah kekuasaan Romawi Timur.
3. Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
4. Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah
Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas
pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.
2. Peradaban Islam
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar
Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari
pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan sebagai
usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-
Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kainya penghimpunan
ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi
pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah
yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang
dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk
kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhaq
menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan
atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor
Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah
kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah Bani
Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak merujuk seorang
untuk menggantikannya.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :

9
1. Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu
mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum
muslimin.
2. Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan
memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta
disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
3. Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam
suatu baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu Bakar yang saat
itu berada dalam pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil menarik
hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar dan menengakan
keadaan. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan hadits tentang siapa yang berhak
dalam urusan kekhalifahan ini.

Kita semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun dalam dakwah,
Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah disampaikan dengan cara yang
benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan yang justru merugikan. Begitulah kebenaran
yang disampaikan dengan jalan yang tidak benar akan sulit untuk membuahkan kebaikan.

Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang sempurna,
mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat menakjubkan. Kita sudah melihat
betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-prinsip yang berpedoman pada Al-Qur'an
sehingga ia dapat memastikan untuk menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran untuk
kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.

Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong kaum Muslimin
memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti halnya orang-orang murtad, orang-
orang yang enggan membayar zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh
karena itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari kehancuran.

B. Saran

Pembahasan telah usai maka, kami sebagi penyusun serta penulis makalah ini berpesan atau
saran bagi semuanya supaya:

 Setelah mengetahui ini hidup makin baik dan mempunyai teladan dalam mengarungi
kehidupan.
 Bisa memahami dan mengajarkan kepada sesama agar lebih bermanfaat
 Dan juga bisa menda’wah kanya untuk memperbesar tubuh islam di dunia ini dan semakin
banyak yang tercurahkan dengan islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syaikh, Abdus Sattar. 2013. 10 Shahabat yang Dijamin Masuk Surga. Jakarta: Darus Sunnah
Press.

http://uinkediri.blogspot.co.id/2015/05/contoh-makalah-biografi-khalifah-abu_30.html

http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id/2014/05/islam-periode-khalifah-abu-bakar.html

Husayn Ahmad Amin, seratus tokoh dalam sejarah islam, Bandung: MAKTABAH MADBOULI,
1997.

Jamil Ahmad,Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: PUSTAKA FIRDAUS, 2013.

Rohim, Abu Bakar As-Shiddiq, dalam rohimzoom.blogspot.com januari 2014 diakses 10 oktober 2014

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta:PUSTAKA
AL-KAUTSAR, 2007.

Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan sejarahnya, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005.

12
13

Anda mungkin juga menyukai