• Menurut bahasa tahammul merupakan masdar dari fi’il madly تح ّمل yang berarti menanggung, membawa, atau biasa diterjemahkan dengan menerima. Menurut bahasa tahammul hadis dapat diartikan menerima hadis atau menanggung hadis. • Sedangkan menurut istilah ulama ahli hadis tahammul hadis adalah : “ تلقى الحديث واخذه عن الشيوخTahammul artinya menerima hadis dan mengambilnya dari para syekh atau guru.”
• Menurut bahasa ada’ ( ) األداءadalah masdar dari أداى
يأدي أداءyang berarti menyampaikan. Secara bahasa ada’ al-hadis adalah menyampaikan hadis. • Sedangkan ada’ al-hadis menurut istilah adalah meriwayatkan hadis dan memberikannya pada para murid. Konsep (Beberapa istilah 1 dan definisi) di KB • Secara umum makna tahammul hadis adalah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadis dari seorang guru dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan al-ada’ al-hadits adalah menyampaikan atau meriwayatkan suatu hadis kepada orang lain dengan cara-cara tertentu.
Sifat-sifat perawi dalam tahamul wal ada’
• ahliyatu al-tahammul : Syarat-syarat bagi perawi dalam menerima hadis. • ahliyatu al-ada : Syarat-syarat orang yang diterima dalam meriwayatkan hadis. • Dhabith : Kekuatan hafalan dan ingatan seorang perawi hadis • ‘Adalah : ‘Adl merupakan suatu sifat yang melekat dalam jiwa seorang perawi, yang mendorong rawi untuk bertaqwa dan memelihara harga diri (muru’ah) sehingga menjauhi segala dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. • Tsiqoh : tingkat kredibilitas seorang perawi hadis
Metode Tahamul wal ada’ dalam kajian hadis
Metode penerimaan sebuah hadis dan juga penyampaiannya kembali ada delapan macam yaitu: • al-Sima’ : yaitu mendengarkan langsung dari guru. Al-Sima’ ini mencakup tahdits (narasi) dan imla (pendektean) • al-Qira’ah : Membaca hadis kepada guru. Mempunyai dua bentuk, pertama, seorang rawi membaca sebuah hadis pada guru. Kedua, orang lain membaca hadis, sementara rawi dan gurunya mendengarkan. • al-Ijazah : Salah satu bentuk menerima hadis dan mentransfernya adalah dengan cara seorang guru memberi ijin kepada muridnya atau orang lain untuk meriwayatkan hadis yang ada dalam catatan pribadinya (kitab), sekalipun murid tidak pernah membacakan atau mendengar langsung dari sang guru. • al-Munawalah : Tindakan seorang guru memberikan sebuah kitab atau hadis tertulis agar disampaikan dengan mengambil sanad darinya. Maksudnya ialah seorang syaikh memberikan naskahnya kepada seseorang disertai ijazah atau memberikan naskah terbatas pada hadis-hadis yang pernah didengarnya sekalipun tanpa ijazah. • al-Mukatabah : aktivitas seorang guru menuliskan hadis, baik ditulis sendiri atau menyuruh orang lain untuk kemudian diberikan kepada orang yang ada di hadapannya, atau dikirimkan kepada orang yang berada di tempat lain. • al-I’lam al-Syaikh : yaitu tindakan seorang guru yang memberitahukan kepada muridnya bahwa kitab atau hadis ini adalah riwayat darinya atau dari yang dia dengar, tanpa disertai dengan pemberian ijazah untuk menyampaikannya. • al-Washiyyah : adalah penegasan guru ketika hendak bepergian atau dalam masa-masa sakaratul maut, yaitu wasiat kepada seseorang tentang kitab tertentu yang diriwayatkannya. • al-Wijadah : Yakni seseorang memperoleh hadis orang lain dengan mempelajari kitab-kitab dengan tidak melalui cara al-sima’, al-ijazah, atau al- munawalah.
Persamaan dan perbedaan sighat sami’tu dan
hadatsana Pada dasarnya kedua lafadz tersebut tidak memiliki perbedaan yang berarti. Hal itu dikarenakan keduanya sama-sama digunakan untuk mewartakan hadis yang didengar langsung dari gurunya. Hadis yang diriwayatkan dengan salah satu kalimat diatas menunjukkan pada bersambungnya sanad. Muhaddits periode awal terbiasa menggunakan kata sami’tu sementara pada masa berikutnya lebih akrab menggunakan lafadz hadatsana Dalam metode penerimaan hadis, kedua lafadz tersebut masuk kedalam metode al-Sima’ yaikni mendengar langsung dari sang guru.
Daftar materi pada KB
2 Beragamnya sighat tahammul wal ada’ yang sulit dipahami
Daftar materi yang sering
3 mengalami miskonsepsi Tidak ada dalam pembelajaran