Dosen Pengampu:
HERU SETIAWAN M.Ag
Kelompok VIII
Nama Anggota:
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah Nya kepada kita.Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyyah hingga menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.Dan pastinya yang
kita nanti nantinkan syafaatnya diyaumul qiyamah nanti.Amin amin yarobbalalamin.
Pada kesempatan kali ini kami akan membuat sebuah makalah yang berjudul "
Terminologi hadis nabi " sebagai pemenuhan tugas kuliah dalam mata pelajaran Studi Qur'an
Hadits. Pada makalah ini, nantinya akan dibahas lebih lanjut tentang terminologi hadis nabi
Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan pembuatan makalah kami di masa mendatang.Kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah studi Qur'an Hadits yang telah
memberikan materi ini serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT membalas atas semua
bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan baru bagi kita
semua. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Akhirul kalam,
Tulungaggung
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang sempurna di muka bumi ini, semua sisi kehidupan
manusia dan makhluk Allah telah digariskan oleh Islam melalui Kalam Allah swt (Al
Qur'an) dan Al Hadits. Al Qur'an sudah jelas di tanggung keasliannya oleh Allah swt
sampai akhir nanti, bagaimana dengan Al Hadits.
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur'an yang diwariskan
oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam. Sebagai sumber hukum kedua, kita
sebagai umat Islam wajib mempelajarinya. Terkhusus kepada para pelajar Muslim, kita
harus mengetahui pula pengertian hadits dan istilah ilmu hadits lainnya berupa sunnah,
khabar, dan atsar, persamaan dan perbedaannya, serta bentuk-bentuk hadits, agar kita
dapat mengetahui isi dari hadits dengan baik, sehingga untuk menularkannya kepada
masyarakat pun bisa dilakukan dengan benar.
Secara termonologis, hadist dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara bahasa, hadist berarti perkataan,
percakapan, berbicara. Hadist secara istilah dimaknai sebagai segala perkataan (Sabda),
perbuatan dan ketetapan lainya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum
syariat Islam selain Al-Quran. Arti Terminologi dalam bahasa Indonesia disebut dengan
peristilahan tentang kata-kata dan batasan atau definisi suatu istilah. Namun dalam
sebutan terminologi terkandung juga makna 'penggunaan' dari istilah tersebut dalam
suatu konteks. Misalnya, seperti istilah Khilaf, secara bahasa istilah ini berarti keliru
atau salah.
Di sini penulis akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa buku yang telah
penulis baca, berupa pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar. Serta stuktur hadis
yaitu, mukharrij, perawi, perawi pertama, perawi terakhir, sanad dan matan.
PEMBAHASAN
Yang termasuk "hal ihwal", ialah segala pemberitaan tentang Nabi saw, seperti
yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaannya.2
Bagi ulama Ushul Fiqh, hadits dipahami dengan sesuatu yang diturunkan dari
Nabi ,saw tentang hukum syara’, baik berupa perkataan, tindakan maupun
keputusan. Mereka melihat Nabi sebagai pembuat hukum.Dari pengertian di atas,
semua perkataan atau sabda Nabi, saw. Yang tidak termasuk misi kerasulannya,
sebagai jalan berpakaian, berbicara, tidur, makan, minum, atau apa pun tentang
pekerjaan Nabi, tidak termasuk yang telah dilakukan. Para ahli hadits maupun ahli
ushul fiqh di atas hanya terbatas pada beberapa hal saja berdasarkan Rasulullah
tanpa menyinggung perilaku dan perkataan para sahabat atau tabi`in.Dapat dikatakan
bahwa definisi di atas bersifat terbatas atau sempit.
Di antara ulama hadis ada yang mendefinisikan hadis dengan bebas. Menurut
mereka, hadis memiliki makna lebih luas, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang
hanya untuk Nabi (hadis al-marfu`), tetapi juga segala sesuatu berdasarkan teman
(hadis al-mawquf) dan tabi`in (hadis al-maqtu`).3
1
Idri dkk, Studi Hadis (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2021), hal.3
2
Ibid.,hal.4
3
Ibid.,hal.6
B. SUNAH
Secara etimologis, sunnah berarti perjalanan yang baik atau buruk.Sunnah
adalah jalan yang lurus dan terus menerus,yang baik atau yang buruk.4
Ungkapan tersebut antara lain disebutkan dalam al-Qur`an surah al-Kahfi / 18
ayat 55
اس اَ ْن يُّْؤ ِمنُ ْٓوا اِ ْذ َج ۤا َءهُ ُم ْاله ُٰدى َويَ ْستَ ْغفِرُوْ ا َربَّهُ ْم آِاَّل اَ ْن تَْأتِيَهُ ْم ُسنَّةُ ااْل َ َّولِ ْينَ اَوْ يَْأتِيَهُ ُم ْال َع َذابُ قُبُاًل
َ ََّو َما َمنَ َع الن
“ Dan tidak ada (sesuatu pun) yang menghalangi manusia untuk beriman ketika
petunjuk telah datang kepada mereka dan memohon ampunan kepada Tuhannya,
kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat
yang terdahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.”
Dengan demikian sunnah secara bahasa berarti perjalanan atau perbuatan yang
ditempuh. Pengertian sunnah menurut istilah diartikan secara beragama dikalangan
para ulama ialah:
4
Oneng Nurul Bariyah,Ilmu Hadis,(Jakarta: CV.Tunas Ilmu, 2011), hal.1
5
Ibid.,hal.2
Al-Qur'an, baik dalam bentuk lisan, tindakan atau taqrir yang layak menjadi
hukum syara`.
Berdasarkan pengertian di atas, para ulama fiqh ushul meyakini bahwa sunnah
mencakup segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah dan yang mungkin
dijadikan sebagai dalil hukum dimana Rasul memiliki kualitas syariat.
3) Ulama Fiqh (Fukaha) berpendapat bahwa sunnah adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad saw dalam bentuk perbuatannya yang
menunjukkan ketentuan syara’. Mereka mempelajari hukum Islam berkaitan
dengan perbuatan manusia, baik dari segi hukum wajib, haram, mubah atau
lainnya. Dalam hal ini, sunnah menurut para ulama fiqh adalah segala sesuatu
yang berasal dari Nabi, saw. itu tidak bias termasuk bab fardhu dan
wajib.Menurut al-Siba`i, artinya melibatkan pembahasan fikih tentang tindakan
mukallaf meliputi wajib, terlarang, mandub (sunnah), ibahah (dibolehkan), dan
karahan (makruh).6
6
Ibid.,hal.3
7
Ibid.,hal.4
dipakai untuk sesuatu yang al-marfu, al-mawquf, dan al-maqtu’. Demikian juga apa
yang dikatakan al-Tirmisi. Ulama lain mengatakan bahwa khabar, adalah sesuatu
yang datang selain dari Nabi saw., sedang yang datang dari Nabi saw. disebut hadis.
Beberapa orang mengatakan hadis ini lebih umum daripada khobar.Untuk keduanya
berlaku kaidah “umuman wa khususan mutlaq”,yaitu tiap-tiap hadis dapat disebut
khobar, tapi tidak semua khobar dapat disebut hadis.Khobar sifatnya lebih umum
karena tidak harus berasal dari Rasulullah, namun dapat datang dari seorang Nabi,
sahabat, atau tabi’in.8
D. ATSAR
Atsar menurut bahasa adalah "awal dari sesuatu atau sisa dari sesuatu", berarti
menyalin. Bentuk jamaknya adalah atsar atau utsur.Sedang menurut Istilah Jumhur
Ulama memiliki arti sama dengan khobar dan hadis.Para fuqaha menggunakan kata
atsar untuk perkataan ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain.Beberapa orang
mengatakan atsar ini lebih umum, dari pada khobar.14 Imam Nawawi menjelaskan:
bahwa khurasan fuqaha menamai kata sahabat (mauquf) dengan atsar dan menamai
hadits nabi (marfu`) dengan khobar.9
8
Idri dkk, Studi Hadis ,(Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2021), hal.34
9
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis, (Ponorogo:IAIN PO Press,2017), hal.10
10
Idri dkk, Studi Hadis, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014), hal.56
diterimanya menurut seseorang (gurunya) bentuk jamaknya merupakan ruwah dan
perbuatannya menyampaikan Hadis disebut meriwayatkan Hadis.
Sebuah Hadis sampai pada kita pada bentuknya yang telah terdewan pada
dewan-dewan Hadis, melalui beberapa rawi dan sanad. Seorang pengarang jika
hendak menguatkan suatu Hadis yang ditakhrijkan menurut suatu buku Hadis dalam
umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya dalam akhir matan Hadis.Dalam
bentuk Hadis pada depan, rawi terakhirnya merupakan Imam Bukhari. Sedangkan
rawi pertamanya merupakan Abdullah (sahabat Nabi).11
C. PERAWI PERTAMA
Perawi pertama merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadis. Dalam
hal ini para ulama memperdebatkannya, sebagian memahami guru pertama
mukhrij, sebagian memahami murid pertama Nabi, shahib al-matan (dalam hal
ini sahabat ketika hadisnya adalah al-marfu’ yaitu hadits, yang dikaitkan dengan
Nabi, dan tabi'in ketika hadis al-mawquf, yang merupakan hadits yang dikaitkan
dengan Sahabat). Tapi pendapat pertama lebih mansyur.12
D. PERAWI TERAKHIR
Perawi terakhir adalah lawan dari perawi pertama. Perawi hadis terakhir
yang disebutkan dalam Sahih Bukhari atau Sahih Muslim adalah Imam Bukhari atau
Imam Muslim. Seorang penyusun atau penulis, ketika hendak menguatkan sebuah
hadits yang ditakhrijkan dari sebuah kitab hadis, biasanya ia mencantumkan
perawi (terakhir) di akhir hadis.
E. SANAD
Sanad secara harfiah berarti “Kembali kepada siapa yang kita percaya”. Ini
juga berarti bahwa yang dapat dipertahankan adalah amanah, bukit atau
gunung disebut juga sanad. Bentuk jamaknya adalah asanid atau sanadat.
Sedangkan secara istilah adalah jalan menuju matan. Ini adalah
rangkaian perawi dari mukhrij hingga sahib al-matan pertama. Dalam kaitannya
dengan keilmuan hadis, disebut juga isnad bersama dengan istilah umum sanad.
F. SAHIB al-Matan
Sahib al-matan adalah yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Bisa jadi
Rasulullah yang disebut hadis marfu’ atau sahabat yang disebut hadis mawquf atau
generasi sesudahnya yang disebut hadis maqtu’.
11
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis (Ponorogo:IAIN PO Press,2017), hal.15
12
Idri dkk, Studi Hadis (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2021), hal.56
G. MATAN
Matan secara bahasa berarti bagian belakang jalan (muka jalan); tanah yang
keras dan tinggi. Sedangkan Matan secara istilah adalah teks hadis yang berasal dari
Nabi, Sahabat dan Tabiin.13
Dari uraian struktur hadis di atas, dapat ditampilkan sebuah contoh hadis berikut ini:
13
Ibid.,hal.57
14
Ibid.,hal.58
6. Sahib al-matan adalah Rasulullah saw. karena hadis di atas merupakan hadis
marfu’.
7. Matan hadis atau teks hadis adalah pernyataan Nabi saw.:
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
15
Ibid.,hal.59
DAFTAR PUSTAKA
Idri dkk. (2021). Studi Hadis. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.