Anda di halaman 1dari 20

TERMINOLOGI HADIST

Makalah

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kuliah

Mata Kuliah : Hadist dan Ulumul Hadist

Dosen Pengampu : M.Idris, Lc, MA

Disusun Oleh:

DINA APRILIA

Semester 1 ( satu )

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI MANAGEMEN ZAKAT DAN WAQAF

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ACEH TAMIANG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar perbuatan makalah ini. Makalah
yang akan kami buat dalam kesempatan kali ini berjudul “Terminologi Hadist”.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna di muka bumi ini, semua sisi
kehidupan manusia dan makhluk Allah telah digariskan oleh Islam melalui
Kalam Allah swt ( Al Qur’an ) dan Al Hadits. Al Qur’an sudah jelas di
tanggung keasliannya oleh Allah swt sampai akhir nanti, bagaimana dengan Al
Hadits.
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an yang
diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam. Sebagai sumber
hukum kedua, kita sebagai umat Islam wajib mempelajarinya. Terkhusus
kepada para pelajar Muslim, kita harus mengetahui pula pengertian hadits dan
istilah ilmu hadits lainnya berupa sunnah, khabar, dan atsar, persamaan dan
perbedaannya, serta bentuk-bentuk hadits, agar kita dapat mengetahui isi dari
hadits dengan baik, sehingga untuk menularkannya kepada masyarakat pun
bisa dilakukan dengan benar.
Di sini penulis akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa buku yang telah
penulis baca, berupa pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar serta stuktur
hadist, sanad, matan dan muharij.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Hadist,Sunnah, Khabar, Atsar?
2. Menjelaskan stuktur hadist, sanad, matan dan muhariy?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetehui Pengertian Hadist, Sunnah, Khobar dan Atsar
2. Untuk mengetahui struktur hadist, sanad, matan dan muhariy
. BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist, Sunnah, Khobar dan Atsar


1. Definisi Al-Hadits
Menurut Ibn Manzur Hadis adalah kata yang berasal dari bahasa
Arab; yaitu ‘al-hadis, jama’nya al-ahadis, al- hidsan, dan al-hudsan’, dan
memiliki banyak arti diantaranya adalah “al-jadid” (yang baru) lawan dari
”al-qodim” (yang lama) dan “al-khabar” (kabar atau berita)1. Menurut
Jumhurul Muhaddisin ialah:
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal
dari bahasa Arab “al-hadist” yang berarti baru, berita.  Ditinjau dari segi
bahasa, kata ini memiliki banyak arti, dintaranya:
a. al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama)
b. Dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id)
c. Warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan dari
sesorang kepada orang lain.1
Allah juga menggunakan kata hadits dengan arti khabar sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya:

Artinya: “Maka hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar (kalimat)


yang semisal Al-Qur’an itu, jika mereka orang-orang yang
benar” (QS. At-Thur: 34).2

Secara terminologis, hadits ini dirumuskan dalam pengertian yang


berbeda-beda diantara para muhadditsin dan ahli ushul.mereka berbeda-beda
pendapatnya dalam menta’rifkan Al-hadits. Perbedaan tersebut disebabkan
karena terpengaruh oleh terbatas dan luasnya objek peninjauan mereka
masing-masing, yang tentu saja mengandung kecenderungan pada aliran
ilmu yang didalaminya.3

1
Badri Khaeruman M.Ag, Ulumul Hadist,(CV Pustaka Setia ,2010), h.59-64
Ibnu Manzhur berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata Al-
Hadits, jamaknya: Al-Ahadits, Al-Haditsan dan Al-Hudtsan. Ada juga
sebagian Ulama yang menyatakan, bahwa ahadits bukan jamak dari
haditsyang bermakna khobar, tetapi meruppakan isim jamak.Mufrad ahadits
yang sebenarnya, adalah uhdutsah, yang bermakna suatu berita yang dibahas
dan sampai dari seseorang ke seseorang.(Hasbi Ashidiqi, sejarah pengantar
ilmu hadits : 2)
Menurut istilah ahli ushul fiqih, pengertian hadits ialah:
‫كل ماصدر عن النيب صلى اهلل عليه وسلم غريالقرأن الكرمي من قول او فعل اوتقرير مما يصله ان‬
‫يكون دليال حلكم شرع‬
“Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-
Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi
yang bersangkut paut dengan dengan hukum syara”.  
Sedangkan Ulama Hadits mendefinisikan Hadits sebagai berikut:

‫كل ما أثرعن النيب صلى اهلل عليه وسلم من قول او فعل اوتقرير اوصفة خلقية او خلقية‬
Artinya :“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda,
perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi”.42

Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari
Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran
dan kebiasaan-kebiasaan.
Kedua hadits tersebut di atas menyatakan bahwa unsur Hadits itu terdiri dari
tiga unsur yang ketiga unsur ini hanya bersumber dari Nabi Muhammad,
ketiga unsur itu adalah:
a. Perkataan. Yang dimaksud dengan perkataan  Nabi Muhammad ialah
sesuatu yang pernah dikatakan oleh beliau dalam berbagai bidang.
b. Perbuatan. Perkataan Nabi merupakan suatu cara yang praktis dalam
menjelaskan peraturan atau hukum syara’. Contohnya cara Sholat.
c. Taqrir. Arti taqrir adalah keadaan beliau mendiamkam, tidak
menyanggah atau menyetujui apa yang dilakukan para sahabat.
Sementara kalangan ulama ada yang menyatakan bahwa apa yang
dikatakan hadits itu bukan hanya yang berasal dari Nabi SAW, namun
2
Ibid.h.62
yang berasal dari sahabat dan tabi’in disebut juga hadits. Sebagai
buktinya, telah dikenal adanya istilah hadits marfu’, yaitu hadits yang
dinisbahkan kepada Nabi SAW, hadits mauquf, yaitu hadits yang
dinisbahkan pada shahabat dan hadits maqtu’ yaitu hadits yang
dinisbahkan kepada tabi’in.Jumhur Al-Muhadditsin berpendapat bahwa
pengertian hadits merupakan pengertian yang terbatas sebagai berikut:
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa
perkataan, perbuatan, penyataan (taqrir) dan sebagainya”
Sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Mahfuzh Al-Tirmizi, yaitu:

‫أن احلديث الحيتث باملرفوع اليه صلى اهلل عليه وسلم بل جاء بلموقوف وهو ما أضيف اىل‬
‫الصحاىب واملقطوع وهو ما أضيف للتبعي‬
Artinya: “Bahwasanya hadits itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’
yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan
bisa juga untuk sesuatu yang mauquf,yang disandarkan kepada
sahabat dn yang maqtu, yaitu yang disandarkan kepada tabi’in”
Munzier Suparta (2001:3)

Berdasarkan pengertian hadits diatas maka kami menyimpulkan


bahwa hadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik
ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum
atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. Selain
itu tidak bisa dikatakan hadits karena ahli ushul membedakan diri Nabi
Muhammad dengan manusia biasa. Yang dikatakan hadits adalah sesuatu
yang berkaitan dengan misi dan ajaran Allah yang diemban oleh
Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Ini pun, menurut mereka harus
berupa ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Sedangkan kebiasaan-
kebiasaan, tata cara berpakaian dan sejenisnya merupakan kebiasaan
manusia dan sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai hadits.
Dengan demikian, pengertian hadits menurut ahli ushul lebih sempit
dibanding dengan hadits menurut ahli hadits.5
Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif)
dengan kata hadits seperti: sunnah, khabar, dan atsar.
2. Definisi As-Sunnah          
Menurut bahasa sunnah berarti
‫الطريقة حممودة كانت اومذمونة‬
“Jalan yang terpuji atau tercela”.
Firman Allah s.w.t

“Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah


Allah”.
Adapun menurut istilah, ta’rif Sunnah antara lain sebagaimana
dikemukakan oleh Muhammad ajaj al-khathib:
‫م من قول اوفعل اوتقريراوصفةخلقية‬.‫ما أثر عن النبى ص‬
Artinya: “Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup
baik sebelum Nabi diangkat jadi rasul atau sesudahnya”.

Sabda Nabi SAW,


‫ لدخلتموه‬h‫ شبرا بشبرودراعابدراع حتى لودخلواحجرالضب‬h‫لتتبعن سنن من قبلكم‬
Artinya:”sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-
perjalan) orang yang sebelummu” sejengkal demi sejengkal,
sehasta demi sehasta. Sehingga sekiranya mereka memasuki
seorang dan (berupa biawak) sungguh kamu memasuki juga”. 7
(HR. Muslim)

Menurut istilah as-sunnah adalah pensarah Al-Qur’an, karena


Rasulullah bertugas menyampaikan Al-Qur’an dan menjelaskan
pengertiannya. Maka As-asunnah menerangkan ma’na Al-Qur’an, adalah
a. Menerangkan apa yang dimaksud dari ayat-ayat mudjmal, seperti
menerangkan waktu-waktu sembayang, bilangan raka’at, kaifiyat
ruku’, kaifiyat sujud, kadar-kadar zakat, waktu-waktu memberikan
zakat, macam-macamnya dan cara-cara mengerjakan haji. Karena
inilah Rasulullah s.a.w. bersabda:
Artinya “ambillah olehmu dariku perbuatan-perbuatan yang dikerjakan
dalam ibadah haji”.
b. Menerangkan hukum-hukum yang tidak ada didalam Al-Qur’an seperti
mengharamkan kita menikahi seseorang wanita bersamaan dengan
menikahi saudaranya ayahnya, atau saudara ibunya, seperti
mengharamkan kita makan binatang-binatang yang bertaring
c. Menerangkan ma’na lafad, seperti mentafsirkan al maghdlubi ‘alaihim
dengan orang yahudi dan mantafsirkan adldlallin, dengan orang
nasroni.
3. Khabar
Secara etimologis khabar  berasal dari kata :khabar, yang berarti
‘berita’.Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat
dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana mereka berpendapat adalah
sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian.Karena Khabar
adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari sahabat atau berita
dari tabi’in. 3
Sementara Khabar menurut ahli Hadits, yaitu : “Segala sesuatu
yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW atau dari yang selain Nabi
SAW”.
Ulama lain mengatakan Khabar adalah sesuatu yang datang selain
dari Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut Hadits. Ada
juga ynag mengatakan bahwa Hadits lebih umum dan lebih luas daripada
Khabar, sehingga tiap Hadits dapat dikatakan Khabar, tetapi  tidak setiap
Khabar  dikatakan Hadits.
Karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa Khabar itu
menyangkut segala sesuatu yang datang dari selain Nabi SAW. Sedangkan
Hadits khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW.

4. Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu dan
berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan / berasal
dari Nabi SAW. Dinamkan doa maksur.
Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat diantara
pendapat para ulama. Sedangkan menurut istilah:
‫ماروي عن الصحابة ويحوزاطالقه على كالم النبى ايضا‬
Artinya: “yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat
danboleh juga disandarkan pada perkataan Nabi SAW”.
3
Mudasir. Ilmu Hadits. (Bandung: Pustaka Setia. 1999) h. 42
Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in.
sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf dan
khabar untuk yang marfu’.

B. Struktur Hadist, Sanad, Matan Dan Muharij


1. Sanad
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berarti mutamad (sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang
dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikian karena haditst itu bersandar
kepadanya dan dipegangi atas kebenaranya.
Secara temionologis, sanad adalah silsilah orang-orang yang
menghubungkan kepada matan hadits atau jalannya matan, yaitu silsilah
para perawi yang memindahkati (meriwayatkan) matan dari sumbernya
yang pertama. Silsilah orang ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang
meyampaikan materi hadits tersebut sejak disebut pertama sampai kepada
Rasul SAW, yang memuat perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainnya
merupakan materi atau matan hadits. Dengan pengertian diatas maka
sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat
dari sudut pribadi secara perorangan. Sedangkan, sebutan untuk pribadi
yang menyampaikan hadits dilihat dari sudut orang perorangannya disebut
dengan rawi.
Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan
matan hadist kepada Nabi Muhammad saw, misalkan hadist yang
diwirayatkan oleh Bukhari berikut.

Sanad dari segi bahasa artinya (sandaran, tempat bersandar, yang


menjadi sandaran). Sedangkan menurut istilah ahli hadis, sanad yaitu: 4

4
Drs.M.Solahudin,MAg, Agus Suryadi,Lc,M.Ag,Ulumul Hadist, (Bandung :Pustaka Setia
2011) h.89-97
(Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis). Contoh :

Artinya:
"Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang
menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang sedang dibeli
oleh sebagian yang lainnya. " (Al-Hadis)

Dalam hadis tersebut yang dinamakan sanad adalah:

(Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari nafi yang
menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda:...)
Berdasarkan pengertian di atas, disebutkan bahwa sanad
adalah jalan matan (thariq al-min). Jalan matan berarti serangkaian
orang-orang yang menyampaikan atau meriwayatkan matan hadits,
mulai perawi pertama sampai yang terakhir.
Bagian di bawah ini adalah sanad Haditst:

‫ح ّدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن‬
‫مطعم عن أبيه‬
Artinya :“Telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia
berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab
dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya”.
‫سمعت رسول هللا (صلعم) قرأ فى المغرب بالطور‬.
“aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Thur ketika Shalat
Maghrib”.5

a. Istiad, Musnad, dan Musnid


Selain istilah sanad, terdapat istilah lainnya, seperti al-isnad,
musnad, dan al-musnid. Istilah-istilah tersebut mempunyai kaitan erat
dengan istilah sanad.6
Istilah al-Isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembali ke asal), dan
mengangkat. Menurut Ath-Thibi, sebagaimana dikutip al-Qasimi, kata al-isnad
dengan as-sanad mempunyai arti yang hampir sama atau berdekatan. Ibn Jama'ah,
dalam hal ini lebih tegas lagi, menurutnya bahwa ulama muhaditsin memandang kedua
istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama serta keduanya dapat dipakai secara
bergantian.
Berbeda dengan istilah al-isnad, istilah al-musnad mempunyai
beberapa arti: pertama, berarti hadits yang diriwayatkan dan disandarkan atau
disanadkan kepada seseorang yang membawanya, seperti Ibn Sy ihab az-Zuhri,
Malik bin Anas, dan Amarah binti Abd ar-Rahman; kedua, berarti nama suatu kitab
yang menghimpun hadits-hadits dengan sistem penyusunannya berdasarkan nama-

nama para sahabat perawi hadits, seperti kitab Musnad Ahmad;


ketiga, berarti nama bagi hadits yang memenuhi kriteria marfu'
(disandarkan kepada Nabi saw.) dan muttashil (sanad-nya bersambung
sampai kepada akhirnya).
b. Tinggi-Rendahnya Rangkaian Sanad (Silsilatu AdzDzahab)
Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu hadits sampai kepada umat
muslim dan tertulis dalam kitab hadits, melalui sanad-sanad. 7Setiap sanad
bertemu dengan rawi yang dijelaskan sandaran menyampaikan berita
(sanad yang setingkat lebih atas) sehingga seluruh sanad itu merupakan suatu
rangkaian. Rangkaian sanad itu berdasarkan perbedaan tingkat kedhabit-an
dan keadilan rawi yang dijadikan sanad-nya, ada yang berderajat tinggi,
sedang, dan lemah. Rangkaian sanad yang berderajat tinggi
menjadikan suatu hadits lebih tinggi derajatnya daripada hadits yang
rangkaian sanad-nya sedang atau lemah. Para muhaditsin membagi
tingkatan sanad-nya menjadi sebagai berikut.
5
Sohari. Sahrani, Ulumul Hadis. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2010) h.66
6
Ibid. h.89-97
7
Ibid.h.94-96
a. Ashahhu Al-Asanid (Sanad-sanad yang lebih sahih)
Para ulama seperti Imam An-Nawawi dan Ibnu Ash-Shalah tidak
membenarkan menilai suatu (sanad) hadits dengan ashahhu al-
asanid, atau menilai suatu (matan) hadits dengan ashahhu al-asanid,
secara mutlak, yakni tanpa menyandarkan pada hal yang mutlak.
Penilaian ashahhu al-asanid ini hendaklah secara muqayyad.
Artinya dikhususkan kepada sahabat tertentu, misalnya ashahhu al-
asanid dari Abu Hurairah r.a. atau dikhususkan kepada penduduk
daerah tertentu, misalnya ashahhu al-asanid dari penduduk Madinah,
atau dikhususkan dalam masalah tertentu, jika hendak menilai matan
suatu hadits, misalnya ashahhu al-asanid dalam bab wudhu atau
masalah mengangkat tangan dalam berdoa.
Contoh ashahhu al-asanid yang muqayyad tersebut adalah:
1) Sahabat tertentu, yaitu:
a) Umar Ibnu Al-Khaththab r.a., yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu
Syihab Az-Zuhri dari Salim bin 'Abdullah bin 'Umar, dari
ayahnya ('Abdullah bin 'Umar), dari kakeknya ('Umar bin
Khaththab).
b) Ibnu Umar r.a. adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari
Nafi' dari Ibnu 'Umar r.a.
c) Abu Hurairah r.a., yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-
Zuhri dari Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a.
2) Penduduk kota tertentu, yaitu:
a) Kota Mekah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Uyalnah dari
`Amru bin Dinar dari Jabir bin Abdullah r.a.
b) Kota Madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ismail bin Abi
Hakim dari Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a.
Contoh ashahhu al-asanid yang mutlak, seperti:
a) Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi', dan Ibnu Umar
r.a.
b) Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin
`Abdillah dan ayahnya ('Abdillah bin 'Umar).
c) Jika menurut Imam An-Nasa'i, yaitu `Ubaidillah Ibnu 'Abbas dan
`Umar bin Khaththab r.a.
b. Ahsanu Al-Asanid
Hadits yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya
daripada yang bersanad ashahhu al-asanid. Ahsanu al-asanid itu antara
lain bila hadits tersebut bersanad:
1) Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu'awiyah) dari
kakeknya (Mu'awiyah bin Haidah).
2) Amru bin Syu'aib dari ayahnya (Syu'aib bin Muhammad) dari
kakeknya (Muhammad bin Abdillah bin 'Amr bin 'Ash).
c . A d h a f u A l - A s an i d
Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya disebut adhafu al-
asanid atau auha al-asanid. Rangkaian sanad yang adh'afu alasanid,
yaitu:

1 ) Yang muqayyad kepada sahabat:


a) Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
Shadaqah bin Musa dari Abi Ya'qub Farqad bin Ya'qub dari
Murrah Ath-Thayyib dari Abu Bakar r.a.
b) Abu Thalib (Ahli al-Bait) r.a., yaitu hadits yang diriwayatkan
oleh 'Amru bin Syamir Al-Ju'fi dari Jabir bin Yazid dari Harits
Al-A'war dari 'Ali bin Abi Thalib r.a.
c) Abu Hurairah r.a., yaitu hadits yang diriwayatkan oleh As-
Sariyyu bin Isma'11 dari Dawud bin Yazid dari ayahnya (Yazid)
dari Abu Hurairah r.a.
2) Yang muqayyad kepada penduduk:
a) Kota Yaman, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Hafsh bin
`Umar dari Al-Hakam bin Aban dari `Ikrimah dari Ibnu
`Abbas r.a.
b) Kota Mesir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin
Muhammad bin Al-Hajjaj Ibnu Rusydi dari ayahnya dari
kakeknya dari Qurrah bin 'Abdurrahman dari setiap orang yang
memberikan hadits kepadanya.
c) Kota Syam, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin
Qais dari Ubaidillah bin Zahr dari 'Ali bin Zaid dari Al Qasim
dari Abu Umamah r.a.
2. Matan
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa
irtafa’amin al-aradhi (tanah yang meninggi). Secara temonologis, istilah
matan memiliki beberapa definisi, yang mana maknanya sama yaitu materi
atau lafazh hadits itu sendiri. Definisi matan dari sisi bahasa bermakna
'punggung jalan' atau ‘gundukan', bisa juga bermakna 'isi atau
muatan'. lbarat tangga, akhir dari anak tangga berujung pada t ek s i tu
s e nd ir i a da la h re da ks i a ta u uc ap an y an g dituiturkan oleh si
pengucap. Pengucap atau penutur teks itu bisa abi, sahabat, atau bisa
juga tabi’in.

Sedangkan matan menurut istilah ilmu hadis, yaitu sebagai berikut.

‫ﻤﺎ ﺍﻨﺘﮭﻰ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺴﻨﺪ ﻤﻥ ﺍﻟﮑﻟﻢ ﻔﮭﻮ ﻨﻔﺲ ﺍﻟﺤﺪﻴﺚ ﺍﻟﺬﻱ ﺬﮐﺮ ﺍﻻ ﺀﺴﻨﺎﺪﻟﻪ‬

Artinya: “perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw
yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.”
Contoh:
‘dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang diterima dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullahsaw bersabda :” saandainya tidak akan
memberatkan terhadap umatmu, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak
(menggosok gigi) niscaya aku melakukan shalat.”(HR. Turmizi).

Pada salah satu definisi yang sangat sederhana disebutkan bahwa


matan ialah ujung atau tujuan sanad . Berdasarkan definisi di atas memberi
pengertian bahwa apa yang tertulis setelah (penulisan) silsilah sanad adalah
matan  hadits. Pada definisi lain seperti yang dikatakan ath-thibi
mendifinisikan dengan: ”lafazh-lafazh hadits yang didalamnya megandung
makna-makna tertentu”. Jadi, dari pegertian diatas semua, dapat kita
simpulkan bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits itu
sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi.
Agar lebih memperjelas dan memudahkan untuk membedakan mana
yang matan dan mana yang sanad, maka perhatikan haditst berikut:

‫ح ّدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه‬
)‫ (رواه البخارى‬.‫ سمعت رسول هللا (صلعم) قرأ فى المغرب بالطور‬:‫قال‬

Artinya: “Telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia


berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab
dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya berkata:
“aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Thur ketika
Shalat Maghrib”. (HR. Bukhari).

3. Mukharij
Kata mukharrij secara bahasa adalah orang yang mengeluarkan
hadits. Sedangkan menurut makna istilah yang dimaksud di sini antara lain
adalah orang yang meriwayatkan hadits lengjkap dengan sanadnya, dan
telah membukukan/ menghimpun hadits-haditsnya tersebut dalam satu
kitab. Dalam konteks contoh di atas adalah Al-Hakim. Contoh lain misalnya
Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Turmudzi , Ibnu
Majah dan sebagainya.8
Apabila kita mengutip matan hadits dari kitab tertentu, misalnya
kitab shahih al-Bukhari, kemudian kita mencari matan hadits yang sama di
kitab yang lain (misalnya Shahih Muslim) dengan sanad yang berbeda,
tetapi dapat bertemu dengan sanad al-Bukhari, maka pekerjaan yang
demikian ini disebut istikhraj, atau takhrij. Sedang orang yang melakukan
kegiatan tersebut juga dinamakan Mukharrij atau Mustakhrij.Selanjutnya
jika usaha Mukharrij tersebut dihimpun dalam satu buku/kitab, maka kitab
yang demikian itu dinamakan Kitab Mustakhraj . Contohnya adalah kitab
Mustakhraj Abu Nu’aim, karya Abu Nu’aim, yaitu kitab mustakhraj hadist
untuk hadits-hadits yang dimuat dalam kitab Shahih al-Bukhari.
Istilah Takhrij juga dapat berarti : menjelaskan bahwa sutu hadist (misalnya
hadits tentang perintah bersiwak/gosok gigi) terdapat dalam sutu kitab
hadits tertentu. Umpamanya sebagai berikut:

8
Suhudi Ismail, Dr, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Hal. 23-24
‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال لوال أن أشق على أمتي أو على الناس ألمرتهم بالسواك مع كل‬
‫صالة‬

a. Hadits ini termaktub dalam kitab Shahih al- Bukhari Bab al-Wudlu’, bab
al-jum’at, bab a-shoum dan bab al-tamanni
b. Termaktub dalam kitab Shahih Nuslim, bab Taharah dan Hajji
c. Termaktub dalam kitab Sunan Abu Dawud, bab tharah sebanyah 4
tempat
d. Termaktub dalam kitab Sunan al-Turmudzi, bab Thaharah sebanyah 3
tempat
e. Termaktub dalam kitab Sunan al-Nasa’i, bab thaharh dan qiyam al-lail
f. Termaktub dalam kitab sunan Ibnu Majah, bab thaharah dan iqamat al-
shalat
Pekerjaan demikian ini juga dapat dinamakan takhrij al-Hadits.dan orang
yang melakukan disebut dengan istilah Mukharrij.
Selain itu, istilah takhrij juga dapat berarti menerangkan kaadaan perawi,
sanad dan derajat hadits yang terdapat dalam suatu kitab yang belum
diterangkan derajatnya, misalnya seperti : Takhriju Ahadits al-Kassyaf, oleh
Jamaluddin al-Hanafi, yaitu kitab yang menerangkan derajat hadits-hadits
yang terdapat dalam kitab tafsir al-Kassyaf, karya Al-Zamakhsyari.9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Definisi Al-Hadits
9
Agus,Solahudin, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 1991). Hal. 22-23
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal
dari bahasa Arab “al-hadist” yang berarti baru, berita.  Ditinjau dari segi
bahasa, kata ini memiliki banyak arti
2. Definisi As-Sunnah          
Menurut bahasa sunnah berarti
‫الطريقة محمودة كانت اومذمونة‬
 “Jalan yang terpuji atau tercela”.
3. Khabar
Secara etimologis khabar  berasal dari kata :khabar, yang berarti
‘berita’.Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat
dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana mereka berpendapat adalah
sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian.
4. Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu dan berarti
pula nukilan (yang dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan / berasal dari
Nabi SAW. Dinamakan doa maksur.
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau
isnad (rantai penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad
ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Matan adalah redaksi/isi dari
hadist. Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan
hadits.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan
sanad suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima
atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad
merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Badri Khaeruman M.Ag, Ulumul Hadist,(CV Pustaka Setia ,2010), h.59-64
Drs.M.Solahudin,MAg, Agus Suryadi,Lc,M.Ag,Ulumul Hadist, (Bandung :Pustaka Setia
2011) h.89-97
Mudasir. 1999. Ilmu Hadits. Bandung: Pustaka Setia.
Sahrani, Sohari. 2010. Ulumul Hadis. Bogor: Ghalia Indonesia.
Solahudin, Agus, dkk. 2011. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai