1. Definisi Al-Hadits
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal dari bahasa
Arab “al-hadist” yang berarti baru, berita. Ditinjau dari segi bahasa, kata ini memiliki
banyak arti, dintaranya:
a. Al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama)
b. Dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id)
c. Warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan dari
sesorang kepada orang lain.
Allah juga menggunakan kata hadits dengan arti khabar sebagaimana tersebut
dalam firman-Nya:
ِين
َ ص ِدق ۟ ث م ِّْثلِ ِهۦٓ إِن َكا ُن
َ ٰ وا ۟ َف ْل َيأْ ُت
ٍ وا ِب َحدِي
Artinya: “Maka hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar (kalimat) yang semisal Al-
Qur’an itu, jika mereka orang-orang yang benar” (QS. At-Thur: 34).
“Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-Qur’an
al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut
dengan dengan hukum syara”.
“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan,
taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal. Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang
diriwayatkan dari Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah
kelahiran dan kebiasaan-kebiasaan.
Kedua hadits tersebut di atas menyatakan bahwa unsur Hadits itu terdiri dari tiga
unsur yang ketiga unsur ini hanya bersumber dari Nabi Muhammad, ketiga unsur itu
adalah:
a. Perkataan yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad ialah sesuatu yang
pernah dikatakan oleh beliau dalam berbagai bidang.
b. Perbuatan. Perkataan Nabi merupakan suatu cara yang praktis dalam menjelaskan
peraturan atau hukum syara’. Contohnya cara Sholat.
c. Taqrir. Arti taqrir adalah keadaan beliau mendiamkam, tidak menyanggah atau
menyetujui apa yang dilakukan para sahabat.
Sementara kalangan ulama ada yang menyatakan bahwa apa yang dikatakan
hadits itu bukan hanya yang berasal dari Nabi SAW, namun yang berasal dari sahabat dan
tabi’in disebut juga hadits. Sebagai buktinya, telah dikenal adanya istilah hadits marfu’,
yaitu hadits yang dinisbahkan kepada Nabi SAW, hadits mauquf, yaitu hadits yang
dinisbahkan pada shahabat dan hadits maqtu’ yaitu hadits yang dinisbahkan kepada
tabi’in.Jumhur Al-Muhadditsin berpendapat bahwa pengertian hadits merupakan
pengertian yang terbatas sebagai berikut: “Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, penyataan (taqrir) dan sebagainya”
Artinya: “Bahwasanya hadits itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’ yaitu sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang
mauquf,yang disandarkan kepada sahabat dn yang maqtu, yaitu yang disandarkan kepada
tabi’in” Munzier Suparta (2001:3)
2. Definisi As-Sunnah
“Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.
Adapun menurut istilah, ta’rif Sunnah antara lain sebagaimana dikemukakan oleh
Muhammad ajaj al-khathib:
Artinya: “Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik sebelum Nabi diangkat jadi rasul
atau sesudahnya”.
ANALISIS
Perbedaan Hadits dengan Sunnah
Menurut jumhur ulama hadits dapat dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu
bahwa hadits disebut juga dengan sunnah. Maka hadits mutawatir dapat juga disebut dengan
sunnah mutawatir. Begitu juga hadits shahih dapat disebut dengan sunnah shahih. Dari kedua
tema tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tema tersebut sangat berguna sebagai ilmu
tambahan bagi masyarakat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menentukan
kulitas dan kuwantitas Hadits, dan sunnah.
REFERENSI
https://lutfiazizah.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/26/hadits-dan-sunnah/
http://studi-agama-islam.blogspot.com/2013/12/perbedaan-dan-persamaan-hadits-
sunah.html?m=1