Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)


OLEH: KASMA

A. Judul Modul : Fiqih


B. Kegiatan Belajar : KB 1 (Hukum Zakat)
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Peta Konsep
(Beberapa istilah
1 dan definisi) di
modul bidang
studi

1
Definisi Zakat
1. Kata zakat )‫ (زكاة‬berasal dari bahasa Arab, artinya suci, tumbuh
berkembang dan berkah. Makna zakat secara bahasa ini
mencerminkan sifat zakat yang dapat mensucikan harta dan jiwa
serta mengandung nilai positif yang dapat dikembangkan berupa
kebaikan bagi si muzakki dan kemashlahatan ekonomi bagi para
mustahiq, Allah swt berfirman:
‫قَدْ ا َ ْفلَ َح َم ْن زَ كّٰى َها‬
Terjemah
“sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), (QS. Al-
Syams: 9)

2. Menurut syara’, ulama menjelaskannya sebagai “Harta tertentu


yang wajib dikeluarkan sebagiannya kepada para mustahiq.” yang
telah memenuhi nisab. Sedangkan Sayyid Sabiq mendefinisikan,
”Zakat adalah suatu nama hak Allah yang harus dikeluarkan oleh
manusia kepada fuqara.”
3. Zakat dinamakan juga sedekah ( ‫ ) صدقة‬karena perilaku itu adalah
tindakan yang benar (shidq). Istilah zakat ditemukan sebanyak 82
ayat penyebutannya digandengkan dengan kata sholat, yang
menunjukkan bahwa zakat merupakan rukun Islam yang sangat
penting setelah perkara sholat.
A. Zakat Hasil Tanah Yang Disewakan
Terdapat dua konsep dalam pembahasan mengenai sosial ekonomi
Islam yang saling berhubungan yaitu pelarangan riba dan perintah
zakat (Q.S al-Baqarah [2]: 276)
1. Pengertian dan dasar hukum zakat tanah yang disewakan.
Sewa menyewa adalah memamfaatkan suatu barang baik
barang milik sendiri atau barang orang lain. Istilah ni dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah ijarah. Akad Ijarah sah jika
memenuhi rukun rukun berikut :
a. Mujir,musta’jir yaitu pihak yang melakukan akad, Mujir
(penyewa), musta’jir (pemberi sewa)
b. Sighat yaitu Ijab qabul antara keduanya
c. Ajr/upah yang dibayarkan
d. Barang yang disewakan
Komponen yang harus dipenuhi dalam transaksi zakat hasil tanah yang
disewakan adalah :
a. Sebidang tanah yang disewakan
b. Pemilik tanah
c. Penyewa tanah
d. Ajru (upah) yang dibayarkan penyewa kepada pemilik tanah

2
Zakat hasil tanah yang disewakan dapat diartikan sebagai zakat hasil tanah
yang langsung dihasilkan oleh tanah tersebut berupa tumbuh-tumbuhan
yang menghasilkan buah. Hasil dimaksud bisa berupa makanan pokok,
seperti padi, korma, gandum atau buah-buahan, atau berupa sayur-sayuran.
Menurut M. Syaltut, baik sedikit atau banyak hasil panennya tetap
dizakatkan karena menurutnya agar tumbuh selalu sikap solidaritas sosial
sebagai hikmah diwajibkannya zakat. Jika tanah yang disewakan
menghasilkan maka wajib mengeluarkan zakat 2,5 % setalah 1 tahun.
2. Siapa yang wajib mengeluarkan zakat
Siapa yang wajib mengeluarkan zakat hasil tanah yang disewakan. Para
ulama berselisih dalam memnetapkan hukumnya seperti uraian berikut :
a. Jumhur Ulama, Yang wajib mengeluarkan zakat zakat hasil tanah
adalah pihak penyewa alasannya zakatnya adalah hasil tanahnya bukan
tanahnya.
b. Pendapat Abu Hanifah dan pengikutnya, pemilik tanah yang wajib
mengeluarkan zakat karena dari sebab tanah itulah ada hasil yang
diperoleh.
c. Imam Malik, Syafii, Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak dan Imam
Abu Tsaur, penyewa tanah yang wajib mengeluarkan zakat
d. Abu Zahra, Penyewa dan pemilik tanah yang sama sama wajib
mengeluarkan zakat.
Adapun ketentuan zakat tanah yang disewakan untuk kegiatan usaha
diqiyaskan pada zakat perdagangan. Besaran nisabnya setar nishab emas
dan perak 85 gram emas murni, zakatnya 2,5 %. Ketentuannya jumlah
total harta dikurangi total biaya yang dikeluarkan x 2,5 %. Ketentuan
tersebut dengan syarat sbb:
a. Ada niat yang dikuti usaha berdagang atau mengelola tanah
b. Mencapai waktu satu tahun dihitung dari waktu usaha berdagang
c. Mencapai nishab
d. Tidak terkait utang pihak lain

B. Zakat Hasil Jasa ( Profesi)


1. Pengertian dan hukumnya
Dalam terminologi Arab, zakat penghasilan dan profesi lebih populer
disebut dengan istilah zakatu kasb al-amal wa al-mihan al- hurrah atau
zakat atas penghasilan kerja dan profesi bebas. Istilah itu digunakan
oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam kitab Fiqhuz Zakah dan juga oleh
Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu.
Kata profesi menurut kamus besar Bahasa Indonesia mengandung arti
sebidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian berupa
ketrampilan dan kejuruan tertentu. Profesi secara istilah berarti suatu

3
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kepintaran.
Dalil keumuman ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar bagi zakat profesi
yaitu QS. al-Baqarah. 267. Dilihat dari ketegantungannya, profesi bisa
dikelompokkan menjadi 2 bagian
a. Pekerja ahli yang berdiri sendiri, tidak terikat pemerintah
b. Profesi yang terkait dengan pemerintah
Dilihat dari aspek penerimaannya, profesi terbagi 2 yaitu :
a. Hasil usah ayang teratur dan pasti setiap bulannya
b. Hasil yang idak tetap dan tidak dapat dipastikan
Dengan demikian zakat profesi merupan zakat wajib yang harus
dikeluarkan umat Islam apabila sudah memenuhi syarat jadi muzakki
2. Cara mengeluarkan dan nisabnya:
Terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai nashabnya:
a. Abdurrahman Hasan, Imam Abu Zahra, dan Abdul Wahab
Khallaf, mereka berpendapat bahwa nisab zakat profesi
sekurang-kurangnya lima wasaq atau 300 sha sekitar 930
liter atau 653 Kg. sehingga prosentase zakatnya disamakan
(diqiyaskan) dengan zakat pertanian yang pengairannya
menggunakan alat (mesin), yaitu sebesar 5 % setiap
mendapatkan gaji atau honor.
b. Jumhur ulama berijtihad bahwa nisab zakat profesi adalah
seharga emas 93,6 gram emas murni yang diambil dari
penghasilan bersih setelah dikeluarkan seluruh biaya hidup.
Kelebihan inilah yang dihitung selama satu tahun, lalu
dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 % setiap bulan.
Prosenatase ini diqiyaskan dengan zakat mata uang yang
telah ditetapkan oleh Hadits.
c. Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa zakat
profesi disamakan dengan zakat rikaz (barang temuan)
maka tidak ada syarat nisab dan prosentasenya 20 persen
pada saat menerimanya.
d. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwa MUI 7 Juni
tahun 2003 menyebutkan bahwa Semua bentuk penghasilan
halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah
mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85
gram. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat
menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai
nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu
tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan
bersihnya sudah cukup nishab.
Contoh Kasus
Zakat profesi merupakan hasil ijtihad sejalan dengan prinsip hukum

4
Islam yang memberikan pintu kemudahan, dalam hal ini penunaian
zakat secara ta’jil (disegerakan) dapat menghilangkan kealfaan
seseorang dalam penunaian zakat, berikut contoh perhitungannya:
Ali adalah seorang pendidik golongan IV/a dengan masa kerja selama
20 tahun. Ia memiliki seorang istri dan tiga anak. Penghasilannya tiap
bulan pada tahun 2015 sebagai berikut: a. Gaji dari Negara Rp.
4.300.000 c. Honor dari beberapa PTS Rp. 2.500.000 d. Honor dari yang
lain Rp. 2.000.000
Pengeluaran setiap bulan: a. Keperluan keluarga Rp. 3.000.000 b.
Angsuran kredit rumah Rp. 1.250.000 c. Dan lain-lain Rp. 1.500.000
Kalkulasi Penerimaan Rp. 7.800.000 Pengeluaran Rp. 5.750.000 Sisa
Rp. 2.050.000
Jika sisa di atas dikalikan setahun, maka berjumlah Rp. 24.600.000 yang
kemudian didepositokan di bank dengan bunga keuntungan 18 %
setahun. Maka perhitungan zakatnya ialah 2,5 % x 24.600.000 = Rp.
615.000. Ternyata zakatnya setahun sangat ringan, jika ia ingin
mengeluarkan setiap bulan, maka 615.000 : 12 = + Rp. 51.250 zakat
yang ia harus keluarkan setiap bulannya.

Perlu dipahami bahwa mengeluarkan zakat adalah menifestasi dari


keislaman seseorang sebagai rasa syukur kepada Allah swt atas nikmat
yang telah diterimanya.

C. Zakat produktif
Kemunculan istilah diatas dapat dikatakan sebagai bentuk “kritik”
terhadap penyaluran zakat kepad mustahiq pada umumnya bersifat
konsumtif. Namun disisi lain terdapat mustahiq yang masih mampu
produktif dapat diberikan modal usaha untuk pengembangan
kemampuan yang dimilikinya.
1. Gagasan Zakat Produktif
Zakat merupakan ibadah materi yang memiliki fungsi strategis
untuk membangun perekonomian umat. Ide untuk mengembangkan
zakat sebagai modal usaha muncul ketika fokus perhatian dilakukan
secara seksama bahwa para fuqaha dan masakin tidak semuanya
orang yang memiliki keterbatasan kukuatan fisik.
2. Prospek Zakat Produktif
Prospek kedepan, zakat yang diperoleh dari hasil usaha ini memiliki
peluang yang cerah jika pengelolaannya dilakukan scar baik dan
profesional. Usaha pengembangan zakat menjadi modal usaha
memerlukan SDM yang handal oleh karena itu diperlukan
training/pelatihan utnuk meningkatkan SDM para mustahiq. Zakat
hanya modal awal selanjutnya merka tidak lagi mustahiq zakat tapi

5
menjadi muzakki.

Bentuk dan macam zakat dalam Islam dengan melihat mustahiqnya


dapat dibagi menjadi empat.
Pertama: Konsumtif tradisional, seperti zakat fitrah.
Kedua, konsumtif kreatif, contohnya bea siswa.
Ketiga Produktif tradisional, seperti pemberian ternak dan alat
pertukangan.
Keempat produktif kreatif , yaitu zakat untuk modal usaha pedaganga
kecil ataupun membangun proyek sosial dan proyek ekonomis.
Bentuk mustahiq zakat pada point 2 sampai point empat keberadaan
zakat bagi penerimanya berpotensi untuk membangun dan
meningkatkan perekonomian. Keberadaannya dapat mengentaskan
kemiskinan dan kemelaratan. Pihak yang paling berperan dalam zakat
produktif ini adalah kreatifitas mustahiq untuk menjadikan zakat
sebagai modal yang terus dikembangkan.
Lebih tegasnya zakat produktif adalah zakat yang disalurkan kepada
mustahik dengan cara yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan
sistem yang serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan
peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat. Dengan zakat produktif
tidak terjadi sikap pembiaran terhadap fakir miskin dan telah
menyelamatkan bahaya dari kefakiran yang dapat menjadikan seorang
menjadi kafir.

D. Penyaluran Zakat untuk Pembangunan Masjid


1. Kelompok Mustahiq Zakat
Jumhur ulama sepakat bahwa kelompok mustahiq zakat terdiri dari
8 asnaf:
a. Fuqara, orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang
dapat memenuhi kebuthannya sehari hari.
b. Masakin, orang yang memilki pekerjaan tapi tidak cukup
memenuhi kebutuhannya.
c. Amilin, orang yang bekerja memungut/panitia zakat
d. Muallaf, orang yang baru masuk Islam
e. Budak, orang yang hidupnya tidak merdeka dan berniat
membebaskan diri dari tuannya
f. Orang yang terlilit utang, orang yang memiliki tunggakan
utang
g. Orang yang berjuang dijalan Allah, para tentara yang
berperang melawan serangan orang kafir
h. Orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang melakukan
perjalanan dengan tujuan baik

6
2. Hukum Zakat untuk Pembangunan Mesjid
Pendirian masjid oleh para ulama disamakan dengan fi sabilillah, yang
berhak memperoleh bagian zakat. Menurut Mahmud Syaltut, istilah
sabilillah memiliki arti kemaslahatan ummat yang manfaatnya kembali
kepada kaum muslimin seperti pembangunan mesjid, rumah sakit,
perlengkapan pendidikan, dan sebagainya. Memperkuat pendapatnya,
Syaltut mengutip pendapat Imam Al-Razi dan al-Qaffal. Begitupula
pendapat Al-Maraghi, M. Rasyid Ridha, Yusuf Qardhawi, dan Sayyid
Sabiq.
Terdapat fatwa MUI Nomor 001 Tahun 2015 tentang pendayagunaan
dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf untuk pengadaan sarana yang
bermanfaat dan mendesak untuk kemasalahatan masyarakat seperti
sarana air bersih dan sanitasi.

1. Zakat untuk pembangunan masjid. Jika dianalisis pendapat para


ulama, maka yang tepat adalah pendirian masjid, sebagaimana kata
dirikan shalat.

2. Contoh Kasus (Halaman 9)

a. Gaji dari Negara : Rp. 4.300.000


b. Hono dari PTS : Rp. 2.500.000
c. Honor dari yang lain : Rp. 2.000.000

Pengeluaran setiap bulan :

Daftar materi a. Keperluan keluarga : Rp. 3.000.000


bidang studi
b. Angsuran kredit rumah : Rp. 1.250.000
2 yang sulit
dipahami pada c. Dan lain-lain : Rp. 1.500.000
modul
Kalkulasi
a. Penerimaan : Rp. 7.800.000
b. Pengeluiaran : Rp. 5.750.000
c. Sisa : Rp. 2.050.000

Jika sisa dikalkulasikan setahun, maka berjumlah Rp. 24.600.00. yang


kemudian didepositokan di bank dengan Bungan keuntungan 18%
perhitungan zakatnya ialah 2,5% X 24.600.000 = Rp. 615.000. ternyata
zakatnya setahun ringan, jika ia ingin mengeluarkan setiap bulan,
maka 515.000 : 12 = + Rp. 51.250 zakat yang ia harus keluarkan setiap
bulannya.

7
3 Daftar materi yang 1. Perbedaan zakat, infaq, dan sedekah.
sering mengalami
miskonsepsi dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai