Peta Konsep
(Beberapa istilah
1 dan definisi) di
modul bidang
studi
1
Definisi Zakat
1. Kata zakat ) (زكاةberasal dari bahasa Arab, artinya suci, tumbuh
berkembang dan berkah. Makna zakat secara bahasa ini
mencerminkan sifat zakat yang dapat mensucikan harta dan jiwa
serta mengandung nilai positif yang dapat dikembangkan berupa
kebaikan bagi si muzakki dan kemashlahatan ekonomi bagi para
mustahiq, Allah swt berfirman:
قَدْ ا َ ْفلَ َح َم ْن زَ كّٰى َها
Terjemah
“sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), (QS. Al-
Syams: 9)
2
Zakat hasil tanah yang disewakan dapat diartikan sebagai zakat hasil tanah
yang langsung dihasilkan oleh tanah tersebut berupa tumbuh-tumbuhan
yang menghasilkan buah. Hasil dimaksud bisa berupa makanan pokok,
seperti padi, korma, gandum atau buah-buahan, atau berupa sayur-sayuran.
Menurut M. Syaltut, baik sedikit atau banyak hasil panennya tetap
dizakatkan karena menurutnya agar tumbuh selalu sikap solidaritas sosial
sebagai hikmah diwajibkannya zakat. Jika tanah yang disewakan
menghasilkan maka wajib mengeluarkan zakat 2,5 % setalah 1 tahun.
2. Siapa yang wajib mengeluarkan zakat
Siapa yang wajib mengeluarkan zakat hasil tanah yang disewakan. Para
ulama berselisih dalam memnetapkan hukumnya seperti uraian berikut :
a. Jumhur Ulama, Yang wajib mengeluarkan zakat zakat hasil tanah
adalah pihak penyewa alasannya zakatnya adalah hasil tanahnya bukan
tanahnya.
b. Pendapat Abu Hanifah dan pengikutnya, pemilik tanah yang wajib
mengeluarkan zakat karena dari sebab tanah itulah ada hasil yang
diperoleh.
c. Imam Malik, Syafii, Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak dan Imam
Abu Tsaur, penyewa tanah yang wajib mengeluarkan zakat
d. Abu Zahra, Penyewa dan pemilik tanah yang sama sama wajib
mengeluarkan zakat.
Adapun ketentuan zakat tanah yang disewakan untuk kegiatan usaha
diqiyaskan pada zakat perdagangan. Besaran nisabnya setar nishab emas
dan perak 85 gram emas murni, zakatnya 2,5 %. Ketentuannya jumlah
total harta dikurangi total biaya yang dikeluarkan x 2,5 %. Ketentuan
tersebut dengan syarat sbb:
a. Ada niat yang dikuti usaha berdagang atau mengelola tanah
b. Mencapai waktu satu tahun dihitung dari waktu usaha berdagang
c. Mencapai nishab
d. Tidak terkait utang pihak lain
3
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kepintaran.
Dalil keumuman ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar bagi zakat profesi
yaitu QS. al-Baqarah. 267. Dilihat dari ketegantungannya, profesi bisa
dikelompokkan menjadi 2 bagian
a. Pekerja ahli yang berdiri sendiri, tidak terikat pemerintah
b. Profesi yang terkait dengan pemerintah
Dilihat dari aspek penerimaannya, profesi terbagi 2 yaitu :
a. Hasil usah ayang teratur dan pasti setiap bulannya
b. Hasil yang idak tetap dan tidak dapat dipastikan
Dengan demikian zakat profesi merupan zakat wajib yang harus
dikeluarkan umat Islam apabila sudah memenuhi syarat jadi muzakki
2. Cara mengeluarkan dan nisabnya:
Terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai nashabnya:
a. Abdurrahman Hasan, Imam Abu Zahra, dan Abdul Wahab
Khallaf, mereka berpendapat bahwa nisab zakat profesi
sekurang-kurangnya lima wasaq atau 300 sha sekitar 930
liter atau 653 Kg. sehingga prosentase zakatnya disamakan
(diqiyaskan) dengan zakat pertanian yang pengairannya
menggunakan alat (mesin), yaitu sebesar 5 % setiap
mendapatkan gaji atau honor.
b. Jumhur ulama berijtihad bahwa nisab zakat profesi adalah
seharga emas 93,6 gram emas murni yang diambil dari
penghasilan bersih setelah dikeluarkan seluruh biaya hidup.
Kelebihan inilah yang dihitung selama satu tahun, lalu
dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 % setiap bulan.
Prosenatase ini diqiyaskan dengan zakat mata uang yang
telah ditetapkan oleh Hadits.
c. Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa zakat
profesi disamakan dengan zakat rikaz (barang temuan)
maka tidak ada syarat nisab dan prosentasenya 20 persen
pada saat menerimanya.
d. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwa MUI 7 Juni
tahun 2003 menyebutkan bahwa Semua bentuk penghasilan
halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah
mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85
gram. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat
menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai
nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu
tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan
bersihnya sudah cukup nishab.
Contoh Kasus
Zakat profesi merupakan hasil ijtihad sejalan dengan prinsip hukum
4
Islam yang memberikan pintu kemudahan, dalam hal ini penunaian
zakat secara ta’jil (disegerakan) dapat menghilangkan kealfaan
seseorang dalam penunaian zakat, berikut contoh perhitungannya:
Ali adalah seorang pendidik golongan IV/a dengan masa kerja selama
20 tahun. Ia memiliki seorang istri dan tiga anak. Penghasilannya tiap
bulan pada tahun 2015 sebagai berikut: a. Gaji dari Negara Rp.
4.300.000 c. Honor dari beberapa PTS Rp. 2.500.000 d. Honor dari yang
lain Rp. 2.000.000
Pengeluaran setiap bulan: a. Keperluan keluarga Rp. 3.000.000 b.
Angsuran kredit rumah Rp. 1.250.000 c. Dan lain-lain Rp. 1.500.000
Kalkulasi Penerimaan Rp. 7.800.000 Pengeluaran Rp. 5.750.000 Sisa
Rp. 2.050.000
Jika sisa di atas dikalikan setahun, maka berjumlah Rp. 24.600.000 yang
kemudian didepositokan di bank dengan bunga keuntungan 18 %
setahun. Maka perhitungan zakatnya ialah 2,5 % x 24.600.000 = Rp.
615.000. Ternyata zakatnya setahun sangat ringan, jika ia ingin
mengeluarkan setiap bulan, maka 615.000 : 12 = + Rp. 51.250 zakat
yang ia harus keluarkan setiap bulannya.
C. Zakat produktif
Kemunculan istilah diatas dapat dikatakan sebagai bentuk “kritik”
terhadap penyaluran zakat kepad mustahiq pada umumnya bersifat
konsumtif. Namun disisi lain terdapat mustahiq yang masih mampu
produktif dapat diberikan modal usaha untuk pengembangan
kemampuan yang dimilikinya.
1. Gagasan Zakat Produktif
Zakat merupakan ibadah materi yang memiliki fungsi strategis
untuk membangun perekonomian umat. Ide untuk mengembangkan
zakat sebagai modal usaha muncul ketika fokus perhatian dilakukan
secara seksama bahwa para fuqaha dan masakin tidak semuanya
orang yang memiliki keterbatasan kukuatan fisik.
2. Prospek Zakat Produktif
Prospek kedepan, zakat yang diperoleh dari hasil usaha ini memiliki
peluang yang cerah jika pengelolaannya dilakukan scar baik dan
profesional. Usaha pengembangan zakat menjadi modal usaha
memerlukan SDM yang handal oleh karena itu diperlukan
training/pelatihan utnuk meningkatkan SDM para mustahiq. Zakat
hanya modal awal selanjutnya merka tidak lagi mustahiq zakat tapi
5
menjadi muzakki.
6
2. Hukum Zakat untuk Pembangunan Mesjid
Pendirian masjid oleh para ulama disamakan dengan fi sabilillah, yang
berhak memperoleh bagian zakat. Menurut Mahmud Syaltut, istilah
sabilillah memiliki arti kemaslahatan ummat yang manfaatnya kembali
kepada kaum muslimin seperti pembangunan mesjid, rumah sakit,
perlengkapan pendidikan, dan sebagainya. Memperkuat pendapatnya,
Syaltut mengutip pendapat Imam Al-Razi dan al-Qaffal. Begitupula
pendapat Al-Maraghi, M. Rasyid Ridha, Yusuf Qardhawi, dan Sayyid
Sabiq.
Terdapat fatwa MUI Nomor 001 Tahun 2015 tentang pendayagunaan
dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf untuk pengadaan sarana yang
bermanfaat dan mendesak untuk kemasalahatan masyarakat seperti
sarana air bersih dan sanitasi.
7
3 Daftar materi yang 1. Perbedaan zakat, infaq, dan sedekah.
sering mengalami
miskonsepsi dalam
pembelajaran