Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA


KHULAFAUR RASYIDIN
B. Kegiatan Belajar : 1 (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

Konsep
(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB

A. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H)
termasuk di antara orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau yang dikenal
dengan sebutan alsabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar
menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 Masehi. Dia adalah
satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
diberi petunjuk. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan, dan 14 hari sebelum
meninggal terkena penyakit. Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad.
Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya hamba Ka’bah), yang kemudian
diubah oleh Nabi menjadi Abdullah (artinya hamba Allah). Nabi memberinya gelar yaitu
Ash-Shiddiq (artinya yang berkata benar) setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra
Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan
nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
Abu Bakar lahir di kota Mekah tahun 572, dari keluarga kaya dalam Bani Taim. Ayah
Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) dan ibunya bernama
Salma binti Sakhar (panggilan Ummul-Khair). Abu Bakar menghabiskan masa kecilnya
seperti anak Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan
nama Ahli-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain
dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta inilah yang memberinya
nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Dalam bukunya Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir berpendapat bahwa wanita yang
pertama kali masuk Islam adalah Khadijah. Zaid bin Haritsah adalah budak pertama yang
masuk Islam. Ali bin Abi Thalib adalah anak kecil pertama yang masuk Islam, dan laki-
laki dewasa yang bukan budak yang pertama kali masuk Islam yaitu Abu Bakar. Abu
Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam
lainnya.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekah yang mayoritas masih
memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka
yang berasal dari golongan budak dan salah satunya adalah Bilal bin Rabbah. Dan Abu
Bakarlah orang yang membebaskan dan memerdekakannya.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi
Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi
Muhammad beberapa saat setelah Hijrah. Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang
wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya,
banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan
posisinya. Bahkan setelah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar AshShiddiq
dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW
ini. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum
Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah Bani Saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya
menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah
Islam pada tahun 632 M.
2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Salah satu gaya kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq yang bersifat sentralistik adalah
ketika mengirim Usamah bin Zaid yang masih muda sebagai panglima perang menghadapi
Romawi di Syam, walaupun saat itu di negeri sendiri timbul pemberontakan kaum murtad
dan munafik. Tindakan demikian secara politis dapat dipahami bahwa ingin menunjukkan
kepada musuh bahwa kekuatan Islam cukup tangguh, membuat pemberontak cukup gentar,
dan dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern ketika
terjadi peristiwa di Saqifah Bani Saidah.
3. Metode Dakwah pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
1. Metode Dakwah Bil-Lisan (Pidato Abu Bakar ash-Shiddiq dalam Menggunakan
Metode Dakwah)
2. Metode Dakwah Bit-Tadwin (Pengumpulan Al-Qur’an). Hal ini disebabkan
karena banyaknya para sahabat penghafal al-Qur’an yang wafat ketika perang
Yamamah menumpas gerakan Musailamah al-Kadzab (Nabi Palsu)
3. Metode Dakwah Bil-Yad (dengan Tangan)
Yaitu ketika memerangi orang yang ingkar membayar Zakat
4. Metode Dakwah Bil-Hal (Kelembagaan)
Yaitu dengan membentuk Baitul Mal, Lembaga Peradilan, lembaga Pertahanan dan
Keamanan.
5. Metode Uswatun-Hasanah (Keteladanan) yaitu Memberi teladan yang baik
kepada umat Islam.
4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada masa Abu Bakar As-Shidiq, ilmu tidak berkembang maju, karena disibukkan dengan
masalah-masalah seperti menumpas Nabi palsu, gerakan kaum murtad, gerakan kaum
munafiq, dan memerangi yang enggan berzakat. Pada masa Abu Bakar lembaga
pendidikan kuttab mencapai tingkat kemajuan yang berarti.
Materi-materi pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari: Al-Qur’an dan tafsirnya,
Hadis dan mengumpulkannya, dan Fiqih. Adapun materi pendidikan yang diajarkan pada
masa Khalifah Abu bakar untuk lembaga pendidikan kuttab adalah belajar membaca dan
menulis, membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, dan belajar pokok-pokok agama seperti,
seperti cara wudlu, sholat, puasa dan sebagainya.
5. Kontribusi Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Peradaban Islam
 Memberangkatkan Pasukan Usamah bin Zaid ke Kawasan Syam
 Mengembalikan Kaum Muslimin pada Ajaran Islam yang Benar dan Memberantas
Para Nabi Palsu
 Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
 Mengirim Pasukan ke Irak dan Syam

B. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Umar bin Khattab


1. Biografi Singkat Umar bin Khattab
Umar bin al-Khattab lahir di Mekah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku
Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin Abdul Uzza. Beliau memiliki
watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau termasuk pemuda
yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah
berhala serta menjaga adat istiadat mereka.
Pada puncak kebenciannya terhadap Nabi Muhammad SAW, Umar memutuskan untuk
mencoba membunuh Nabi. Namun dalam perjalanannya, Umar bertemu dengan salah
seorang pengikut Nabi yang bernama Nu’aim bin Abdullah dan memberikan kabar bahwa
saudara perempuan Umar telah memeluk Islam. Karena kabar tersebut, Umar menjadi
terkejut dan kembali ke rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya. Dalam
riwayatnya, Umar menjumpai saudarinya yang kebetulan sedang membaca Al-Qur’an
surat Thoha ayat 1-8, Umar semakin marah dan memukul saudarinya. Namun, Umar
merasa iba ketika melihat saudarinya berdarah akibat pukulannya, beliau kemudian
meminta agar ia melihat bacaan tersebut. Beliau menjadi sangat terguncang oleh isi
AlQur’an, dan beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk agama
Islam.
2. Kepemimpinan Umar bin Khattab
Umar bin Khattab melakukan beberapa hal yang menjadi ciri kepemimpinan beliau, di
antaranya adalah:
 Musyawarah
Dalam bermusyawarah Umar bin Khattab tidak pernah memposisikan
dirinya sebagai penguasa ia meletakkan dirinya sebagai manusia yang sama
kedudukannya dengan anggota musyawarah lain ketika ia meminta
pendapat ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah pemegang
kekuasaan khalifah yang diberi gelar dengan Amirul Mukminin, selalu
menanamkan perasaan bahwa mereka adalah guru yang akan
menunjukkannya ke jalan kebaikan, menyelamatkannya dari kesengsaraan
hisab di akhirat karena mereka membantunya dengan pendapat-pendapat
mereka untuk memperjelas kebaikannya.
 Kekayaan untuk Rakyat
Pada zaman kepemimpinan Umar bin Khattab, kekayaan negara seutuhnya
digunakan untuk melayani rakyat. Pada waktu itu sesuai dengan kebutuhan,
Umar membangun benteng dan tembok besar guna melindungi umat
muslim. Kota-kota juga dikembangkan untuk mensejahterakan rakyat.
 Menjunjung Tinggi Kebebasan
Umar bin Khattab pernah berkata pada dirinya sendiri untuk tidak
memperbudak manusia karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam
kondisi bebas merdeka. Menurut Umar bin Khattab setiap orang memiliki
kebebasan.
 Siap Mendengar dan Menerima Kritik
Seorang pemimpin juga harus siap mendengar dan menerima kritik. Hal ini
pun termasuk dalam salah satu gaya kepemimpinan Umar bin Khattab.
 Turun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat
Umar bin Khattab sangat populer sebagai seorang pemimpin yang tidak
sungkan untuk terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya. Di saat orang
lain tidur lelap, Umar bin Khattab melakukan patroli untuk memastikan
kondisi rakyatnya.
3. Metode Dakwah pada Masa Umar bin Khattab
1). Pengembangan Wilayah Islam
2). Mengeluarkan Undang-undang
3). Membagi Wilayah Pemerintahan
4. Perkembangan Pendidikan Masa Umar bin Khattab
Pada masa ini juga dicapai kemajuan-kemajuan seperti; membentuk Baitul Mal, dan
dewan angkatan perang, menetapkan tahun hijriyah, serta membangun masjid, seperti
Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Al-Aqsha, dan Masjid Amr Ibnu ‘Ash.
Menjadikan kota madinah sebagai pusat keilmuan Islam.
5. Kontribusi Umar bin Khattab dalam Peradaban Islam
Khalifah meletakkan prinsip-prinsip dasar demokratis dalam pemerintahannya dengan
membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna, dan menjamin kesamaan hak.
Selain mahir dalam menciptakan pemerintahan baru, ia juga memperbaiki dan mengkaji
ulang kebijakannya yang lalu untuk kemaslahatan umat. Misalnya mengenai tanah yang
diperoleh dari hasil peperangan, Umar membiarkan tanah digarap oleh pemiliknya sendiri,
sebagai gantinya, terhadap tanah itu dikenakan pajak (al-kharaj).

C. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Utsman bin Affan


1. Biografi Singkat Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang termasuk dari
Assabiqunal Awwalun (orang yang pertama masuk Islam). Beliau masuk Islam atas ajakan
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau berasal dari suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah
Usman bin Affan bin Abu Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdu Shams bin Abdul Manaf bin
Qushay bin Kilab.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah
untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan
yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Utsman bin Affan
adalah khalifah pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekah) dan masjid
Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan haji. ia
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk
mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid, membangun
pertanian, menaklukkan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes,
dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf.
2. Kepemimpinan Utsman bin Affan
1) Bidang Politik dalam Negeri
 Membentuk Lembaga Wazir/Muawwin yang bertugas membantu khalifah
dalam bidang pemerintahan (Muawwin Tanfidz) dan membantu khalifah
dalam bidang administrasi
 Pada Pemerintahan daerah/ gubernur. Beliau menetapkan kekuasaan para
gubernur sebelumnya yang sudah diangkat oleh Umar bin Khattab untuk
melanjutkan selama satu penuh.
2). Hukum
 Menjaga teks-teks pada masa Nabi Muhammad dalam bidang hukum, terikat
dengan apa yang ada di dalam teks, mengikuti dan menaati teks yang ada.
 Meletakkan sistem hukum baru untuk memperkuat pondasi negara Islam yang
semakin luas dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah beraneka ragam
 Hakim-hakim pada masa khalifah Utsman bin Affan antara lain: Zaid bin Tsabit
yang bertugas di Madinah, Abu Ad-Darda bertugas di Damaskus, Ka’ab bin Sur
bertugas di Bashrah, Syuraih di Kufah, Ya’la bin Umayyah di Yaman, Tsumamah
di Sana’a, dan Utsman bin Qais bin Abil Ash di Mesir
3) Baitul Mal (Keuangan) yang mengatur masalah keuangan negara
4). Militer
5). Majlis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan
pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah
6). Bidang Politik Luar Negeri
7). Bidang Ekonomi
8). Bidang Sosial
9). Bidang Agama seperti Mengerjakan Salat, Ibadah haji
3. Perkembangan Pendidikan pada Masa Utsman bin Affan
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tidak
berbeda jauh dengan masa sebelumnya. Pada masa ini pendidikannya melanjutkan apa
yang telah ada. Usaha kongkrit di bidang Pendidikan Islam belum dikembangkan oleh
Khalifah Utsman bin Affan. Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan yang sudah
berjalan. Namun begitu, satu usaha cemerlang telah terjadi dimasa ini, yang berpengaruh
luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu melanjutkan usulan Umar kepada Khalifah Abu
Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat AlQur’an.
4. Kontribusi Utsman bin Affan dalam Peradaban Islam
Pada tahun pertamanya, Utsman melanjutkan kebijakan-kebijakan Umar terutama dalam
perluasan wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah strategis yang telah dikuasai Islam
seperti Mesir dan Irak terus dilindungi. Di masa pemerintahan Utsman, wilayah Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, serta
Tabaristall berhasil direbut. Melanjutkan usulan Umar kepada Khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan
agar mushaf yang dikumpulkan di masa Abu Bakar, disalin oleh Zaid bin Tsabit bersama
Abdullah bin Zubair, Zaid bin ‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits. Penyalinan ini
dilatarbelakangi oleh perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Setelah selesai menyalin
mushaf itu, Utsman bin Affan memerintahkan para penulis Al-Qur’an untuk menyalin
kembali beberapa mushaf untuk dikirim ke Mekah, Kuffah, Bashrah, dan Syam. Khalifah
Utsman sendiri memegang satu mushaf yang disebut mushaf al-Imam. Mushaf Abu Bakar
dikembalikan lagi ke tempat penyimpanan semula, yaitu di rumah Hafsah. Khalifah
Utsman bin Affan meminta agar umat Islam berpegang teguh pada apa yang tertulis di
mushaf yang dikirimkan kepada mereka. Sedangkan mushaf-mushaf yang sudah ada di
tangan umat Islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan
bacaan Al-Qur’an serta menjaga keasliannya.

D. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib


1. Biografi Singkat Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Ali
dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi
atau 600. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap
Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda
25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Dia bernama
asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari Muhammad
Saw. Assad yang berarti singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai
penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy
Mekah. Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama Assad, Ayahnya
memanggil dengan Ali yang berarti tinggi (derajat di sisi Allah). Pada usia remaja setelah
wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari nabi Muhammad Saw karena sebagai anak
asuh, berkesempatan selalu dekat dengan nabi hal ini berkelanjutan hingga dia menjadi
menantu nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada
pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam Bahasa Inggris atau kaum
Salaf lebih suka menyebut istilah Ihsan) atau yang kemudian dikenal dengan istilah
tasawuf yang diajarkan nabi khusus kepada dia tetapi tidak kepada murid-murid atau
sahabat-sahabat yang lainnya.
2. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Ali mengambil sebuah kebijakan-kebijakan, diantaranya :
 Memecat Para Gubernur yang Kurang Cakap
 Menarik Kembali Tanah Milik Negara
Adapun tipe-tipe kepemimpinan Ali bin Abi Thalib :
 Tipe Demokratis
 Tipe Karismatik
 Tipe Milliteristik
3. Metode Dakwah pada Masa Ali bin Abi Thalib
Metode dakwah yang dilakukan oleh setiap orang bisa berbeda-beda, begitu juga Ali bin
Abi Thalib. Saat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah beliau berjalan hilir mudik di
beberapa pasar untuk melakukan pengawasan tanpa disertai pengawal. Di situ beliau
memberikan petunjuk-petunjuk, membantu yang lemah, berbincangbincang dengan para
pedagang, serta memerintahkan kepada mereka agar tawadhu, bergaul dengan baik yang
disertai dengan membacakan ayat-ayat Al-Quran. Ali bin Abi Thalib selalu berada di
tengah-tengah orang banyak untuk mengetahui segala kebutuhan mereka, beliau
mengamati timbangan serta barang-barang yang tidak laku di pasar.
4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Ali bin Abi Thalib
Ilmu pengetahuan klasik Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu ‘Ulum annaqliyah, yang
bersumber pada Al-Qur’an atau dalil Naql (disebut juga `Ulum alSyari`ah, dan `Ulûm al-
`Aqliyah (`ulum al-`ajam). Dalam periode Khulafaurrasyidin masih didominasi oleh ilmu-
ilmu naqliyah. Lahirnya ilmu Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari Al-
Qur’an. Pada masa ini, muncul ilmu tafsir yang berguna untuk memahami ayat-ayat Al-
Qur’an. Ilmu Hadis belum dikenal pada masa ini, namun pengetahuan tentang hadis sudah
berkembang luas di kalangan umat Islam. Ilmu Nahwu berkembang di Basrah dan Kufah,
Ali bin Abi Thalib adalah pembina dan penyusun pertama dasar-dasar ilmu nahwu.
Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, penulisan huruf hijaiyyah belum
dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammah, tasydid dan lainnya.
5. Kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam Peradaban Islam
 a. Perkembangan dalam Bidang Politik Militer
 Perkembangan di Bidang Pembangunan
 Perkembangan di Bidang Fiqih Siyasah
1) Siyasah Tasyri’iyyah (kebijakan tentang penetapan hukum),
2) Siyasah Dusturiyah (kebijakan tentang peraturan perundangundangan),
3) Siyasah Qadha’iyyah (kebijaksanaan peradilan),
4) Siyasah Maliyah (kebijaksanaan ekonomi dan moneter),
5) Siyasah Idariyyah (kebijaksanaan administrasi Negara),
6) Siyasah Dauliyah (kebijaksanaan hubungan luar negeri atau internasional),
7) Siyasah Tanfidziyah (politik pelaksanaan undang-undang),
8) Siyasah Harbiyyah (politik peperangan).
 Perkembangan di Bidang Sosial-Ekonomi

Daftar
1. Pengertian dan penerapan desentralisasi administrasi.
materi pada
2. Peristiwa Tahkim (arbitrase),
2 KB yang
3. Perang Shiffin
sulit
dipahami
1. Metode Dakwah Bil-Lisan atau dengan berpidato
Dalam penerapan pembelajaran kurikulum 2013 justru menuntut guru untuk mengurangi
pidato/ceramah dan menghendaki tugas Guru hanyalah sebagai fasilitator/ pendampingan
saja dalam rangka mewujudkan pembelajaran active learning siswa yang lebih banyak
berbicara, mengerjakan sesuatu dan memecahkan masalah dan sebagainya.
2. Metode Dakwah Bil-Yad (dengan Tangan)
Ketika ada salah seorang murid yang nakal atau mengganggu jalannya pembelajaran maka
Daftar materi
lebih baik dinasehati dengan baik baik anak tersebut sebab kalau langsung menggunakan
yang sering
tangan misal dengan Guru mencubit, menampar atau menendang maka dikhawatirkan
mengalami
3 siswa akan mengalami gangguan psikis seperti jadi penakut, pendiam, trauma dan
miskonsepsi
sebagainya.
dalam
3. Pemahaman tentang Kaum Syi’ah sering diidentikkan dengan kaum pendukung
pembelajaran
Ali bin Abi Thalib hal ini awalnya memang benar namun dalam perjalanannya kaum syiah
ini banyak sekali terjadi kekeliruan seperti menghalalkan nikah muth’ah menganggap
khalifah Ali bin Abi Thalib yang paling mulia dan membenci khalifah lainnya, padahal
pemahaman seperti ini tidak dibenarkan di dalam ajaran Islam karena Islam melarang
nikah Muth’ah dan para sahabat merupakan orang yang mulia yang disayang Allah swt
dan Rasulullah saw.

Anda mungkin juga menyukai