C. Refleksi
BUTIR
NO REFLEK RESPON/JAWABAN
SI
A.peta konsep
https://drive.google.com/drive/folders/1v3PuG_8ldDrvaj_7HdXvAdDlaoFLDYh8
Konsep
(Beberap
a istilah
1
dan
definisi)
di KB
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
3. Teori Persia
Selain teori India dan teori Arab, ada lagi teori Persia. Teori Persia ini menyatakan bahwa Islam
yang datang ke Nusantara ini berasal dari Persia, bukan dari India dan Arab. Di antara pendukung
teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dengan beberapa alasan yaitu:
a. Beberapa unsur kebudayaan Persia, khususnya Syi’ah yang ada dalam kebudayaan Islam di
Nusantara, Misalnya, perayaan Tabut di beberapa tempat di Indonesia.
b. Penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Arab, terutama untuk tanda-
tanda bunyi harakat dalam pengajaran Al-Qur’an.
c. Peringatan Asyura atau 10 Muharram sebagai salah satu hari yang diperingati oleh kaum
Syi’ah, yakni hari wafatnya Husain bin Abi Thalib di Padang Karbala.
Hamka menolak teori ini dengan alasan, bahwa apabila Islam masuk abad ke-7 M. yang ketika itu
kekuasaan dipimpin Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan Persia belum menduduki
kepemimpinan dunia Islam. Selain itu, masuknya Islam dalam suatu wilayah, juga identik dengan
langsung berdirinya sebuah kekuasaan politik Islam.
4. Teori China
H.J. de Graaf, mengambil bukti bahwa orang China berperan terhadap Islamisasi di Indonesia
misalnya, telah menyunting beberapa literature Jawa klasik yang memperlihatkan peranan orang-
orang China dalam pengembangan Islam di Indonesia. Dalam tulisan-tulisan tersebut, disebutkan
bahwa tokoh- tokoh besar semacam Sunan Ampel (Raden Rahmat/ Bong Swi Hoo) dan Raja
Demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan orang-orang keturunan China. Pandangan ini juga
didukung oleh salah seorang sejarawan Indonesia, Slamet Mulyana, dalam bukunya yang
kontroversial, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya negara-negara Islam di
Nusantara. Denys Lombard juga telah memperlihatkan besarnya pengaruh China dalam berbagai
aspek kehidupan bangsa Indonesia.
2. Sunan Giri
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden
Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia
membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa,
bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.
3. Sunan Bonang
Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia
mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian beliau kombinasi
dengan kesimbangan pernapasan yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ﻡE ﻝE ) ﺍyang artinya
hanya Allah SWT yang tahu. Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih
dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu
Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia.
4. Sunan Ampel
Raden Rahmat (Sunan Ampel) menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia
hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.
5. Sunan Drajat
Syarifuddin (Sunan Drajat) mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir
Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog-pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Tapi setahun berikutnya
Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur,
yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan
Drajat mengambil cara ayahnya (sunan kalijaga): langsung dan tidak banyak mendekati budaya
lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan
Sunan Muria. Terutama seni suluk.
6. Sunan Muria
Raden Umah Said (Sunan Muria) seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik
internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan
berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat
diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana
hingga sekitar
Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
8. Sunan Kudus
Ja’far Sadiq (Sunan Kudus) banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke
berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara
berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat.
Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan
Kudus (masih memanaakan simbol hindu-budha). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa
masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara
bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi.
9. Sunan Kalijaga
Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) ajarannya terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah
pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang
Petruk jadi Raja. Taman pusat kota berupa Keraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid
diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar
adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran,
Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede-Yogyakarta). Sunan Kalijaga
dimakamkan di Kadilangu, selatan Demak.
Strategi Walisongo yang digunakan dalam berdakwah mengacu pada tiga strategi dakwah, yaitu
Al-Hikmah atau kebijaksanaan, Al-Mauizah Hasanah atau nasihat yang baik, dan Al-Mujadalah
atau berdiskusi secara sinergis dengan menghasilkan satu alternatif pemikiran tanpa menyudutkan
salah satu kelompok.
Sampai akhir abad ke-19 Belanda telah kaya dengan pengalaman pahit dalam menghadapi
kekuatan Islam di Indonesia. Sejak kedatangannya pada akhir abad ke-16 di Indonesia, Belanda
senantiasa menghadapi kenyataan bahwa Islam selalu menjadi penghalang cita-citanya.
Kolonial Belanda cukup sibuk menghadapi pemberontakan-pemberontakan yang
kebanyakandilancarkan sebagai “perang sabil” atas nama Islam. Pemberontakan-
pemberontakan tersebut cukup membahayakan dan sempatmengancam kelangsungan hidup
penjajahan Belanda di Indonesia, di samping tidak kecil kerugian-kerugian yang diderita
Belanda karenanya.
Islam di mata penjajah Belanda nampak sebagai musuh yang menakutkan, maka tidak
mengherankan apabila pemerintah Kolonial Belanda pada waktu itu bertindak sangat membatasi
ruang gerak umat Islam di Indonesia; terutama dalam hal pergi haji ke Makkah yang
dianggapnya sebagai biang keladi yang menimbulkan agitasi dan pemberontakan di Indonesia.
3. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di desa Kauman, kota Yogyakarta dan
meninggal
23 Februari tahun 1923. Kauman merupakan tempat kelahiran dan tempat Ahmad Dahlan
dibesarkan adalah sebuah kampung yang terkenal di Yogyakarta, karena letaknya yang
berdekatan dengan Masjid Agung Kesultanan Keraton.
Menurut Ahmad Dahlan, tujuan pendidikan Islam diarahkan pada usaha untuk membentuk
manusia yang beriman, berakhlak, memahami ajaran agama Islam, memiliki pengetahuan yang
luas dan kapasitas intelektual yang dapat diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan Islam harus dibarengi
dengan integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu pengetahuan umum maupun agama, kebabasan
berpikir dan pembentukan karakter, agar peserta didik dapat berkembang secara intelektualitas
dan spritualitas. Sepatutnya mengajarkan peserta didik untuk selalu beragama, mendekatkan diri
kepada Allah dan melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dianjurkan agama. Serta
senantiasa berani mengorbankan hartanya untuk Allah dan tidak sekedar pada tataran
pengetahuan saja, tetapi dibarengi dengan praktik keagamaan, yakni beramal. Beliau adalah
pendiri organisasi Muhammadiyah.
5. Nurcholis Madjid
Nurchoilsh Madjid dilahirkan tepat pada tanggal 17 Maret 1939 M (26 Muharram 1358 H). Di
sudut kampung kecil Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Ayahnya KH. Abdul Madjid,
dikenal sebagai kyai terpandang, alumnus Pesantren Tebuireng dan merupakan salah seorang
pemimpin Masyumi, partai berideologi Islam paling berpengaruh pada saat itu.
6. Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur, 7
September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis,
cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ. Habibie sebagai Presiden RI
setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Ia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga
Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil atau “Sang
Penakluk”.
Pada masa menjabat ketua umum PBNU Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan
pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi
sekolah umum.
b.istilah dan Defenisa
1) Adipati : Sebuah gelar kebangsawanan untuk orang yang menjabat sebagai kepala
wilayah yang tunduk/ bawahan dalam strukturpemerintahan kerajaan di Nusantara,
seperti di Jawa dan Kalimantan.
2) Tasawuf mengandung arti ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
3) wali adalah orang yang mengabdikan diri kepada Allah dengan menyerahkan upaya
lahiriah dan rohaniah untukkepentingan agama Islam dengan disertai kelebihan karomah,
dimana orang biasa tidak mungkin melakukannya
4) Akulturasi : Suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusiadengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing, kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkanhilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
5) Asimilasi : Perpaduan antara dua kebudayaan yang memunculkan kebudayaan yang
khas, perkembangan dari proses akulturasi.
6) Babad : Sejenis teks dari Jawa dan Bali yang berhubungan dengan sejarah
7) Dakwah : Penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat.
8) Dinasti : Keturunan raja-raja yang memerintah, semuanya berasal dari satukeluarga
9) Islamisasi : Proses perkenalan dan penyebaran Islam di suatu tempat, bisadilakukan
secara damai atau kekerasan
10) Kasta : Sistem yang mengatur tinggi-rendahnya derajat sosial seseorangberdasarkan
kedudukan politik dan ekonomi
11) Kerajaan : Bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh seorang raja.
12) Keraton : Tempat raja dan keturunannya hidup dan tinggal.
13) Pan Islamisme : Penjelmaan modern dari ajaran tradisional Islam mengenai persatuan antar
umat Islam (al wahdah al-Islamiyyah atau al-ittihad al- Islamiyyah).
14) Sekaten : Upacara memperingati hari Maulid Nabi Muhammad Saw yang jatuh
pada tanggal 12 Rabiul Awal, yakni hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, dilaksanakan
terutama di Yogyakarta, Surakarta di Jawa Tengah
15) Sultan : Sebuah istilah dalam bahasa Arab yang berarti "raja", "penguasa", "keterangan"
atau "dalil". Sultan kemudian dijadikan sebutan untukseorang raja atau pemimpin
Muslim, yang memiliki suatu wilayah kedaulatan penuh yang disebut Kesultanan.
16) Suluk : Ajaran tentang ilmu spiritual yang berisi syair-syair mistik yang ditulis dalam
bentuk macapatan; jalan untuk mencapai makrifat dalam ilmu tasawuf atau sufi.
Daftar
materi
pada Perkembangan Islam di Indonesia dan Tokoh-tokoh Islam di Indonesia dan isi pembaharun konsep
2 KB yang pendidikan islam yang mereka kembangkan serta karya-karya mereka.
sulit
dipaham
i
Menurut saya, yang menjadi miskonsepsi dari pembahasan di atas adalah dakwah Islam wali
Daftar songo dan hubungannya dengan umat islam di era modern ini.
materi Wali songo berdakwah di awal permulaan islam, dimana penduduk pribumi masih beragama
yang Hindu/Budha, sedangkan dakwah era modern, pribumi sudah memeluk Islam. Wali songo
dinilai berhasil mendakwahkan islam di nusantara dan sebagai buktinya nusantara menjadi
sering
Islam secara mayoritas sampai saat ini. Dengan keberhasilan tersebut, umat islam cenderung
mengala mengaung- agungkan wali songo sebagai pendakwah dengan karomah dan kesaktian yang luar
3 mi biasa, bahkan tidak sedikit umat islam masa kini yang fanatic yang luar biasa terhadap wali
miskons songo. Menurut hemat saya, wali songo adalah ulama biasa sama dengan realita ulama-ulama
epsi masa kini, yang membedakan hanyalah situasi, kondisi dan waktunya saja. Untuk itu
dalam pandangan yang berlebih- lebihan terhadap sesuatu akan memunculkan keekstriman dalam
pembelaj pemahaman, tentunya hal ini mengurangi nilai-nilai moderasi beraga yang sudah ada..
aran