Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS BAHAN AJAR

Judul Materi : Mengenal Tuntas Seluk-Beluk Periwayatan Hadis

NO BUTIR ANALISIS JAWABAN


1 Tuliskan minimal 3 (tiga) A. Pengertian al-Riwaayat dan al-Shahaadat
konsep beserta deskripsinya Kata al-riwayat dalam bahasa inodenias dapat diterjemahkan
yang Anda temukan di dengan periwayatan. Orang yang melakukan periwayatan
dalam bahan ajar Hadis disebut al-ra>wi, dan apa yang diriwayatkan dinamai
al-marwi, sedangkan susunan rangkaian para periwayat
dinamakan sanad ada juga yang menyebut dengan isnad,
dan kalimat yang disebutkan sesudah sanad disebut dengan
al-matn. Adapun kegiatan atau proses yang berisi seluk-
beluk penerimaan dan penyampaian Hadis lazim dikenal
dengan istilah tahammul wa ada’ al hadith. Sedangkan kata
al-shahadat diartikan sebagai persaksian.
B. Bentuk-bentuk periwayatan hadis
1. Mendengar (al-sima’) yaitu ketika seorang al-shaikh
(guru) membaca dan al-t}a>lib (murid)
mendengarkannya, baik sang guru tersebut
membacakan berdasarkan hafalan maupun membaca
dari kitab, sedang sang murid menuliskan apa yang ia
dengar atau hanya mendengarkan saja tanpa
menuliskannya.
2. Membaca (al-qira’ah) yaitu kegiatan membaca
seorang murid di depan gurunya, baik secara hapalan
maupun dengan melihat sebuah kitab
3. Ijazah (al-ijazah) yaitu memberikan izin periwayatan
baik secara ucapan maupun tulisan
4. Memberi (al-munawalah) yaitu tindakan pemberian
sebuah kitab atau sebuah Hadis tertulis oleh seseorang
supaya disampaikan dan diriwayatkan
5. Menulis (al-Kitabah) yaitu misalnya, seorang guru
menulis sendiri atau dengan memerintahkan orang lain
untuk menuliskan beberapa Hadis kepada orang yang
ada dihadapannya untuk menimba ilmu darinya, atau
seseorang lain yan berkirim surat padanya
6. Memberitahukan (al-Tlam) yaitu tindakan seorang
yang mengabari muridnya bahwa kitab atau Hadis ini
termasuk riwayat darinya atau dari yang didengarnya
dari sesesorang (fulan) tanpa member ijazah untuk
menyampaikannya.
7. Wasiat (al-Wasiyah) yaitu penegasan dari seorang
guru sewaku hendak bepergian atau mendekati saat-saat
kematiannya
8. Penemuan (al-Wijadah) yaitu Misalnya, seseorang
menemukan sebuah Hadis tertulis dari seorang guru
yang pernah ia jumpai, yang lalu ia tulis ulang
kemudian ia sampaikan. atau, dia memang tidak pernah
menjumpai guru tersebut, akan tetapi ia yakin bahwa
tulisan itu benar miliknya
C. Periwayat dari kalangan wanita
Perawi Hadis dari kaum perempuan jumlahnya banyak. Hal
ini membuktikan bahwa pada masa Nabi, peran sahabat
perempuan telah ada. Mayoritas dari kaum muslim hanya
tahu Aisyah RA. saja sebagai perawi Hadis. Tentu saja
dibanding perempuan lain, Aisyah memang yang paling
ulung dan banyak meriwayatkan hadis. Para ulama
memasukkannya ke dalam empat besar perawi hadis
terbanyak di samping Abu Hurairah, Abdullah bin Umar,
dan Jabir bin Abdullah.
2 Lakukan kontekstualisasi Bentuk-bentuk periwayatan hadis dikenal bermacam-macam.
atas pemaparan materi Hal ini menunjukkan keberagaman orang dalam memilih
dalam bahan ajar dengan metode periwayatan hadis sesuai dengan kondisi masing-
realitas sosial masing. Keberagaman merupakan realitas yang tak
terhindarkan dan memang haris dihadapi. Sikap yang baik
dalam menghadapi keberagaman adalah toleran yang bersifat
organik. Sikap toleran ini yang dapat mewujudkan nilai-nilai
moderasi beragama. Sikap toleran ini penting untuk dimiliki
oleh setiap orang agar tidak mudah menyalahkan orang lain
dengan menganggap dirinya paling benar. Sikap diri merasa
paling benar jelas tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam.
Sikap yang baik adalah saling menghargai kebenaran masing-
masing sesuai dengan keyakinannya.
3 Merefleksikan hasil Adanya sikap toleran yang dapat mewujudkan nilai-nilai
kontekstualisasi materi moderasi beragama menjadikan aspek kehidupan social di
bahan ajar dalam Indomesia memiliki pemahaman dan praktik beragama yang
pembelajaran bermakna adil, santun, mampu bertoleransi dengan perbedaan dan jauh
dari kekerasan. Mengingat Negara Indonesia yang secara
kodrati majemuk memiliki akar kultural yang cukup kuat, juga
memiliki modal sosial yang besar, rasanya sangat cukuplah
seluruh kemajemukan itu juga menjadi dasar acuan kuat untuk
menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.
moderasi beragama harus menjadi paradigm baru bagi semua
kalangan umat beragama. Karena hanya dengan moderasi
beragama, para pemeluknya belajar tentang etika pergaulan,
etika dialog, dan teknik memecahkan masalah yang tepat.
Dengan menjadikan moderasi beragama sebagai paradigma,
maka pemecahan-pemecahan masalah terkait relasi antar
pemeluk agama dapat dikendalikan dari dalam, yakni dari
pandangan dunia merekas endiri yang toleran dan dialogis.

Anda mungkin juga menyukai