Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TERMINOLOOGI HADIS NABI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Dalam


Mata Kuliah Studi Qur’an dan Hadist

Dosen Pengampu:
HERU SETIAWAN M.Ag

Kelompok VIII

Nama Anggota:

1. Muhammad Fardhan Kusuma Atmaja (1860302223048)


2. Nirina Lailatul Khomariah (1860302221014)
3. Aisyah Rodhotul Khasanah (1860302221016)
4. Sirojul Wahhaj (1860302222024)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah Nya kepada kita.Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyyah hingga menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.Dan pastinya yang
kita nanti nantinkan syafaatnya diyaumul qiyamah nanti.Amin amin yarobbalalamin.

Pada kesempatan kali ini kami akan membuat sebuah makalah yang berjudul "
Terminologi hadis nabi " sebagai pemenuhan tugas kuliah dalam mata pelajaran Studi Qur'an
Hadits. Pada makalah ini, nantinya akan dibahas lebih lanjut tentang terminologi hadis nabi

Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan pembuatan makalah kami di masa mendatang.Kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah studi Qur'an Hadits yang telah
memberikan materi ini serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT membalas atas semua
bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan baru bagi kita
semua. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Akhirul kalam,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungaggung

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang sempurna di muka bumi ini, semua sisi kehidupan
manusia dan makhluk Allah telah digariskan oleh Islam melalui Kalam Allah swt (Al
Qur'an) dan Al Hadits. Al Qur'an sudah jelas di tanggung keasliannya oleh Allah swt
sampai akhir nanti, bagaimana dengan Al Hadits.

Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur'an yang diwariskan
oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam. Sebagai sumber hukum kedua, kita
sebagai umat Islam wajib mempelajarinya. Terkhusus kepada para pelajar Muslim, kita
harus mengetahui pula pengertian hadits dan istilah ilmu hadits lainnya berupa sunnah,
khabar, dan atsar, persamaan dan perbedaannya, serta bentuk-bentuk hadits, agar kita
dapat mengetahui isi dari hadits dengan baik, sehingga untuk menularkannya kepada
masyarakat pun bisa dilakukan dengan benar.

Secara termonologis, hadist dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara bahasa, hadist berarti perkataan,
percakapan, berbicara. Hadist secara istilah dimaknai sebagai segala perkataan (Sabda),
perbuatan dan ketetapan lainya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum
syariat Islam selain Al-Quran. Arti Terminologi dalam bahasa Indonesia disebut dengan
peristilahan tentang kata-kata dan batasan atau definisi suatu istilah. Namun dalam
sebutan terminologi terkandung juga makna 'penggunaan' dari istilah tersebut dalam
suatu konteks. Misalnya, seperti istilah Khilaf, secara bahasa istilah ini berarti keliru
atau salah.

Di sini penulis akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa buku yang telah
penulis baca, berupa pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar. Serta stuktur hadis
yaitu, mukharrij, perawi, perawi pertama, perawi terakhir, sanad dan matan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.) Pengertian hadits, sunah, khabar, dan atsar.
2.) Menjelaskan Struktur Hadis: Mukharij, Perawi, Perawi pertama, Perawi terakhir,
Sanad dan Matan.

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


1.) Untuk mengetahui pengertian Hadist, Sunnah, Khabar, dan Atsar.
2.) Untuk mengetahui struktur Mukharrij, Perawi, Perawi pertama, Perawi terakhir,
Sanad dan Matan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HADIS, SUNNAH, KHOBAR, dan ATSAR


A. HADIS
Kata hadis atau al-hadith tergantung bahasanya, artinya al-jadid (sesuatu yang
baru), sebagai lawan dari al-qadim (sesuatu Tua). Kata hadis juga berarti al-khabar
(berita), yang berarti sesuatu diucapkan dan diteruskan dari orang ke orang yang
lainnya. Bentuk jamaknya adalah al-hadith.1
Secara termonologis, ahli hadis dan ahli ushul berbeda pendapat dengan
memberikan pemahaman tentang hadits.Di kalangan ulama hadis, ada beberapa
pengertian yang satu dengan lainnya sedikit berbeda. Di antara mereka ada yang
mendefinisikan hadis dengan:
“Segala perkataan Nabi saw., perbuatan, dan hal ihwalnya.”

Yang termasuk "hal ihwal", ialah segala pemberitaan tentang Nabi saw, seperti
yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaannya.2

Bagi ulama Ushul Fiqh, hadits dipahami dengan sesuatu yang diturunkan dari
Nabi ,saw tentang hukum syara’, baik berupa perkataan, tindakan maupun
keputusan. Mereka melihat Nabi sebagai pembuat hukum.Dari pengertian di atas,
semua perkataan atau sabda Nabi, saw. Yang tidak termasuk misi kerasulannya,
sebagai jalan berpakaian, berbicara, tidur, makan, minum, atau apa pun tentang
pekerjaan Nabi, tidak termasuk yang telah dilakukan. Para ahli hadits maupun ahli
ushul fiqh di atas hanya terbatas pada beberapa hal saja berdasarkan Rasulullah
tanpa menyinggung perilaku dan perkataan para sahabat atau tabi`in.Dapat dikatakan
bahwa definisi di atas bersifat terbatas atau sempit.

Di antara ulama hadis ada yang mendefinisikan hadis dengan bebas. Menurut
mereka, hadis memiliki makna lebih luas, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang
hanya untuk Nabi (hadis al-marfu`), tetapi juga segala sesuatu berdasarkan teman
(hadis al-mawquf) dan tabi`in (hadis al-maqtu`).3

1
Idri dkk, Studi Hadis (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2021), hal.3
2
Ibid.,hal.4
3
Ibid.,hal.6
B. SUNAH
Secara etimologis, sunnah berarti perjalanan yang baik atau buruk.Sunnah
adalah jalan yang lurus dan terus menerus,yang baik atau yang buruk.4
Ungkapan tersebut antara lain disebutkan dalam al-Qur`an surah al-Kahfi / 18
ayat 55

‫اس اَ ْن يُّْؤ ِمنُ ْٓوا اِ ْذ َج ۤا َءهُ ُم ْاله ُٰدى َويَ ْستَ ْغفِرُوْ ا َربَّهُ ْم آِاَّل اَ ْن تَْأتِيَهُ ْم ُسنَّةُ ااْل َ َّولِ ْينَ اَوْ يَْأتِيَهُ ُم ْال َع َذابُ قُبُاًل‬
َ َّ‫َو َما َمنَ َع الن‬

“ Dan tidak ada (sesuatu pun) yang menghalangi manusia untuk beriman ketika
petunjuk telah datang kepada mereka dan memohon ampunan kepada Tuhannya,
kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat
yang terdahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.”

Dengan demikian sunnah secara bahasa berarti perjalanan atau perbuatan yang
ditempuh. Pengertian sunnah menurut istilah diartikan secara beragama dikalangan
para ulama ialah:

1) Ulama hadits (muhadditsin) menegaskan bahwa sunnah adalah segalanya


sesuatu yang berasal dari Rasul sebagai imam yang memberi petunjuk serta
pemberi nasehat, yang diwahyukan oleh Allah SWT. Sebagai teladan dan figur
bagi umat Islam. Para ulama hadits mengatakan bahwa sunnah meliputi segala
sesuatu yang berasal dari Rosulullah dalam bentuk perilaku, postur, pembawaan,
informasi dengan baik, kata-kata dan tindakannya memiliki konsekuensi syariah
atau tidak. Dengan demikian, para ulama hadits mengartikan sunnah sebagai:
semua yang dilakukan, kata, semua aspek kehidupan Nabi saw baik sebelum
pengangkatannya sebagai Rasul maupun setelah pengangkatannya sebagai Rasul.
Ini mengacu pada Al-Qur'an yang mengatakan bahwa pada diri Rosul memiliki
uswah (suri tauladan) yang baik.5
2) Ulama Ushul Fiqh berpendapat bahwa sunnah adalah segala sesuatu dari Rasul
sebagai bentuk Syariah yang menjelaskan kepada orang-orang tentang hukum
kehidupan dan menetapkan aturan untuk mujtahid setelah kematian beliau.
Sehingga sunnah menurut ulama fiqh ushul adalah perkataan, perbuatan dan
perbuatan taqrir Rasul yang membawa akibat hukum dan menetapkannya.Jadi,
sunnah dalam termologi ulama ushul fiqh adalah segala sesuatu dari Nabi. di luar

4
Oneng Nurul Bariyah,Ilmu Hadis,(Jakarta: CV.Tunas Ilmu, 2011), hal.1
5
Ibid.,hal.2
Al-Qur'an, baik dalam bentuk lisan, tindakan atau taqrir yang layak menjadi
hukum syara`.
Berdasarkan pengertian di atas, para ulama fiqh ushul meyakini bahwa sunnah
mencakup segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah dan yang mungkin
dijadikan sebagai dalil hukum dimana Rasul memiliki kualitas syariat.
3) Ulama Fiqh (Fukaha) berpendapat bahwa sunnah adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad saw dalam bentuk perbuatannya yang
menunjukkan ketentuan syara’. Mereka mempelajari hukum Islam berkaitan
dengan perbuatan manusia, baik dari segi hukum wajib, haram, mubah atau
lainnya. Dalam hal ini, sunnah menurut para ulama fiqh adalah segala sesuatu
yang berasal dari Nabi, saw. itu tidak bias termasuk bab fardhu dan
wajib.Menurut al-Siba`i, artinya melibatkan pembahasan fikih tentang tindakan
mukallaf meliputi wajib, terlarang, mandub (sunnah), ibahah (dibolehkan), dan
karahan (makruh).6

Berdasarkan uraian di atas, perbedaan makna sunnah dikemukakan oleh ulama


hadits, ulama ushul fiqh dan ulama fiqih berdasarkan pandangan mereka tentang
kedudukan dan fungsi Rosul. Semua ulama merujuk pada Rasul. Oleh karena itu,
ketika para ahli hadits mempertimbangkan tindakan seperti sunah, tahannus di
gua Hira atau pakaian yang digunakan Rasul, maka belum tentu hal tersebut
dikatakan sunnah oleh Ulama Ushul Fiqh,. Karena, tahannus di Gua Hira dalam
pandangan para ulama ushul fikih tidak dapat dijadikan dalil hukum.Demikian
pula pakaian panjang yang menjadi tradisi (model) orang Arab tidak bisa
diklasifikasikan sebagai sunnah oleh ulama Ushul Fiqh.Adapun sunnah Rosul
dalam berpakaian yang menjadi pedoman bagi umat Islam yaitu menutup aurat.7
C. KHOBAR
Secara bahasa, khabar berarti warta berita yang disampaikan dari seseorang ke
seseorang.Dari dalam pendekatan bahasa ini, kata khobar memiliki arti yang sama
dengan hadis. Bentuk jamak dari khabar adalah akhbar.Sedangkan menurut istilah
khabar adalah berita, baik dari Nabi, saw, sahabat ataupun berita dari tabi’in.
Menurut ibn Hajar al-Asqalani yang dikutip oleh al-Suyut’i, mendefinisikan hadis
dalam arti luas, mengingat istilah hadis sama artinya dengan khabar.Keduanya bisa

6
Ibid.,hal.3
7
Ibid.,hal.4
dipakai untuk sesuatu yang al-marfu, al-mawquf, dan al-maqtu’. Demikian juga apa
yang dikatakan al-Tirmisi. Ulama lain mengatakan bahwa khabar, adalah sesuatu
yang datang selain dari Nabi saw., sedang yang datang dari Nabi saw. disebut hadis.
Beberapa orang mengatakan hadis ini lebih umum daripada khobar.Untuk keduanya
berlaku kaidah “umuman wa khususan mutlaq”,yaitu tiap-tiap hadis dapat disebut
khobar, tapi tidak semua khobar dapat disebut hadis.Khobar sifatnya lebih umum
karena tidak harus berasal dari Rasulullah, namun dapat datang dari seorang Nabi,
sahabat, atau tabi’in.8
D. ATSAR
Atsar menurut bahasa adalah "awal dari sesuatu atau sisa dari sesuatu", berarti
menyalin. Bentuk jamaknya adalah atsar atau utsur.Sedang menurut Istilah Jumhur
Ulama memiliki arti sama dengan khobar dan hadis.Para fuqaha menggunakan kata
atsar untuk perkataan ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain.Beberapa orang
mengatakan atsar ini lebih umum, dari pada khobar.14 Imam Nawawi menjelaskan:
bahwa khurasan fuqaha menamai kata sahabat (mauquf) dengan atsar dan menamai
hadits nabi (marfu`) dengan khobar.9

2.2 STRUKTUR HADIS: MUKHARIJ, PERAWI, PERAWI PERTAMA, PERAWI


TERAKHIR, SANAD, dan MATAN
A. MUKHARIJ
Mukharij merupakan perawi terakhir yang meriwayatkan hadis.Atau
penggunaan istilah lain mukharij merupakan perawi terakhir sekaligus perawi
terakhir yang berhasil menghimpun aneka macam hadis pada sebuah buku
hadis.Misalnya al-Bukhori, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibn Majah,
dan lain sebagainya merupakan ulama yang menghimpun suatu hadis pada karya-
karya mereka.Kata mukharij juga identik menggunakan kata mukhrij.Kedua kata
tadi terkait erat dengan aktivitas takhrij al-hadith.10
B. PERAWI
Yang dimaksud dengan perawi atau perawi merupakan orang yang
mengungkapkan atau menuliskan pada buku terhadap apa yang pernah didengar dan

8
Idri dkk, Studi Hadis ,(Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2021), hal.34
9
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis, (Ponorogo:IAIN PO Press,2017), hal.10
10
Idri dkk, Studi Hadis, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014), hal.56
diterimanya menurut seseorang (gurunya) bentuk jamaknya merupakan ruwah dan
perbuatannya menyampaikan Hadis disebut meriwayatkan Hadis.
Sebuah Hadis sampai pada kita pada bentuknya yang telah terdewan pada
dewan-dewan Hadis, melalui beberapa rawi dan sanad. Seorang pengarang jika
hendak menguatkan suatu Hadis yang ditakhrijkan menurut suatu buku Hadis dalam
umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya dalam akhir matan Hadis.Dalam
bentuk Hadis pada depan, rawi terakhirnya merupakan Imam Bukhari. Sedangkan
rawi pertamanya merupakan Abdullah (sahabat Nabi).11
C. PERAWI PERTAMA
 Perawi pertama merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadis. Dalam
hal ini para ulama memperdebatkannya, sebagian memahami guru pertama
mukhrij, sebagian memahami murid pertama Nabi, shahib al-matan (dalam hal
ini sahabat ketika hadisnya adalah al-marfu’ yaitu hadits, yang dikaitkan dengan
Nabi, dan tabi'in ketika hadis al-mawquf, yang merupakan hadits yang dikaitkan
dengan Sahabat). Tapi pendapat pertama lebih mansyur.12
D. PERAWI TERAKHIR
Perawi terakhir adalah lawan dari perawi pertama. Perawi hadis terakhir
yang disebutkan dalam Sahih Bukhari atau Sahih Muslim adalah Imam Bukhari atau
Imam Muslim. Seorang penyusun atau penulis, ketika hendak menguatkan sebuah
hadits yang ditakhrijkan dari sebuah kitab hadis, biasanya ia mencantumkan
perawi (terakhir) di akhir hadis.
E. SANAD
Sanad secara harfiah berarti “Kembali kepada siapa yang kita percaya”. Ini
juga berarti bahwa yang dapat dipertahankan adalah amanah, bukit atau
gunung disebut juga sanad. Bentuk jamaknya adalah asanid atau sanadat.
Sedangkan secara istilah adalah jalan menuju matan. Ini adalah
rangkaian perawi dari mukhrij hingga sahib al-matan pertama. Dalam kaitannya
dengan keilmuan hadis, disebut juga isnad bersama dengan istilah umum sanad.
F. SAHIB al-Matan
Sahib al-matan adalah yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Bisa jadi
Rasulullah yang disebut hadis marfu’ atau sahabat yang disebut hadis mawquf atau
generasi sesudahnya yang disebut hadis maqtu’.

11
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis (Ponorogo:IAIN PO Press,2017), hal.15
12
Idri dkk, Studi Hadis (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2021), hal.56
G. MATAN
Matan secara bahasa berarti bagian belakang jalan (muka jalan); tanah yang
keras dan tinggi. Sedangkan Matan secara istilah adalah teks hadis yang berasal dari
Nabi, Sahabat dan Tabiin.13

Dari uraian struktur hadis di atas, dapat ditampilkan sebuah contoh hadis berikut ini:

1. Mukhrij atau mukharrij hadis adalah Imam al-Bukhari.


2. Perawi atau rawi hadis adalah al-Humaydi (Abd Allah ibn Zubayr), Sufyan,
Yahya ibn Sa’id al-Ansari, Muhammad ibn Ibrahim al-Taymi, Alqamah ibn
Waqqas al-Laythi dan Umar ibn Khattab.
3. Perawi pertama adalah Umar ibn Khattab sekaligus sebagai sanad terakhir.
4. Perawi terakhir adalah al-Humaydi (Abd Allah ibn Zubayr) sekaligus sebagai
sanad pertama.14
5. Sanad hadis adalah mata rantai perawi dari al-Humaidi (Abd Allah ibn
Zubayr), Sufyan, Yahya ibn Sa’id al- Ansari, Muhammad ibn Ibrahim al-Taymi,
Alqamah ibn Waqqas al-Laythi sampai kepada Umar ibn Khattab.

13
Ibid.,hal.57
14
Ibid.,hal.58
6. Sahib al-matan adalah Rasulullah saw. karena hadis di atas merupakan hadis
marfu’.
7. Matan hadis atau teks hadis adalah pernyataan Nabi saw.:

Dari uraian struktur Hadis diatas, dapat dipahami bahwa kajian-kajian


Hadis terutama berfokus pada dua hal; yaitu kajian Hadis Sanad dan Hadis
Matan.15

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
15
Ibid.,hal.59
DAFTAR PUSTAKA

Idri dkk. (2021). Studi Hadis. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Bariyah Oneng Nurul. (2011). Ilmu Hadis. Jakarta: CV.Tunas Ilmu.


Rofiah Khusniati. (2017). Studi Ilmu Hadis. Ponorogo: IAIN PO Press.

Anda mungkin juga menyukai