Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Study Hadist”. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.
Semoga kita, orang tua kita, dosen-dosen dan orang terdekat kita mendapat syafaat
beliau di Yaumul Mahsyar kelak.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Study Hadist semester 1, dan judul makalah ini adalah “Study Hadist”
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak M. Royyan Nafis Fathul Wahab, M,Ag,
selaku dosen pengampu, dan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, hadits
meliputi sabda Nabi, perbuatan, dan taqrir (ketetapan) darinya.Sebagai sumber ajaran
Islam yang kedua hadits perlu mendapat pengkajian yang mendalam karena hadits
memiliki bebrapa fungsi tehadap al-Qur’an, salah satunya adalah melengkapi hukum
agama yang tidak diatur di dalam al-Qur’an.
Mempelajari dan mengkaji hadits harus secara secara mendalam dan menyeluruh
mencakup sisi periwayatan maupun kualitas dan kesahihan hadits. Mempelajari dan
mengkaji hadits ini merupakan kegiatan yang kopleks mengingat kodifikasi hadits
dilakuan dua abad setelah nabi hijrah, sehingga terdapat kemungkinan terjadi distorsi
terhadap hadits. Oleh karena itu penelitian terhadap hadits harus meneyeluruh dan serius,
agar diperoleh hadits yang berkualitas.
Hadits sebagai sumber ajaran Islam terntunya memiliki peran yang sangat
fundamental bagi kehidupan manusia terutama umat Islam. Baik pada zaman duhulu
ataupun di zaman yang modern seperti sekarang ini, hadits harus tetap dijadikan rujukan
atau pedoman dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian makalah ini menabhas tentang tujuan mengkaji dan
mempelajari hadist dan untuk menilai apakah secara historis sebuah hadist itu benar-
benar dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya berasal dari nabi, atau tidak.
Sehingga memberikan kemudahan untuk bersikap terhadap hadits yang diterima ataupun
hadits yang tertolak. Hal tersebut sangat menentukanmengingat kadar kualitas hadist
kuat sekali hubungannya dengan dapat atau tidaknya suatu hadits dapat dijadikan sebagai
hujah agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hadits dan ilmu hadits?
2. Apa yang dimaksud dengan sunnah,khabar dan atsar?
3. Bagaimana urgensi hadits dan ilmu hadits?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mendekripsikan pengertian hadits dan ilmu hadits.
2. Untuk menjelaskan apa itu sunnah,khabar dan atsar.
3. Untuk menjelaskan urgensi hadits dan ilmu hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Sunnah
Menurut bahasa, As-Sunnah berarti „perjalanan‟, dalam konteks baik ataupun
buruk.Dalam prakteknya, sunnah merupakan tafsir al-Qur‟an dan suri tauladan bagi umat
Islam. Sementara, Nabi saw, adalah penafsir al- qur‟an dan Islam berdasarkan yang
dilakukannya.
Adapun berkenaan dengan definisi sunnah menurut ahli syara‟, para ulama
berbeda pendapat. Mereka berbeda-beda dalam memberikan definisi, hal ini disebabkan
oleh perbedaan tujuan ilmu yang menjadi objek pembahasannya. Sunnah menurut istilah
(terminologi) Ahli-ahli Hadits misalnya, menurut mereka sunnah adalah sabda,
pekerjaan, ketetapan, sifat (watak budi atau jasmani); atau tingkah laku Nabi Muhammad
Saw, baik sebelum menjadi Nabi atau sesudahnya. Dengan arti ini, menurut mayoritas
ulama, sunnah sinonim dengan hadits, sekalipun sebagian dari mereka membedakan
antara keduanya.
Sunnah menurut Ahli-ahli Usul Fiqih, adalah sabda Nabi Muhammad yang bukan
berasal dari al-Qur‟an, pekerjaan, atau ketetapannya. Sementara menurut para ahli Fiqih
(fuqaha), sunnah adalah hal-hal yang berasal dari Nabi Muhammad Saw baik ucapan
maupun pekerjaan, tetapi hal itu tidak wajib dikerjakan. Arti sunnah tersebut di atas telah
disepakati oleh para ulama, baik dari ahli-ahli bahasa, usul fiqih, fiqih maupun hadits.
Sedang ulama yang bergelut di bidang dakwah mendefinisikan sunnah yakni
dengan apa saja yang bukan bid’ah. Hal ini dikarenakan perhatikan mereka tertuju
kepada apa saja yang menjadi perintah dan larangan syara‟.
Selain itu, kaum orientalis juga memberikan definisi terhadap sunnah. Di antara
mereka ada yang berpendapat bahwa sunnah adalah istilah animisme. Ada juga yang
berpendapat bahwa sunnah berarti “masalah ideal dalam suatu masyarakat”. Ada juga
yang berpendapat bahwa periode-periode pertama sunnah berarti “kebiasaan” atau “hal
yang menjadi tradisi masyarakat”, kemudian pada periode-periode belakangan
pengertian sunnah terbatas pada “perbuatan Nabi saw”.
Terlepas dari beberapa definisi tersebut, Sunnah pada dasarnya sama dengan
hadits, namun dapat dibedakan dalam pemaknaannya, seperti yang diungkapkan oleh M.
M. Azami bahwa sunnah berarti model kehidupan Nabi saw., sedangkan hadits adalah
periwayatan dari model kehidupan Nabi saw, tersebut.7
C. Pengertian Khabar
Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita
yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sedang pengertian khabar
menurut istilah, antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda pendapat.
Menurut ulama ahli hadits sama artinya dengan hadis, keduanya dapat dipakai
untuk sesuatu marfu'. Mauquf, dan maqthu', mencakup segala yang datang dari
Nabi SAW., sahabat dan tabi'in, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain
dari Nabi SAW., sedang yang datang dari Nabi SAW. disebut hadis. Ada juga
yang mengatakan bahwa hadis lebih umumdan lebih luas daripada khabar, srhingga
tiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi tidak setiap khabar dikatakan hadis.
Hadits marfu’, hadits mauquf dan hadits maqthu’ bisa disebut dengan
khabar. Dan oleh karena itu pula ada yang berpendapat bahwa khabar adalah
segala bentuk berita (warta) yang diterima bukan dari nabi SAW saja. Contoh hadits
yang berbunyi :
"Islam itu mulanya asing dan akan kembali asing seperti semula. Maka
beruntunglah bagi orang-orang yang asing”
D. Pengertian ATSAR
Al-atsar dalam bahasa artinya adalah sisa ()َبِقّي ُة الَّش ئ, sedangkan menurut
pengertian istilah, para ahli berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu
mereka masing-masing, diantaranya adalah:
1. Jumhur berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in.
2. menurut ulama lain, seperti ulama Kharasan atsar untuk hadits mauquf dan
khabar untuk hadits marfu.
3. ahli hadits lain mengatakan tidak sama, yaitu khabar, berasal dari nabi, sedangkan
atsar sesuatu yang di sandarkan hanya kepada sahabat dan tabi’in, baik perbuatan
maupun perkataan.
Empat pengertian tentang hadits, sunnah, khabar, dan atsar sebagaimana
diuraikan di atas, menurut Jumhur ulama hadits juga dapat dipergunakan untuk maksud
yang sama, yaitu bahwa hadits disebut juga dengan sunnah, khabar atau atsar. Begitu
juga sunnah bisa disebut dengan hadits, khabar, atsar. Maka hadits mutawatir disebut
juga sunnah mutawatir, begitu juga hadits shahih dapat juga disebut dengan sunnah
shahih, khabar shahih dan atsar shahih.
Dari beberapa uraian tentang hadits diatas dapatlah ditarik bahwa, baik Hadits,
Sunnah, Khabar dan Atsar sebagaimana yang telah diuraikan, maka pada dasarnya
kesemuanya memiliki persamaan maksud, yaitu untuk menunjukkan segala sesuatu yang
datang dari Nabi SAW,baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrirnya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa atsar lebih umum dari pada khabar, yaitu
atsar berlaku bagi segala sesuatu dari Nabi maupun yang selsain dari Nabi SAW,
sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu dari Nabi SAW saja.
Para fuqoha’ memakai istilah “atsar” untuk perkataan-perkataan ulama’ salaf, sahabat ,
tabi’in, dan lain-lain.
)السنة ان يكبر االمام الفطر و يوم االضحى حين يجلس على المنبر قبل الخطبة تسع تكبيرات (رواه البيهقى
Artinya:
Menurut sunnah hendaklah imam bertakbir pada hari raya fitri dan adha sebannyak
sembilan kali ketilka duduk di atas mimbar sebelum berkhutbah (HR. Baihaqi)
Tabi'in
mencari dan menghafal hadis
serta menyebarkannya.
A. Kesimpulan
Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “Seluruh perkataan, perbuatan,
dan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW”, sedangkan menurut yang lainnya
adalah “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan,
perbuataan, maupun ketetapannya.”
Khabar menurut bahasa adalah “Semua berita yang disampaikan oleh
seseorang kepada orang lain.” Menurut ahli hadits, khabar sama dengan hadits.
Keduanya dapat dipakai untuk sesuatu yang marfu’, mauquf, dan maqthu’, dan
mencakup segala sesuatu yang datang dari Nabi, sahabat, dan tabi’in. Adapun
atsar berdasarkan bahasa sama pula dengan khabar, hadits, dan sunnah.
Adnan Qahar,Ilmu Ushul Hadits terj. Al-Manhalu Al-Lathiifu fiUshuli Al-Hadisi Al-
syarifi karya Prof.Dr.Muhammad Alawi Al-Maliki,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012).
http://islamic.net63.net/pendahuluan/pengertian_hadits.htm, September27, 2012.
M. Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).
Muhammad Ajaj Al-Khatib, Hadits Nabi Sebelum dibukukan,(Jakarta: Gema Insani
Press, 1999).
Muhammad Mustafa Azami, Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, (Pejaten Barat:
Pustaka Firdaus, 2009).
Suparta, Drs. Munzier, ILmu Hadis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Suryadilaga, Dr. M Alfatih, dkk, Ulumul Hadis. Yogyakarta: Teras, 2010.
Yusuf Qardhawi, Studi Kritis As-Sunnah, Penj. Bahrun Abubakar, (Bandung: Trigenda
Karya, 1995).