Anda di halaman 1dari 2

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : TAHAMMUL WAL ADA’


B. Kegiatan Belajar : 2 (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

TAHAMMUL WAL
ADA’

Syarat-Syarat
Sighat Tahammul
Perawi dalam
Pengertian Wal Ada’ dalam
Tahammul wal
Kajian Hadis
Ada’ Hadis

Syarat-syarat
Syarat perawi
perawi dalam
dalam ada’ al-hadis
tahammul hadis

A. Pengertian
Terdapat istilah lain dalam ilmu hadis yang disebut
dengan al-tahammul dan al-ada’. al-Tahammul adalah
1
Konsep (Beberapa istilah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadis dari
dan definisi) di KB seorang guru dengan menggunakan beberapa metode
tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan al-ada’
adalah menyampaikan atau meriwayatkan suatu hadis
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu.
B. Syarat-Syarat Perawi dalam Tahammul wal Ada’ Hadis
1. Syarat-syarat perawi dalam tahammul hadis
1) Penerima harus dlabit̹ (memiliki hafalan yang
kuat atau memiliki dokumen yang valid).
2) Berakal sempurna serta sehat secara fisik dan
mental.
3) Tamyiz
2. Syarat perawi dalam ada’ al-hadis
Syarat-syarat orang yang diterima dalam
meriwayatkan hadis atau dikenal dengan istilah
ahliyatul ada’ menurut ulama ahlul hadis adalah:
1) Islam
2) Baligh
3) Adalah (adil)
4) Dlabit
C. Sighat Tahammul Wal Ada’ dalam Kajian Hadis
Metode penerimaan sebuah hadis dan juga penyampaiannya
kembali ada delapan macam yaitu :
a. al-Sima’ (mendengar)
b. al-Qira’ah (membacakan hadis pada guru)
c. al-Ijazah
d. al-Munawalah
e. al-Mukatabah (menulis)
f. al-I’lam al-Syaikh (memberitahukanseorang guru)
g. al-Washiyyah
h. al-Wijadah

Dalam situasi seperti itu ada beberapa kemungkinan, bias


jadi sang guru memanghafal hadis yang dibacakanya
kepadanya, atau dia menerimanya dengan bersandar pada
2
Daftar materi pada KB catatannya atau sebuah kitab yang kredibel. Akan tetapi jika
yang sulit dipahami guru tidak hafal hadis yang dibacakan kepadanya, maka
sebagian ulama menganggapnya sebagai bentuk sima’ yang
kurang baik.

al-Wijadah Yakni seseorang memperoleh hadis orang lain


dengan mempelajari kitab-kitab dengan tidak melalui cara
al-sama’, al-ijazah, atau al-munawalah. Para ulama berselisih
pendapat mengenai cara ini. Kebanyakan ahli hadis dan ahli
fiqh dari mahdzab Malikiyah tidak memperbolehkan
Daftar materi yang sering meriwayatkan hadis dengan cara ini. Imam Syafi’i dan
3 mengalami miskonsepsi segolongan pengikutnya memperbolehkan beramal dengan
dalam pembelajaran hadis yang periwayatannya melalui cara ini. Ibnu al-Shalah
mengatakan, bahwa sebagian ulama Muhaqqiqin
mewajibkan mengamalkannya bila diyakini kebenarannya.
Mengapa dengan cara al-Wijadah para ulama berselisih
paham mengenai hal ini apa yang menjadi perselisihan
paham tersebut.

Anda mungkin juga menyukai