Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HADITS

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah agama

Dosen pengampu Drs. Mursal Sah, M.Ag

Oleh :

Kelompok 5

M. Farhan 2310222005

UNIVERSITAS ANDALAS
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami penjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul "HADITS" dengan sebaik-baiknya, meskipun masih jauh dari katal
kesempurnaan. Shalawat beserta salam kami curahkan kepada Rasulullah S.A.W.
Dalam menyelesaian makalah ini kami berusaha untuk melakukan yang
terbaik. Tetapi kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah kami yang akan datang.
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang telah
memberikan dorongan, semangat dan masukan.
Semoga apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
masyarakat pada umumnya, serta mendapatkan ridha dari Allah S.W.T. Amin.

Padang, 25 Februari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada masa Rasulullah masih hidup, zaman khulafaur rasyidin dan sebagian
besar zaman Umayyah sehingga akhir abad pertama hijrah, hadits- hadits nabi
tersebar melalui mulut kemulut (lisan). Ketika itu umat Islam belum mempunyai
inisiatif untuk menghimpun hadits-hadits nabi yang bertebaran. Mereka merasa
cukup dengan menyimpan dalam hafalan yang terkenal kuat. Dan memang diakui
oleh sejarah bahwa kekuatan hafalan para sahabat dan para tabi'in benar-benar
sulit tandingannya.
Hadits nabi tersebar ke berbagai wilayah yang luas dibawa oleh para
sahabat dan tahi in ke seluruh penjuru dunia. Para sahabat pun mulai berkurang
jumlahnya karena meninggal dunia. Sementara itu, usaha pemalsuan terhadap
hadits-hadits nabi makin bertambah banyak, baik yang dibuat oleh orang-orang
zindik dan musuh-musuh Islam maupun yang datang dari orang Islam sendiri.
Yang dimaksud dengan pemalsuan hadits ialah menyandarkan sesuatu
yang bukan dari Nabi SAW kemudian dikatakan dari Nabi SAW, Berbagai
motifasi yang dilakukan mereka dalam hal ini. Ada kalanya kepentingan politik
seperti yang dilakukan sekte-sekte tertentu setelah adanya konflik fisik (fitnah)
antara pro-Ali dan pro-Muawiyyah, karena fanatisme golongan, madzhab,
ekonomi, perdagangan dan lain sebagainya pada masa berikutnya atau unsur
kejujuran dan daya ingat para perawi hadits yang berbeda. Oleh karena itu, para
ulama bangkit mengadakan riset hadits-hadits yang beredar dan. meletakkan dasar
kaidah-kaidah yang ketat bagi seorang yang meriwayatkan hadits yang nantinya
ilmu itu disebut Ilmu Hadits.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam di
samping al-Qur'an. Mengingat begitu pentingnya hadis, maka studi atau kajian
terhadap hadis akan terus dilakukan, bukan saja oleh umat Islam, tetapi oleh
siapapun yang berkepentingan terhadapnya. Berbeda dengan ayat-ayat al- Qur'an
yang semuanya dapat diterima, hadis tidak semuanya dapat dijadikan sebagai
acuan atau hujjah. Hadis ada yang dapat dipakai ada yang tidak. Di sinilah letak
perlunya meneliti hadis. Agar dapat meneliti hadis secara baik. diperlukan antara
lain pengetahuan tentang kaidah dan atau metodenya. Atas dasar itulah, para
ulama khususnya yang menekuni hadis telah berusaha merumuskan kaidah dan
atau metode dalam studi hadis. Buah dari pengabdian dan kerja keras mereka telah
menghasilkan kaidah dan berbagai metode yang sangat bagus dalam studi hadis,
terutama untuk meneliti para periwayat yang menjadi mata rantai dalam
periwayatan hadis.
Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik dibicarakan tentang
kedudukan Hadits dalam Islam. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Qur'an
merupakan sumber hukum utama atau primer dalam Islam. Akan tetapi dalam
realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Al-Qur'an
membicarakanya, atau Al-Qur'an membicarakan secara global saja atau bahkan
tidak dibicarakan sama sekali dalam Al-Qur'an. Nah jalan keluar untuk
memperjelas dan merinci keuniversalan Al-Qur'an tersebut, maka diperlukan
Hadits atau Sunnah. Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau
penjelas dari Al-Qur'an atau bahkan menjadi sumber hukum sekunder atau kedua
setelah Al-Qur'an.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Hadist itu?
2. Apa saja Macam-Macam Hadits?
3. Apa saja Fungsi dan Peranan Hadits
4. Siapa saja Peneliti Hadits?
5. Apa saja Perbedaan Al Qur’an dan Hadits?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi hadits
2. Mengetahui macam-macam hadits
3. Memahami fungsi dan peranan hadits
4. Mengetahui para peneliti hadits
5. Mengetahui perbedaan Al Qur’an dan hadits
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definsi Hadits
Kata hadits berasal dari kata hadits, jamaknya ahadits, hidtsan dan
hudtsan. Namun yang terpopuler adalah ahadits, dan lafal inilah yang sering
dipakai oleh para ulama hadits selama ini. Dari segi bahasa kata ini memiliki
banyak arti, diantaranya al-jadid (sesuatu yang baru) yang merupakan lawan dari
kata al-qadim (sesuatu yang lama). Bisa diartikan pula sebagai al-khabar (berita)
dan al-qarib (sesuatu yang dekat).
Ilmu hadis ilmu tentang memindah dan meriwayatkan apa saja yang
dihubungkan dangan Rasulullah saw, baik mengenai perkataan beliau ucapkan,
atau perbuatan yang beliau lakukan, atau pengakuan yang beliau ikrarkan. (yakni
berupa sesuatu yang dilakukan di depan nabi saw, perbuatan itu tidak dilarang
olehnya) atau sifat-sifat nabi saw, termasuk tingkah laku beliau sebelum menjadi
rasul atau sesudahnya, atau menukil/meriwayatkan apa saja yng dihubungkan
kepada sahabat atau tabi'in.
Kata "Hadits" berasal dari bahasa Arab yakni al-hadits, jamaknya al-
haadits, al-hidsan, dan al-hudson. Dan dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak
arti, di antaranya (1) al-jadid (yang baru), lawan dari al-qadim (yang lama), (2) al-
khabar (kabar atau berita). (Idri. Studi Hadits, Jakarta: Kencana. 2010: 23)
Secara terminologis, ahli Hadits dan ahli Ushul berbeda pendapat dalam
memberikan pengertian tentang Hadits. Di kalangan ahli hadits sendiri ada
beberapa definisi yang antara satu dengan lainnya agak berbeda, diantaranya:
‫كل ما اثر عن النبي ص م من قول وفعل تقرير وصفة‬
"Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataa,
perbuatan, taqrir, maupun sifatnya". (Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010;1)
Kata "ilmu hadits" merupakan kata serapan dari bahasa Arab, "ilmu al-
hadits", yang terdiri atas dua kata, yaitu "ilmu" dan "hadits". Jika mengacu kepada
pengertian hadits, berarti ilmu pengetahuan yang mengkaji atau membahas
tentang segala yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, takrir maupun lainnya, maka segala ilmu yang membicarakan masalah
hadits pada berbagai aspeknya berarti termasuk ilmu hadits. (Sohari Sahrani,
Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010;71)
Pengertian hadits menurut istilah dari 3 sudut pandang Ulama:
1. Menurut para Muhadditsun (ahli hadits)
Hadits didefinisikan sebagai segala riwayat yang berasal dari Rasulullah
baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir), sifat fisik dan tingkah laku,
beliau baik sebelum diangkat menjadi rasul (seperti tahannuts beliau di gua Hiro)
maupun sesudahnya". Karena para muhadditsun meninjau bahwa pribadi Nabi
Muhammad itu adalah sebagai uswatun hasanah, sehingga segala yang berasal
dari beliau baik ada hubungannya dengan hukum atau tidak, dikategorikan sebagai
hadits.
2. Menurut para ahli ushul fiqh (ushuliyyun)
Para ushuliyyun mendefinisikan hadits sebagai segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW selain al-Qur'an, berupa perkataan perbuatan
maupun ketetapan (taqrir) beliau, yang dapat dijadikan sebagai dalil hukum
syari'ah karena bersangkut-paut dengan hukum islam. Ushuliyyun meninjau
bahwa pribadi Nabi Muhammad adalah sebagai pembuat undang-undang (selain
yang sudah ada dalam Al-Qur'an) yang membuat dasar-dasar ijtihad bagi para
mujtahid yang datang sesudahnya dan menjelaskan kepada umat islam tentang
aturan hidup.
3. Menurut sebagian ulama (jumhur ulama)
Menurut sebagian ulama antara lain at-Thiby, sebagaimana dikutip M.
Syuhudi Ismail, mengatakan bahwa hadits adalah segala perkataan perbuatan, dan
takrir nabi, para sahabat, dan para tabiin.

Anda mungkin juga menyukai