Makna wawasan kebangsaan adalah mengamanatkan kepada
seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, mengembangkan persatuan Indonesia dan sebagai pandangan hidup Pancasila serta mewujudkan NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
Wawasan kebangsaan terdiri dari dua kata yaitu ‘wawasan dan
kebangsaan’. Secara etimologi istilah wawasan berarti hasil mewawas; tinjauan; pandangan atau berarti Arti kedua yaitu konsepsi, cara pandang. Wawasan secara terminologi berarti kemampuan untuk memahami dan memandang suatu konsep tertentu dan direfleksikan dalam sikap atau perilaku tertentu yang sesuai dengan konsep atau pokok pikiran yang terkandung di dalamnya. Adapun kebangsaan, dapat diartikan sebagai sikap tindak tanduk kesadaran dan sikap yang memandang diri sebagai suatu kelompok bangsa yang sama dengan keterikatan sosio kultural yang disepakati bersama dalam sebuah ikatan berbangsa dan bernegara yaitau negara Indonesia.
Bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis dan visi wawasan
kebangsaan adalah mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang mengandung nilai-nilai budayanya, yang lahir dan tumbuh sebagai jati dirinya. Rasa dan wawasan kebangsaan tersebut di atas sebenarnya merupakan pandangan generik yang menjelaskan bahwa rasa dan wawasan lahir dengan sendirinya di tengah ruang dan waktu seseorang dilahirkan. Tidak salah bila pandangan generik itu mengemukakan pentingnya menumbuhkan semangat kejuangan, rasa kebanggaan atas bumi dan tanah air dimana seseorang dilahirkan dan sebagainya. wawasan kebangsaan dipandang sebagai ‘way of life’ atau merupakan kerangka/peta pengetahuan yang mendorong terwujudnya tingkah laku dan digunakan sebagai acuan bagi seseorang untuk menghadapi dan menginterpretasi lingkungannya. Sesuai dengan Pidato Bung Karno dan Hatta serta mengenai wawasan kebangsaan dan pemikiran Talcott Parsons mengenai teori sistem wawasan kebangsaan Jelaslah, bahwa wawasan kebangsaan tumbuh sesuai pengalaman yang dialami oleh seseorang, dan pengalaman merupakan akumulasi dari proses tataran sistem lainnya, yakni sub-sistem sosial, sub- sistem ekonomi, dan sub-sistem politik. Pada tataran sub-sistem sosial berlangsung suatu proses interaksi sosial dan dalam pembangunan ekonomi terjadi penjelamaan dari proses perubahan politik dan sosial. sedangkan sub-sistem politik akan memberikan energi kepada bekerjanya sub-sistem ekonomi, untuk kemudian memberikan energi bagi sub-sistem sosial dan pada akhirnya kepada sub-sistem budaya. Sebaliknya, apabila sub-sistem budaya telah bekerja dengan baik karena energi yang diberikan oleh sub-sistem lainnya, maka sub-sistem budaya ini akan berfungsi sebagai pengendali (control) atau yang mengatur dan memelihara kestabilan bekerjanya sub- sistem sosial. Begitu seterusnya, sub-sistem sosial akan memberi kontrol terhadap sub-sistem ekonomi, dan sub-sistem ekonomi akan bekerja sebagai pengatur bekerjanya sub- sistem politik. Hubungan timbal balik antara sub-sistem tersebut di atas oleh Parsons disebut sebagai cybernetic relationship.
Dalam gambar di atas Sub-sistem Politik merupakan prasayarat
atau prakondisi bagi terciptanya atau bekerja sub- sistem ekonomi. Pada sub-sistem politik, pencapain tujuan dilaksanakan melalui demokrasi yang mengedepankan keseimbangan hak dan kewajiban warga negara, menghargai perbedaan dan sebagainya. Di kalangan ilmu politik, tujuh kriteria Robert Dahl 5 , juga banyak dikenal, yaitu (1) pengawasan atas kebijaksanaan pemerintah dilakukan secara konstitusional oleh wakil-wakil yang dipilih, (2) wakil-wakil rakyat itu dipilih dalam pemilihan yang dilakukan secara jurdil dan tanpa paksaan, (3) semua orang dewasa berhak memilih, (4) semua orang dewasa juga berhak dipilih, (5) setiap warga negara berhak menyatakan pendapat mengenai masalah-masalah politik tanpa ancaman hukuman, (6) setiap warganegara berhak memperoleh sumber-sumber informasi alternatif, yang memang ada dan dilindungi oleh hukum, dan (7) setiap warga negara berhak membentuk perkumpulan atau organisasi yang relatif independen, termasuk partai politik dan kelompok kepentingan.
B. Makna wawasan kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; 2. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan; 3. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik; 4. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah- tengah tata kehidupan di dunia; 5. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
C. Unsur-unsur Wawasan Kebangsaan
Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, sebagai berikut. a. Wadah (Contour) b. Isi (Content) c. Tata laku (Conduct)
D. Wawasan Kebangsaan dalam Prespektif Quran Hadis
Dalam surat Al-Hujurat ayat 13 dijelaskan bahwa Islam mendukung paham kebangsaan karena Allah telah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa? Mestikah untuk mendukung atau menolak paham kebangsaan, kata qaum yang ditemukan dalam Quran sebanyak 322 kali itu ditoleh? Dapatkah dikatakan bahwa pengulangan yang sedemikian banyak, merupakan bukti bahwa Quran mendukung paham kebangsaan? Bukankah para Nabi menyeru masyarakatnya dengan, "Ya Qaumi" (Wahai kaumku/bangsaku), walaupun mereka tidak beriman kepada ajarannya? (Cobalah lihat Quran surat Hud (11): 63, 64, 78, 84, dan lain- lain!). Di sisi lain, sebagian orang yang bermaksud mempertentangkan Islam dengan paham kebangsaan, dengan menyatakan bahwa Allah SWT dalam Quran memerintahkan Nabi saw untuk menyeru masyarakat tidak dengan kata qaumi, tetapi, "Ya ayyuhan nas" (wahai seluruh manusia), serta menyeru kepada masyarakat yang mengikutinya dengan "Ya ayyuhal ladzina 'amanu?" Benarkah dalam Al-Quran tidak ditemukan bahwa Nabi Muhammad saw menggunakan kata qaum untuk menunjuk kepada masyarakatnya, seperti yang ditulis sebagian orang? Ayat-ayat Quran yang membahas nilai-nilai wawasan kebangsaan, seperti halnya Quran memerintahkan persatuan dan kesatuan sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya’: 92; Q.S Al-Mu’minun: 52 dan Q.S Al-Imran: 105, Selain ayat-ayat quran, dalam hadis juga dijelaskan tentang konsep wawasan kebangsaan, di antaranya: Musnad Ahmad 12162: