Abstract
Dalam makalah ini pemateri mempressentasikan materi dengan tema hadis ditinjua dari segi
kuantitasnya hadis memiliki pengertian arti Hadits adalah keseluruhan perbuatan Nabi Muhammad
SAW dalam bentuk perkataan, perbuatan dan ketetapan. Hadits Nabi juga merupakan sumber islam
yang salah satunyamemiliki bertugas dalam membangun islam yang kuat dan kokoh kukum hukum
yang tidak terdapat di alquran bisa ditemukan diHadits dan hukum lainnya semisal qiyas,ijma dan
pendapat para ulama
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ilmu hadis dan hadis ditinjau dari segi kualitasnya ,
Hadits maqbool dan Hadits mardud. Hadits maqbul sendiri adalalah hadis yang lengkap padanya, syarat
syarat penerimaannyaa sedangkan hadis mardud ialah hadis yang tidak memenuhi syarat syarat atau
sebagian syarat hadis maqbul.diajarkan dengan menggunakan sumber hukum islam? Dan bagaimana
contoh contohnya data dapat dipahami melalui studi keperpustakaan.
Terakhir , pembagian Hadits ditengok dari diterima atau tidaknya dibagi menjadi dua bagian
yakni :hadis shahih hasan dan dhaif shahih
Pembagian hadis ke dalam tiga golongan ini baru diketahui pada pertengahan abad ketiga hijriyah yakni
masa hidup para imam keempat mazhab (malik,abu hanafi dan syafii dan ahmad hambali )
Kata Kunci: maqbul dan mardud
Abstrak
in this paper, the presenter presents material with the theme of hadith,reviewed
in trems of quantity.the meaning of the hadith as awhole of the actions of the propet Muhamad
SAW in the form of words, actions and decrees.The hadith of the prohet is also a source of
islam, in from which is responsible for building a firm and solid islam. Laws that are not found
in the Koran can be found in hadith and other laws such and qiyas, ijma and the opinions of
ulama. The aim of this research is to find out the science of hadith and traditions in trems of
their quality, maqbul hadith and mardud hadith a maqbul hadid itself hadit the requirement or
some conditions for a maqbul hadith. Isit taughtusing Islamic legal source? And how for
example,data can be understood througt library studies.in the end the division of hadiths based
on whetherthey are accepted or not is divided into two namely:authentic hasan and dhaif
hadiths.the division of hadith into these three groups was actually not known in the third middle
ages of the hijriyah, namely the time of the lives of priests of the four school of thought (imam
malik, abu hanafi and ulama syafi i and ahmad hambali)
Keyword: hadits, maqbul dan mardud
Jariyah, Indah, Lucy
PENDAHULUAN
Sebelum kami membahas pembagian hadis menurut kuantitas ,ada baiknya kami
menyampaikan defenisi dan maksud dari hadis. Makna hadits dalam ilmu ulumul hadits
diartikan sebagai sebuah berita yang datang dari Nabi Muhammad SAW. Berita yang
diperoleh tersebut dapat dilihat dari perkataan, perkataan (qauliyah), perbuatan (fi’liyah) dan
segala ketetapan Nabi semasa hidupnya (taqrir). Taqrir adalah membenarkan (bukan
mengingkari) apa yang dilakukan atau dilaporkan oleh sahabat (pengikut syara’) ke pada
Nabi atau diberitakan kepada beliau, lalu beliau tidak membantah atau tidak menyalahkan
serta menunjukkan bahwa beliau menyetujuinya.
Namun masalanya ialah bahwa untuk memahami suatu hadis dengan baik, tidaklah
gampang karena itu sangat diperlukan metodologi dalam memahami hadits.salah satu cara
menelusuri kontekssosio -histori yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis .
Permasalahan ini sering kali muncul pada saat ini ,itulah sebabnya kita membahas
tentang pembagian yang terdapat dalam hadits terbagi berapa bagian hadis tersebut dan
bagaimana cara kita mengggunakannya dalam kehidupan kita sehari –hari.Kedudukan hadits
dalam islam sama pentingnya dalam kedudukan al-quran walaupun hadits sumber kedua
setelah al-quran dalam islam. Keberadaanya dalam agama islam adalah penjelasan atas apa
yang tertulis didalam al-quran . hadits dapat dijadikan sumber hukum dasar bagi teks agama
apabila tidak ada ketentuan dalam ayat al quran.selain itu, hadits juga diamalkan dan perbarui
dalam kehidupan sehari hari.Ada banyak metode yang terima dikalangan orang-orang Arab
yang bodoh ketika islam pertama kali.
Jariyah, Indah, Lucy
Allah SWT menganugerahkan kepada orang –orang sebelum mereka ,saw yang selalu berpegang
pada al quran dan Hadits Nabi bahwa mereka adalah orang orang yang baik dan jujur yang
menepati janji amanahnya.Dan separuhnya lagi focus untuk selalu mewariskan hadits Nabi saw
beserta hadis hadisnya dan generasi lampau ke generasi berikutnya. Hadis mempunyai pengaruh
yang besar terhadap islam
Jariyah, Indah, Lucy
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, kami menggunakan metode survei
literatur.pengertian metode perpustakaan mencakup berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pengumpulan data perpustakaan membaca dan mencatat serta bagaimana bahan penelitian
diolah. Adapun pengertian dari metode kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian. Studi ini juga merupakan kegiatan mmenghimpun berbagai
informasi yang sistematis dengan topic masalah yang menjadi objekatu topic cerita yang
diambil dalam karya tulis non fiksi misalnya novel cerpen ilmiah, tesis, disertasi atau
tulisan-tulisan didalam karya ilmiah masih merupakan tulisan fiksi seperti buku atau artikel.
Terhindar dari apapun yang ditinjau, studi pustaka seharusnya dapat memberikan
pembacanya mengenai gambaran umum dari pengetahuan, isi dari karya yang diagnosis dan
juga menjawab pertanyaan dasar dari sebuah teori yang menjadi latar belakang studi pustaka.
Seseorang yang melakukan aktivitas studi pustaka dengan baik dapat memastikan bahwa
mereka telah mengajukan pertanyaan dasar dengan tepat, serta menunjukkan bahwa mereka
sudah memilih kerangka teori atau metodologi penelitian dengan tepat.
Agar dapat memahami pentingnya survei literature hal ini memerlukan pengetahuan
dasar pada topik yang dipilih’ menentukan apakah subjek tersebut kekurangan teori,dan
mengadaptasi karya akademis seseorang dengan karya akademis orang lain,judul literature
yang relevan harus disediakan.
Jariyah, Indah, Lucy
1. HADIS
Kata hadits atau al-hadits tergantung pada bahasanya berarti al-jadid ( yang
baru), dan bukan al-qadim (yang lama). Kata hadis juga berarti al-habbar (pesan)
, yaitu yang diucapkan atau disampaikan dari seseorang ke orang lain. Bentuk jamak dari
kata ini adalah al-Ahadits. Dari segi terminologi, para ahli hadits dan ahli ushr berbeda
argumen mengenai pengertian hadis.
Bahkan Di kalangan ulama hadits sendiri terdapat beberapa definisi yang sedikit
berbeda satu sama lain . Ada pula yang mendefinisikan hadits, sebagai : "Segala
perkataan perbuatan Nabi SAW, ketetapan , dan hal ihwalnya". Para ahli hadits
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "hal ", mencakup segala beritaan tentang
Nabi SAW, sepertiberita tentang nabi sa, ciri-cirinya, kisah kelahiranya,kebiasaaanya dan
sebagainya .
Para ahli hadits lainnya merangkum makna hadits tersebut sebagai berikut
”Segala sesuatu yang datang dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
dan sebagainya.”
sifatnya. Para Ulama hadis lainnya juga mendefiniskan hadis sebagai berikut:berdasarkan
didasarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tingkah laku ataupun
kebiasaanya.
Jariyah, Indah, Lucy
Umat islam mengangap hadis sebagai sumber utama ajaran islam setelah
Al-quran .Hadis dapat digunakan sebagai hujjah keagamaan dalam kehidupan
sehari-hari dalam memiliki peran penting dalam studi islam.hadis sebagai sumber
utuma ajaran islam setelah al-quran bersipat global. Artinya ,jika al-quran tidak
menjelaskan semua masalah hidup ,kita harus merujuk pada ,hadis adalah yang
paling penting karna memiliki otoritas dalam penetapan hokum untuk menetapkan
hukum yang tidak ditemukan dalam al-quran 1
Hadis ini disecara segi diterima dan ditolak,dirangkum kepada dua bagian:
a. Maqbool,yaitu semua hadist yang diterima ,dapat dijadikan dalil
b. Mardoud, yaitu semua hadis yang ditolak,tidak dapat dijadikan dalil dan harus
disangkal
1 Hadis maqbool
Maqbul menurut bahsa berarti” mak’huz’ (yang dapat diterima )dan
“mushaddaq” (apa yang dibenarkan ataupun diterima) sedangkan menurut istilah
adalah
“hadis yang telah sempurna padanya, syarat –syarat penerimanya
Syarat syarat penerimaaan suatu hadis menjadi hadis yang maqbul berkaitan
dengan sanadnya, yaitu sanadnya bersambung diriwayatkan oleh rawi yang adil lagi
dhabit,dan juga berkaitan dengan matannya tidak syadz dan tidak ber ‘illat.2
Dalam pada itu, tidak semua hadis maqbul boleh diamalkan ,akan tetapi ada
juga yang tidak boleh di amal kan. Dengan kata lain ,hadis maqbul ada yang
ma’mulun bih yakni hadis yang bisa diamalkan dan ada yang ghairma’mulin bih
yakni hadis yang tidak bisa diamalkan .
Dilihat dari ketentuan ketentuan hadis maqbul seperti yang di uraikan di
atas , maka hadis maqbul dapat di golongkan menjadi 2, yaitu hadis shahih dan
hasan.
2
Ajjah Al-Khathib,op.cit.,hlm.303.
Jariyah, Indah, Lucy
2.hadis mardud
Mardud menurut bahasa berarti” yang di tolak “atau “yang diterima”.sedangkan mardud
menurut istilah adalah hadis yang tidak memenuhi pesyaratan atau sebagian syarat hadis maqbool.
Kegagalan untuk memenuhi persyartan ini dapat mengakibatkan sanad dan matan tidak
bersambung Para ulama mengelompokkkan hadis jenis ini menjadi dua bagian golongan yaitu
hadis dha’if dan hadis maudu’.
teraakhir, pembagian hadis dilihat dari segi diterima tidaknya dirangkum menjadi tiga,
yaitu:hadis shahih ,hasan dan dha’if .pembagian hadis kedalam tiga golongan tersebut ini
sebenarnya belum diketahui pada pertengahan hijriyah ketiga (yakni pada masa hidup para ulama
empat madzhab ‘. Malik , abu hanifah, syafi’i,dan ahmad). Karena pembagian ini muncul pada
masa sesudahnya .
Imam ahmad ibn hanbal hanya membagi hadis menjadi dua bagian yaitu hadis shahih yang
di terima (maqbul)dan hadis dha’if yang ditolak (mardud). Pendapat ibnu taymiyah , ulama yang
membagi hadis menjadi tiga kelompok ini mulai di perkenalkan oleh abu isa Al Tirmidzi, karna
beliau banyak meriwayatkan hadits dan memberikan penjelasan terhadap riwayatnya dengan
menggunakan kata –kata seperti hadis “shahih hasan gharib”.
A. tafsir hadis sahih
1.penegrtian hadis shahih
Shahih merupakan kebalikan dari kata saqim (penyakit).kata shahih juga sudah masuk dalam
kosakata bahasa indonesia dengan arti (sah )’. Benar ,sempurna sehat (tidak semua );pasti.3
Penafsiran pasti terhadap hadis shahih belum dapat menjeskan secara definitive belum dinyatakan
oleh ahli hadis dan masa pemerintahan al-muttaqaddim.
Pada masa pemerintahan al muttaqaddim (sampa abad ketiga masehi) penjelaskan mengenai
makna hadis shahi menjadi sangat jelas ketika imam syafii memberikan ketentuan bahwa kisah
hadis dapat dijadikan dalil dalam hal hal berikut
a. Sebuah pengalaman keagaam diceritakan oleh seorang perawi yang bisa dihandalkan
pengalaman agamanya ; dikenal sebagai orang yang jujur memahami hadis sebagaimana yang
diriwayatkan dan menegetahui bahwa makna hadis berubah seiring perubahan
pengucapkannya;mampu meriwayatkan hadis secara lafazh, dan penghapalkan bunyi bunyi
hadits pada saat membaca hadis secara lafaz ,bila meriwayatkan hadis secara lafazh ,
3
W.J.S.poewodorminto, kamus umum bahasa indonesia yang diolah kembali oleh pusat pembinaan dan pengembangan
pusat bahasa departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakartab:Balai Pustaka,1985),hlm.849.
Jariyah, Indah, Lucy
b rangkaian riwayatnnya bersambung sampe kepada nabi SAW, atau dapat juga tidak sampai W
kepada Nabi.
raguan.
B.Hadis hasan
8
Lihat dalam Jus 1,kitab Al-jum’at Bab Al-Siwak fi Yaum Al-jum’at ,dalam Imam Al-
Bukhari ,op .cit,Jilid1,hlm .241,atau hadis nomor 887.
Jariyah, Indah, Lucy
Hasan menurut bahasa artinya suatu yang menyenangkan dan yang dicenderungkan hawa
nafsu. Walaupun menurut ungkapannya, para ulama berbeda argumen para ulama dalam
pengertian hadis hasan ini. Perbedaan pendapat tersebut ini bisa terjadi di sebabkan karena
sebagian dari mereka mengklasifikasikan hadis lemah yang dapat dijadikan dalil. memang benar,
imam tirmizhi ,menurut sejarah ilmiah,adlah orang yang pertama kali menciptakan istilah ‘hasan”
untuk jenis hadis yang terisollisasi. Jadi Al tirmidzhi versi syadz adalah seseorang perawi yang
meriwayatkan suatu hadis terhadap orang yang lebih hafalannya suatu hadis terhadap orang yang
lebih hafalnnya darinya atau lebih banyak jumlahnya.
Contoh hadis hasan
9
Ajjaj Al-Khathib ,op.cit.,hlm.357
10
Al-Hakim ,op.cit.,hlm.25
Jariyah, Indah, Lucy
KESIMPULAN
REFERENSI